• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hardiman. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Istri/Suami dan Tanggungan...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hardiman. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Istri/Suami dan Tanggungan..."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 17

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ISTRI/

SUAMI DAN TANGGUNGAN KELUARGA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH PENDIDIKAN

IPA PADA MAHASISWA PROGRAM PENYETARAAN

D-II KELOMPOK BELAJAR KECAMATAN

KARANG-MOJO GUNUNGKIDUL

Oleh: Hardiman

hardiman@ut.ac.id UPBJJ-UT Yogyakarta

Abstract

This study aims to look at the relationship between formal education wife/hus-band, family responsibilities associated with learning achievement Science Edu-cation courses for student sequalization program D-II Study Group in District Karangmojo, Gunungkidul.

Respondents were drawn as 59 peoples with random sampling techniques through documentation. To see the connectedness the data are tested and analyzed by Product Moment Correlation and Regression.

The results obtained, namely: (a) there was no significant relationship between formal education wife/husband and academic achievement(r table>r count or 0.26992>0.25614); (b) while there is a significant relationship between the level of formal education wife/husband with dependent relatives (table r<r count or -0.8673<0.25614); (c) in the calculation of regression or together of the three variables to prove there is a significant relationship between education and de-pendents on the learning achievement (r table<r count or 0.02744<0.25614); (d) finally, the coefficient of determination through learning achievement is influ-enced by education and dependents accounted for 26.99 percent.

Keywords: the formal education of husband/wife, family responsibility, academ-ic achievement

PENDAHULUAN

Pemerintah melalui SK Mendik-bud RI Nomor 0854/0/1989 memu-tuskan bahwa kualifikasi guru SD ha-rus ditingkatkan dari lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) men-jadi lulusan setingkat Diploma II.

De-ngan terbitnya SK tersebut membawa konskuensi terhadap pengadaan guru SD maupun mereka yang telah aktif mengajar. Bagi guru-guru yang telah mengajar disediakan suatu program penyetaraan yaitu Program Penyeta-raan Kualifikasi Guru Sekolah Dasar setingkat D-II. Dari kriteria ini

(2)

meng-akibatkan terjadinya variasi di antara sesama peserta program penyetara-an. Katakanlah variasi seperti istri/ suami memotivasi pasangannya agar berprestasi dalam belajar meski ba-nyaknya anggota keluarga yang men-jadi tanggungan.

Peranan istri/suami terhadap ke-berhasilan mereka untuk berprestasi dalam belajar dapat berupa: (1) tempat bertanya tentang pengetahuan dan ke-trampilan, di samping itu oleh karena hidup dan kehidupannya adalah satu, maka istri atau suami dapat sebagai (2) teman berdiskusi dalam memecah-kan masalah, baik yang menyangkut pembiayaan maupun masalah-masalah yang berhubungan dengan akademis. Peran tersebut dapat berfungsi mana-kala istri/suami mempunyai wawasan yang luas. Keluasan wawasan se-seorang sangat dipengaruhi pengalam-an dpengalam-an pendidikpengalam-an khususnya pendi-dikan formal yang dilaluinya. Sampai sejauh ini belum ada kriteria yang membedakan banyaknya pengalaman antara individu satu dengan individu lain, sedangkan tinggi-rendahnya pen-didikan formal sudah dibakukan, yaitu: dari yang rendah, prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah tingkat per-tama, sekolah menengah tingkat atas dan perguruan tinggi.

Sehubungan dengan hal terse-but maka dalam penelitian ini ter-hadap luas atau sempitnya wawasan seseorang hanya akan dilihat tinggi rendahnya pendidikan formal yang dicapai oleh seseorang, yaitu dengan anggapan bahwa seseorang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan

mencerminkan wawasan yang lebih luas apabila dibandingkan seseorang dengan pendidikan formal yang ren-dah. Dengan pengetahuan yang luas itu akan membawa pengaruh kepada luasnya wawasan, luasnya wawasan dapat memecahkan masalah dari ber-bagai sudut pandang dan pada akhir-nya memberi masukan bagi suami/ istri dalam memecahkan masalah yang timbul dalam Program Penyetaraan D-II. Secara singkat, jika pendidikan formal istri/suami tinggi maka dapat mendukung pencapaian prestasi yang tinggi bagi pasangan mahasiswa pada program penyetaraan. Sebaliknya, jika pendidikan formal istri/suami rendah maka kurang mendukung bagi penca-paian prestasi belajar yang tinggi bagi pasangan mahasiswa dalam program penyetaraan tersebut.

