• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SMA NEGERI DI KOTA SANGGAU TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SMA NEGERI DI KOTA SANGGAU TAHUN 2014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA

SISWA SMA NEGERI DI KOTA SANGGAU TAHUN 2014

DWI YUNIA NINGSIH

I11109057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA

SISWA SMA NEGERI DI KOTA SANGGAU TAHUN 2014

Tanggung Jawab Yuridis Material pada DWI YUNIA NINGSIH

NIM I11109057

Disetujui Oleh:

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura

dr. Bambang Sri Nugroho, Sp.PD NIP 19511218 197811 1 001 Penguji Pertama

Agustina Arundina,T.T., S.Gz.,MPH

NIP 19820803 200912 2 003

Penguji Kedua

dr. Heru Fajar Trianto, M.Biomed

NIP 19841013 200912 1 005 Pembimbing Pertama

dr. Eka Ardiani Putri, MARS NIP 19810925 201012 2 001

Pembimbing Kedua

dr. Abror Irsan, MMR NIP 19851111 201012 1 004

(3)

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SMA NEGERI DI KOTA

SANGGAU TAHUN 2014

Dwi Yunia Ningsih 1; Eka Ardiani Putri 2; Abror Irsan 3

Intisari

Latar Belakang. Kondisi lingkungan sekolah yang sehat adalah kondisi lingkungan sekolah yang mendukung dan menunjang masyarakat yang berada di dalamnya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Hingga saat ini penelitian mengenai hubungan kondisi lingkungan sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa terutama siswa SMA di Kota Sanggau belum pernah dilakukan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan kondisi lingkungan sekolah dengan PHBS pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014. Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 3 SMAN di Kota Sanggau pada tanggal 3 hinga 7 Februari 2014. Kondisi lingkungan sekolah dinilai melalui observasi dan PHBS pada siswa dinilai melalui kuisioner penelitian. Responden yang digunakan sebanyak 120 siswa yang berasal dari SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 3 Sanggau. Hasil. Didapatkan 2 dari 3 sekolah yang diobservasi kondisi lingkungannya masuk dalam kategori baik (66,67%) dan 1 sekolah kategori cukup (33,33%). Dari 120 siswa, 68 (56,67%) siswa termasuk dalam PHBS kategori baik dan 52 (43,33%) siswa termasuk dalam kategori buruk. Terdapat hubungan bermakna antara kondisi lingkungan sekolah dengan PHBS pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 (p=0,009). Kesimpulan. Kondisi lingkungan sekolah mempengaruhi PHBS pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014.

Kata kunci: kondisi lingkungan sekolah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),

Keterangan:

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

2) Departemen Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

3) Departemen Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

(4)

RELATIONSHIP OF SCHOOL ENVIRONMENTAL CONDITION WITH HYGIENIC AND HEALTHY LIFE BEHAVIOR ON HIGH SCHOOL

STUDENTS IN SANGGAU CITY 2014

Dwi Yunia Ningsih 1; Eka Ardiani Putri 2; Abror Irsan 3

Abstract

Background. A healthy school environment was a kind of school environment which supported the community who stayed in there to have a hygienic and healthy life behavior. Until now, research on the relationship of school environmental condition with hygienic and healthy life behavior (PHBS), especially on high school students in the Sanggau City had never been done before. Objective. This study aimed to assess the relationship of school environmental condition with hygienic and healthy life behavior on high school students in Sanggau City 2014. Methodology. This study was an observational analytic study with cross-sectional design. This study was conducted at SMAN 3 Sanggau City on the 3rd to 7th February 2014. School environmental condition was assessed through observation and PHBS on students was assessed by questionnaire. Respondents who were studied totaled to 120 students from SMAN 1, SMAN 2 and SMAN 3 Sanggau. Results. Two of the 3 schools observed on their environmental conditions belonged to good category (66.67 %) and another belonged to moderate categories (33.33 %). Of the 120 students, 68 (56.67 %) students were included in good category of PHBS and 52 (43.33 %) of students included in the bad category. There was a significant relationship between school environmental condition with PHBS on high school students in Sanggau City 2014 (p = 0.009). Conclusion. School environmental condition affect PHBS on high school students in Sanggau City 2014

