Kegiatan Praktikum dan Tingkat Keterampilan Proses Sains
KEGIATAN PRAKTIKUM DAN TINGKAT KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP NEGERI 2 WRINGINANOM
Mu’jizatul A’iniyah
Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Mujizatul.ainiyah227@gmail.com Elok Sudibyo
Dosen Program Studi S1 Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
elok.sudibyo@gmail.com Abstrak
Penelitian tentang kegiatan praktikum dan tingkat keterampilan proses sains ini dilakukan di SMP Negeri 2 Wringinanom pada tanggal 24 September 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk LKS yang digunakan, kegiatan praktikum yang dilakukan, serta tingkat keterampilan proses sains pada siswa kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa wawancara, angket, dan tes keterampilan proses sains. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pedoman wawancara, lembar angket, dan lembar tes. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Namun penelitian ini hanya diarahkan untuk mendapatkan deskripsi, maka analisis datanya cukup dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang digunakan siswa merupakan LKS eksperimen dan non-eksperimen yang tergabung menjadi satu dalam buku siswa. Sebagian besar siswa SMP Negeri 2 Wringinanom menyukai kegiatan praktikum yaitu sebesar 71,9%. Sebanyak 78,1% siswa menyebutkan bahwa dalam kegiatan praktikum guru membimbing untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan menentukan variabel, begitu pula yang dikatakan guru ketika wawancara. Dari hasil tes keterampilan proses sains yang diperoleh siswa dengan rata-rata persentase ketuntansan sebesar 37,1% yang termasuk dalam kriteria kurang. Namun hal ini terdapat kesenjangan antara tingkat keterampilan proses siswa dengan responden siswa dalam angket. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mengetahui apa itu rumusan masalah, hipotesis, dan variabel serta guru tidak menjelaskannya pada siswa tentang hal tersebut. Ini dapat dibuktikan ketika mengerjakan soal tes keterampilan proses sains, siswa tidak bisa mengerjakan dan kebingungan untuk mengerjakan soal tes tersebut serta ketika di cek pemahaman mereka tentang keterampilan proses sains tersebut siswa tidak dapat menjawab dan tidak mengetahui hal tersebut.
Kata Kunci: LKS, kegiatan praktikum, keterampilan proses sains.
Abstract
Research on lab activities and levels of science process skills is done in SMP Negeri 2 Wringinanom on September 10, 2014. Study aimed to determine and describe the form of worksheets that are used and the practical activities undertaken in SMP Negeri 2 Wringinanom and ability level science process skills in class VII-B in SMP Negeri 2 Wringinanom. This research is a descriptive study. Data collection techniques used in this study in the form of interviews, questionnaires, and science process skills test. The research instrument used is a sheet of interview, questionnaire sheets and test sheets. The data collected in this study is quantitative data. However, this study is directed only to get a description, then sufficient data analysis using simple descriptive statistics. From the research that has been done, the results showed that students used worksheets that form an LKS experimental and non-experimental incorporated into the worksheets in the student book. Most of the students of SMP Negeri 2 Wringinanom like lab activities in the amount of 71,9%. A total of 78,1% of students said that the teacher practicum guide to formulate the problem, make a hypothesis, and determine variables, so did the teacher say when the interview. Of the science process skills test results obtained by students with an average percentage of 37,1% completeness included in the criteria less. However, it can be seen from the results of both the gap between the skill levels of students with student respondents in the questionnaire. This is because the students still do not know what the formulation of the problem, hypothesis, and variables as well as the teacher did not explain it to the students about it. It can be proved when working on the science process skills test, students can not do the work on the problems and confusion for these tests as well as in check their understanding of the science process skills students can not answer and did not know about it.
Keywords: Worksheets, Lab activities, Science process skills.
PENDAHULUAN
Dalam proses
pembelajaran sangat penting melatihkan anak melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai
fenomena alam.
