HUBUNGAN SIKAP TERHADAP PROGRAM
PENGEMBANGAN DIRI DALAM KTSP DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA SMP NEGERI 1 MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi
Oleh:
SUHAILA DAUD
041301075
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP NEGERI 1 MEDAN
Dipersiapkan dan disusun oleh
SUHAILA DAUD
041301075
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 4 September 2008
Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi
Prof.dr. Chairul Yoel, Sp.A (K) NIP.140 080 762
Dewan Penguji
1. Rr. Lita Hadiati Wulandari, S.Psi Penguji I merangkap pembimbing NIP. 132 283 165
2. Fillia Dina Anggaraeni, S.Sos Penguji II NIP. 132 255 302
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP SMP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri 1 Medan ” adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, September 2008
Yang Membuat Pernyataan
Abstraksi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Suhaila Daud : 041301075
Hubungan Sikap Siswa terhadap Program
Diri dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri I xv + 56 hal; 2008; 15 tabel
Bibliografi : 17 (1991-2008)
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri I Medan. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Program pengembangan diri dalam KTSP sebagian bagian dari lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri yang bervariasi pada masing-masing siswa memunculkan respon yang berbeda pula.
Penelitian ini melibatkan 106 orang siswa SMP Negeri I Medan sebagai subjek penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berstatus siswa SMP Negeri I Medan dan mengikuti minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler dalam program pengembangan diri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability dengan metode stratified cluster random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan uji korelasi pearson product moment. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi berprestasi yang dirancang sendiri oleh peneliti.
Hasil analisa data menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai korelasi r= 0.406 dengan nilai p= 0.000
Implikasi penelitian ini adalah agar para pendidik di SMP Negeri I lebih memerhatikan keoptimalan pelaksanaan pengembangan diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan kepada saya. Hanya dengan izinNyalah skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi” ini akhirnya selesai dan bisa saya persembahkan bagi para pembaca sekalian. Saya selalu mendengar ‘mitos’ dari teman-teman saya yang telah menyelesaikan skripsi mereka bahwa ketika telah sampai momen penulisan kata pengantar adalah saat yang dinantikan karena hanya pada bagian inilah kita menulis layaknya air mengalir tanpa harus mengerutkan dahi untuk memastikan tata tulis ilmiah yang baku. Mitos tersebut ternyata benar saya rasakan sekarang. Menghabiskan beberapa tahun dari kehidupan saya menuntut ilmu di fakultas Psikologi merupakan kenangan yang membuat saya maju mundur dalam penyelesaian tulisan ini mengingat konsekuensi dari penyelesaian skripsi ini yaitu akan berakhirnya status saya sebagai penghuni kampus Psikologi USU.
Saya sangat sadar akan banyaknya kekurangan dalam penelitian pertama saya ini. Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan selama saya menyusun skripsi ini, begitu banyak pula peran dari orang-orang di sekitar saya dalam penyelesaiannya yang tanpa adanya mereka saya yakin skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ayahanda M. Daud Ibrahin & Ibunda Fadhilah yang tercinta atas segala dukungan, motivasi, kasih sayang dengan tanpa syarat yang telah diberikan kepada saya. (makasi ya pa,, ma,,,)
2. Bapak Prof.Dr.Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Filia Dina yang selalu membawa lentera di saat saya memerlukannya dan selalu membuat saya merasa mampu akan segala tantangan yang saya hadapi… (Bu, bagi saya Ibu pembimbing spiritual sesungguhnya).
5. Fahmi yang telah begitu banyak memberi segala bentuk dukungan kepada saya,,,,
6. Bu Desvi, Bu Yanti atas segala arahan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.
7. Bu Lili dan Bu Eti atas arahan mengenai metodologi skripsi saya.
8. Khaled,,, yang tiada henti mengalirkan inspirasi dan motivasi untuk saya. 9. Pak Is yang sering saya ganggu waktunya untuk kepentingan skripsi saya. 10.P Aswan, Kak Ari, Bang Roanal, Pak Anto atas segala kontribusi dan
bantuannya,,
11.Bu Irna,,, tanpa beliau akan sulit rasanya skripsi ini saya selesaikan,,, (makasi ya, Ibu)
12.Riri, Wita, Kiki, Kakak, Wia, Nisa, Lani, Eqi, Kris, Zul, Nesa, Kak Vi yang telah banyak memotivasi dan membantu saya. Bersama kalian waktu empat tahun terasa sangat singkat dan jauh dari kata cukup.
13.Mak Edah, Ikun, Suci, Kak Tio, Reni ,,,, makasi ya atas motivasi kalian dan telah menjadi partner di bidang Pendidikan,,,
14.Kak Farida yang dalam kesibukannya telah meluangkan banyak waktunya untuk memeberi arahan, dukungan serta masukan dalam penyelesaian skripsis saya.
