• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gambar 1. 1 Skema Latar Belakang Sumber : Penulis

(2)

18 1.1.1 Film Sebagai Media Hiburan Warga Kota

Film merupakan salah satu media hiburan dalam mengusir kebosanan warga kota. Tidak diragukan lagi menonton film adalah alternatif hiburan yang menarik untuk melepas kebosanan dari bekerja rutin yang dilakukan setiap hari oleh warga kota. Film dapat mempengaruhi emosi penonton, sehingga mereka dapat merasa senang, marah, sedih, maupun tertawa terbahak-bahak. Banyak jenis film yang dapat dinikmati oleh para penonton sesuai dengan keadaan emosinya masing-masing. Dari jenis film drama, komedi, action, maupun horror. Semua merupakan media hiburan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.

Semakin berkembangnya perfilman dunia maupun nasional, film tidak lagi sekedar menjadi media hiburan semata, melainkan menjurus ke kebutuhan. Perkembangan film yang stagnan menjadi pemicu perubahan fungsi film dari media hiburan ke kebutuhan. Perfilman sekarang lebih didominasi oleh film-film sekuel, remake, reboot, spin off, adaptasi dari novel, serial TV, bahkan menghidupkan kembali ide film 80-an yang terbilang sukses. Ini yang menyebabkan para penonton lebih “butuh” tahu isi filmnya, perbandingan dengan film sebelumnya, hubungan antara film sebelumnya, dibandingkan menikmati hiburan dan ekspresi emosi dari film tersebut.

Film jaman sekarang dibuat menarik oleh adanya perkembangan visual efek yang canggih dan juga tayangan 3D yang membuat penonton lebih mudah berimajinasi terhadap film tersebut. Faktor ini yang bisa membuat kebutuhan menonton film semakin tinggi.

1.1.2 Bioskop Sebagai Sarana Menonton Film

Dewasa ini, bioskop merupakan salah satu media yang memiliki sarana yang lengkap untuk menonton film baik luar negeri maupun dalam negeri. Bioskop menyajikan film dengan menggunakan layar yang besar seperti layar tancap pada jaman dulu. Bedanya, bioskop telah diakomodasi dengan fasilitas yang nyaman dan canggih untuk para penikmat film. Film yang dipertontonkan di bioskop juga lebih berkualitas dengan visual efek yang canggih.

(3)

19

Memang banyak media lain yang bisa digunakan untuk menonton film, seperti TV, VCD, DVD, maupun laptop. Namun, sensasi yang disuguhkan oleh bioskop memang berbeda. Dengan penataan dan kualitas sound system yang baik, layar yang lebar, dan tempat duduk yang nyaman membuat kegiatan menonton di bioskop menjadi semakin menarik.

1

Untuk saat ini di Indonesia, terdapat 4 jenis bioskop yang diminati para penggemar film, yaitu Cinema 21, Cinema XXI, The Premiere, dan Blitzmegaplex. Keempat jenis bioskop tersebut memiliki kualitas yang berbeda-beda. Cinema XXI merupakan perkembangan dari Cinema 21 sehingga memiliki kualitas yang lebih baik. The Premiere merupakan bioskop yang menyuguhkan fasilitas yang lebih mewah dibandingkan Cinema 21 dan Cinema XXI. Sedangkan Blitzmegaplex merupakan bioskop dengan fasilitas yang paling mewah, karena terdapat BlitzDining Cinema yang memadukan konsep menonton film dan restoran.

1.1.3 Perkembangan Bioskop di Bali

Pada tahun 2013, hanya terdapat 2 gedung bioskop di Bali. Yakni Galleria Cinema 21 di Kuta, dan Beachwalk Cinema 21 di Kuta. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan 30 tahun yang lalu dimana jaman bioskop masih booming.

2

Balai Pusat Statistik (BPS) menginformasikan pada tahun 1989 ada 2.124 gedung bioskop di Indonesia. Pemasukan dari bioskop mencapai Rp 159.000.000,00. Pemasukan tersebut lebih banyak daripada pada tahun 1984. Direktorat Pembinaan Film di bawah Departemen Penerangan RI menyatakan produksi film nasional semakin meningkat. BPS juga menginformasikan bahwa

1

blitzmegaplex.com, 1 Desember 2013

2

http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2010/06/03/bioskop-bali-dari-masa-ke-masa.html, 1 Desember 2013 Gambar 1. 2 Kegiatan Menonton Film di Bioskop

(4)

20 pada tahun 1993 gedung bioskop di Indonesia berjumlah 2.148 lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 1989. Pemasukan meningkat menjadi 362 milyar yang diperoleh dari 179 juta penonton dan 3,2 juta pertunjukan.