Observasi, eksplorasi, eksperimentasi,
melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi yang merupakan kegiatan belajar IPA. Untuk memandu siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan diperlukan adanya LKS yang dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa
(Depdiknas, 2008). Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS adalah (a) mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, (b) membantu siswa dalam mengembangkan konsep, (c) melatih siswa untuk
menemukan dan
mengembangkan proses belajar mengajar, (d) membantu guru dalam menyusun pembelajaran, (e) sebagai pedoman guru dan siswa dalam dipelajari melalui kegiatan pembelajaran, (g) membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Berdasarkan
metodenya, LKS dibagi menjadi 2 macam yaitu LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen. LKS eksperimen yaitu LKS melakukan eksperimen dan hanya memuat keterampilan proses tertentu, misalnya menyimpulkan,
menjelaskan, menafsirkan, atau menginterpretasikan.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada mata kuliah organisasi
laboratorium dan
asessmen pada semester lalu, masih banyak sekolah yang jarang melakukan praktikum. Pada hal alat dan bahan yang digunakan praktikum untuk SMP yang tersedia itu sudah bagus dan cukup lengkap apabila digunakan untuk praktikum skala SMP. Alat praktikum tersebut dibiarkan berdebu
di dalam ruang
laboratorium dan tidak
menggunakan alat-alat tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran dengan kegiatan praktikum sangat diperlukan.
dipertimbangkan adalah bahwa kegiatan praktikum harus dilakukan oleh siswa dan kegiatan praktikum ini merupakan ciri yang
menonjol dalam
pendidikan sains. Kegiatan praktikum atau disebut juga kegiatan laboratorium yang dimaksudkan disini adalah pengalaman belajar yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan material sampai kepada observasi terhadap sesuatu hal yang ingin dibuktikan kebenarannya.
Pengalaman belajar yang dibuat mungkin memiliki tingkatan struktur yang berbeda dan ditentukan perancangan, analisis dan interpretasi serta aplikasinya seperti halnya fase saat berlangsungnya kegiatan. Kegiatan laboratorium dapat dilakukan oleh siswa baik secara individual atau kelompok kecil.
Pembelajaran IPA tidak akan terpisahkan dari kegiatan praktikum. Menurut Shulman dan
Tamir (1973) klasifikasi tujuan pengajaran kegiatan praktikum adalah sebagai
berikut: (1)
membangkitkan dan memelihara minat, sikap, kepuasan, keterbukaan dan sikap ingin tahu dalam sains; (2) mengembangkan berfikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah; (3) mendorong aspek berfikir ilmiah dan metode ilmiah; (4) mengembangkan
pemahaman konseptual
dan kemampuan
intelektual; dan (5) mengembangkan
kemampuan praktis. Kegiatan praktikum yang dilakukan juga dapat melatih siswa dalam penguasaan kompetensi (skills) dalam pembelajaran sains. Dalam kegiatan praktikum,
kompetensi lebih
ditekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh siswa dan bukan hanya sekedar mengetahui. Menurut Arifin et al. (dalam Azhar, 2012) mengemukakan bahwa metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.
Kerr, J.F. (1964) dalam studinya menyarankan agar kegiatan praktikum harus terintegrasi dengan kegiatan teoritis dan harus
digunakan untuk
memberikan kontribusi
penting dalam
berkaitan dengan fakta-fakta yang ditemukan. Sedikitnya ada empat alasan dikemukakan para pakar pendidikan IPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum (Woolnough & Allsop, 1985: 5-8) yaitu pertama, praktikum membangkitkan menunjang pemahaman materi pelajaran.
Kegiatan praktikum memberi kesempatan kepeda siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini sangat menunjang kegiatan praktikum yang di
dalamnya siswa
menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam. Selain itu, kegiatan praktikum juga akan memberikan makna apabila kegiatan tersebut direncanakan dengan baik, memberi kesempatan untuk memilih prosedur alternatif, merancang eksperimen,
mengumpulkan data dan menginterpretasikan data yang diperoleh. Untuk dapat melaksanakan praktikum dengan tuntutan tersebut diperlukan keterampilan berpikir atau intelektual skill.