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan... i
Abstrak... ii
Kata Pengantar... iii
Daftar Isi... vii
Daftar Tabel... x
Daftar Lampiran... xi
Bab I Pendahuluan... 1
I.A. Latar Belakang Masalah... 1
I.B. Tujuan Penelitian... 8
I.C. Manfaat Penelitian... 8
I.D. Sistematika Penulisan... 9
Bab II Landasan Teori... 11
II.A. Motivasi Berprestasi... 11
II.A.1 Definisi Motivasi Berprestasi... 11
II.A.2 Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi... 12
II.A.3. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi... 13
II.A.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi1 13 II.B. Pengembangan Diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan II.B.1. Definisi Pengembangan Diri... 14
II.B.1.2.Tujuan Khusus Pengembangan Diri... 15
II.B.1.3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri... 16
II.B.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... 17
II.B.2.1. Landasan Pengembangan KTSP... 18
II.B.3. Pengembangan Diri dalam KTSP... 19
II.C. Sikap... 19
II.C.1. Definisi Sikap... 19
II.C.2. Komponen Sikap... 20
II.C.3. Pembentukan Sikap... 21
II.C.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap... 21
II.C.5. Perubahan Sikap... 21
II.C.6. Fungsi Sikap 22
II.C.7. Sikap dan Perilaku Manusia... 23
II.D. Siswa... 23
II.E. Hubungan Sikap Siswa Terhadap Program Pengembangan Diri Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP dengan Motivasi Berprestasi... 23
II.F. Hipotesis... 25
Bab III Metode Penelitian... 26
III.A. Identifikasi Variabel Penelitian... 26
III.B. Definisi Operasional... 26
III.C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 28
III.C.1. Populasi dan Sampel... 28
III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel………. 29
III.D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 29
III.E. Uji Validitas & Reliabilitas Alat Ukur... 32
III.E.1 Validitas... 32
III.E. 2. Reliabilitas... 33
III.F. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 33
III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 25
III. G. 1. Tahap Persiapan... 35
III. G. 2. Tahap Pelaksanaan... 37
III. G. 3. Tahap Pengolahan Data... 37
III.H. Metode Analisa Data... 37
Bab IV Hasil dan Interpretasi Data... 40
IV.A. Gambaran Subjek Penelitian... 40
IV.A.1. Gambaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin... 40
IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkatan Kelas... 41
IV.B. Hasil Penelitian Utama ... 42
IV.B.1. Uji Asumsi... 42
IV.B.1.1. Uji Normalitas... 42
IV.B.2. Hasil Utama... 44
IV.B.2.1 Gambaran Skor Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP... 45
IV.B.2.2. Gambaran Skor Motivasi Berprestasi ... 46
IV.C. Hasil Tambahan……….. 47
IV.C.1. Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan Jenis kelamin 47 IV.C.2. Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan Tingkatan Kelas 48 IV.D. Interpretasi Data 49 Bab V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran... 51
V.A. Kesimpulan……….. 52
V.B. Diskusi……….. 51
V.C. Saran………. 53
V.C.1. Saran Metodologis……… 53
V.C.2. Saran Praktis………. 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP Sebelum Uji Coba
30
Tabel 2
Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba
31
Tabel 3 Bobot nilai pernyataan skala 32
Tabel 4
Distribusi Aitem skala sikap terhadap program
pengembangan diri dalam KTSP SMP setelah uji Coba
34
Tabel 5
Distribusi Aitem skala motivasi berprestasi setelah uji Coba
34
Tabel 6 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 40
Tabel 7
Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas
42
Tabel 8
Normalitas variabel Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP
42
Tabel 9 Normalitas variabel Motivasi Berprestasi 43
Tabel 10
Statistik Data Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP
45
Tabel 11
Rangkuman Gambaran Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP
46
Tabel 14
Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan jenis kelamin
48
Tabel 15
Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan tingkatan kelas
Abstraksi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Suhaila Daud : 041301075
Hubungan Sikap Siswa terhadap Program
Diri dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri I xv + 56 hal; 2008; 15 tabel
Bibliografi : 17 (1991-2008)
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri I Medan. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Program pengembangan diri dalam KTSP sebagian bagian dari lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri yang bervariasi pada masing-masing siswa memunculkan respon yang berbeda pula.
Penelitian ini melibatkan 106 orang siswa SMP Negeri I Medan sebagai subjek penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berstatus siswa SMP Negeri I Medan dan mengikuti minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler dalam program pengembangan diri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability dengan metode stratified cluster random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan uji korelasi pearson product moment. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi berprestasi yang dirancang sendiri oleh peneliti.
Hasil analisa data menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai korelasi r= 0.406 dengan nilai p= 0.000
BAB I LATAR BELAKANG I.A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar berarti
menunjukkan adanya perubahan yang bersifat positif sehingga pada akhirnya akan
didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar
tersebut tercermin dalam prestasi belajar (Wahyuningsih, 2004).
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya menyeluruh dan
prestasi belajar merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh setiap siswa.
Berbagai macam usaha melalui beragam sarana dilakukan oleh para siswa untuk
mencapai prestasi belajar. Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam
pencapaian prestasi. Motivasi menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting
dalam belajar. Gedung dibangun, guru disediakan, alat belajar dilengkapi,
tentunya dengan harapan agar siswa bersekolah dengan penuh semangat dan
menghasilkan prestasi yang maksimal, tetapi semua itu akan sia-sia tanpa diiringi
motivasi siswa untuk belajar (Djiwandono, 2002).
Menurut Santrock (2007) motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Dalam dunia pendidikan, motivasi yang berasal dari
proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Walaupun demikian, bukan berarti
motivasi dari luar diri (ekstrinsik) tidak penting (dalam Sukadji, 2001) dan
motivasi yang memiliki peran paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
motivasi berprestasi, dimana siswa cenderung berjuang untuk mencapai sukses
atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal
(McClelland & Atkinson, dalam Djiwandono 2002). Motivasi berprestasi
menghadirkan kesediaan siswa untuk belajar dan kesediaaan ini merupakan hasil
dari beragam faktor, mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat, situasi belajar, dan
sebagainya (Djiwandono, 2002).