Di samping mempunyai istri/ suami sebagai ayah/ibu mahasiswa program penyetaraan juga mem punyai tanggungan keluarga atau beban dalam keluarga. Tanggungan atau beban dalam keluarga dapat berupa biaya hidup, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lain yang berhubungan de-ngan pemenuhan jasmani dan rohani. Selanjutnya yang menjadi tanggungan adalah anak kandung, anak tiri, anak angkat dan anggota lainnya. Tang-gungan keluarga yang menjadi beban mahasiswa program penyetaraan ke-lompok belajar Kecamatan Karang-mojo sangat bervariasi, dari angka nol hingga 7 orang. Tanggungan/ beban keluarga akan menyita sebagian wak-tu, tenaga, pikiran dan biaya diperta-ruhkan dan sebagian lagi dicurahkan

(3)

POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 19 untuk menyelesaikan tugas dan

ke-wajibannya sendiri selaku mahasiswa Program Penyetaraan D-II.

Perbedaan banyaknya anggota keluarga yang ditanggung oleh ma-hasiswa program penyetaraan akan menyebabkan terjadinya perbedaan waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang diperuntukkan bagi dirinya sendiri selaku mahasiswa/peserta didik. Ma-hasiswa program penyetaraan yang mempunyai tanggungan keluarga ba-nyak, hanya sebagian kecil waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk me-nyelesaikan tugas dan kewajibannya selaku mahasiswa dan pada akhirnya peluang untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi relatif kecil. Ber-beda halnya dengan mahasiswa yang mempunyai tanggungan keluarga se-dikit, sangat banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk menyelesaikan tugas dan kewajibannya selaku maha-siswa sehingga peluang untuk mem-peroleh prestasi belajar relatif belajar.

RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah ada hubungan antara pen-didikan formal suami/istri dengan prestasi belajar dalam mata kuliah pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelom-pok Belajar Kecamatan Karangmo-jo, Gunungkidul?

2. Apakah ada hubungan antara ba-nyaknya tanggungan keluarga ter-hadap prestasi belajar dalam mata kuliah pendidikan IPA pada

maha-siswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Kecamatan Ka-rangmojo, Gunungkidul?

3. Seberapa besar pengaruh pendi-dikan istri/suami dan tanggungan keluarga terhadap prestasi belajar mata kuliah pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul?

BATASAN MASALAH

Program Penyetaraan adalah pro-gram pendidikan setingkat D-II yang diperuntukkan bagi guru-guru Sekolah Dasar (SD). Program ini lahir sebagai konsekuensi dari SK Mendikbud RI Nomor 0854/0/1989. Penyelengga-raan program menjadi tanggung jawab Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan Direktorat Jen-dral Pendidikan Dasar dan Menengah. Peserta program adalah guru-guru SD yang telah berdinas. Dalam katalog Universitas Terbuka (UT), yaitu kepala sekolah dan guru SD tanpa batasan usia (UT, 2000: 10). Penyetaraan menyang-kut batasan usia yakni antara 30-50 tahun bagi kepala sekolah dan antara 30-45 tahun bagi guru kelas. Proporsi mahasiswa yang sudah berumahtangga mencapai 95% dari seluruh peserta. Mahasiswa tersebut terdaftar tahun akademik 2000/2001 dan masih aktif.

Tanggungan keluarga adalah semua anggota dalam suatu rumah tangga yang menjadi tanggungan. Sia-pa-siapa yang ditanggung, antara lain: anak kandung, anak tiri, anak angkat, adik atau anggota keluarga lain, yang secara ekonomi belum mampu

(4)

men-cukupi atau membiayai kebutuhannya sendiri. Jadi semua biaya hidup masih menjadi tanggungan peserta Program Penyetaraan D-II itu. Sedangkan di-maksud istri/suami adalah pasangan yang sah berdasarkan Undang-undang Perkawinan dan hukum agama serta diakui negara.