Berdasarkan kegiatan
praktikum dapat
mengembangkan
keterampilan proses sains. Dengan penguasaan keterampilan proses sains ini dapat memberikan
kemudahan untuk
mengembangkan
kemampuan memecahkan
masalah dengan
pendekatan ilmiah dan mengkaitkan pemahaman
mengenai materi
pelajaran. Disamping itu, kebiasaan kerja secara cermat, bersih, dan
sistematis dapat
berkembang bersamaan dengan pencapaian keterampilan proses sains. Keterampilan hanya dapat dikembangkan melalui latihan. Oleh karena itu, keterampilan lainnya. Akan tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa sering terjadi siswa tidak berpikir tentang hal-hal yang bersifat teoritis
manakala mereka
berkonsentrasi
teknikalisasi alat-alat. Pengalaman lainnya menunjukkan bahwa dorongan besar kearah penemuan konsep atau pembuktian konsep menyebabkan siswa tidak belajar keterampilan secara baik, serta melupakan unsur-unsur kejujuran, ketelitian, dan keselamatan kerja.
Menurut Dahar, R.W
Keterampilan proses sains ini seperti pengamatan, perencanaan eksperimen, perumusan devinisi operasional,
penginterpretasian data, penarikan kesimpulan, dan lain sebagainya.
Keterampilan proses
sains merupakan penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Semua keterampilan-keterampilan fisik dan mental telah dimiliki anak dalam wujud potensial atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, kemampuan yang masih sangat sederhana, kemampuan yang masih perlu dirangsang agar mampu menampilkan diri. Dalam hal ini, guru harus dapat menunjukkan potensi itu dari dalam diri anak dan mengembangkan
keterampilan tersebut sesuai dengan taraf perkembangan pemikiran anak. Selain itu, keterampilan proses sains ini sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan
memperoleh pengetahuan
baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Semiawan (1992), keterampilan proses sains diperlukan untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep serta
menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut melalui kerja atau metode
ilmiah. Dengan
keterampilan proses sains
dalam proses
pembelajaran
akan,menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif, meningkatkan pola berfikir siswa, serta mengembangkan sikap dan nilai. Keterampilan
proses perlu
dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman
langsung sebagai
pengalaman pembelajaran. Keterampilan proses sains menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh
pengetahuan, dan
mengkomunikasikan perolehannya.
Keterampilan diartikan kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai sesuatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Wringinanom?”, dan “Bagaimana tingkat kemampuan keterampilan proses sains pada kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom?”.
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk LKS yang digunakan dan kegiatan praktikum yang dilakukan di SMP Negeri 2 Wringinanom serta tingkat kemampuan keterampilan proses sains pada kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran di
SMP Negeri 2
Wringinanom menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains, dan memperbaiki kegiatan praktikum di SMP Negeri 2 Wringinanom.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yaitu
mendeskripsikan atau menggambarkan kegiatan praktikum dan tingkat kemampuan keterampilan proses sains para siswa
SMP Negeri 2
Wringinanom. Pada keterampilan proses sains siswa kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom.
Penelitian ini dilakukan di kelas VII
SMP Negeri 2
Wringinanom Kecamatan
Wringinanom Kabupaten
Gresik. Waktu
pelaksanaan penelitian ini yaitu pada tanggal 24 September 2014. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wringinanom yang terdiri dari 32 siswa. Pemilihan anggota sampel dilakukan dengan teknik sampling acak, semua
anggota populasi
mempunyai probabilitas atau kesempatan untuk menjadi sampel. Sampel penelitian ini adalah kelas VII-B. Penelitian ini termasuk penelitian uji terbatas hanya pada satu kelas yaitu kelas VII-B.