Pada tahun 1986, Bali mempunyai 46 gedung bioskop dengan 20.521 tempat duduk. Uang pemasukan dari bisnis gedung bioskop waktu itu mencapai Rp 1.882.000.000,00 untuk daerah Bali. Namun dari waktu ke waktu gedung bioskop menyusut menjadi 28 gedung dengan 10.713 tempat duduk.

Pada tahun 2009 hanya tersisa dua gedung bioskop di Bali yakni Wisata Cineplex 21 di Denpasar dan Galleria di Kuta. Namun pada tahun 2011, Wisata Cineplex 21 ditutup oleh pemda karena mengambil site di pasar tradisional yang ingin dikembangkan. Sehingga sekitar 2 tahun, Bali hanya memiliki 1 gedung bioskop sebelum dibangunnya beachwalk Cinema 21 di Beachwalk Mall Kuta pada tahun 2013.

Gambar 1. 3 Bioskop Galeria 21 Sumber : baliholidaytips.com, 1 Des 2013

Gambar 1. 4 Bioskop Beachwalk XXI Sumber : www.beachwalkbali.com, 1 Des 2013 1.1.4 Bioskop di Kota Denpasar

Dengan ditutupnya Wisata Cineplex 21 di Denpasar, otomatis kota Denpasar tidak memiliki Bioskop untuk hiburan warganya. Kedua bioskop yang ada di Bali

(5)

21 hanya terdapat di kabupaten Badung, kecamatan Kuta. Dimana daerah tersebut merupakan daerah pariwisata yang sebagian warganya merupakan wisatawan yang datang ke Bali untuk berlibur mencari daerah wisata, bukan bioskop.

3

Dengan tidak adanya bioskop di Kota Denpasar, otomatis warga kota yang ingin menonton film harus pergi ke bioskop yang ada di Kuta yang berjarak sekitar

4

11 km dari kota Denpasar.Jarak ini merupakan jarak yang jauh apabila ditambah dengan faktor kemacetan di daerah Kuta yang memiliki kepadatan penduduk hingga 2.212,96 jiwa/km2 dan dipenuhi oleh para wisatawan dari seluruh dunia.

Bioskop yang sulit dijangkau oleh warga kota Denpasar, membuat warga kota malas untuk datang. 5Penduduk di kota Denpasar yang berjumlah 788.589 tidak diakomodasi satupun oleh sarana hiburan film seperti bioskop. Padahal untuk warga Denpasar sendiri, bioskop merupakan salah satu gaya hidup baik bagi anak muda maupun orang dewasa. Oleh karena itulah dibutuhkan adanya bioskop baru di kota Denpasar yang berkualitas, mudah dijangkau dan mampu menampung kebutuhan warga kota Denpasar dalam menonton film.

1.1.5 Budaya Arsitektur di Kota Denpasar

Di Kota Denpasar, atau di Bali secara umum, telah digalakkan suatu gerakan yang disebut “Ajeg Bali”. Gerakan ajeg bali bermakna pelestarian terhadap budaya bali salah satunya dibidang arsitektur.

6

Arsitektur di Bali sudah memiliki identitas dari jaman Majapahit (abad XV-XIX). Identitas dan ciri khas arsitektur di Bali ini biasa disebut dengan Arsitektur Tradisional Bali. Walaupun saat ini sudah terjadi penggabungan antara arsitektur tradisional dan arsitektur modern karena kebutuhan dan tuntutan perkembangan zaman, namun di Bali sendiri telah ditetapkan oleh peraturan daerah bahwa setiap bangunan yang dibangun harus menggunakan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali sebagai dasar perancangan untuk menciptakan keselarasan dan mendukung gerakan “Ajeg Bali”.7

3

http://bali.bps.go.id/, 3 Des 2013

4

Google earth, 3 Des 2013

5

http://denpasarkota.bps.go.id/info/penduduk_tenaga_kerja_5.html , 3 Des 2013

6

http://wahyudigatot.wordpress.com/2011/10/12/mau-dibawa-ke-mana-arsitektur-bali/, 3 Des 2013

7

(6)

22

8

Menurut pakar arsitektur, Putu Rumawan, aplikasi prinsip arsitektur tradisional bali pada bangunan usaha di Denpasar semakin minim. Sehingga mengabaikan gerakan “Ajeg Bali” untuk keselarasan arsitektur di Denpasar. Oleh karena itulah bioskop yang termasuk dalam bangunan fungsi usaha seharusnya menganut prinsip arsitektur tradisional Bali.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Non Arsitektural

 Kebutuhan masyarakat kota akan hiburan film yang masih belum difasilitasi dengan adanya bioskop di kota Denpasar.