Keseluruhan proses belajar yang bermuara pada pencapaian prestasi
tentunya memerlukan sistem tertentu. Sistem didalam pendidikan disebut dengan
kurikulum, kurikulum ini diatur dan disepakati bersama oleh penyelenggara
pendidikan baik itu ditingkat nasional sampai pada tingkat kota dan kabupaten.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum,
dalam penyusunannya terus mengalami perubahan. Hal ini dilakukan demi
mendapat formula yang tepat dan efektif yang bermuara pada kemajuan dunia
pendidikan Indonesia (Harahap, 2008).
Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang adalah Kurikulum
Tingkatan Satuan Pembelajaran (KTSP) yang mulai dilaksanakan pada awal tahun
pengembangan keterampilan (Harahap, 2008). KTSP memberi keluasan penuh
setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi
sekolah dan potensi daerah sekitar. Kurikulum ini merupakan hasil penegasan dari
kebijakan desentralisasi (Susilo, 2007).
KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah
mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu (dalam Buku Pegangan
Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).
Prasetyo Utomo (dalam Susilo, 2007) mengatakan keuntungan yang bisa
diraih guru dengan kurikulum KTSP adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan
peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Melalui KYSP diharapkan guru lebih
mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya serta sekolah dipacu untuk
dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan peserta didik dan
sumber belajar yang tersedia.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. SNP
terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan (dalam
KTSP memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP
SMP, 2006).
Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum
memang relatif baru. Kehadirannya menarik untuk didiskusikan baik secara
konseptual maupun dalam prakteknya. Melihat literatur tentang teori-teori
pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan dapat
disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim
digunakan dan banyak dikenal ( Sudrajat, 2008).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
merumuskan pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik (Susilo, 2007).
Kegiatan pengembangan diri dilakukan di luar jam reguler (jam efektif),
kurikulum sebelumnya, dalam KTSP terjadi pengurangan jumlah jam efektif
setiap minggunya. Pada kenyataannya dengan adanya pengembangan diri maka
sebetulnya aktivitas pembelajaran diri siswa tidaklah berkurang, siswa justru akan
lebih disibukkan lagi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri yang memang
lebih bersifat ekspresif, tanpa “terkerangkeng” di dalam ruangan kelas (Sudrajat,
2008).
Waktu pembelajaran efektif dalam satu minggu pada KTSP adalah 32-36
jam pembelajaran, dengan alokasi waktu satu jam pembelajarannya adalah 40
menit. Dengan kebutuhan waktu belajar 1280-1440 menit per/minggu atau setara
dengan 21-24 jam per/minggunya maka dibutuhkan rata-rata 5 jam per/hari waktu
belajar siswa dalam 5 hari (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP,
2006).
Pada tingkat Pemerintahan Daerah, Dinas Pendidikan Kota Medan mulai
tahun ajaran 2006/2007 mengeluarkan kebijakan penerapan KTSP di seluruh
satuan pendidikan. Kebijakan tersebut mengisyaratkan bahwa Satuan Pendidikan
di Kota Medan harus berupaya untuk dapat melaksanakan KTSP sesuai dengan
aturan dan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional (dalam Ikhwan, 2007).
Pemerintah kota Medan juga menyambut semangat desentralisasi ini
dengan mengeluarkan aturan pemberlakuan lima hari sekolah mulai tahun ajaran
2006/2007 atau sejak 15 Januari 2007 melalui SK Walikota Medan No 420/1308.
Keputusan ini sudah melalui pertimbangan dan berkonsultasi dengan berbagai
Utara, akademisi bidang pendidikan, serta dewan pendidikan sekolah (SK
Walikota, 2006).
Belajar efektif hanya lima hari, bukan berarti pada hari keenam, atau hari
Sabtu, para siswa akan libur. Siswa tetap akan masuk belajar, namun materi yang
diajarkan di luar kurikulum yaitu dengan kegiatan pengembangan diri. Hari Sabtu
merupakan hari kreativitas, produktivitas dan pengembangan diri (Basri, dalam
Ikhwan 2007).
Untuk siswa yang secara langsung menjadi sasaran perubahan kurikulum,
pemberlakuan KTSP yang di dalamnya memuat program pengembangan diri dan
tentunya memiliki sikap tersendiri terhadap hal ini. Perubahan ini menimbulkan
pro dan kontra tersendiri dikalangan para siswa, salah satunya dapat terlihat dalam
pernyataan seorang guru SMP Dharwawangsa di bawah ini:
”Sebagian siswa merasa senang dan menunjukkan sikap antusias yang cukup tinggi, sedangkan sebagian lainnya juga ada yang merasa tidak senang akan penerapan program pengembangan diri dalam KTSP ini ”.
(Komunikasi Personal, 15 Maret 2008)
Berdasarkan sikap yang dimiliki oleh masing-masing siswa akan program
pengembangan diri dalam KTSP ini, tentunya berpengaruh akan tingkat
ketertarikan siswa pada sekolah dan belajar dengan semakin besarnya peluang
akan tersalurkannya bakat siswa dengan adanya program pengembangan diri
dalam KTSP sesuai dengan penuturan Wakil Kepala Sekolah SMP Negri 1
Berikut ini :
bakat, minat masing siswa dan ketersediaan fasilitas di masing-masing sekolah”
(Komunikasi Personal, 15 Maret 2008)
Pengembangan diri sebagi suatu hal yang baru menghadirkan pandangan
dan perasaan yang berbeda dari para siswa. Setiap siswa memiliki pandangan dan
perasaan tertentu terhadap segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan dan
situasi sosial sekitarnya. Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan
kecendrungan perilaku siswa terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, individu lain
bahakan terhadap diri sendiri (Azwar, 2005)
Program pengembangan diri dalam KTSP sebagai suatu objek baru bagi
siswa tentunya menimbulkan respons yang berbeda dari masing-masing siswa.
Respons siswa terhadap program pengembangan diri, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rosenberg dan Hovland (dalam Sukadji 2001) didasari oleh
perbedaan sikap mereka terhadap program tersebut. Perbedaan sikap siswa
terhadap program pengembangan diri yang merupakan bagian dalam kurikulum
dapat dimasukkan dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung,
yang menurut McClelland (dalam Sukadji 2001) termasuk salah satu faktor yang
yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Hal ini dapat dihubungkan
dengan apa yang dikemukakan oleh Zanden (dalam Sukadji 2001), yang
mengatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan sikap. Seseorang bisa saja
memiliki kebutuhan untuk berprestasi, tetapi karena satu dan lain hal tidak pernah
Berdasarakan hal tersebut diatas dianggap penting dilakukan penelitian
untuk ingin hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam
KTSP SMP dengan motivasi berprestasi.
I. B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan sikap siswa terhadap
program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi berprestasi.
I. C. Manfaat Penelitian I. C. 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan
ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan dapat menjadi salah satu
sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut masalah yang
berkaitan dengan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP dengan motivasi berprestasi.
I.C. 2. Manfaat Praktis
a. Subjek Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
bagaimana sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP dan tingkat motivasi berprestasi siswa.
b. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
bagaimana sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
pertimbangan untuk melaksanakan program pengembangan diri dalam KTSP
SMP.
d. Dinas Pendidikan
Menjadi masukan dalam penyusunan program pengembangan diri dalam
KTSP SMP.
I. D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang
menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang sikap dan
motivasi berprestasi.
Bab III Metode penelitian
Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan
reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk
mengolah hasil data penelitian.
Bab IV : Hasil dan Interpretasi Data
Berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian utama, dan hasil
Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, dan saran-saran untuk
BAB II
LANDASAN TEORI II.A. Motivasi Berprestasi
II.A.1 Definisi Motivasi Berprestasi
Motivasi merupakan suatu istilah yang menunjuk pada kekuatan tarikan
dan dorongan, yang akan menghasilkan kegigihan perilaku yang diarahkan untuk
mencapai tujuan. Motivasi dan motif sering dipakai dengan pengertian yang sama
(Morgan, dalam Sukadji 1993). Menurut Santrock (2007) motivasi adalah proses
yang memberi semangat , arah, dan kegigihan perilaku.
McClelland (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan bahwa manusia
dalam berinteraksi dengan lingkungannya sering sekali dipengaruhi oleh berbagai
motif. Motif tersebut berkaitan dengan keberadaan dirinya sebagai mahluk
biologis dan mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan lingkungannya. Motif
yang dikemukakan oleh McClelland salah satunya yaitu motivasi untuk
berprestasi.
Motif untuk berprestasi (achievement motive) adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu
ukuran keunggulan (standard of excellence), baik berasal dari standar prestasinya sendiri (autonomous standards) diwaktu lalu ataupun prestasi orang lain (social comparison standard).
Berdasarkan uraian di atas motivasi berprestasi yang digunakan dalam
mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran
keunggulan (standard of excellence).
II.A.2 Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi
Menurut McClelland (dalam Sukadji, 2001) Ciri-ciri individu dengan
motif berprestasi yang tinggi antara lain adalah:
1. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan
maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standard bagi
prestasinya dan yang memiliki arti.
2. Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas
rutin, tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas
khusus yang memiliki arti bagi mereka.
3. Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan
diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu
mudah ataupun terlalu sulit.
4. Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh
rewards (hadiah atau uang).
5. Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya.
6. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan/peluang.
7. Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman.
8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan
kemampuannya.
9. Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu
10.Kreatif.
11.Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.
II.A.3 Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi
Menurut Atkinson (dalam Sukadji 2001), motivasi berprestasi dapat tinggi
atau rendah, didasari pada dua aspek yang terkandung didalamnya yaitu harapan
untuk sukses atau berhasil ( motif of success) dan juga ketakutan akan kegagalan
(motive to avoid failure). Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan dikelompokkan kedalam mereka yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan seseorang yang memiliki
ketakutan akan kegagalan yang lebih besar daripada harapan untuk berhasil
dikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
II.A.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Sukadji, 2001) menjelaskan mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:
1. Harapan orangtua terhadap anaknya
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang
untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk
bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Dari
penilaian diperoleh bahwa orangtua dari anak yang berprestasi
melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya.
2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang sering
kecendrungan untuk berprestasi pada diri seseorang. Biasanya hal itu
dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama melalui interaksi
dengan orangtua dan “significant others”
3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya
keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang
selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri
tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan
berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi.
4. Peniruan tingkah laku
Melalui “observational learning” anak mengambil atau meniru banyak karateristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk
berprestasi , jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat
tertentu.
5. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi
semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung
akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi
terhadap suasana kompetisi dan tidak khwatir akan kegagalan.
II.B. Pengembangan Diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan II.B.1. Definisi Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai
konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Program pengembangan diri ditentukan
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik dengan menyebarkan angket kepada
peserta didik.
Alokasi waktu pengembangan diri setara (ekuivalen) dengan dua jam
pelajaran. Pembimbing dari kegiatan pengembangan diri adalah pendidik,
instruktur dan alumni di bawah koordinasi konselor (guru Bimbingan Konseling
atau Bimbingan Penyuluhan). Penilaian pengembangan diri dilakukan dengan cara
observasi dan bentuk nilainya diberikan secara kualitatif deskriptif. Penilai
pengembangan diri dilakukan oleh pembimbing kegiatan pengembangan diri di
bawah koordinasi konselor (guru BK/BP).
II.B.1.1. Tujuan Umum Pengembangan Diri
Tujuan umum dari pengembangan diri adalah untuk memberi kesempatan
peserta didik mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah.
II.B.1.2.Tujuan Khusus Pengembangan Diri
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan :
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
f. Kemampuan sosial
g. Kemampuan belajar
h. Wawasan dan perencanaan karir
i. Kemampuan pemecahan masalah
j. Kemandirian
II.B.1.3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui
penyelenggaraan :
1) Layanan dan kegiatan pendukung konseling
2) Kegiatan ekstra kurikuler, meliputi kegiatan kepramukaan, latihan
kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni olahraga, cinta
alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
3) Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan
sebagai berikut :
Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti : upacara
bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan,
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti
: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada
Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti
: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji
kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan di lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah sesuai dengan jadwal kegiatan. Kegitatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram
dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
yang diikuti oleh semua peserta didik.
II.B.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. KTSP yang merupakan salah satu bentuk
realisasi kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum
benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di sekolah
yang bersangkutan di masa sekarang dan di masa yang akan datang dengan
mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional, dan tuntutan global dengan
semanagat manajemen berbasis sekolah (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan
KTSP SMP, 2006).
KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidkan di tingkat satuan pendidikan. Tujuan dari
pelaksanaan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah
mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu (dalam Buku Pegangan
Waktu pembelajaran efektif dalam satu minggu pada KTSP adalah 32-36
jam pembelajaran, dengan alokasi waktu satu jam pembelajarannya adalah 40
menit. Dengan kebutuhan waktu belajar 1280-1440 menit per/minggu atau setara
dengan 21-24 jam per/minggunya maka dibutuhkan rata-rata 5 jam per/hari waktu
belajar siswa dalam 5 harinya (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP,
2006) .
Berdasarkan uraian di atas KTSP adalah.kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidkan yang berisi 10
mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
II.B.2.1. Landasan Pengembangan KTSP
Landasan pengembangan KTSP adalah UU N0 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidkan Nasional, PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), permediknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 23
tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, dan permendiknas no 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan
permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah dan permendiknas no 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, serta memperhatikan
panduan penyusunan KTSP yang disusun Badan Standarisasi Nasional Pendidikan
II.B.3. Pengembangan Diri dalam KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan yang berisi 10 mata pelajaran, muatan lokal,
dan pengembangan diri. Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler (dalam Buku Pegangan
Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).
II.C. Sikap
II.C.1. Definisi Sikap
Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu
tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan
kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi,
bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh
ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa
yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005).
Morgan (dalam Sukadji, 1993) menyatakan sikap adalah suatu evaluasi,
yang merupakan predisposisi perolehan belajar. Predisposisi mengarahkan prilaku
yang evaluatif yang konsisten terhadap orang, sekelompok orang, suatu objek,
atau sekelompok objek. Pernyataan evaluatif dapat bermacam-macam, seperti
senang-tidak senang, pro-anti, setuju-tidak setuju, positif-negatif, dan sebagainya.
Azwar (2005), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka
Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema
triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk
bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan
konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap suatu objek.
II.C.2. Komponen Sikap
Sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Komponen
afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau
tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen konatif, adalah komponen
sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan
dengan objek sikap (dalam Azwar, 2005).
Mann (dalam Azwar, 2005) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi
persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimilki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini),
Kompoenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkutr masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar
paling dalam sebagi komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau
bereaksi terhadap sesuatu cara-cara tertentu.
II.C.3. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap
dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap tertentu.
Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu
yang satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya
(Azwar, 2005).
II.C.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi,
kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga
pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional (Azwar, 2005).
II.C.5. Perubahan Sikap
Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau
pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perbahan sikap ke arah
mengenai organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
proses perubahan sikap.
Pada teori Kelman (dalam Azwar, 2005) ditunjukkan bagaimana sikap
dapat berubah melaui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi.
Kesediaan erjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau
dari kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperolah reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi terjadi saat individu meniru
perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan sikap
tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubugan yang
menyenangkan antara individu dengan pihak lain termaksud. Internalisasi terjadi
saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh itu
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai
dengan sistem nilai yang dianutnya (Azwar, 2005).
Kelman (dalam Azwar, 2005) mengatakan bahwa proses mana yang akan
terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak
yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses
terjadinya pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap.
II.C.6. Fungsi Sikap
Baron (2004) mengatakan; Pertama, sikap berfungsi sebagai skema
kerangka kerja mental yang membantu individu untuk menginterpretasi dan
memproses berbagai jenis informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga diri
meningkatkan perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi untuk
menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function).
II.C.7. Sikap dan Perilaku Manusia
Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Dampaknya
hanya terbatas pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap
umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi
tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif. Ketiga, sikap
terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi
atau niat untuk berperilaku tertentu (Azwar, 2005).
II.D. Siswa
Siswa adalah anak didik yang sedang menempuh pendidikan pada strata
tertentu mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), menengah pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau setara
paket C, pada Sekolah Menengah Umum (SMU)/ Madrasah Aliyah (MA) atau
setara paket B (UU No 20 tahun 2003). Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa
adalah siswa SMP yaitu setiap anak didik yang sedang menempuh pendidikan di
SMP.
II.E. Hubungan Sikap Siswa Terhadap Program Pengembangan Diri Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP dengan Motivasi
Berprestasi.
dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan memberikan hasil positif dalam
proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Walaupun demikian, bukan berarti
motivasi dari luar diri (ekstrinsik) tidak penting (dalam Sukadji, 2001) dan
motivasi yang memiliki peran paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
motivasi berprestasi, dimana siswa cenderung berjuang untuk mencapai sukses
atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal
(McClelland & Atkinson, dalam Djiwandono 2002). Motivasi berprestasi
menghadirkan kesediaan siswa untuk belajar dan kesediaaan ini merupakan hasil
dari beragam faktor. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat, situasi belajar, dan
sebagainya (Djiwandono, 2002).
Setiap orang memiliki pandangan dan perasaan tertentu terhadap segala
sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan dan situasi sosial sekitarnya. Selalu
saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan,
mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu
terhadap individu lain atau sesuatu yang sedang dihadapi, bahkan terhadap diri
sendiri. Pandangan dan perasaan yang dimiliki dipengaruhi oleh ingatan dari masa
lalu, oleh apa yang individu ketahui dan kesan terhadap apa yang sedang dihadapi
saat ini (Azwar, 2005).
Program pengembangan diri dalam KTSP merupakan suatu hal yang baru.
Program ini memberi kesempatan berprestasi yang lebih besar kepada siswa, baik
di bidang akademis maupun di luar bidang akademis. Sebagai suatau objek baru
siswa. Respons siswa terhadap program pengembangan diri, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Rosenberg dan Hovland (dalam Sukadji, 2001) didasari oleh
perbedaan sikap siswa terhadap program tersebut. Sikap siswa merupakan hal
yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini penting karena sikap siswa
tersebut dapat digolongkan menjadi unsur dari lingkungan tempat proses belajar
berlangsung, yang menurut McClelland (dalam Sukadji, 2001) termasuk dalam
salah satu faktor yang yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa.
Pengembangan diri selain menghadirkan kesempatan berprestasi, program ini juga
apabila dijalankan sesuai dengan panduan pelaksanaan kurikulum oleh pihak
sekolah, yang seharusnya bersifat ekspresif dan bebas sesuai dengan minat dan
bakat siswa akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan motivasi
berprestasi bagi siswa yang mengikutinya. Kecenderungan siswa dalam ikut
berpartisipasi dalam program pengembangan diri tentunya terlebih dahulu
bergantung pada sikap siswa akan program tersebut.
II.F. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka
dalam penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut :
“Ada hubungan antara sikap siswa mengenai program pengembangan diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP dengan motivasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu
metode penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain.
III. A. Identifikasi Variabel Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang
terlibat adalah:
Variabel Tergantung : Motivasi berprestasi
Variabel Bebas : Sikap siswa terhadap program pengembangan diri
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP
III. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian III. B. 1. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai
keberhasilan dalam bersaing di kelas pada bidang akademis dengan suatu ukuran
keunggulan (peringkat kelas) yang diukur melalui skala motivasi berprestasi yang
disusun oleh peneliti berdasarkan karakteristik individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi oleh McClelland (dalam Sukadji, 2001).
Skala motivasi berprestasi yang disusun peneliti menggunakan skala
model likert, yaitu skala yang didalamnya terdiri sejumlah item yang merefleksikan suatu gagasan atau daerah yang sedang diperhatikan. Skor tinggi
pada skala ini menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi pada siswa dan
rendah pada siswa. Subjek dikategorikan memiliki motivasi berprestasi tinggi
apabila mendapatkan skor ≥ dan subjek dikatakan memiliki motivasi berprestasi
rendah jika mendapatkan skor < .
III. B. 2. Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP SMP
Sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP adalah
bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi dari siswa
berupa sikap positif atau sikap negatif yang merupakan hasil interaksi antara
komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami,
merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP.
Sikap diungkap melalui skala sikap yang disusun berdasarkan tiga
komponen sikap yang dikemukakan oleh Azwar (2005) dan komponen-komponen
dari pengembangan diri.
Skala sikap ini menggunakan skala model likert, yaitu skala yang didalamnya terdiri sejumlah item yang merefleksikan suatu gagasan atau daerah
yang sedang diperhatikan. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan sikap yang
positif terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP pada siswa dan
sebaliknya skor rendah pada skala ini menunjukkan sikap yang negatif terhadap
program pengembangan diri dalam KTSP SMP pada siswa. Subjek dikategorikan
memiliki sikap positif apabila memperoleh skor ≥ dan subjek dikatakan
III.C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel III.C.1. Populasi dan Sampel
Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala
atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu akan digeneralisasikan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri I Medan. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 1122 orang yang terdiri dari orang yang berada di kelas
386 VII, 378 di kelas VIII, dan 358 berada di kelas IX. Mengingat keterbatasan
peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti
sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau
yang dikenal dengan nama sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau
sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus
mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Selanjutnya hasil
penelitian ini diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.
Hadi (2000) mengungkapkan bahwa syarat utama agar hasil penelitian
dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar–benar
mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar
representatif. Arikunto (1998) menyebutkan jika jumlah populasi lebih dari 100
orang maka jumlah sampel yang diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau
lebih. Peneliti mengambil sampel 10 % dari jumlah populasi, yaitu 106 orang
III.C.2.Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger (dalam Hadi, 2000)
berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik dalam
pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari
populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar
mewakili populasi (Hadi, 2000).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
probability, dalam teknik probability semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik stratified cluster random sampling dimana dalam teknik stratified cluster random sampling ini populasi dibagi menjadi dua segmen atau lebih yang mutually exclusive yang disebut strata, berdasarkan kategori-kategori dari satu atau lebih variabel yang
relevan, baru kemudian dilakukan simple random sampling (Hadi, 2000).
III.D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat
ukur aspek afektif, kognitif dan konatif yang merupakan konstruk atau konsep
psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 1999).
Metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan dan alasan-alasan
penggunaan yaitu:
a. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari
b. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal.
c. Subyek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari
pernyataan skala.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi
berprestasi. Skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
disusun berdasarkan tiga komponen sikap dan tiga komponen dari program
[image:44.595.106.562.415.676.2]pengembangan diri dengan blue print yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP Sebelum Uji Coba
No Aspek Kognitif Afektif Konatif Total
Fav UnFav Fav UnFav Fav UnFav
1 Layanan dan kegiatan
pendukung konseling 2 2 2 2 2 2 12 2 Kegiatan Ekstrakurikuler
2 2 2 2 2 2 12
3 Kegiatan pengembangan diri
secara tidak terprogram :
a. Rutin b. Spontan c. Keteladanan, 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 12 12
Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan karakteristik individu yang
[image:45.595.118.539.242.666.2]memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan blue print yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba
N0 Karakteristik Fav UnFav Total
1 Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar bagi prestasinya dan yang memiliki arti.
3 2 5
2 Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas rutin, tetapi biasanya
menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi mereka
2 3 5
3 Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.
2 2 4
4 Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh rewards (hadiah atau uang).
3 2 5
5 Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya. 2 2 4
6 Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan /peluang.
3 2 5
7 Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman. 2 2 4
8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya
3 2 5
9 Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah.
3 2 5
10 Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.
4 2 6
Tabel 3
Bobot nilai pernyataan skala
Bobot nilai STS TS S SS
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
III.E. Uji Validitas & Reliabilitas Alat Ukur III.E.1 Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung
pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat (Azwar 2005).
Menurut Azwar (2005), estimasi validitas dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis korelasional yaitu yang dinyatakan melalui korelasi antara
distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang
relevan. Tidak semua pendekatan validitas memerlukan analisis statistika. Tipe
validitas yang berbeda menghendaki cara analisis yang berbeda pula. Tipe
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah contentvalidity (validitas isi) yaitu validitas yang menujukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengujian validitas ini
tidak melalui analisa statistika melainkan menggunakan analisis rasional yang
III.E. 2. Reliabilitas
Azwar (2000) menyatakan hasil pengukuran dapat dipercaya hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek
yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek tidak berubah. Uji reliabilitas alat ukur atau skala ini menggunakan
koefisien reliabilitas Alpha.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang
semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas.
Pengukuran bidang psikologi yang mencapai angka koefisien reliabilitas 1 tidak
pernah dapat dijumpai (Azwar, 2001). Menurut Sekaran (dalam Hardaningtyas,
2005) pada umumnya bila koefisien alpha cronbach <0,6 dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya kurang baik, sedangkan koefisien alpha cronbach >0,7-0,8 tingkat reliabilitasnya dapat diterima, dan akan sangat baik jika >0,8. Teknik yang
digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan bantuan
program SPSS versi 15.0.
III.F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP dan skala motivasi berprestasi dilakukan terhadap 60 orang siswa SMP
Negri 1 Medan.
Hasil perhitungan reliabilitas skala sikap terhadap program pengembangan
Tabel 4
Distribusi Aitem skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP setelah uji Coba
No Aspek Kognitif Afektif Konatif Total
Fav UnFav Fav UnFav Fav UnFav
1 Layanan dan kegiatan
pendukung konseling
7 20, 35 8, 26 19 9 - 7
2 Kegiatan Ekstrakurikuler 11, 43 27 10, 29 34, 21 22, 48 30 10
3 Kegiatan pengembangan diri
secara tidak terprogram :
a. Rutin b. Spontan c. Keteladanan 12, 36 17, 32 6 13, 38 24 25 23, 35 16 1 - 4 42 14, 41 2, 31 18, 33 15, 39 28, 32 3 10 9 7
Total 9 7 8 5 9 6 44
[image:48.595.87.540.596.756.2]Hasil perhitungan reliabilitas skala motivasi berprestasi adalah 0.825
Tabel 5
Distribusi Aitem skala motivasi berprestasi setelah uji Coba
N0 Karakteristik Fav UnFav Total
1 Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar bagi prestasinya dan yang memiliki arti.
13, 21 - 2
2 Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas rutin, tetapi biasanya
menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas
3 Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.
12 20 2
4 Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh rewards (hadiah atau uang).
1, 15, 22 11, 18 4
5 Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya. 9, 26 5 3
6 Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan /peluang.
10, 16, 31 6, 27 5
7 Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman. 8 30 2
8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya
7, 23 19, 28 4
9 Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu masalah.
4, 24 - 2
10 Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.
17 - 1
Total 20 11 31
III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap
tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
III. G. 1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan peneliti adalah :
a. Pembuatan alat ukur
Pada tahap ini alat ukur yang terdiri dari dari skala sikap terhadap program
pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Peneliti membuat
60 item untuk skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP dan 48 item untuk motivasi berprestasi dengan empat pilihan jawaban .
b. Melakukan survey
Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sampel yang hendak
diteliti, maka peneliti mendatangi SMP Negeri 1 Medan untuk mendapatkan
data dan jumlah sampel yang akan dipakai pada uji coba dan sampel yang
akan dipakai dalam penelitian.
c. Uji coba alat ukur
Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2008 dengan
memberikan skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP
SMP dan skala motivasi berprestasi kepada 60 orang Siswa kelas VII dan
VIII internasional yang berada di SMP Negeri 1 Medan.
d. Revisi Alat Ukur
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang dilakukan pada 106 orang
siswa/siswi SMP Negeri 1 Medan, peneliti menguji validitas dan reliabilitas
skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala
motivasi berprestasi dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer
software Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows 15.0 version. Setelah diketahui item-item mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil item-item tersebut untuk dijadikan skala
sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala
motivasi berprestasi. Skala inilah yang digunakan peneliti dalam mengambil
III. G. 2. Tahap Pelaksanaan
Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengambilan
data kepada 106 orang sampel dengan memberikan alat ukur berupa skala sikap
siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi
berprestasi yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus – 29Agustus 2008. Peneliti
memberikan skala kepada siswa/siswi kelas VII, VIII, dan IX pada SMP Negeri 1
Medan.
III. G. 3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk
pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan paket SPSS for windows 15.0 version.
III.H. Metode Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik.
Alasan yang mendasari dipakainya analisis statistik adalah karena statistik dapat
menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang
mendasari adalah karena analisis statistik bekerja dengan angka-angka, yang
bersifat objektif dan kerja statistik yang menutup kemungkinan masuknya
unsur-unsur subjektif yang dapat merubah keinginan menjadi kenyataan atau kebenaran,
serta bersifat universal dalam arti dapat digunakan hampir dalam semua bidang
penyelidikan (Hadi, 2000).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap siswa
terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi
pearson product moment. Alasan peneliti menggunakan analisa ini adalah karena korelasi pearson product moment dipakai untuk melukiskan hubungan antara dua gejala dengan skala ordinal (Azwar, 2000). Keseluruhan analisa dilakukan dengan
menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS for windows 15.0 version.
Koefisien korelasi ini begerak dari nilai 0 hingga +1. Bila koefisien
korelasi bergerak dari nilai 0 sampai +1 maka dinyatakan berkorelasi positif dan
apabila korelasi bergerak dari nilai 0 sampai -1 maka dinyatakan berkorelasi
negatif.
Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi yang meliputi :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua
variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p > 0,05.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian, yaitu variabel bebas (sikap siswa terhadap pengembangan diri
dalam KTSP) dan variabel tergantung (motivasi berprestasi) memiliki
hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan
Seluruh proses pengolahan data penelitian akan dilakukan dengan
BAB IV
ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum subyek penelitian dan hasil
penelitian yang berkaitan dengan analisis data penelitian yang sesuai dengan
permasalahan yang ingin dilihat dari penelitian ini.
IV.A Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 106 orang siswa, dimana laki-laki ada
sebanyak 49 orang dan perempuan sebanyak 57 orang. Subjek ini diperoleh dari 3
kelas yaitu VII, VIII dan IX. Dari skala yang dibagikan kepada subjek, diperoleh
hubungan mengenai sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam
KTSP dan motivasi berprestasi.
IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.
Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan
[image:54.595.107.516.552.670.2]perempuan, dengan penyebaran sebagai berikut :
Tabel 6
Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin N % dari total N
Laki-laki 49 46 %
Perempuan 57 54 %
Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat bahwa jumlah subjek laki-laki
dan perempuan adalah tidak seimbang dimana jumlah subjek perempuan lebih
banyak yang berjumlah sebanyak 57 orang dan laki-laki 49 orang.
IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkatan Kelas
Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan kelas yang tengah
[image:55.595.105.515.330.477.2]ditempuh yaitu Kelas VII, VIII, dan IX dengan penyebaran sebagai berikut :
Tabel 7
Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas
Tingkatan Kelas N % of total N
VII 23 21,69 %
VIII 54 50,94 %
IX 29 29%
Total 106 100
Tabel menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak menjadi
subjek penelitian berdasarkan tingkatan kelas pendidikan adalah subjek dengan
tingkatan kelas VIII sebanyak 59 orang, kemudian subjek tingkatan kelas IX
sebanyak 29 orang, dan yang paling sedikit subjek dengan tingkatan kelas VII
IV.B Hasil Penelitian Utama IV. B. 1. Uji Asumsi
IV.B.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel
penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z yang dilakukan pada variabel sikap
terhadap program pengembangan diri