Penelitian ini diawali dengan membuat angket penggunaan LKS di SMP Negeri 2 Wringinanom
untuk mengetahui
kegiatan praktikum berdasarkan LKS yang telah ada di sekolah dan membuat tes keterampilan proses sains untuk mengetahui tingkat
kemampuan metode
ilmiah siswa dalam melakukan praktikum. Tahap berikutnya yaitu telaah angket penggunaan LKS dan tes keterampilan proses sains kepada Dosen pembimbing. Setelah dilakukan telaah, tahap berikutnya yaitu revisi. Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data dengan memberikan angket dan tes keterampilan proses sains kepada siswa kelas VII-B di SMP Negeri 2 Wringinanom.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berupa wawancara, angket, dan tes. Teknik wawancara ini bersifat wawancara bebas yang dilakukan pada Guru IPA
SMP Negeri 2
Wringinanom dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pedoman tujuan penelitian
yang dilakukan.
Wawancara ini digunakan
untuk memperoleh
informasi yaitu tentang kegiatan praktikum yang dilakukan, proses pembelajaran,
keterampilan proses sains yang diajarkan, bentuk LKS yang digunakan untuk prakikum. Untuk teknik pengumpulan data berupa angket yang digunakan ini adalah jenis angket terbuka yaitu
memberikan jawaban sesuai dengan kehendak
dan keaadaan
sesungguhnya secara bebas (Riduwan, 2012.). Teknik pengumpulan data berupa tes ini berbentuk tes untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses sains siswa SMP Negeri 2 Wringinanom.
Sebelum tes ini
digunakan, terlebih dahulu dilakukan telaah pada Dosen pembimbing. Setelah dinyatakan layak untuk di ujikan, maka tes ini dapat digunakan untuk
mengukur tingkat
kemampuan keterampilan proses sains pada setiap siswa.
Instrumen penelitian merupakan serangkaian kegiatan/alat yang
digunakan untuk
mendapatkan data
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
kepada responden
sehingga proses
wawancara dapat berjalan dengan baik. Untuk
mengandung komponen keterampilan proses sains yang digunakan untuk
mendapatkan data
mengenai hasil
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh setiap
mendapatkan deskripsi, maka analisis datanya
cukup dengan
data dari hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri 2 Wringinanom ini dideskripsikan dalam LKS yang dilakukan oleh pengamat dapat diketahui dari hasil observasi. Data yang diperoleh dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui respon siswa mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan di sekolah.
Analisis data dari hasil tes keterampilan proses siswa yang diberikan ketika penelitian
oleh pengamat.
Perhitungan persentase skor untuk tiap komponen keterampilan proses dapat menggunakan rumus diperoleh digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains yang dimiliki oleh setiap
81,00% - 100,00%
(Riduwan, 2012: 15)
Berdasarkan kriteria persentase keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan praktikum, maka tigkat keterampilan proses sains dikatakan efektif apabila persentase mencapai ≥61%.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24 September 2014 dengan uji coba terbatas pada 32 siswa di kelas VII-B SMP Negeri 2 Wringinanom, diperoleh hasil responden terhadap kegiatan praktikum sesuai
dengan angket
penggunaan LKS yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil angket penggunaan LKS No
. Aspek yang diamati
1
Dalam kegiatan pembelajaran IPA, apakah ada kegiatan praktikum? a.Ada
a.Tidak pernah b.1 kali c.3 kali d.Jarang
3
Apakah Anda suka belajar IPA dengan kegiatan praktikum? a.Ya
b.Tidak
No
. Aspek yang diamati
4
Dalam LKS praktikum yang digunakan, apakah dibimbing untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan menentukan variabel? yang diperoleh tersebut dapat terlihat bahwa dalam pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Wringinanom
pernah dilakukan
praktikum yang
dibuktikan dengan respon siswa sebesar 93,8%. Kegiatan praktikum eksperimen jarang dilakukan di SMP Negeri 2 Wringinanom sesuai dengan hasil pnelitian siswa yang menjawab lainnya berupa jarang melakukan praktikum sebesar 46,9%. Hal ini dilakukan sesuai dengan materi yang sedang
dipelajarai dan
ketersediaan waktu pembelajaran untuk
praktikum. Guru
menyebutkan kegiatan demonstrasi atau kegiatan motivasi yang dilakukan guru ketika pembelajaran merupakan kegiatan praktikum juga yang dilakukan dalam skala kecil. Namun, kegiatan
tersebut bukan merupakan kegiatan praktikum eksperimen seperti yang dijelaskan oleh Jenkins dan Whitfield (1974) (dalam Adisendjaja, Y. H. 2008) bahwa kegiatan praktikum merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan material sampai kepada observasi terhadap sesuatu hal yang ingin dibuktikan kebenarannya. Sehingga kegiatan demonstrasi atau motivasi yang dilakukan guru bukan termasuk dalam kegiatan praktikum karena siswa tidak pelajaran IPA itu sulit dan 12,5% dari siswa dengan pelajaran IPA yaitu sebanyak 40,6%. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran guru hanya terfokus pada materi saja dan tidak memberikan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan material sampai kepada observasi terhadap sesuatu hal yang ingin dibuktikan kebenarannya.
memahami materi dan menjadikan pengetahuan yang diperoleh dapat berdasarkan pengalaman.
Sebagian besar siswa
SMP Negeri 2
Wringinanom menyukai kegiatan praktikum yaitu sebesar 71,9%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arifin et al. (dalam Azhar, 2012) bahwa metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.
Dengan kegiatan
praktikum juga memberi kesempatan kepeda siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa, sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam. Oleh karena itu, bagi siswa kegiatan praktikum itu menyenangkan, dapat melakukan percobaan sesuai dengan panduan praktikum sehingga dapat langsung mengetahui hasilnya secara nyata, hal ini dapat memberikan pengalaman belajar nyata pada siswa. Dengan
adanya kegiatan
praktikum siswa lebih mudah dalam memahami materi, namun guru jarang mengajak siswa untuk
mengajarkan materi secara terpisah-pisah antara materi fisika, biologi, dan kimia. Sehingga siswa
tidak mengetahui
pembelajaran IPA secara terpadu itu seperti apa. Selain itu, guru juga mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan materi antara fisika, biologi, dan kimia yang akan diajarkan dan
membuat pola
keterpaduannya sehingga guru masih belum bisa mengajarkan materi secara
terpadu. LKS
pembelajaran. Bentuk LKS yang digunakan oleh siswa SMP Negeri 2
Wringinanom ini
merupakan LKS
eksperimen dan LKS non-eksperimen. Karena dalam LKS tersebut terdapat beberapa kegiatan eksperimen dan juga berisi soal-soal yang dijadikan
pedoman untuk
memahami konsep atau prinsip tanpa melakukan eksperimen. Sebesar
96,9% siswa
menginginkan materi dalam LKS yang digunakan merupakan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Karena siswa akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang
berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari mereka dan pembelajaran
akan menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan hasil tes keterampilan proses sains yang telah dilakukan,
Tabel 3. Hasil tes keterampilan proses sains
Komponen Keterampilan Proses Sains Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Identifikasi Variabel
Devinisi Operasional Variabel Pengintegrasian data dari diagram Pengintegrasian data dari tabel Penarikan kesimpulan
Rata-rata
Dari tes keterampilan proses sains yang telah dikerjakan siswa, dalam keterampilan proses merumuskan masalah siswa yaitu sebesar 38,8% termasuk dalam kritaria kurang. Begitu pula
dengan dengan
keterampilan merumuskan hipotesis juga termasuk dalam kritaria kurang dengan persentase ketuntasan siswa sebesar
39,4%. Hal ini
dikarenakan siswa masih belum memahami cara
membuat rumusan
masalah dan hipotesis dengan benar, selain itu dalam LKS yang digunakan tidak diajarkan kepada siswa untuk
membuat rumusan
masalah dan hipotesis.
