DESKRIPSI TENTANG PULAU
NATUNA
Nama
: Wan Rahmat Aulia
Nim
: 150610157
TUGAS APLIKOM 1 UNIVERSITAS
MERCUBUANA YOGYAKARTA
Pulau natuna
●Obyek Wisata Pulau Natuna – Pulau Natuna merupakan gugus kepulauan, yang secara
administratif masih termasuk wilayah Kepulauan Riau. Pulau ini dihuni oleh sekitar 69 ribu jiwa, berdasar atas sensus penduduk pada 2010 lalu. Natuna berada di tengah perairan Selat Karimata.
●
●Di Kepulauan Natuna, kota utamanya bernama Ranai. Kota ini berada di Pulau Bunguran;
sebuah pulau terbesar di antara pulau lain seperti Sedanu, Laut, Bintang, Jemasa, dan Serasan. Karena letak kota Ranai di tepi pantai; maka bila kita berada di sana, lautan lepaslah yang akan menjadi panoramanya.
●
●WISATA PANTAI PULAU NATUNA
●
●Pulau Natuna memang dikelilingi oleh lautan lepas. Otomatis, pulau ini akan memberikan kita
chemistry wisata yang luar biasa. Terutama wisata pantainya. Di sekitar bibir pantai, terhampar batuan-batuan besar yang kokoh menghadap laut. Aneka terumbu karang juga
banyak dijumpai di pesisir pantainya; bahkan di dasar lautan pula. Keelokan panorama bahari khas Natuna memang menawan. Meski untuk mencapi lokasi ini, butuh waktu setidaknya 2 hari dari dermaga di Tanjung Pinang.
●
Selain destinasi pantai, Natuna memiliki sejumlah obyek wisata lain
yang tak kalah apiknya. Sebut saja, ada masjid agung yang
kubahnya, menyerupai kubah masjid Taj Mahal, di India. Bisa
dibilang pula, masjid ini menjadi simbol dari kota Ranai, kota
terbesar di Natuna.
Lain masjid, lain pula dengan museum Sri Serindit. Itu merupakan
tempat koleksi aneka barang bersejarah. Seperti kumpulan harta
benda hasil temuan masyarakat setempat pada seonggok kapal
bekas Perang Dunia II yang tenggelam di dasar laut. Harta benda
tersebut, dikumpulkan lalu dijadikan koleksi di museum ini. Cukup
menarik dan mengesankan bila kita kesana. Sembari menikmati
keindahan obyek wisata pantai, kita pun bisa membaur dengan
Bila kita puas dengan berpetualang di Pulau Natuna Besar, perjalanan bisa kita alihkan menuju
Pulau Sedanau. Pulau ini bisa kita tempuh dengan menumpang kapal penyeberangan di sebuah
dermaga di Pulau Natuna Besar. Tarif untuk sekali penyeberangan, sekitar Rp36.000/penumpang.
Durasi waktu penyeberangan berkisar 30 menit menuju Pulau Sedanau.
Setiba di Sedanau, hamparan pasir putih, masih tetap kita jumpai. Tak jauh dari dermaga, mata
kita bisa menatap sebuah hunian masyarakat setempat yang tertata apik. Meskipun,
rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, namun penataannya mengundang daya tarik tersendiri. Sesekali
kita bisa berbaur dengan warga. Dengan begitu, maka kehadiran kita pun akan terasa spesial; kita
bisa mengenal keseharian maupun budaya yang mereka tradisikan.
Wisata Natuna tak lengkap bila mengabaikan kuliner khas setempat. Di sana, ada makanan yang
bernama Kernas dan Lempa. Kernas merupakan makanan berbahan ikan tongkol dan diolah
menyerupai gorengan. Warna makanan ini hitam cukup pekat. Pelengkapnya, yaitu berupa
sambal pedas nan nikmat. Adapun Lempa merupakan penganan tradisional yang mirip dengan
lemper, namun isinya berupa daging ikan tongkol.
Makanan khas natuna
Kernas adalah makanan khas asal Natuna sejenis kue yang terbuat dari campuran ikan dan sagu.