KERANGKA TEORITIS

i. Peranan Pendidikan Istri/Suami dalam Prestasi Belajar bagi Ma-hasiswa Program Penyetaraan D-II

Guru Sekolah Dasar (SD) dikatakan sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan karena di pundak mereka diletakkan tugas dan tanggungjawab untuk mena-namkan pengetahuan dasar; yang kelak merupakan dasar untuk mem-bina pengetahuan dan ketrampilan pada jenjang pendidikan berikut-nya. Berkaitan dengan masalah tersebut pemerintah melalui SK. Mendikbud RI No. 0854/0/1989 tanggal 30 Desember 1989 memu-tuskan bahwa kualifikasi guru SD ditingkatkan dari lulusan SLTA menjadi lulusan D-II. Berdasar-kan SK ini tentu membawa kon-sekuesi logis terhadap peningkatan kualifikasi guru SD, baik mengatur pengadaan guru melalui program prajabatan maupun bagi guru-guru yang sekarang telah berdinas. Khu-susnya bagi guru SD yang telah berdinas, disediakan suatu program yaitu Program Penyetaraan Kualifi-kasi Guru SD setingkat D-II. Dalam katalog yang diterbitkan

Universi-tas Terbuka (UT) berkenaan dengan kriteria calon mahasiswa program penyetaraan butir (1) menyebutkan bahwa peserta program adalah ke-pala sekolah dan guru SD tanpa ba-tasan usia (UT, 2000 : 10).

Mahasiswa Program penyeta-raan D-II Kelompok Belajar Keca-matan Karangmojo, Gunungkidul termasuk kelompok belajar yang memperoleh fasilitas pembiayaan dari dana PGRI. Pada kelompok ini persyaratan yang menyangkut batasan usia lebih diperketat, yakni antara 30-45 tahun bagi guru kelas dan antara 30-50 tahun bagi kepala sekolah SD. Pada usia tersebut, proporsi mahasiswa berumah tang-ga mencapai 95%.

Suami dan istri termasuk sebuah kelompok, yakni kelom-pok keluarga. Hal ini ditegaskan oleh Tilar dan Sardin Pabbadja (1985:39) bahwa kelompok adalah suatu kesatuan yang terdiri atas dua atau lebih individu yang meng-adakan hubungan secara teratur sehingga di antara mereka sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan itu. Suami se-bagai kepala keluarga bertanggung jawab terhadap kesejahteraan ang-gota keluarga, baik kesejahteraan lahir maupun batin. Termasuk di dalamnya kesejahteraan istri dan anak-anaknya. Sedangkan istri se-bagai ibu, bertanggung jawab ter-hadap pendidikan keluarga. Pada masa sekarang, pembagian tugas istri maupun suami tidak nampak

(5)

POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 21 batas-batasannya. Baik istri

mau-pun suami bersama sama bertang-gung jawab terhadap kesejahteraan maupun pendidikan keluarga.

Keluarga sebagai kelompok primer terhadap hubungan sosial yang lebih akrab dan erat di antara anggota-anggotanya. Peranan ke-lompok primer terhadap kehidup-an individu kehidup-antara lain belajar bekerja sama dengan individu lain, mengindahkan norma-norma me-lepaskan kepentingan sendiri guna memenuhi kepentingan kelompok. Dalam keluarga juga terdapat in-teraksi sosial yaitu hubungan an-tara dua individu atau lebih. Dalam hal ini tingkah laku individu yang satu mempengaruhi mengubah, memperbaiki tingkah laku individu lainnya (Sukmadinata dan Rohman Natawijaja, 1984: 13). Istri sebagai anggota kelompok, yakni kelom-pok keluarga, dapat mempenga-ruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku suami. Begitu pula, suami dapat mempengaruhi tingkah laku istri. Pengaruh ini dapat beru-pa cara berpikir, cara melakukan sesuatu, cara mengambil keputus-an, cara sikap dan lain-lain.

Hubungan dengan penelitian ini, mahasiswa Program Penyetara-an umumnya sudah menikah. Pen-didikan istri/suami peserta program penyetaraan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar istri/suaminya. Peranan istri/suami yang tinggi dapat memberi motivasi yang tinggi bagi peserta program penyetaraan. Motivasi yang tinggi dapat

mendo-rong seseorang kelompok berusaha lebih keras untuk mencapai yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sukma-dinata dan Rochman Natawidjaja (1984 : 39) bahwa motif merupakan sesuatu tenaga atau kekuatan yang mendorong individu melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan. Motif merupakan sesuatu yang me-latar belakangi dan sekaligus tenaga pengggerak dari perilaku individu, dengan tujuan sebagai titik saran. Makin besar atau makin kuat motif yang ada pada diri individu makin aktif mereka berbuat sesuatu.

Pendidikan formal yang tinggi yang akan dicapai oleh istri/suami juga memberi peluang bagi pasang-annya untuk memperoleh jawaban pertanyaan tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, meskipun disiplin ilmu yang dikuasai kurang relevan dengan mata kuliah pada program penyetaraan. Hal ini dapat dimaklumi karena semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka se-makin luas wawasannya. Wawasan yang luas dapat memecahkan ma-salah dari berbagai sudut pandang. Dari uraian di atas, peneliti mengaitkan hubungan antara tinggi rendahnya pendidikan formal istri/ suami dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa Program Penyetaraan D-II Guru SD. Pendidikan formal yang tinggi yang dicapai oleh istri/suami dapat memberikan motivasi yang kuat, dan memberi peluang yang lebih be-sar dalam membantu memecahkan

(6)

masalah yang dihadapi dan pada akhirnya mahasiswa yang bersang-kutan memperoleh prestasi yang tinggi. Sebaliknya, pendidikan for-mal yang rendah yang dicapai oleh istri/suami, maka dorongan atau motivasi yang diberikan olehnya juga rendah. Di samping itu, tidak banyak dapat diharapkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pasangannya yang menjadi mahasiswa akibatnya ber-peluang kecil untuk memperoleh prestasi belajar tinggi.

ii. Tanggungan Keluarga dan Ke-sempatan Belajar

Suatu negara dengan jumlah penduduk yang besar disertai de-ngan pertambahan penduduk yang cepat sangat mempengaruhi tingkat pendapat per kapita. Hal ini meng-akibatkan sebagian pendapatan nasional akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rakyatnya. Demikian pula dalam suatu keluarga, jika anggota ke-luarganya cukup besar maka peng-hasilan keluarga sebagian besar dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam buku Suplemen Pendidikan Kependudukan (Depdikbud, 1985: 27) bahwa jika pendapatan nasional kecil maka investasi juga semakin kecil, seterusnya modal yang di-gunakan untuk produksi juga sema-kin kecil. Hal ini berlaku juga pada perekonomian keluarga, semakin besar jumlah anggota keluarga se-makin besar pula pendapat yang

di-gunakan untuk keperluan konsumsi sehingga kesempatan untuk mena-bung kecil.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII pasal 31 ayat (1) ditegaskan bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan penga-jaran “. Meskipun tiap warganegara berhak mendapat pengajaran, na-mun pengajaran berlangsung bukan tanpa biaya. Hal ini sejalan dengan falsafah Jawa yang menyebut “jer basuki mawa bea”. Falsafah ini mengandung makna bahwa untuk mencapai suatu tujuan hidup, cita cita, keselamatan, dan kesejahtera-an lahir maupun batin selalu me-merlukan biaya. Biaya dimaksud pada umumnya diusahakan oleh ayah/ibu sebagai kepala keluarga. Keluarga dengan anggota banyak dan pemenuhan kebutuhan keluar-ga hanya bertumpu pada beberapa orang saja (ayah dan ibu akan ber-akibat : (1) kesempatan menabung kecil; (2) kesempatan rekreasi/ pe-nyegaran jasmani dan rohani ke-cil, (3) kesempatan untuk belajar sepanjang hayat juga kecil karena kurangnya biaya dan 4) perhatian orangtua sebagian besar terpusat-kan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.

Mahasiswa Program Penyeta-raan D-II pada umumnya berstatus sudah menikah dan mempunyai keturunan atau beban tanggungan keluarga. Ada mahasiswa yang mempunyai anak sedikit sesuai dengan anjuran program KB, akan tetapi ada pula mahasiswa dengan

(7)

POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 23 tanggungan keluarga besar. Jika

punya anak lebih dari tiga orang atau mendapat tambahan anggota keluarga lain selain anaknya sen-diri. Jadi dengan melihat tang-gungan keluarga dari mahasiswa terdapat variasi, yaitu sebagai ma-hasiswa mempunyai tanggungan keluarga sedikit. Mahasiswa yang tanggung an keluarganya besar atau banyak maka sebagian besar perhatiannya dicurahkan kepada anggota yang tanggungannya dan sebagian se bagai tulang punggung keluarga dengan kesempatan mem-peroleh pendidikan formal untuk belajar dalam kedudukannya se-bagai mahasiswa. Mahasiswa yang tanggung annya banyak sebagian besar tenaga, pikiran, waktu dan penghasilan untuk keperluan be-lajar maupun memenuhi fasilitas belajar bagi dirinya sendiri; akibat-nya le bih jauh peluang untuk mem-peroleh hasil belajar yang optimal menjadi kecil. Berbeda halnya de-ngan yang tanggude-ngan sedikit, se-bagian besar tenaga, pikiran waktu dan penghasilannya dicurahkan untuk keperluan belajar ataupun memenuhi fasilitas belajar pada program penyetaraan. Untuk selan-jutnya peluang untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal men-jadi terbuka.

PEMBAHASAN

i. Penyajian Data

Dalam penelitian ini operasionali-sasi konsep tingkat pendidikan istri/ suami diukur, menjadi tidak

berpen-didikan (tidak sekolah), SD, SMTP, SMTA, tingkat akademi atau sampai pada tingkat sarjana muda dan sam-pai tingkat sarjana. Masing-masing tingkatan diberi skor, yang secara berurutan: angka 0 untuk mereka yang tidak bependidikan; angka 1 untuk mereka yang berpendidikan SD; angka 2 untuk mereka yang berpendidikan SMTP; angka 3 untuk mereka yang berpendidikan SMTA; angka 4 untuk mereka yang berpendidikan akademi; angka 5 untuk mereka yang berpendi-dikan sampai sarjana.

Sementara operasionalisasi kon-sep dari banyaknya tanggungan kelu-arga yaitu banyaknya anggota kelukelu-arga yang hidup bersama dengan maha-siswa atau yang sehari-hari menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing tingkatan tanggungan diberi skor, yaitu: angka 0 untuk mereka yang menanggung > 6 orang; angka 1 untuk mereka yang menanggung 4-5 orang; angka 2 untuk mereka yang menang-gung 3-5 orang; dan angka 3 untuk mereka yang menanggung 1-2 orang.

Untuk prestasi belajar digunakan nilai atau prestasi yang dicapai maha-siswa dalam bentuk angka standar 5 (nilai 0-4): diambil dari dokumen yang ada.

Skema hubungan, yaitu: X1

Y X2

Keterangan:

X1 : Tingkat Pendidikan Istri/Suami

X2 : Tanggungan Keluarga

(8)

ii. Hasil Analisis 1. Hasil Hipotesis 1

Hipotesis 1 berbunyi, “ada hu-bung an yang signifikan tingkat pen-didikan formal istri/suami terhadap prestasi belajar mata kuliah pen didikan IPA pada mahasiswa Program Penye-taraan D-II Kelompok Belajar Ka-rangmojo, Gunungkidul”. Dari hasil analisis dapat dikemukakan bahwa r-hitung sebesar 0,02744 sedangkan r-tabel sebesar 0,25614. Ini berarti bah-wa r-hitung<r-tabel. Dengan demikian maka hipotesis nihil diterima. Oleh karena itu maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada penga-ruh yang signifikan tingkat pendidikan formal istri/suami terhadap prestasi be-lajar mata kuliah Pendidikan IPA pada Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul adalah “ditolak”

2. Hasil Hipotesis 2

Hipotesis 2 berbunyi, “ada pen-garuh yang signifikan banyaknya tang-gungan keluarga terhadap prestasi be-lajar mata kuliah pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gu-nungkidul”. Dari hasil analisis data dapat dilaporkan bahwa r-hitung sebe-sar 0,26992; sedangkan r-tabel sebesar 0,25614. Ini berarti bahwa r-hitung>r-tabel. Dengan demikian maka hipotesis nihil ditolak. Oleh karena itu maka hipote-sis alternatif yang berbunyi bahwa ada pengaruh yang signifikan banyaknya tanggungan keluarga terhadap prestasi belajar mata kuliah Pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo,

Gunungkidul adalah “diterima”.

3. Hasil Hipotesis 3

Hipotesis 3 berbunyi, “ada pe-ngaruh yang signifikan tingkat pen-didikan istri/suami terhdap (dan) ba nyaknya tanggungan keluarga terha-dap prestasi belajar mata kuliah Pen-didikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul”. Dari ha-sil analisis dapat dikemukakan bahwa r0 sebesar - 0,08673 sedangkan rtabel sebesar 0,25614. Ini berarti bahwa r0rtabel. Dengan demikian hipotesis ni-hil diterima. Oleh karena itu hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan tingkat pen-didikan formal istri/suami terhadap banyaknya tanggungan keluarga terha-dap prestasi belajar mata kuliah Pendi-dikan IPA pada Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul adalah “ditolak”

4. Hasil Hipotesis 4

Hipotesis 4 berbunyi, “secara bersama-sama tingkat pendidikan for-mal istri/suami dan tanggungjawab keluarga memberi sumbangan secara positif terhadap prestasi belajar mata kuliah IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Bela-jar Karangmojo, Gunungkidul”. Dari analisis diperoleh :

Ajusted r squared = 0,0398

R squared = 0,0729

Multiple r = 0,2699 Ini berarti bahwa besar sumban-gan yang diperoleh antara 0,2699 x 100% = 26,99%

(9)

POPULIKA UWMY Vol. V NO. 1, Januari 2015 25

INTERPRETASI DAN DISKUSI

Apabila dilihat dari hasil analisis data, maka tidak ada hubungan an-tara tingkat pendidian istri/suami dan prestasi belajar pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gu-nungkidul. Ini berarti bahwa dari po-pulasi yang jumlahnya 59 mahasiswa, diteliti secara random sampling tidak ada hubungan atau pengaruh pendi-dikan formal yang dicapai oleh istri/ suami pasangan mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul. Jadi istri atau suami berpendidikan tinggi atau rendah tidak mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh pasangan dalam pendidikan IPA di Program Pe-nyetaraan D-II Kelompok Belajar Ka-rangmojo, Gunungkidul.

Akan tetapi, apabila dilihat dari banyaknya tanggungan keluarga, maka prestasi belajar IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul ada hubungan yang meyakinkan. Disini banyaknya tanggungan keluarga, kesi-bukan atau perhatian di dalam mengu-rusi anggota keluarga dan kebutuhan-kebutuhan yang lain mempengaruhi kesibukan dalam menyiapkan belajar bagi mahasiswa.

Hasil analisis selanjutnya ter-hadap tingkat pendidikan formal istri/ suami dan banyaknya tanggungan ke-luarga apabila dilihat secara bersama-sama terkait prestasi belajar pendidik-an IPA, maka perpendidik-anpendidik-annya bersifat positif. Namun peran itu relatif kecil,

yaitu 26,99%. Dengan demikian, ada faktor-faktor lain yang mengganggu pada prestasi belajar pendidikan IPA pada mahasiswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul yaitu sebesar 73,01% (atau 100%- 26,99%). Dalam kajian ini teridentifikasi, seperti: banyaknya mahasiswa, semangat belajar maha-siswa, kelelahan mahamaha-siswa, sifat-sifat fisik mahasiswa, lingkungan atau situ-asi keluarga, bahan/materi pelajaran dan sebagainya.

KESIMPULAN

Mahasiswa Program Penyetara-an D-II Kelompok Belajar KarPenyetara-ang- Karang-mojo,Gunungkidul terdiri dari para guru Sekolah Dasar (SD) dan kepala sekolah. Mereka dalam penelitian ini adalah bekerja maka secara semikian membutuhkan atau meluangkan wak-tu dan volume dalam pekerjaannya. Kedudukannya sebagai mahasiswa ti-dak lepas dari tugasnya sebagai guru SD. Mereka meskipun kuliah tetap harus melaksanakan tugasnya sehari-hari sebagai guru; sehingga banyak hal atau faktor yang secara langsung atau tidak langsung mengurangi atau me-nyita perhatian dan waktu serta tenaga yang dimiliki. Di sisi lain, mereka juga harus bekerja sebagai guru, di samping beban di rumah sebagai salah seorang anggota keluarga tidak ditinggalkan. Dengan demikian, maka kegiatan be-lajar dalam rangka mempersiapkan tercapainya tujuan belajar tidak dapat terlepas dari berbagai faktor-faktor tersebut.

(10)

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Tidak ada hubungan tingkat pen-didikan formal istri/suami terha-dap prestasi belajar pendidikan IPA pada mahasiswa Program Peny-etaraan D-II Kelompok Belajar Ka-rangmojo, Gunungkidul.

2. Ada hubungan dengan banyaknya tanggungan keluarga terhadap prestasi belajar IPA pada maha-siswa Program Penyetaraan D-II Kelompok Belajar Karang-mojo, Gunungkidul.

3. Tidak ada pengaruh tingkat pendi-dikan formal istri/suami terhadap banyaknya tanggungan keluarga pada mahasiswa Program Penye-taraan D-II Kelompok Belajar Ka-rangmojo, Gunungkidul.

4. Secara bersama-sama tingat pen-didikan formal istri/suami dan ba nyaknya tanggungan keluar-ga memberi sumbankeluar-gan sebesar

26,99% terhadap prestasi belajar IPA pada mahasiswa Program Pe-nyetaraan D-II Kelompok Belajar Karangmojo, Gunungkidul.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Ke-budaya an. 1980. Pedoman Pe-laksanaan Pola Pembaharu-an Sistem PendidikPembaharu-an Tenaga Kependidikan di Indonesia. Dep-dikbud. Jakarta

___________, 1985. Suplemen Pen-didikan Kependudukan. Depdik-bud. Jakarta

Sukmadinata, Nana Syaodah dan Rochman Natawidjaja, 1984.

Psikologi Umum dan Sosial. Tan-pa Penerbit. TanTan-pa Kota

Tilar R. dan Sardin Pabbadja 1985.

Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat. Depdikbud. Jakarta Universitas Terbuka, 2000. Katalog.

Referensi

Dokumen terkait

Pertemuan 3 : Merancang tabel dan input data: membuat dan memodifikasi struktur tabel, validasi data, input data, menangani datasheet, mengubah tampilan datasheet, mengurutkan

PPL dimulai dengan kegiatan observasi lingkungan fisik (kelas) dan nonfisik (peserta didik). Mahasiswa melakukan praktek mengajar terbimbing dengan satu subjek di kelas VIII SMPLB

Bagaimana merancang dan menentukan parameter sistem kendali optimal yaitu de- ngan menentukan nilai QdanR pada penge ndalian temperatur, dengan menggunakan metode

Perkembangan usahatani PHT kapas di Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknik pengendalian yang direkomendasikan, para petani kooperator (petani PHT)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh institutional ownership dan insider ownership terhadap firm performance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Gedung Storage merupakan gedung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi- koleksi Filologi ; koleksi yang menjadi obyek penelitian Filologi yang berupa naskah kuno

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang

Budaya masyarakat Aceh juga mempengaruhi pengembangan industri makanan khas khususnya kue tradisional yang dikenal dengan nama kue Bhoi, Kekarah dan Bada