Keywords: school environmental condition, Hygienic and Healthy Life Behavior (PHBS)

Annotation:

1. Medical Education Program, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan

2. Public Health Department, Medical Education Program, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan 3. Public Health Department, Medical Education Program, Faculty of

Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan 3

(5)

Latar Belakang

Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat3. Pada tahun 2011 jumlah pemantauan rumah tangga berPHBS yang berhasil dipantau di Provinsi Kalimantan Barat hanya sekitar 25% dari total jumlah rumah tangga, dengan jumlah pemantauan rumah tangga berPHBS terendah adalah Kabupaten Sanggau. Kabupaten Sanggau memiliki jumlah rumah tangga tertinggi keempat (101.084 rumah tangga) di Kalimantan Barat, namun hanya 0,7% (660) rumah tangga yang berhasil di pantau penerapan PHBS-nya pada tahun 20111. Dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau tahun 2013 diperoleh data bahwa hingga tahun 2012 sepuluh penyakit tersering di Kabupaten Sanggau masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi, seperti Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas (ISPA), diare, infeksi kulit dan lain-lain yang semestinya bisa dicegah melalui PHBS4. Hal ini menunjukan bahwa PHBS masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan di Kalimantan Barat, terutama di Kabupaten Sanggau4.

Hasil proyeksi sensus penduduk jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 243,8 juta jiwa dan 33,9% (82,5 juta jiwa) diantaranya adalah anak-anak usia 0-17 tahun2. Sedangkan untuk jumlah anak usia sekolah (5-19 tahun) di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 mencapai 30,78% dari jumlah penduduk di Kalimantan Barat1. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih penduduk Indonesia2.

Penilaian PHBS pada tatanan sekolah terutama pada siswa SMA sangat jarang dilakukan. Usia SMA memasuki fase remaja menengah (15-18 tahun) dimana pada fase ini identik dengan pencarian jati diri dan timbul dorongan untuk mencari sesuatu yang dipandang bernilai dan pantas dijunjung tinggi. Oleh karena itu sekolah memiliki peran penting

(6)

dalam pembinaan dan pendidikan serta penanaman nilai-nilai yang baik dalam pembentukan jati diri mereka5. Pembinaan kondisi lingkungan sekolah yang sehat diharapkan dapat mempengaruhi dan mendukung pembentukan karakter remaja untuk ber-PHBS. Remaja memiliki peran seperti individu dewasa yang dapat mulai diberi tanggung jawab, dipercaya dan mandiri, sehingga siap untuk bekerja dan berumah tangga. Remaja merupakan kelompok usia muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif sebagai agen kesehatan untuk mempromosikan PHBS pada teman, keluarga dan masyarakat6.

Sekolah menurut KBBI adalah sebuah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, sedangkan negeri berarti negara atau pemerintah7. Jadi sekolah negeri adalah sebuah bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran milik negara/pemerintah, yang dibangun dan dikelola oleh negara. Kondisi sekolah negeri menggambarkan peran pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat pendidikan dan upaya peningkatan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang hubungan kondisi lingkungan sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Sanggau tahun 2014.

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di semua SMAN di Kota Sanggau, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3-7 Februari 2014.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semua SMAN di Kota Saggau yaitu SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 dan siswa SMAN di

(7)

kota Sanggau. Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil observasi untuk kondisi lingkungan sekolah dan pengisian kuisioner untuk siswa.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kondisi lingkungan sekolah, sedangkan untuk variabel terikatnya adalah PHBS pada siswa.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk mengetahui gambaran distribusi pada masing-masing variabel dan secara bivariat untuk melihat hubungan kondisi lingkungan sekolah dengan PHBS pada siswa. uji hipotesis yang digunakan adala uji Chi-Square.

Hasil dan Pembahasan Hasil

A. Karakteristik Umum Responden Penelitian

Hasil penelitian menunjukan responden pada penelitian ini paling banyak pada usia 17 tahun (37,5%). Dengan rata-rata usia 16,45 tahun. Untuk distribusinya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Usia. Didapatkan Responden yang Didapatkan Paling Banyak Berusia 17 Tahun.

Usia Jumlah Persentase

14 tahun 1 0,83% 15 tahun 19 15,83% 16 tahun 40 33,3% 17 tahun 45 37,5% 18 tahun 15 12,5% Total 120 100%

Sumber: Data primer, 2014.

Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin antara lain didapatkan bahwa responden terbanyak perempuan yaitu sebanyak 77 orang (64,17%) dan laki-laki sebanyak 43 orang (35,83%). Distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel.2 berikut ini:

(8)

Tabel 2 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data primer, 2014. B. Kondisi Lingkungan Sekolah

Berdasarkan pengolahan data hasil observasi sekolah didapatkan bahwa 2 dari sekolah yang diteliti masuk dalam kategori baik (66,67%), 1 sekolah dengan kondisi lingkungan dengan kategori cukup (33,33%) dan tidak ditemukan sekolah dengan kondisi lingkungan buruk (0%) (Tabel 3). Tabel 3 Distribusi Hasil Observasi Kondisi Lingkungan Sekolah

Kondisi Lingkungan Sekolah Jumlah Total Baik (skor >80%) 2 (66,67%) 2 (66,67%) Cukup (skor 60-80%) 1 (33,33%) 1(33,33%) Buruk (skor <60%) 0 0 Total 3 (100%) 3 (100%)

Sumber: Data primer, 2014.

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Distribusi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa SMAN di Kota Sanggau pada tahun 2014 antara lain dari total 120 siswa, 68 (56,67%) orang siswa termasuk dalam kategori baik dan 52 (43,33%) orang siswa termasuk dalam kategori buruk (dapat dilihat pada tabel 4). Tabel. 4 Distribusi PHBS pada Siswa

Sumber : Data primer, 2014

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Perempuan 77 64,17%

Laki-laki 43 35,83%

Total 120 100%

Kriteria PHBS Jumlah Persentase

Baik 68 56,67%

Buruk 52 43,33%

(9)

Tabel 5 Distribusi PHBS Berdasarkan Usia

Distribusi PHBS pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 berdasarkan usia antara lain; persentase PHBS kategori baik terbanyak di dapatkan pada responden dengan usia 17 tahun (39,7%) dan persentase PHBS kategori baik terendah pada usia 14 tahun (1,5%), sedangkan persentase PHBS kategori buruk terbanyak di dapatkan pada responden usia 16 (40,4%) tahun dan persentase PHBS buruk terendah pada usia 14 tahun (O%) (dapat dilihat pada tabel 4.5).

Tabel 6 Distribusi PHBS Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategori PHBS Jumlah

Baik Buruk

Laki-laki 23 (33,8%) 20 (38,,5%) 43 (35,8%) Perempuan 45 (66,2%) 32 (61,5%) 77 (64,2%) Total 68 (56,7%) 52 (43,3%) 120(100%) Sumber: Data Primer, 2014.

Hasil olah data didapatkan bahwa persentase PHBS kategori baik terbanyak ditemukan pada responden dengan jenis kelamin perempuan (58,4%) dan persentase PHBS kategori buruk terbanyak juga didapatkan pada responden dengan jenis kelamin perempuan (61,5%) (dapat dilihat dalam tabel 6). Usia Responden Kategori PHBS Total Baik Buruk 14 tahun 1 (1,5%) 0 1(0,8%) 15 tahun 10 (14,7%) 10 (19,23%) 20(16,7%) 16 tahun 20 (29,4%) 21 (40,4%) 41(34,2%) 17 tahun 27 (39,7%) 16 (30,7%) 43(35,8%) 18 tahun 10 (14,7%) 5 (9,6%) 15(12,5%) Total 68 (56,7%) 52 (43,3%) 120 (100%)

(10)

D. Kondisi Lingkungan Sekolah dengan PHBS pada Siswa

Tabel .7 Distribusi Persentase Kondisi Lingkungan Sekolah dengan PHBS Kondisi Lingkungan Sekolah PHBS Total Baik Buruk Baik 52(65%) 28(35%) 80(66,67%) Cukup 16(40%) 24(60%) 40(33,33%) Buruk 0 0 0 Total 68(56,67%) 52(43,33%) 120(100%) Sumber: Data primer, 2014.

Tabel 7 menunjukan bahwa siswa yang bersekolah dengan kondisi lingkungan sekolah baik memiliki persentasi PHBS baik yang lebih tinggi (65%) jika dibandingkan dengan siswa yang berada di sekolah dengan kondisi lingkungan sekolah cukup (40%).

Uji hipotesis Chi-Square dilakukan terhadap data untuk mencari hubungan antara variabel bebas yakni kondisi lingkungan sekolah dan variabel terikat yaitu PHBS pada siswa. Saat penelitian tidak didapatkan kondisi lingkungan sekolah yang masuk dalam kategori buruk, sehingga untuk kategori buruk tidak dimasukkan dalam uji Chi- Square. Syarat dilakukannya uji Chi-Square adalah tidak ada nilai observed yang sama dengan 0 dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel keseluruhan15. Setelah dilakukan uji Chi-Square tidak didapatkan nilai observed yang sama dengan 0 dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, jadi syarat uji Chi-Square telah terpenuhi.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan sekolah dengan PHBS pada siswa SMAN di Kota Sanggau, dikarenakan nilai p<0,05 yaitu p=0,009.

(11)

Pembahasan

Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan sekolah dengan PHBS pada siswa di SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 (p=0,009) (Data primer, 2014).

Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua tempat utama yang dilakukan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah adalah tempat belajar, berkreasi, bersosialisasi dan bermain, sehingga sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah8.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah terdapat ketetapan pedoman penyelenggaran lingkungan sekolah yang ditapkan oleh Mentri Kesehatan, yaitu terdapat pada Keputusan Kementrian Kesehatan (Kepmenkes) No.1429/Menkes/SK/XII/20069. Pedoman ini menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan sekolah yang sehat yang di gambarkan dari lokasi sekolah, fasilitas, hingga usaha kesehatan sekolah.

Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang, keduanya tidak dapat terpisahkan10. Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 79 menyatakan bahwa “Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas.”11

.

Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK sampai SMA/SMK/MA. Tujuan umum dibentuknya UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup; memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan

(12)

untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat; sehat baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok 12.

Terdapat 3 hal utama kegiatan UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dalam melaksanakan fungsinya UKS berada dalam pengawasan dinas kesehatan dan puskesmas 13.

Menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi (predisposing factors), yakni faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi; faktor pemungkin (enabling factors), yakni faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya; faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan14.

Lingkungan sekolah melalui UKS dapat mempengaruhi PHBS pada siswa dengan mencakup ketiga faktor tersebut yakni sebagai faktor predisposisi, sekolah melakukan peran untuk meningkatkan pengetahuan siswa melalui pendidikan kesehatan, pembiasaan sikap dan perilaku kesehatan yang baik melalui aturan-aturan sekolah; sebagai faktor pemungkin, melalui penyedian fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang PHBS di sekolah; dan sebagai faktor pendorong, melalui program-program yang mendorong pembiasaan untuk ber-PHBS seperti program bebas asap rokok, kerja bakti dan olahraga bersama.

(13)

Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 (p=0,009).

2. Siswa dengan kategori PHBS baik terbanyak didapatkan pada usia 17 tahun (39,7%) dan siswa perempuan memiliki persentase PHBS baik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa laki-laki. 3. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori baik pada siswa

SMAN di Kota Sanggau tahun 2014 mencapai 56,67% .

4. Kondisi lingkungan SMAN di Kota Sanggau tahun 2014, 66,67% termasuk dalam kategori baik.

Saran

1. Sekolah agar mengoptimalkan peran UKS agar dapat mempertahankan atau meningkatan kondisi lingkungan sekolah yang baik untuk mendukung PHBS.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS pada siswa.

Daftar Pustaka

1. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (Dinkes Provinsi Kalimantan Barat), 2012, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011, Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak. 2. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(KPPPA); Badan Pusat Statistik, 2012, Profil Anak Indonesia Tahun 2012, KPPPA, Jakarta.

3. Dinas Kesehatan Republik Indonesia (DinKes RI), 2010, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah (Serial Online), http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/phbs-di-sekolah, (20 Juni 2013).

(14)

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau (DinKes Kabupaten Sanggau), 2013, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun 2012, DinKes Kabupaten Sanggau, Sanggau.

5. Syamsu,Y., 2011, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

6. Picket, H.; John, J.H., 2009, Kesehatan Massyarakat Administrasi dan Praktik, EGC, Jakarta.

7. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa(Indonesia), 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, (Jakarta).

8. Efendi, F.; Makhfuldi, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Di dalam: Nursalam (ed), Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. 9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 , Tentang penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah(serial online),http://diskesklungkung.net/wp-content/uploads/2011/05/KMK- No.-1429-ttg-Pedoman-Penyelenggaraan-Kesling-di-Lingkungan-Sekolah.pdf, (15 Juni 2013).

10. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT Imperal Bhakti Utama, Bandung.

11. Departemen Kesehatan (Depkes) RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (serial online), Depkes RI, www.depkes.go.id/UU_No_36_2009_ pdf, (25 Februari 2014)

12. Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012, Pedoman dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah, Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Jakarta.

13. Dinas Kesehatan Kota Depok, 2014, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (Serial online),

(15)

www.usahakesehatansekolah.com/berita/pembinaan-danpengembangan-usaha- kesehatan-sekolah, (20 April2014).

14. Maulana, H.D.J., 2009, Promosi Kesehatan. Di dalam; Yuda, E. K.(ed), Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta.

15. Dahlan, M.S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan seri Evidence Based Medicine1 Edisi 4, Salemba medika, Jakarta.

(16)

Gambar

Tabel 2 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5 Distribusi PHBS Berdasarkan Usia
Tabel .7 Distribusi Persentase Kondisi Lingkungan Sekolah dengan PHBS  Kondisi  Lingkungan  Sekolah  PHBS  Total Baik Buruk  Baik  52(65%)  28(35%)  80(66,67%)  Cukup  16(40%)  24(60%)  40(33,33%)  Buruk  0  0  0  Total  68(56,67%)  52(43,33%)  120(100%)

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien regresi variabel prakerin sebesar 0,550 dan bernilai positif terhadap variabel kesiapan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan atau

0 Penjualan dan pengiriman adalah Kasir melakukan pengecekan untuk pembelian barang kemudian proses 1 sistem transaksi penjualan akan memproses dengan melihat data

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis sosiologis (sosial legal research) untuk mengkaji dan membahas

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai probabilita F sebesar 0.000 yang berarti kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan variabel keputusan investasi (asset growth), keputusan pendanaan

Lafal ijab qabul antara penjual dan tengkulak dalam jual beli padi di Desa Ketuwan Kecamatan Kedungtuban Blora dinyatakan secara lisan dengan menggunakan

Membangun aplikasi analisa Sistem Kependudukan Desa Berbasis Web Pada Desa Cihuni Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang yang mudah dioperasikan, cepat dan

Kesedaran dan kepekaan kita sebenarnya menjadi faktor utama yang menyumbang kepada pembangunan dan perkembangan di kalangan kanak-kanak terutamanya perkembangan mental dan