Dua jenis bahan baku ini dikaloborasi menjadi kuliner yang enak dan gurih. Rasanya tentu tidak
terlepas dari rasa ikan segar asli Natuna. Bentuknya berkeping-keping dan terdapat buliran sagu
butir dipermukaan maupun didalamnya. Makanan ini sangat mudah didapatkan, jika anda sudah
berada di Pulau Natuna. Cukup mampir saja dilokasi wisata Pantai Teluk Selahang atau lebih
dikenal dengan sebutan Pantai Tanjung. Di sana banyak tersedia warung yang menjual kuliner
lainnya.
Pulau senoa
Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.
Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan.
Pulau Senoa (senue) yang letaknya tidak jauh dari Desa Sepempang, Ranai
Kabupaten Natuna
menyimpan panorama alam yang indah terutama pesona pantainya yang alami. Pantai pulau Senoa begitu putih, airnya yang jernih menambah nilai pesona alam pulau ini. selain itu pulau Senoa
mempunyai cerita rakyat yang terkenal yaitu legenda Pulau Senoa karena bentuknya
Pulau Senoa
Pulau Senoa sebuah legenda Pulau “Hamil”
Jarak tempuh dari Desa Sepempang ke pulau Senoa memakan waktu 15 menit, biaya transportasi yang harus kita keluarkan untuk menuju pulau ini ± Rp. 300.000 (pulang-pergi)
menggunakan pompong carteran milik nelayan setempat. Dalam perjalanan ke pulau ini kita akan di suguhi
pemandangan air laut yang jernih dengan terumbu karang yang indah. Saat itu pula kita di suguhi pesona gunung Ranai yang puncaknya di selimuti awan tebal dengan jelas baik saat pergi maupun pulang dari pulau Senoa.
Pulau Senoa ini juga terkenal dengan gua sarang waletnya yang langsung menghadap di bibir laut, di
sekelilingnya dipenuhi bebatuan yang curam. Dari puncak bukit gua sarang walet ini kita bisa menikmati
pemandangan seperti Gunung Ranai, Batu Sindu dan Pantai Tanjung
Pulau Senoa banyak dikunjungi pada saat hari libur oleh masyarakat setempat, biasanya mereka berlibur ke pulau ini bersama keluarga dan teman-teman mereka untuk menikmati mandi air laut di tepian pantai. Untuk berlibur ke Pulau ini kita harus membawa bekal makanan sendiri karena di sana tidak ada yang berjualan,
KEINDAHAN PULAU
NATUNA
Hewan khas natuna
Natuna (Antara Kepri) - Binatang Kekah yang dikenal dengan nama latinnya Presbytis Natunae, adalah hewan khas asli Kepulauan Natuna yang hanya bisa dijumpai di hutan-hutan sekitar Pulau Bunguran Besar, kini semakin sulit ditemukan bahkan terancam punah.
"Kini populasi Kekah terus menyusut akibat kehilangan habitat atau tempat tinggalnya, serta efek dari konversi lahan dan perburuan oleh penduduk sekitar," ungkap aktifis LSM Gerbang Utara, Rizal di Ranai, Selasa.
Dikatakan Rizal, berdasarkan riset oleh peneliti Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi (PSBK) dan mahasiswa Program Pascasarjana, Biologi
Konservasi, Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu, menyimpulkan bahwa penyebab kepunahan Kekah yang paling besar adalah permasalahan habitat hidup yang terus berkurang.
"Dari penelitian beberapa waktu lalu, keberadaan Kekah tak lebih dari tujuh ribu ekor yang hidup di sekitar Pulau Bunguran Besar, seperti di Gunung Ranai, hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian dan juga di wilayah perbatasan hutan mangrove dan perkebunan warga," ujarnya.
Selain Kekah, jenis primata asli Natuna, yaitu Kukang atau Nycticebus Coucang Natunae dan kera ekor panjang atau Macaca Fascicularis Pumila juga terancam punah.
Karena itu, Rizal mengimbau agar Kekah serta sejumlah satwa langka lain yang asli Natuna, dapat dijaga dan dilestarikan.
Masyarakat juga diminta untuk menghentikan perburuan, demi keuntungan pribadi semata.
Sementara itu, Rahman, salah seorang warga Ranai mengungkapkan, pada tahun 90-an, ia masih bisa melihat hewan khas Natuna tersebut di lingkungan penduduk. Banyak dari mereka berkeliaran di jalan, serta masih bisa melihat hewan itu bergelantungan di pohon-pohon bakau di sekitar Kampung.