 Pemilihan site perancangan yang aksesibel bagi masyarakat kota Denpasar.  Peraturan pembangunan di kota Denpasar sebagai kota yang mengusung prinsip

“Ajeg Bali” yang harus dipatuhi. 1.2.2 Arsitektural

 Bagaimana strategi perancangan bioskop yang dapat menarik masyarakat kota Denpasar untuk datang.

 Intepretasi prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali untuk diaplikasikan di perancangan bangunan bioskop.

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan laporan pra tugas akhir ini adalah untuk mempelajari perancangan mengenai bioskop dan mendapatkan konsep perancangan bioskop yang merupakan salah satu bangunan berfungsi usaha di Bali khususnya di kota Denpasar, dimana Bali memiliki peraturan daerah yang salah satunya berisi ciri khas dari segi arsitekturnya.

1.4 SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai adalah memperoleh suatu bangunan bioskop yang aksesibel dan berada di tengah kota Denpasar yang mengedepankan pada jumlah dan kualitas studio / auditorium dengan fasilitas publik lainnya untuk pengunjung. Dengan tetap mendukung prinsip “ajeg Bali” melalui aplikasi prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali dalam perancangannya. Dan mengetahui batas maksimal

8

(7)

23 aplikasi prinsip arsitektur tradisional Bali pada perancangan bangunan usaha modern.

1.5 METODE PEMBAHASAN

1. Studi literatur mengenai bioskop tentang aspek pengertian, pola ruang, standar besaran ruang, kebutuhan ruang, sampai kebutuhan penonton.

2. Studi literatur di media cetak maupun internet mengenai preseden bioskop yang sudah ada di Indonesia maupun di dunia yang tidak bisa dilakukan observasi langsung oleh penulis.

3. Melakukan observasi langsung ke fasilitas bioskop yang sudah ada dan mudah dijangkau penulis, seperti empire XXI Yogyakarta, Studio 21 Yogyakarta, Galeria 21 Kuta, dan Beachwalk XXI Kuta.

4. Melakukan observasi langsung terhadap site yang akan dijadikan lokasi pembangunan bioskop.

5. Melakukan penggabungan antara studi literatur dan hasil observasi langsung untuk mendapatkan konsep yang diinginkan dari perancangan bioskop.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI KASUS

Berisikan tentang teori-teori mengenai bioskop, teori mengenai prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali dan beberapa contoh preseden bangunan bioskop yang ada di seluruh dunia.

BAB III TINJAUAN LOKASI

Berisikan kajian tentang pemilihan dan analisis site terpilih untuk pembangunan bioskop.

BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN

Berisikan kajian tentang pendekatan konsep dalam perancangan bioskop. BAB V KONSEP PERANCANGAN

(8)

24 1.7 KERANGKA PENULISAN

Gambar

Gambar 1. 1 Skema Latar Belakang  Sumber : Penulis
Gambar 1. 3 Bioskop Galeria 21  Sumber : baliholidaytips.com, 1 Des 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pembayaran ke (BPR) Unisritama hanya dapat dilakukan dengan cara membayar langsung secara tunai melalui Teller. BPR Unisritama terletak di lingkungan Universitas Islam

Secara garis besar komponen-komponen pembelajaran memiliki banyak komponen, diantaranya ada tujuan pembelajaran sebagai titik tolak untuk mencapai suatu pembelajaran, guru

[r]

Aktor memilih menu untuk lihat waiting list atau melihat registrasi member dan tambah masjid yang menungggu untuk mendapat persetujuan dari admin, kemudian

Tulisan ini akan lebih fokus membahas mengenai nilai-nilai pendidikan yang berkenaan dengan nilai sikap dan perilaku, nilai yang berkaitan dengan tujuan pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok