• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

9

A. Kajian Teori

1. Permainan Sepakbola

Perkembangan olahraga sepakbola di mulai sejak abad ke 2 dan ke 3 sebelum masehi di negara Cina ketika masa dinasti Han. Pada masa itu sepakbola dikenal dengan nama Episkuros atau harpaston, Ketika pertama dimainkan bola terbuat dari kulit atau bulu-bulu hewan dan terdapat jaring kecil untuk gawangnya. Sepakbola di negeri Cina pada masa dinasti Han digunakan melatih fisik para tentara yang dikenal “Tsuchu” latihan fisiknya berupa latihan menendang bola kulit dan memasukkan kedalam jaring kecil yang dikaitkan pada batang-batang bambu panjang. Tentara tersebut membidik bola supaya masuk ke dalam jaring menggunakan kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha menahan serangan dari lawan. Sejarah panjang olahraga sepakbola kemudian berkembang, masuk ke negara-negara lain dengan nama yang berbeda dan menyempurnakan permainan sepakbola. Permainan sepakbola sampai di negara Indonesia ketika itu di bawa tentara perang yang berasal dari Belanda pada tahun 1920. Organisasi sepakbola Indonesia baru lahir pada tahun 1930 dengan nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bertempat di kota Yogyakarta, ketika pertama berdirinya PSSI dipimpin oleh Soeratin Sosrosoegondo.

Sepakbola merupakan permainan olahraga yang dimainkan oleh dua tim masing-masing tim memiliki jumlah pemain sebelas pemain. Eric C. Batty (2001:4) mengatakan bahwa, „„Sepakbola adalah sebuah permainan yang sederhana, dan rahasia permainan sepakbola yang baik adalah melakukan hal-hal sederhana dengan sebaik-baiknya‟‟. Pemain sepakbola ketika memainkan bola pada permainan, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali area tangan. Hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan”. Permainan sepakbola hanya penjaga gawang yang mendapatkan keuntungan menggunakan tangan untuk menangkap bola. Menurut Snow Sam (2012:7) mengatakan bahwa, “Serangkaian aturan pada dua tim yang bersaing untuk mencetak gol melawan tim satu sama lain. Setiap Tim terdiri dari 11 orang yang harus menggunakan kemampuannya untuk bermain berasama untuk memenangkan pertandingan”.

(2)

Tujuan dari masing-masing kesebelasan sepakbola adalah berusaha untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin untuk memenangkan pertandingan sepakbola dan berusaha mengagalkan serangan lawan untuk melindungi serangan atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukkan bola. Menurut Soekatamsi (200:11) menyatakan bahwa, “Kesebelasan yang dinyatakan menang adalah kesebelasan yang sampai akhir permainan atau pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke dalam gawang lawannya”. Selain itu menurut Agus Mukholid (2004:24) mengatakan, “Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak kegawang lawannya, dan apabila sama (misalnya 0-0 atau 1-1, 2-2 dan seterusnya), maka dinyatakan seri atau draw”.

Permainan sepakbola agar mencapai prestasi dalam pembinaan perlu mengembangkan unsur-unsur yang diperlukan dalam pencapaian prestasi, unsur yang harus dikembangkan seperti fisik, teknik dan taktik. Menurut Soekatamsi (1988:11) menyatakan, bahwa “untuk meningkatkan dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, olahragawan haruslah memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu: Pembinaan teknik (keterampilan), Pembinaan fisik (kesegaran jasmani)”. Peningkatan prestasi di era sepakbola sekarang ini menuntut permainan cepat dan memiliki kemampuan (skill) yang baik. Tuntutan sepakbola modern menurut Ganesha Putra (2010:6) menyatakan, secara umum sepakbola modern menuntut pemain untuk memiliki :

a. Skill mumpuni. Eksekusi teknik sepakbola seperti dribling, control, passing, heading, shooting sempurna. Dapat dilakukan dalam kecepatan tinggi dan sudut ruang yang sempit.

b. Kesadaran taktikal. Kemampuan kognitif yang dapat bereaksi dan beradaptasi terhadap beberapa taktik sepakbola kompleks.

c. Fisik prima. Gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan tentunya koordinasi.

Kegiatan latihan setiap sesi pertemuan perlu mengembangkan teknik, taktik dan fisik pemain agar pencapaian prestasi dapat tercapai. Begitu pula cabang olahraga sepakbola setiap sesi latihan perlu dilakukan pengembangan 4 unsur tersebut agar mencapai prestasi dalam pencapaian prestasi.

(3)

a. Teknik Dasar Sepakbola

Permainan sepakbola ketika jalannya pertandingan terjadi beberapa gerakan badan untuk mengolah atau memainkan bola. Gerakan badan untuk mengolah atau memainkan bola merupakan beberapa teknik-teknik untuk bermain sepakbola. Pentingnya penguasaan teknik dalam permainan sepakbola dikemukakan oleh Soekatamsi (1988:12) bahwa, “Semua pemain sepakbola harus menguasai teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola, karena orang akan menilai sampai mana teknik dan keterampilan para pemain dalam hal menendang bola, memberikan bola, menyundul bola, menembakkan bola ke gawang lawan untuk mencetak gol”. Tujuan gerakan tubuh dalam permainan sepakbola menurut Fleck Thomas, Quinn Ronald, dkk (2008:4) bahwa, “Gerakan bermain sepakbola para pemain menggunakan berbagai bagian tubuh, seperti menggunakannya untuk keseimbangan, kelincahan, dan koordinasi”.

Pemain sepakbola mempelajari teknik memainkan bola ketika pemain memasuki usia 6 tahun. Snow Sam (2010:4) menyatakan bahwa, “Teknik sepakbola harus diajarkan secara progresif sepanjang karir pemain. Mempelajari teknik tersebut harus diperkuat pada usia lanjutnya, teknik di pelajari di usia 6 tahun kemudian diperkuat atau disempurnakan di usia 8-14 tahun”. Pembelajran teknik dasar sedini mungkin untuk pemain sepakbola dan berkelanjutan pada setiap kelompok tingkatan usia dimaksudkan agar menjadi terampil dalam penguasaan gerakan teknik sepakbola. Keterampilan gerak menurut Sugiyanto (2012:28) menyebutkan bahwa “seseorang yang memiliki gerak terampil adalah seseorang yang mampu melakukan gerakan secara efisien dan benar secara mekanik”. Penguasaan keterampilan gerak sepakbola dengan pembelajaran teknik yang dimulai dari usia muda atau 6 tahun mulai mempelajari atau mengenal teknik sepakbola kemudian di sempurnakan dengan masuk di level di atasnya maka makin sempurnalah teknik bermain sepakbola sehingga pada level pemain sepakbola menginjak pada level senior maka tekniknya makin bagus.

Pengelompokan umur dalam pembelajaran sepakbola dirasa penting untuk secara intensif pengenalan ilmu tentang sepakbola kepada para pemain. Pembelajaran ilmu tentang teknik sepakbola tidak dapat di jadikan satu kelompok, dalam pembelajarannya harus di pisahkan. Banyak faktor yang harus

(4)

di jadikan pedoman seperti faktor usia dan daya fikir atau penangkapan suatu materi pada pemain. Timo Scheunemann (2012:69) mengatakan bahwa, “Umur seseorang menentukan cara ia berhubungan dengan dunia di sekitarnya dan dengan sesamanya. Dalam semua proses belajar, umur adalah kunci dalam memilih materi dan metode apa yang cocok untuk mengajarkan suatu materi. Sepakbola juga demikian. Untuk alasan inilah kita tidak dapat menyamakan latihan antara usia 5 dan 13 tahun”. Jelas bahwa dalam pengelompokan pembelajaran sepakbola memperhatikan umur, karena faktor pertumbuhan dan daya berfikir sangat mempengaruhi penangkapan materi sepakbola.

Pengelompokan umur pembelajaran sepakbola yang menonjolkan perataan umur dalam satu kelompok dianggap penting untuk memudahkan pemain sepakbola paham pada suatu pembelajran. Pengelompokan umur sepakbola menurut Snow Sam (2012:9-10) mengatakan bahwa,

Zona 1 pemain yang tergabung usia 6 sampai 12 tahun tujuan utama pemahaman taktik, peningkatan keterampilan, aturan permainan, dan prinsip bermain bola, zona 2 pemain yang tergabung usia 14 sampai 17 tahun tujuan pembelajaran utama pemantapan taktik atau strategi, formasi permainan, dan zona 3 pemain berusia 18 tahun ke atas tujuan utama mengembangkan pemain sepakbola ke tingkatan profesional. Pengelompokan umur di Indonesia dikemukakan oleh Timo Scheunemann (2012:59-60) mengatakan bahwa :

Tingkatan pemain pembinaan tingkatan pemula (Fun Phase) usia pemain 5-8 tahun tujuan pembelajaran di tingkat ini bertujuan hanya bermain mengenalkan pada sepakbola, Tingkatan Dasar (Foundation) usia pemain 9-12 tahun Sangat baik dalam usia ini tujuannya mengembangkan teknik dan pengertian akan taktik dasar, Latihan fisik yang diberikan hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan (agility) dan koordinasi. Tingkat menengah (Formative Phase) usia pemain 13-14 tahun latihan taktik bermain sangat penting pada usia ini. Tingkat mahir (Final Youth) usia 15-20 tahun tingkat ini sangat penting untuk menggabungkan semua bagian dari pelatihan sepakbola dengan tujuan untuk menyempurnakan pemahaman pemain.

Pengelompokkan pemain sepakbola yang terdiri dari berbagai usia pemain pada kelompok zona 1 atau tingkatan dasar perlu didasari pembelajran yang baik. Karena pada tingkatan umur ini pemain diberikan materi teknik dasar permainan sepakbola, yang nantinya dikembangkan sehingga pemain tersebut

(5)

matang ketika mencapai zona 3 atau tingkatan mahir. Penjelasan teknik dasar dikemukakan oleh Robert Koger (2007:9) mengatakan bahwa, “Foundation atau teknik dasar: teknik-teknik yang tergolong sebagai foundation (dasar) tersebut merupakan menu latihan yang paling mendasar atau paling rendah tingkatannya”. Teknik dasar merupakan cara atau melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan dalam hal ini gerakan pada suatu cabang olahraga.

Teknik dasar pemain sepakbola adalah semua cara pelaksanaan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk bermain sepakbola, terlepas sama sekali dari permainan artinya memerintah badan sendiri dan memerintah bola dalam semua situasi bermain (Soekatamsi, 2000:14). Teknik dasar sepakbola merupakan gerakan paling dasar yang di gunakan memainkan bola ketika permainan sepakbola. Permainan sepakbola agar tujuan sepakbola yakni menciptakan gol dan mencegah kemasukan gol maka diperlukan belar dan penguasaan teknik dasar agar tercipta keterampilan. Keterampilan tersebut dapat baik jika teknik yang ditampilkan atau diperagakan sempurna.

Teknik dasar sepakbola menurut Sucipto, Sutiyono, dkk (2000:7) mengatakan bahwa, “Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepakbola adalah menendang (Kicking), menghentikan (stoping), menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan ke dalam (throw-in), dan menjaga gawang (goal keeping)”.

Beberapa teknik dasar sepakbola yang di gunakan dalam permainan sepakbola antara lain seperti Shooting (menendang), dribling (menggiring bola), Control (mengendalikan), heading (menyundul), tackling (merampas bola) semua teknik tersebut digunakan dalam mencapai suatu tujuan dalam sepakbola. Teknik dasar menurut Soekatamsi (2000:16) teknik dasar permainan sepakbola terdiri dari :

a) Teknik tanpa bola

Teknik tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa bola, yang terdiri atas : 1. Lari cepat dan merubah arah

2. Melompat dan meloncat

3. Gerakan tipu tanpa bola : yaitu gerakan tipu dengan badan. 4. Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang

(6)

b)Teknik dengan bola 1. Mengenal bola 2. Menendang bola 3. Menerima bola a. Menghentikan bola b. Mengontrol bola 4. Menggiring bola 5. Menyundul bola 6. Melempar bola

7. Gerak tipu dengan bola 8. Merampas atau merebut bola

Teknik-teknik khusus penjaga gawang b. Tujuan Teknik Dasar Sepakbola

Teknik dasar dikuasai agar dalam permainan sepakbola pemain dapat menguasai permaian. Teknik dasar yang telah dijabarkan diatas merupakan teknik yang di gunakan dalam permainan sepakbola, baik itu teknik menendang, kontrol bola, menggiring bola dll. Teknik dasar ini dikuasai maka pemain sepakbola dapat memiliki keterampilan gerak sepakbola. Seorang pemain yang trampil dalam penguasaan gerak olahraga sepakbola dapat mencapai tujuan utama sepakbola. Tujuan dari teknik dasar sepakbola menurut Remmy Muchtar (1992:27) mengatakan bahwa, “Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik anda perlu menguasai teknik ini dengan baik pula. Tanpa penguasaan yang baik anda tidak mungkin dapat ”menguasai/mengontrol”dengan baik”.

Tujuan teknik dasar sepakbola menurut Josef Sneyers (1990:24) berpendapat, “dilihat dari segi taktis, mutu permainan suatu kesebelasan di tentukan oleh penguasaan teknik dasar”. Penguasaan teknik dasar pada permainan sepakbola merupakan berperan dalam kualitas permainan sepakbola baik secara individu atau satu tim, karena dengan penguasaan teknik dasar tersebut dapat mendukung taktik yang diterapkan dalam permainan sepakbola. Teknik yang mendukung taktik permainan tentunya harus teknik yang baik dan mampu bekerja sama dalam satu tim sepakbola. Teknik yang baik dalam melakukan teknik

(7)

menendang bola harus di lakukan dengan tepat, yakni tendangan bola harus tepat tujuan pada teman satu tim.

2. Teknik Menggiring Bola (Dribling)

Keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola merupakan salah satu teknik yang sering digunakan ketika permainan sepakbola. Teknik menggiring idientik dengan pemain berlari sekencang-kencangnya menyusuri lapangan sambil menguasai bola dikakinya. Pemain sepakbola dari segala lini pasti menggunakan teknik menggiring bola, baik posisi pemain bertahan, pemain tengah, dan pemain depan. Kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola memiliki tujuan untuk menguasai jalannya permainan dengan penguasaan bola. Kemampuan menguasai permainan dengan menggiring bola maka dapat menerobos pertahanan lawan.

Pemain yang memiliki kemampuan teknik menggiring bola yang baik memiliki unsur seni dan daya tarik sendiri. Pemain yang melakukan teknik menggiring bola ketika permainan dapat dinikmati cara mengelabuhi lawan dan beradu cepat dengan pemain lawan. Menggiring memiliki arti membawa bola cepat dengan langkah-langkah kecil, intinya bagaimana cara menggulirkan bola menuju arah gawang lawan. Menurut Koger (2007:51) menyatakan, “Menggiring bola (dribbling) adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain di lapangan dengan mengunakan kaki”. Pengertian menggiring bola menurut A. Sarumpaet dkk (1992:24) berpendapat, “menggiring bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari satu daerah ke daerah lain pada saat permainan sedang berlangsung”. Selain itu pengertian pengertian menggiring bola menurut Soekatamsi (1988:158) menyatakan, “gerakan lari dengan menggunakan kaki mendorong bola agar tergulir terus menerus di tanah”.

Kecepatan berlari pada keterampilan menggiring bola sangat dibutuhkan, karena dengan pemain berlari menggiring bola kedaerah kosong lawan. Lari cepat ketika menggiring bola pada permainan sepakbola pemain diharapkan dapat menguasai bola dari rintangan. Rintangan yang dihadapi pemain ketika berlari menggiring bola seperti hadangan terjangan tackle atau adu badan dengan pemain lawan yang akan merebut bola. Prinsip lari cepat (sprint) dalam bermain sepakbola menurut Toto Subroto dan Sukatamsi (2009:8.6) adalah :

(8)

1) Langkah

Langkah-langkahnya pendek-pendek, paha diangkat tinggi-tinggi, dilakukan dengan cepat sehingga frekuensi langkahnya sebanyak-banyaknya.

2) Sikap badan

Sikap badan atau togok tegak, dengan demikian agar mudah melihat sekeliling atau lapangan sepakbola yang luas, sesuai pada waktu situasi permainan harus segera dari lari cepat melakukan gerakan-gerakan mendadak, misalnya berhenti mendadak, mengubah arah lari kesamping kiri atau samping kanan, membalik atau gerakan mundur, dari lari cepat mendadak harus melompat untuk menyundul bola.

3) Sudut siku-siku lengan

Sudut siku-siku kedua lengan lebih lebar lebih kurang 90° dan ayunan kedua lengan agak tebuka kebelakang, gunannya untuk menjaga keseimbangan badan. Juga untuk memudahkan gerakan-gerakan yang mendadak, berhenti, mengubah arah, dan sebagainya.

4) Titik berat badan

Titik berat dari badan harus selalu dekat dengan permukaan tanah, hal ini untuk menjaga keseimbangan badan atau stabilitas badan.

Empat prinsip tersebut harus diperhatikan ketika para pemain melakukan lari cepat dengan membawa bola pada permainan sepakbola atau menggiring sepakbola. Langkah yang lebih di kedepankan, karena jika langkah panjang menggiring dalam situasi penuh hadangan lawan makan bola sulit dikuasai dan direbut lawan.

a. Tujuan Menggiring Bola

Keterampilan menggiring bola yang dimiliki pemain bertujuan untuk melewati hadangan pemain lawan. Melewati hadangan lawan sangat penting dalam permainan sepakbola, karena jika pemain dapat melewati lawan maka pemain dapat mencetak peluang untuk menjadi gol di gawang lawan. Melewati hadangan pemain lawan dengan memeiliki keterampilan menggiring bola nantinya dapat memberikan bola kepada teman yang berada di daerah pertahanan lawan dan dapat menyelamatkan bola karena situasi yang tidak menguntungkan jika bola dioper pada teman. Tujuan memiliki keterampilan menggiring bola menurut Joseph A. Luxbacher (1998:47) menyatakan, “Keterampilan menggiring

(9)

bola yang digunakan dalam situasi yang tepat dapat merusakkan pertahanan lawan”.

Tujuan menggiring bola dikemukakan Soekatamsi (1988:158) mengatakan bahwa, “(1)untuk melewati lawan, (2) untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan cepat, (3) untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, dan (4) menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera memberikan operan kepada teman”. Memiliki keterampilan menggiring bola dengan baik ketika permainan sepakbola pemain dapat mempertahankan bola saat berlari melewati lawan-lawan yang menghadang, sehingga nantinya setelah meleati hadangan pemain lawan bola yang dikuasai pemain dapat dioper pada teman atau tendang sendiri. Selain dapat memberikan peluang dan melewati pertahanan lawan, keterampilan menggiring yang dikuasai dengan baik dapat mengacaukan pertahanan lawan. Kacaunya pertahanan lawan membuat pemain lawan yang banyak berkonsentrasi terhadap pemain yang menguasai keterampilan menggiring sehingga menimbulkan celah posisi kosong. Kemudian pemain yang membawa bola dapat memberikan bola yang dikuasainya ke teman satu tim untuk melakukan tembakan ke arah gawang lawan.

b. Teknik-teknik Menggiring Bola

Menggiring pada permainan sepakbola memiliki teknik-teknik yang digunakan untuk melaksanakannya. Menggiring bola dapat dilihat dari sisi kaki mana yang digunakan untuk menggiring bola. Menurut Soekatamsi (1988:159-160) mengatakan, “pada prinsipnya menggiring bola dapat dilakukan dengan tiga bagian kaki yaitu, (1) menggiring bola dengan kura-kura bagian dalam, (2) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar, (3) menggiring bola dengan kura-kura kaki penuh, (4) mengkombinasikan antara kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian”. Pada pelaksanaannya teknik menggiring bola menurut Denny Mielke (2007:2-5) menyatakan sebagai berikut :

1) Dribbling menggunakan Sisi kaki Bagian dalam

Dribbling menggunakan sisikaki bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagaian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. Walaupun sedikit mengurangi kecepatan ketika pemain melakukan dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam,

(10)

menjaga bola tetap di daerah terlindung di antara kedua kaki, akan memberikan perlindungan yang lebih baik dari lawan.

Sentuhlah bola dengaan sisi kaki bagian dalam dan posisikan kakimusecara tegak lurus terhadap bola. Tendanglah dengan pelan untuk mempertahankan kontrol bola dan pusatkan kekuatantendangan pada bagian tengah bola sehingga memudahkanmu mengontrol arahnya.

Ketika sedang melakukan dribbling, usahakan kepalamu tetap tegak dan mata terpusat ke lapangan depanmu dan jangan terpaku pada kaki, berusahalah untuk melayangkan pandangan ke daerah sekeliling dan rasakan bola itu sehingga kamu mengetahui keberadaannya sambil melihat ke sekeliling.

Gambar 2.1 Menggiring bola dengan sisi kaki bagian dalam (Danny Mielke, 2007:2)

2) Dribbling Dengan Sisi kaki Bagian Luar

Sangat penting bagi seorang pemain untuk meningkatkan keterampilan yang diperlukan dalam mengontrol bola. Pengolahan dribbling memungkinkan seorang pemain menciptakan ruang, mempertahankan penguasaan bola, dan melewati pemain belakang lawan. Menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola. Keterampilan mengontrol bola ini digunakan ketika pemain yang menguasai bola sedang berlari dan mendorong bola sehingga bisa mempertahankan bola tersebut tetap berada disisi luar kaki. Secara umum, keterampilan ini digunakan ketika seorang pemain mencoba megubah arah atau bersiap untuk mengoper

(11)

bola ke teman satu timnya. Pemain yang baik mampu melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar dan secara sebentar-sebentar menggunakan sisi kaki bagian dalam tanpa mengurangi kecepatan dan kehilangan kontrol.

Posisi tubuh menjadi sangat penting saat kamu memilih untuk melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar. Keberhasilanmu akan ditentukan oleh jarak diantara kedua kakimu ketika sedang melakukan dribbling dan kemampuanmu untuk mempertahankan keseimbangan pada saat mendorong bola menjauhi dirimu.

Gambar 2.2 Menggiring bola dengan sisi kaki bagian luar (Danny Mielke, 2007:4)

3) Dribbling Menggunakan Kura-kura Kaki

Kura-kura kaki, bagian sepatu tempat tali sepatu berada, bisa memberikan kekuatan dan kontrol. Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah menggunakan ujung jari kaki. Tindakan ini tidak saja menyebabkan sakit pada ujung jari kaki jika seorang melakukan tackling keras kepadamu saat kamu mencoba menendang bola, tetapi tindakan ini juga akan tidak sering akurat. Kelebihan dari kura-kura kaki adalah dapat memberikan permukaan yang datar pada bola dan juga dapat membuat bola bergerak membelok dan menukik.

Biasanya kura-kura kaki atau bagian punggung sepatu digunakan sebagai bidang tendangan utama untuk melakukan dribbling bila kamu ingin bergerak

(12)

cepat di lapangan. Saat kamu berlari, ujung jari kaki biasanya menghadap kedepan. Ketika kakimu menghadap ke depan, turunkan sedikit ujung jari kaki dan sentuhlah bola menggunakan kura-kura kakimu.

Gambar 2.3 Menggiring bola dengan sisi kura-kura kaki (Danny Mielke, 2007:5)

c. Kesalahan Ketika Menggiring Bola

Pemain sepakbola ketika melakukan keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang terjadi. Keslahan ketika menggiring bola dapat merugikan pemain dan Tim, Hal ini karena Kesalahan ketika menggiring dapat mengakibatkan pemain cidera dan taktik untuk membongkar pertahanan lawan menjadi gagal. Maka keslahan-kesalahan yang terjadi perlu di kenali dan diidentifikasi, kemudian dilakukan langkah-langkah perbaikan. Beberapa kesalahan yang terjadi ketika melakukan keterampilan menggiring bola menurut Arma Abdoelah (1981:427) antara lain sebagai berikut :

1. Bukan mendorong bola, tetapi menendang bola sehingga jalannya bola terlalu cepat dan tidak terkontrol.

2. Jarak antara pemain dengan bola terlalu jauh, sehingga mudah direbut lawan.

3. Irama langkah lari rusak akibat dari irama kaki menyentuh bola tidak lentur.

(13)

4. Mata hanya selalu tertuju pada bola saja, sehingga dalam permainan yang sesungguhnya pemain itu tidak dapat melihat situasi lapangan seluruhnya.

d. Anatomi Gerakan Menggiring Bola

Gerakan menggiring bola secara umum sama dengan gerak berlari. Bagian-bagian utama pada tubuh yang bergerak ketika menggiring bola diantaranya meliputi pangkal paha, tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Sendi yang menunjang ketika menggiring bola antara lain adalah sendi panggul, lutut dan pergelangan telapak kaki. Gerak pada sendi panggul saat menggiring bola diantaranya antara lain gerak fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, dan rotasi lateral/ rotasi medial. Gerakan fleksi/ekstensi yaitu saat melangkahkan kaki ke depan dan belakang untuk berlari menendang bola, otot penggerak utama gerak fleksi (antefleksi) antara lain otot musculus iliopsoas, musculus tensor faciae latea, musculus rectur femuris dan otot penggerak utama gerak ekstensi (retrofleksi) adalah musculus gluteus maximus, musculus hamstrings (yang terdiri dari biceps femoris, musculus semitendinosus, dan musculus membranosus). Pada gerak abduksi/adduksi antara lain gerak tungkai ke samping kanan atau kesamping kiri saat memainkan bola, otot penggerak utama gerak abduksi adalah musculus gluteus medius, musculus gluteus minimus, dan otot penggerak utama gerak adduksi adalah musculus gracilis, musculus pactineus, musculus adduktor longus, musculus adduktor brevis. Pada gerak rotasi lateral/rotasi medial yaitu saat memutar tungkai diputar ke dalam atau keluar untuk menendang bola agar perkenaan bola tepat pada kura-kura kaki bagian dalam atau kura-kura kaki bagian luar, gerakan otot pada gerak rotasi lateral (exorotasi) menurut Soedarminto, (1992: 64-65) mengatakan “otot penggerak pada gerak rotasi lateral (exorotasi) adalah musculus gluteus maximus, musculus pirifomis, musculus sarforius dan otot penggerak pada gerak rotasi medial (endorotasi) adalah musculus gluteus medius, musculus gluteus minimus, musculus tensor”.

Gerakan sendi lutut pada saat menggiring bola terdiri dari gerak fleksi dan ekstensi, yaitu untuk menggerakkan tungkai bawah ke depan atau ke belakang. Penggerak pada gerak fleksi dan ekstensi menurut Soedarminto (1992:64-65)

(14)

mengatakan “Gerak fleksi, otot penggerak utamanya adalah otot musculus biceps femoris, musculus semitendinosus, musculus semimembranosus, sedangkan pada gerak ekstensi penggerak utamanya antara lain musculus rektus femoris, musculus vastus lateralis, musculus vastus medialis, musculus intermedialis”.

Gambar 2.4 Susunan Otot tungkai dilihat dari depan (Thompson, 2002:221)

Gerak pada sendi pergelangan kaki saat menggiring bola hanya gerak fleksi plantar dan fleksi dorsal. Menurut Soedarminto (1992:66-67) menyatakan “penggerak utama pada gerak fleksi plantar adalah musculus gastrocnemius dan musculus soleus. Penggerak utama pada gerak fleksi dorsal adalah musculus tibialis anterior, musculus extensor digitorumlongus, dan musculus extensor peroneus tertius”.

(15)

Gambar 2.5 Susunan Otot tungkai dilihat dari belakang (Thompson, 2002:223)

e. Keterampilan Menggiring Bola

1. Kemampuan Gerak (Motor Ability)

Kemampuan gerak merupakan obyek utama dalam belajar gerak. Belajar gerak berurusan dengan kepentingan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Lalu apa yang dimaksud dengan kemampuan gerak ? ada istilah lain yang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan pengertian yang terkandung dalam istilah Motor Ability yaitu: Motor Fitnes, Motor Capacity, Motor Educability, Athletic Ability dan General Motor Ability. Istilah-istilah tersebut mengandung banyak makna yang tidak sepenuhnya sama tetapi memang ada unsur-unsur pengertian yang sama atau menerangkan sesuatu yang sebenarnya tumpang-tindih.

Motor Ability merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan tubuh. Kajian tentang konsep kemampuan gerak mencakup beberapa konsep lain yang relevan dengan gerak yaitu: respon gerak (motor response), pola gerak (motor pattren), dan keterampilan gerak (motor skill). a. Respon Gerak (Motor Ability)

Respon gerak merupakan prilaku gerak pada seseorang yang timbul sebagai respon atau tanggapan yang berupa gerak tubuh atau stimulus baik

(16)

yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari lingkungan yang mengarah kepadanya. Respon gerak terdiri dari 3 tipe gerak, antara lain : gerak postural, gerakan transport, dan gerakan manipulatif (Drowatzky, 1981).

Gerakan postural merupakan gerakan penyesuaian dari tubuh menyeluruh untuk mengatur tubuh dalam merespon gravitasi dan akselerasi. Responnya dalam bentuk kontraksi statis dari muskulatur fiksator untuk menjaga posisi tubuh atau kontraksi level rendah secara simultan dari otot-otot antagonis untuk menjaga keseimbangan. Gerakan postural melibatkan banyak macam respon-respon muscular atau respon otot. Gerakan transport atau lokomotor merupakan gerakan yang dapat menjadikan seseorang untuk menjelajahi ruang. Gerakan ini memerlukan sisi tubuh kanan dan kiri secara bersama-sama atau berkebalikan. Gerakan ini berbentuk gerakan tubuh secara menyeluruh sehingga terjadi perpindahan tempat atau menjelajah ruang, dan dapat berbentuk gerakan bagian-bagian tubuh tertentu misalnya tangan atau kaki saja.

Gerakan Manipulatif merupakan respon gerak yang melibatkan benda tertentu sebagai obyek yang dimanipulasi. Dalam memanipulasi suatu obyek dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu : 1). pola kontak, misalnya: meraba, memutar, melepas; dan 2). Menerima dan mendorong, misalnya: menangkap, melempar, menyepak, mendorong, dan menarik. b. Pola Gerak (Motor Patrren)

Pola gerak merupakan gabungan dari gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam respon-respon gerak dan membentuk pola-pola gerak tertentu yang menjadi kebiasaan untuk dilakukan dalam berbagai aktivitas. Misalnya gerak berjalan, pada dasarnya mengandung unsur-unsur gerak terpola yang meliputi gerak mengayun satu kaki kanan dan kaki kiri melangkah ke depan secara bergantian dan disertai ayunan tangan kanan dan kiri melenggang ke depan dan ke belakang secara bergantian. Gerakan berjalan seperti itu disebut pola gerak berjalan. Pola-pola gerak yang dapat dilakukan oleh manusia pada dasarnya mewujud dalam bentuk gerak dasar

(17)

fundamental, misalnya: berjalan, berlari, melompat, memegang, melempar dan memukul.

c. Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Keterampilan gerak pada dasarnya dihasilkan dari pengembangan pola-pola gerak. Contohnya pola gerak berjalan dapat menjadi dasar untuk keterampilan gerak dalam berjalan cepat dan pola gerak berlari dapat menjadi dasar keterampilan gerak dalam berlari cepat. Perpaduan atau rangkaian pola gerak berjalan, berlari dan menyepak dapat menjadi dasar keterampilan gerak menggiring dan menendang bola ke gawang dalam permainan sepakbola.

Perlu dipahami mengenai perbedaan pengertian keterampilan gerak (Motor skill) dengan pengertian gerakan yang terampil (skilled movement). Keterampilan gerak (motor skill) merupakan suatu tingkatan kualitas penguasaan dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi beberapa bagian tubuh atau keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik. Tingkat koordinasi bagian-bagian tubuh yang diperlukan untuk melaksanakan gerakan relatif tinggi. Untuk mencapai tingkat keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar dan berlatih dalam jangka waktu yang tertentu.

Lamanya waktu mempelajari yang diperlukan untuk menjadi terampil dalam menguasai gerakan hal ini dikarenakan tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksitas gerakan. Semakin sulit dan komplek suatu gerakan dipelajari, makin lama waktu yang diperlukan untuk menjadi terampil melakukannya. Terdapat faktor-faktor yang dapat membuat lama waktu dalam mempelajari suatu keterampilan gerak. Faktor-faktor seperti bakat, kesungguhan berusaha, minat dan kemampuan gerak dapat menentukan lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi gerakan yang terampil.

Keterampilan pada dasarnya dihasilkan dari mengembangkan beberapa gerakan. Penguasaan gerakan awal yang kemudian dikembangkan dengan adanya pembelajaran sehingga menimbulkan suatu gerakan yang terampil. Belajar gerak nantinya membuat seseorang akan menguasai suatu keterampilan dengan baik. Pola gerak berjalan dapat menjadikan basis untuk menguasai

(18)

keterampilan gerak dalam berjalan cepat, selain itu pola gerak berlari dapat menjadi basis keterampilan gerak dalam berlari cepat. Belajar gerak menurut Schmidt (1988:346) mengatakan bahwa “Suatu proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman, yang mengarah kepada perubahan yang relatif permanen dalam kapabilitas untuk merespon sesuatu”. Pengertian belajar gerak menurut Drowatsky (1981:17) mengatakan bahwa “Belajar motor adalah proses perubahan atau modifikasi individu sebagai hasil timbal balik antara latihan dan koordinasi lingkungan”. Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar motor dalam penguasaan keterampilan gerak merupkan suatu rangkaian proses belajar. Selama proses belajar tersebut bagaimana siswa merespon dan mempraktekkan dalam bentuk gerakan. gerakan yang telah dipelajari dari berbagai proses tersebut bersifat permanen sehingga membuat seseorang yang belajar keterampilan gerak dapat luwes mengaplikasikannya.

Mengembangkan gerakan dapat dilakukan dengan belajar gerak, tujuan utama belajar gerak adalah untuk meningkatkan suatu keterampilan gerakan. Singer R.N (1980:7) menyatakan bahwa, “Keterampilan adalah gerak otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan aktivitas yang diinginkan”. Gerakan keterampilan merupakan salah satu jenis gerakan yang didalam melaksanakannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan. Dalam olahraga rangkaian gerak berjalan, berlari dan menendang menjadi basis keterampilan gerak menggiring bola. Keterampilan gerak menurut Sugiyanto (2012;28) mengatakan “Keterampilan gerak (motor skills) adalah suatu tingkat kualitas penguasaan dalam melakukan aktivitas gerak tubuh dimana koordinasi beberapa bagian tubuh atau keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik”. Sedangkan keterampilan menurut Schmidt (1991:5) mengatakan bahwa “Keterampilan sebagai kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang minimum”.

Mencapai tingkat keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar dan berlatih dalam jangka waktu yang lama. Menggiring bola yang terdiri dari berbagai gerakan antara lain, berjalan, berlari dan menendang diperlukan proses belajar atau berlatih yang cukup lama dalam menguasai keterampilan

(19)

gerak. Menggiring bola pada permainan sepakbola merupakan gerakan keterampilan yang bersifat khusus yang memiliki karakteristik yang bersifat spesifik, mengembangkan keterampilan gerak menggiring bola perlu dipahami karakteristik dan klasifikasi gerakan dalam menggiring bola. Sugiyanto (2012:28) mengemukakan “Keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Klasifikasi berdasarkan keceramatan gerakan.

2. Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan. 3. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan, dan

4. Klasifikasi berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan.

Kecermatan pelaksanaan gerakan anatara lain ditentukan oleh keterlibatan kelompok otot tertentu, keterampilan gerak dikategorikan menjadi 2 antara lain keterampilan gerak agam/agal (gross motor skill) yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama gerakan, dan keterampilan gerak halus (fine motor skills) keterampilan gerak yang pelaksanaannya melibatkan otot-otot halus sebagai basis utama gerakan.

Keterampilan gerak berdasarkan titik awal dan akhir gerakan merupakan suatu keterampilan pelaksanaan keterampilan gerak ada yang mudah diamati awal dan akhir pelaksanaannya untuk setiap unit pelaksanaan gerakannya, akan tetapi ada pula yang tidak mudah ditandai awal dan akhirnya. Terdapat 3 klasifikasi macam gerak antara lain, gerak diskrit keterampilan gerak yang ditandai dengan jelas awal dan akhirnya, misalnya gerakan melempar bola. Gerak serial adalah keterampilan gerak diskert yang dilakukan berulang-ulang, dan gerakan kontinyu merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berlanjut, misalnya gerakan berenang.

Keterampilan gerak berdasarkan stabilitas lingkungan, klasifikasi ini dibagi menjadi 2 kategori antara lain: keterampilan gerak tertutup dan keterampilan gerak terbuka. Keterampilan gerak tertutup merupakan keterampilan gerak yang dilakukan pada lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi, dilakukan karena stimulus dari pelaku tanpa pengaruh stimulus dari luar, misalnya: berjalan, berlari dan melempar. Keterampilan gerak terbuka keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi yang terus berubah-ubah,

(20)

dilakukan selain karena stimulus dari dalam juga dipengaruhi stimulus dari luar. Misalnya: bermain futsal, bermain sepakbola, bertinju, dll.

Keterampilan berdasarkan kompleksitas rangkaian gerakan dikategorikan menjadi 2 antara lain, keterampilan sederhana dan keterampilan kompleks. Keterampilan sederhana merupakan keterampilan gerak yang hanya terdiri atas 1 atau 2 elemen gerak saja, misalnya: menangkap, melempar, menendang bola. Keterampilan kompleks merupakan terdiri dari beberapa elemen gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu gerakan. Misalnya: menggiring dan menembak bola dalam olahraga sepakbola.

Keterampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan kecermatan gerakan, kecermatan pelaksanaan gerakan dapat ditentukan antara lain oleh jenis otot yang terlibat. Ada gerakan yang melibatkan otot-otot besar dan ada yang melibatkan otot-otot halus. Menurut Magil Richard A, (1993:10) menyatakan bahwa “Keterampilan motor kasar (gross motor skills) merupakan keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot besar, tujuan kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan adalah hal yang paling penting. Motor kasar meliputi melompat, melempar, berjalan, dan meloncat, (2) Keterampilan gerak halus (fine motorskills) merupakan keterampilan motor halus yang merupakan keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot kecilo dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan. Secara umum keterampilan belajar motor atau belajar gerak halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi. Contoh motor/gerak halus adalah: melukis, menjahit dan mengancingkan bahu.

Dikatakan memiliki gerakan yang terampil jika seseorang tersebut dapat melakukan gerakan dengan benar, efisien, dan efektif. Gerakan yang benar adalah melaksanakan gerakan sesuai dengan prinsip-prinsip mekanis pada sistem gerak tubuh. Efisien maksutnya adalah gerakan yang pelaksanaannya dapat mencapai hasil sebaik-baiknya dengan menggunakan tenaga yang sekecil mungkin. Sedangkan efektif adalah pelaksanaan gerakannnya sesuai dengan keinginan atau tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan gerakan. Pencapaian gerak yang efisien diperlukan beberapa komponen kemampuan

(21)

dalam diri individu yang sangat kompleks dan dapat berfungsi secara sistemik. Drowatzky (1981:34) mengatakan bahwa “Komponen-kompenen penting yang membentuk gerakan yang efesien yaitu seperti komponen fitnes dan kemampuan gerak (Fitnes and motor abilities), kemampuan mengindra (sensori abilities), dan proses-proses perceptual (perceptual processes)”. Maka dari itu dalam gerakan efisien memerlukan latihan-latihan yang benar, continue dan teratur serta pemecahan masalah dalam prestasi olahrga yang baik pula.

Komponen-komponen penting yang membentuk gerakan efesien antara lain seperti komponen fitnes dan kemampuan gerak, kemampuan mengindra, dan proses-proses perceptual digambarkan Drowatzky (1981:) dalam sebuah lingkaran antara lain sebagai berikut :

Fitnes and Motor abilities

Gambar 2.6 Komponen-komponen dari gerakan yang efesien. (Dimodifikasi dari Barsch, 1968). Perceptual processes Sensory abilities Vision Kinesthesis Hearing Taste Smell Pain Touch Proprioception Body awerness Depth perception Constancy Motor planing Spatial awareness Information processing Temporal awareness Strength Endurance Reaction time Coordination Balance Speed Agility Flexibility Efficient movement

(22)

Ketiga lingkaran yang terdiri dari kemampuan fitnes dan kemampuan gerak, kemampuan mengindra, dan proses-proses perceptual saling bertautan yang melambangkan ketiganya saling berinteraksi untuk menghasilkan gerakan yang efesien. Kemampuan fitnes dan kemampuan gerak meliputi; kekuatan, ketahanan, waktu reaksi, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, kelincahan, dan fleksibilitas. Komponen kemampuan sensori meliputi; penglihatan, kinestesis, pendengar, pengecap, pembau, rasa sakit, sentuhan, propriosepsi. Komponen proses-proses-proses perceptual antara lain; kesadarantubuh, persepsi kedalaman, konstansi rencana gerak, kesadaran spasial, pemrosesan informasi, kesadaran temporal.

Sebagai bahan pembanding dalam melakukan kajian tentang faktor-faktor atau komponen-komponen pendukung terjadinya gerakan yang efisien, berikut ini kajian yang dihasilkan menurut Marion R. Broer dan Ronald F. Zernicke (1979) suatu kajian yang mengemukakan suatu diagram mengenai prasyarat untuk terjadinya gerakan yang efisien, yang cenderung lebih kompleks dibandingkan yang dikemaukakan Drowatzky. Gambar terdapat berbagai unsur yang merupakan prasyarat terjadinya gerakan yang efisien dan hubungan atau interaksi unsur-unsurnya sampai terbentuk gerakan yang efisien. Secara garis besar terdapat 3 kelompok kemampuan yang merupakan prasyarat yaitu: Fitnes dan Kemampuan Gerak, mental dan Emosional.

1. Fisik meliputi:

a) Fitnes dan Kemampuan gerak, meliputi: ketajanan b) Fleksibilitas

c) Kekuatan

d) Popwer otot atau kekuatan eksplosif e) Ketajaman indera

f) Waktu reaksi 2. Mental meliputi:

a. Kesadaran dalam hakikat keterampilan b. Kemampuan untuk :

(23)

b) Membuat keputusan adaptif dengan cepat untuk mengatasi problem gerak

c) Memahami hubungan jarak (spesial)

d) Menilai obyek yang bergerak: jarak, kecepatan, ketinggian, arah, gaya.

e) Menilai durasi waktu.

f) Menilai tekanan dan intensitas.

g) Mengingat gerakan lampau (memori kinestesik). h) Memahami mekanika gerakan

i) berkonsentrasi

3. Kemampuan Emosi meliputi:

a. Ketiadaan faktor-faktor emosional yang mengganggu

b. Adanya kebutuhan dan keinginan untuk mempelajari atau melakukan gerakan

- Sikap positif terhadap performa - Kontrol diri

Keterlibatan setiap unsur kemampuan yang membentuk gerakan yang efesien tidak sama intensitasnya pada setiap macam keterampilan gerak yang dilakukan. Intensitas keterlibatan sangat tergantung pada pola dan karakteristik gerak keterampilan yang dilakukan. Keterampilan gerak tubuh yang baik atau kemampuan melakukan gerakan yang terampil pada dasarnya mengandung kualifikasi gerakan yang efektif dan efesien. Maksud dari gerakan yang efektif dan efisien yaitu apabila seorang atlet bergerak secara tepat tanpa membuang banyak tenaga dan benar dalam melakukannya. Banyak komponen yang harus diperhatikan untuk dapat bergerak secara efektif dan efisien.

Mencapai gerak efisiensi diperlukan komponen kemampuan diri individu yang sangat kompleks dan dapat berfungsi secara sistemik. Kemampuan indera yang dimiliki manusia berperan penting untuk mewujudkan suatu gerakan yang efisien karena dengan panca indera kita dapat melihat dan memprediksikan bagaimana suatu gerakan dilakukan.

(24)

KETAHA NA N Ka rd io re sp irato ri , m u sk u lar, sa ra f WAKTU RE AK S I Wak tu g era k KETAJA M AN IND ERA Visu al, a u d it o ri . Kin este sik , tak til l, imp re si d ari k an al se m i sirk u lar. P OWE R OTOT (Ke k u atan E k sp lo sif) En erg i d in am ik , k em am p u an m em u lai tu g as. KEKU ATAN S en d i len g an & b ah u , p erg elan g an , tan g an , to g o k , ab d o m in al p elv ic, k ak i, tela p ak k ak i. F LE KSIBIL ITAS Li g am en , o to t, se n d i GERAK AN EF IS IEN P en g k o m b in asia n g era k an terk o o rd in asi u n tu k m en g h asil k an g ay a y an g d ip erlu k an u n tu k tu ju an tert en tu d an m en era p k an d en g an h asil y an g p ali n g b ai k , d alam a ra h y an g p ali n g b ai k , d an p en g g u n aa n ten ag a y an g p ali n g se d ik it KO ORD INA S I P em fu n g sia n wa k tu d an k ese imb an g an y an g b ai k se ca ra b ersa m a d a ri b eb era p a o to t d alam g era k an t u n g g al. P en g k o m b in asia n g era k an se d erh an a tan p a te g an g an y an g t id ak p erl u d an d alam u ru rtan y an g b aik u n tu k m em b u at g era k an k o m p lek y an g la n ca r. KELI NCA HA N Ke m am p u an m en g u b ah ara h d an p o sisi se ca ra ce p at. B. M ENTAL a. Ke sa d ara n d alam h ak ik at k etera m p il an b. Ke m am p u an u n tu k : a) M en g am ati d en g an c ep at. b) M em b u at k ep u tu sa n ad ap ti f d en g an ce p at u n tu k m en g atas i p ro b lem g era k c) M em ah am i h u b u n g an jara k (s p esia l) d) M en il ai o b y ek y an g b erg era k : jara k , k ec ep atan , k eti n g g ian , ara h , g ay a. e) M en il ai d u ra si wa k tu . f) M en il ai tek an an d an i n ten sitas . g) M en g in g at g era k an lam p au (m em o ri k in este sik ). h) M em ah am i m ek an ik a g era k an i) b erk o n se n tras i C. Emo sio n al a. Ke ti ad aa n fa k to r-fa k to r em y an g m en g g an g g u b. Ad an y a k eb u tu h an d an k u n tu k m em p elaja ri atau m elak g era k an c. Ke sa d ara an d iri : a. S ik ap p o sit if p erfo rm a b. Ko n tr o l d iri KO NTROL M USKULAR KO NTROL TIM ING KO NTROL KES EIM BAN GA N S IS TE M S ARA F S IS TE M P ENGIN DRA A N S IS TE M RES P IRATORI S IRKU LATORI S IS TE M S KELE TAL S IS TE M M USKULAR A. F isi k

(25)

Keterampilan gerak dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Gerakan yang baik merupakan gerakan yang memiliki kriteria efektif dan efisien. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil meliputi efektif dan efisien. Keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola merupakan kualitas penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak menggiring bola dalam permainan sepakbola.

Belajar teknik dasar sepakbola dalam hal ini menggiring bola secara konseptual fasenya tidak berbeda dengan belajar gerak pada umumnya. Terdapat beberapa fase yang dilalui dalam belajar gerak agar menjadi gerakan yang terampil. Fase dalam belajar gerak agar dapat terampil menurut Singer (1982:9) mengatakan bahwa “(a)Cognitve phase, (b) associative phase, (c) autonomus”. Fase-fase tersebut menggambarkan proses penguasaan keterampilan tertentu dan tidak didasarkan pada tingkatan umur melainkan pada tingkatan keterampilan seseorang dalam memecahkan atau melaksanakan gerak yang dilakukan. Tahapan belajar gerak menurut Fitts dan Posner yang dikutip dalam Richard A. Magill (1993:59-60) adalah sebagai berikut :

Tahapan belajar gerak dimulai dari tahap kognitif ; tahap ini ditandai dengan sejumlah besar kesalahan dalam prestasi dan kesalahan yang dilakukan cenderung menjadi besar. Tahap asosiasi; tahap ini mengkarakterisasikan perubahan tahap kognitif. Selama tahap asosiasi, banyak fundamental-fundamental dasar atau mekanika dari keterampilan yang mempunyai banyak perluasan yang telah dipelajari. Kesalahan-kesalahan lebih sedikit dan para pelajar berkonsentrasi pada penghalusan keterampilannya. Pada tahap ini terjadi pengembangan sebuah kemampuan untuk mendeteksi beberapa dari kesalahan dalam melaksanakan tugas. Sementara kemampuan untuk melokalisir kesalahan-kesalahan terjadi belum sempurna. Untuk itu perlu adanya bimbingan khusus tentang bagaimana melanjutkan praktek. Pada tahap ini keberagaman prestasi dari satu usaha ke usaha lain sudah mulai berkurang.

Tahap otonom; tahap ini terjadi sesudah banyak praktek dan pengalaman dengan keterampilan. Tahap ini akan bergerak ke tahap akhir dari belajar, tahap kemandirian. Pada tahap ini keterampilan hampir otomatis, artinya

(26)

individu tidak harus mengikuti keseluruhan produksi dari keterampilan tetapi telah belajar melakukan kebanyakan dari keterampilan tanpa memikirkan sama sekali. Dalam tahap kemandirian pelaku-pelaku yang terampil mampu tidak hanya mendeteksi kesalahan-kesalahan mereka sendiri tetapi juga membuat penyesuaian yang baik untuk mengkoreksinya. Dalam tahap ini keberagaman prestasi dari hari ke hari telah menjadi sangat kecil. Tahap kemandirian adalah hasil dari jumlah praktek yang hebat sekali, hal ini menjadikan para pelaku menghasilkan respon tanpa berkonsentrasi pada seluruh pergerakan. Oleh karena itu mereka dapat menghadirkan aspek-aspek lain yang akan menjadikan prestasi yang optimal.

Gerakan menggiring bola yang baik adalah gerakan menggiring bola yang efektif dan efisien. Semakin baik pemain sepakbola dalam penguasaan gerak keterampilan menggiring bola maka pelaksanaannya makin efektif dan efisien. Pemain sepakbola agar dapat menguasai keterampilan gerak menggiring bola dengan baik harus melalui proses latihan keterampilan dan dipadu latihan fisik yang mendukung. Uraian diatas dapat menerangkan bahwa melakukan latihan yang dapat meningkatkan keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisien dan efektifitas dalam melakukan gerakan yang kompleks, yang dalam pelaksanaannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, untuk memperoleh keberhasilan sesuai dengan situasi yang dihadapi.

f. Model Latihan Menggiring Bola

Kemampuan menggiring bola pada permainan sepakbola dapat ditingkatkan melaui beberapa model latihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menggiring bola. Peningkatan keterampilan menggiring bola diperlukan model latihan harus yang sesuai dan baik. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menggiring bola menurut Soekatamsi (1988:164) diantaranya adalah :

1. Lari menggiring bola kemudian berputar membalik.

2. Lari menggiring bola kemudian berputar membalik (membelok) ke kanan.

(27)

3. Lari menggiring bola kemudian berputar membalik (membelok) ke kiri 4. Gabungan latihan 1,2, dan 3.

Variasi model latihan yang dibutuhkan dalam melakukan latihan menggiring bola agar keterampilan menggiring pemain dapat meningkat. Bentuk latihan menurut Joseph A, Luxbacher (2000:57-59) mengemukakan mengenai bentuk latihan menggiring bola antara lain : “1. Latihan dribble individual, 2. Dribble slalom, dan 3. Dribble relay dengan cepat”. Beberapa latihan tersebut dapat dikembangkan ketika melatih keterampilan menggiring bola seperti menggiring bola berpasangan dengan teman, dan menggiring bola dengan perlombaan estafet dan sebagainya.

Keterampilan menggiring bola dipengaruhi juga oleh kemampuan fisik. Keterampilan menggiring bola makin baik jika ditunjang dengan kemampuan fisik yang baik. Sehubungan dengan faktor kondisi fisik penunjang keterampilan menggiring bola, menurut Soekatamsi (1991:35) mengemukakan dalam meningkatkan keterampilan pemain dalam menggiring bola maka :

a) Kecepatan start pemain harus ditingkatkan, karena menggiring bola tergantung pula pada kecepatan start.

b) Kecepatan lari (sprint) harus ditingkatkan, agar pemain memiliki kecepatan lari dengan bola atau kecepatan menggiring bola.

c) Kecepatan pada waktu menggiring bola, temponya harus diubah-ubah. d) Menggiring bola harus dikombinasikan dengan gerak tipu, terutama

pada waktu melewati lawan.

Unsur penting yang mempengaruhi keterampilan menggiring bola antara lain kecepatan, kelincahan dan kemampuan mengontrol bola. Sehingga untuk dapat menguasai keterampilan menggiring bola dengan baik harus ditunjang dengan kelincahan, kecepatan gerak dan kemampuan mengontrol bola yang memadai. Melakukan pembinaan terhadap keterampilan menggiring bola harus diikuti latihan untuk kelincahan, kecepatan dan kemampuan mengontrol bola dengan porsi latihan yang tepat.

Usaha untuk meningkatkan keterampilan menggiring bola, latihan yang ditujukan pada pengembangan komponen fisik penunjang, komponen fisik tersebut seperti peningkatan kelincahan. Melakukan latihan yang sistematis,

(28)

teratur dan kontinyu serta dengan model latihan yang sesuai, maka nantinya penguasaan keterampilan menggiring bola akan tercapai. Bentuk latihannnya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan fisik berupa kelincahan menggiring bola diantaranya yaitu, latihan Ickey Shuffle dan X-over zigzag menggunakan ladder drill.

3. Latihan

a. Definisi Latihan

Meraih prestasi cabang olahraga sepakbola dapat tercapai dengan mengembangkan unsur-unsur pendukungnya melalui latihan. Tanpa melakukan latihan untuk menguasai keterampilan mustahil memndapatkan prestasi yang diinginkan pada semua cabang olahrga. Sukadiyanto (2003:5) mengatakan “pengertian latihan yang berasal dari kata training, adalah penerapan dari suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan pelaksanaan dengan ilmiah melalui prinsip pendidikan yang terencana dan teratur sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada waktunya”. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan latihan olahrga merupakan suatu kegiatan olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang dan adanya peningkatan beban berkelanjutan pada setiap sesi.

Pelaksanaan latihan aspek-aspek yang mendukung terhadap pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal. Aspek-asepk tersebut yang dilatih seperti fisik, teknik, taktik, dan mental. Apa yang ada dalam kegiatan latihan merupakan hal-hal yang dibutuhkan atlet atau pemain ketika menekuni cabang olahraga. Begitu pula latihan sepakbola, pada kegiatan latihan pemain dapat mengembangkan fisik, teknik, taktik dan mental. Beberapa aspek itulah merupakan unsur untuk meraih prestasi yang dikembangkan melalui latihan. Cabang olahraga sepakbola jika pemain ingin menjadi pemain yang baik maka diperlukan penguasaan keterampilan teknik yang baik. Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan penguasaan keterampilan gerak pada suatu cabang olahraga. Sepakbola dengan melakukan latihan teknik pemain dapat mengetahui gerak-gerak di sepakbola, seperti menendang, mengontrol bola, menggiring bola dll.

(29)

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan yang sistematis dilakukan secara rutin dan ajeg, biasanya dilakukan beberapa kali dalam seminggu. Latihan dilaksanakan menurut sistem yang mengikuti prinsip-prinsip latihan yang bersifat dasar. Prinsip-prinsip latihan adalah pedoman yang hendaknya digunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip-prinsip ini menentukan pola dan isi dalam latihan, tujuan dan metode-metode latihan, serta organisasi latihan. Prinsip-prinsip dalam latihan merupakan bagian dan semua konsep serta tidak dipandang sebagai satu unit yang terpisah walaupun untuk suatu maksud tertentu dan diambil dari banyak pengertian akan tetapi disajikan dan digambarkan secara terpisah. Menurut Nossek (1995:4) mengatakan prinsip-prinsip dalam latihan adalah :

1. Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahunlatihan tersebut.

2. Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan tersebut.

3. Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi.

4. Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual.

5. Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.

Selain itu prinsip-prinsip latihan menurut Sukadiyanto (2002:12-22) mengatakan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain :

(a) Prinsip kesiapan (readiness). (b) prinsip individual.

(c) prinsip adaptasi.

(d) Prinsip beban lebih (Overload). (e) Prinsip Progresif (Peningkatan). (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan). (g) Prinsip variasi.

(h) Prinsip pemanasan dan pendinginan.

(30)

(j) prinsip berkebalikan (Reversibility). (k) Prinsip tidak berlebihan (moderat). (l) Prinsip Sistemik.

Pendapat diatas jelas bahwa prinsip dalam melakukan latihan merupakan landasan ilmiah dalam pelatihan yang harus dipegang teguh dalam melaksanakan atau mencapai tujuan latihan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan seperti : (1) Prinsip overload, (2) Prinsip penggunaan beban, (3) Prinsip pengaturan latihan, dan (4) Prinsip kekhususan program latihan. Nantinya agar mencapai hasil yang diharapkan maka harus memperhatikan prinsip-prinsip diatas.

1) Prinsip Beban Lebih (Overload Principle)

Prinsip latihan olahraga adalah memberikan tekanan atau stresor pada tubuh yang akan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kapasitas kemampuan kerja dan mengembangkan sistem serta fungsi organ ke tingkat yang lebih tinggi. Prinsip beban berlebih merupakan dasar dalam latihan. Pengaturan beban latihan harus diatas ambang ransang latihan. Jika melakukan latihan rutin dan ajeg tetapi tidak ada peningkatan beban latihan, maka prestasi tidak akan meningkat. Jika melakukan latihan dengan beban begitu ringan atau tidak ada penambahan beban (overload), maka berapa lama melakukan latihan seperti itu peningkatan prestasi tidak akan tercapai. Hal tersebut menunjukkan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam meraih prestasi pemberian beban ketika latihan harus lebih berat dari beban sebelumnya.

Pemberian beban yang bertambah berat dapat merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang dapat meningkatkan kemampuan otot atau tubuh. Akan tetapi dalam melakukan latihan pemberian beban yang terlalu berat atau berlebihan tidak dianjurkan. Hal ini berakibat tidak baik terhadap hasil latihan karena bukannya peningkatan fisiologis seperti peningkatan kemampuan otot atau fungsional tubuh tetapi kemungkinan akan terjadi cidera dan penurunan kondisi fisik. Tujuan utama peningkatan beban latihan adalah meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh. Pemberian beban yang bertambah berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban baru tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat.

(31)

2) Prinsip Penggunaan Beban secara progresif

Penggunaan Beban secara progresif adalah meningkatkan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Pemberian beban yang bertahap dari hari ke hari meningkat jumlah pemberian bebannya. Penambahan beban latihan tidak boleh tergesa-gesa dan berlebihan, sehingga peningkatan beban latihan harus tetap dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet atau pemain serta ditingkatkan setahap demi setahap. Penambahan beban yang meningkat tersebut dapat diberikan dengan menambah jumlah pengulangannya. Peningkatan beban latihan menurut Suharno (1993:14) mengatakan “Peningkatan beban latihan jangan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan”. Keuntungan memperhatikan penggunaan beban secara progresif adalah tubuh akan cepat beradaptasi dan tidak menimbulkan efek sakit. Peningkatan beban yang teratur diharapkan ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya, sehingga dapat terjadi superkompensasi.

Superkompensasi merupakan suatu proses kenaikan kemampuan jasmani atlet setelah mengikuti latihan. Terkait pemberian peningkatan beban agar terjadi superkompensasi Sudjarwo (1995:18) menyatakan “Pemberian beban latihan harus dapat dan benar-benar merupakan rangsangan (stimuli) untuk menimbulkan superkompensasi atlet‟‟.

3) Prinsip Pengatutran Latihan

Latihan harus dilakukan secara teratur dan kontinyu, karena agar terjadi adaptasi dari keterampilan yang dipelajari. Sajoto (1995:31) menyatakan “Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu”. Perlunya penyusunan dan pengaturan latihan ini adalah otot-otot yang lebih kecil cenderung lebih cepat lelah dan lebih lemah dari pada kelompok otot yang lebih besar. Pengaturan latihan juga diperhatihan pemberian beban latihan yang dilakukan berakibat kerja otot untuk melakukan gerak perlu diberikan recovery. Maka perlu adanya jeda latihan untuk pemulihan kerja otot.

(32)

4) Prinsip Kekhususan program Latihan

Prinsip kekhususan atau specificity principle merupakan latihan yang akan ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu yang hanya akan memberikan pengaruh terhadap komponen tersebut. Aktivitas latihan agar mempunyai pengaruh yang baik, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan program latihan menurut Bompa (1999:34) menjelaskan “ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam spesialisasi yaitu (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Dan (2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga”. Agar aktivitas latihan dapat memberaikan pengaruh yang baik, maka latihan yang dilakukan haruslah bersifat khusus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut menyangkut sistem energinya serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan unsur kondisi fisik maupun nomor yang akan dikembangkan.

4. Kelincahan

a. Definisi Kelincahan

Kelincahan merupakan suatu komponen kesegaran motor atau belajar gerak yang dapat diperlukan untuk semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Kelincahan merupakan prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerakan. Kelincahan sangat penting untuk olahraga yang membutuhkan kemampua adaptasi yang tinggi terhadap perubahan situasi pertandingan. Definisi kelincahan menurut Djoko Pekik Irianto (2009:68) mengatakan “Kelincahan merupakan kemampuan biomotor dari unsur-unsur kemampuan fisik secara umum, yaitu keterampilan untuk mengubah arah gerakan tubuh atau bagian tubuh secara tiba-tiba”. Sedangkan menurut Kirkendall, et. Al, (1987:122) menyatakan bahwa “kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian-bagiannya secara cepat dan tepat”.

Definisi kelincahan menurut Jensen dan Fisher (1979:195-196) mengatakan “Kelincahan tersusun atas komponen-komponen koordinasi, kekuatan,

(33)

kelentukan, waktu reaksi dan kecepatan. Kelincahan berkenaan dengan gerakan-gerakan khusus, merupakan bagian dari komponen khusus”. Kelincahan berkenaan dengan gerakan-gerakan khusus, merupakan bagian dari komponen kecepatan. Kelincahan merupakan hal penting dalam keluasan, kelancaran suatu gerakan sehingga dapat diperoleh suatu gerakan yang efektif dalam kelincahan. Berkaitan dengan kelincahan dibagi dua tingkatan kelincahan, antara lain kelincahan tingkat tinggi dan kelincahan tingkat rendah. Kedua tingkat kelincahan ini sangat mempengaruhi hasil dari kelincahan. Keterkaitan diantara komponen-komponen kelincahan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.7 Ilustrasi Keterkaitan diantara Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1993:6)

Salah satu unsur kelincahan yang perlu diperhatikan adalah kemampuan fisik tiap individu. Perlunya kelincahan dalam sepakbola diantaranya ketika melakukan gerakan menggiring bola dapat bergerak secara efisien. Suharno (1993:49) menyatakan bahwa :

“kelincahan digunakan secara langsung untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda, mempermudah berlatih teknik tinggi, gerakan-gerakan dapat efisien dan efektif, mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan lingkungan bertanding, menghindari terjadinya cedera”.

STRENGTH ENDURANCE SPEED COORDINATION FLEXIBILITY

FULL RANGE OF FLEXIBILITY PERFECT COORDINATI ON MAXIMUM SPEED AEROBIC ENDURANCE ANAEROBIC ENDURANC E MAXIMUM STRENGTH MOBILITY AGILITY SPEED ENDURANCE POWER MUSCULAR ENDURANCE

(34)

Kelincahan merupakan unsur kondisi fisik yang melibatkan unsur-unsur kondisi fisik lainnya. Kelincahan juga dipengaruhi oleh banyak hal dan berhubungan dengan kecepatan, kekuatan, keseimbangan dan koordinasi. Kelincahan sering disamakan dengan koordinasi kemampuan gerakan-gerakan, keterampilan-keterampilan, kemampuan gerak motor otot atau kecekatan (dexerity). Nossek (1982:53) mengatakan bahwa “kelincahan merupakan interaksi kualitas lain yang meliputi: kecepatan rekasi, kecepatan, kelentukan, keterampilan gerak otot”.

Suharno HP (1993:51) mengatakan faktor-faktor penentu kecepatan antara lain :

1) kecepatan reaksi dan kecepatan gerak.

2) kemampuan berorientasi terhadap problem yang dihadapi/kemampuan berantisipasi.

3) kemampuan mengatur keseimbangan. 4) tergantung kelentukan sendi-sendi.

5) kemampuan mengerem gerakan-gerakan motor.

Kelincahan ketika gerak tidak berdiri sendiri, karena kelincahan merupakan gabungan unsur-unsur kondisi fisik yaitu koordinasi, kecepatan, dan kelentukan. Kelincahan sendiri dibedakan menjadi dua macam, kelincahan umum dan kelincahan khusus. Jenis kelincahan menurut Sudjarwo (1993: 31-32) menyatakan “Kelincahan umum merupakan kelincahan gerak secara umum untuk menghadapi aktivitas olahraga secara umum. Sedangkan kelincahan khusus merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan cabang olahraga khusus sesuai dengan pilihannya”. Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa, kelincahan umum digunakan pada aktivitas sehari-hari, sedangkan kelincahan khusus merupakan kelincahan yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu. Ditinjau dari sudut anatomis kelincahan umum melibatkan gerakan seluruh segmen bagian tubuh dan kelincahan khusus hanya melibatkan gerakan segmen tubuh tertentu.

Pada cabang olahraga sepakbola kelincahan sangat dibutuhkan karena pemain sepakbola dituntut untuk dapat bergerak lebih cepat dari lawan. Hal tersebut pemain sepakbola dapat melapaskan diri dari kawalan lawan atau dapat

(35)

mencari posisi dalam menyerang dengan cepat tanpa bisa diikuti oleh lawan, sehingga mempunyai banyak peluang untuk menciptakan gol.

b. Latihan Kelincahan

Melatih kelincahan tidak dapat dipisahkan dari latihan fisik secara keseluruhan. Brooks & Fahey (1984:63) mengemukakan bahwa “latihan kelincahan adalah memberikan stres fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan kerja teratur”. Latihan fisik yang digunakan untuk melatih kelincahan merupakan latihan yang teratur dan berkesinambungan sehingga dapat melatih kelincahan. Nossek (1982:60) menyatakan bahwa”latihan kelincahan juga memperbaiki kemampuan fungsional, dengan demikian latihan kelincahan mempunyai bentuk latihan yang cepat dengan kintensitas yang tinggi”. Mengembangkan teknik kelincahan dapat dilakukan dengan melakukan latihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan, seperti ladder drill. Jenis latihan yang bertujuan meningkatkan kelincahan harus sesuai dengan batasan yang ada didalamnya unsur-unsur latihan yang mengharuskan seseorang untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan tangkas. Melakukan aktivitas latihan kelincahan juga tidak boleh kehilangan keseimbangan harus sadar akan posisi tubuhnya.

Melakukan latihan kelincahan unsur-unsur yang harus terpenuhi antara lain, unsur kecepatan, kelentukan dan perubahan arah harus ada dalam latihan. Sesuai dengan gerakan yang cepat untuk mengubah arah. Brown Lee & Vance Ferrigno (2005:-) menyatakan “Untuk dapat meningkatkan kelincahan dan koordinasi salah satunya dapat dengan menggunakan alat ladder”. Menggunakan latihan variasi ladder drill dapat melatih kelincahan seseorang, karena didalam melakukan latihan menggunakan ladder drill terdapat unsur-unsur gerakan yang berubah dan cepat.

5. Ladder Drill

a. Definisi Ladder Drill

Latihan ladder drill adalah suatu latihan anaerobic dalam bentuk lari dilintasan ladder. Ladderal drill merupakan suatu alat latihan melompat

Gambar

Gambar 2.1 Menggiring bola dengan sisi kaki bagian dalam (Danny  Mielke, 2007:2)
Gambar 2.2 Menggiring bola dengan sisi kaki bagian luar (Danny  Mielke, 2007:4)
Gambar 2.3 Menggiring bola dengan sisi kura-kura kaki (Danny  Mielke, 2007:5)
Gambar 2.4 Susunan Otot tungkai dilihat dari depan (Thompson,  2002:221)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Sedangkan pada kadar additive 0% didapat nilai sudut geser yang paling kecil ini dikarenakan sampel tanah asli yang mempunyai indeks plastisitas tinggi dan kurang tahan terhadap

Pada produk tutup kemasan minyak wangi di ukur menggunakan digimatic caliper 200 mm, jumlah sample 5 pcs, average secara keseluruhan berwana hitam menandakan OK, tetapi dimensi

Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu Chi-squared Test dengan H a terdapat hubungan antara ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode

Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa pemberian irigasi tetes secara tidak langsung meningkatkan integritas dinding sel dengan meningkatnya serapan Ca ke buah sehingga ekskresi

Penambahan 5 gram kalsium klorida berbeda nyata dalam menurunkan getah kuning pada aril manggis, tetapi pada perlakuan ini masih dihasilkan 13.9% buah yang tidak

Sampel penelitian ini berjumlah 22 orang mahasiswa semester 4 program studi fisioterapi S1 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang mengalami sindroma upper trapesiuz dengan

• Pendampingan dengan wali kelas siswa yang mengikuti Peantren Kilat, pembacaan Asmaul Husna dan Sayyidul istighfar dilajutkan dengan games. • Persiapan pesantren kilat