Untuk keterampilan proses identifikasi variabel masih lebih redah jika dibandingkan dengan merumuskan masalah dan hipotesis yang termasuk dalam kriteria sangat kurang yaitu sebesar 20,2%. Begitu pula dengan keterampilan
proses devinisi
operasional variabel juga temasuk dalam kriteria sangat kurang yaitu sebesar 9,6%. Identifikasi variabel dan perumusan devinisi operasional variabel ini sangat kurang dikarenakan siswa tidak mengetahui apa itu variabel dan devinisi operasional variabel. Selain itu selama kegiatan praktikum, guru tidak mengajarkan mengenai identifikasi variabel dan devinisi operasional variabel. LKS yang dimiliki oleh siswa tidak semua kegiatan praktikum dilakukan oleh siswa,
kegiatan praktikum, tetapi dari penjelasan guru. Oleh karena itu tingkat keterampilan proses siswa identifikasi variabel dan perumusan devinisi operasional variabel ini sangat kurang.
termasuk dalam kriteria cukup yaitu sekitar 40,7%. untuk keterampilan proses penarikan kesimpulan termasuk dalam kriteria cukup yaitu sebesar 56,9%.
Berdasarkan hasil tes keterampilan proses sains ini dapat terlihat bahwa keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa
SMP Negeri 2
Wringinanom mempunyai rata-rata persentase ketuntasan sebesar 37,1% yang termasuk dalam kriteria kurang. Sedangkan dari hasil responden dalam angket, siswa sebanyak 78,1% menyebutkan bahwa dalam kegiatan
praktikum guru
membimbing siswa untuk merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan menentukan variabel, begitu pula yang dikatakan guru ketika wawancara. Dari kedua hasil tersebut seharusnya ketika kegiatan
praktikum guru
membimbing untuk
merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan menentukan variabel itu tinggi maka hasil tingkat keterampilan proses siswa juga tinggi karena adanya bimbingan dari guru.
Namun pada
kenyataannya terdapat kesenjangan antara tingkat keterampilan proses siswa dengan responden siswa dalam angket. Hal ini dikarenakan siswa masih belum mengetahui apa itu
rumusan masalah,
hipotesis, dan variabel
serta guru tidak
menjelaskannya pada siswa tentang hal tersebut
sehingga siswa tidak mengetahuinya. Ini dapat dibuktikan ketika mengerjakan soal tes keterampilan proses sains, siswa tidak dapat
mengerjakan dan
mengalami kebingungan untuk mengerjakan tes tersebut serta ketika di cek
pemahaman mereka
tentang keterampilan proses sains tersebut siswa tidak dapat menjawab dan tidak mengetahui hal tersebut. Kemudian ketika diselidiki lebih mendalam lagi melalui wawancara langsung dengan para siswa, mereka mengatakan guru tidak menjelaskan keterampilan proses sains tersebut baik dalam pembelajaran maupun kegiatan praktikum yang telah dilakukan. Itulah
sebabnya tingkat
keterampilan proses sains siswa terbilang kurang.
Selain itu, penyebab lainnya adalah kegiatan praktikum di SMP Negeri 2 Wringinanom ini jarang dilakukan oleh siswa karena beberapa hal yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Pada hal, berdasarkan kegiatan praktikum yang
dilakukan dapat
mengembangkan
keterampilan proses sains
pada diri siswa.
Keterampilan hanya dapat dikembangkan melalui latihan. Oleh karena itu,
keterampilan lainnya. Itulah sebabnya tingkat keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa terbilang kurang.
Dengan keterampilan proses sains diperlukan untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep serta
menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut melalui kerja atau metode ilmiah. Oleh karena itu, keterampilan proses perlu dikembangkan atau ditingkatkan melalui pengalaman-pengalaman
langsung sebagai
pengalaman pembelajaran yaitu kegiatan praktikum.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa LKS yang digunakan oleh siswa
SMP Negeri 2
Wringinanom merupakan lembar kegiatan yang terdapat dalam buku siswa. Dalam LKS yang digunakan tidak diajarkan keterampilan proses merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, identifikasi variabel, dan definisi operasional variabel. Bentuk LKS yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Wringinanom
merupakan LKS
eksperimen dan juga LKS non-eksperimen dalam satu buku LKS.
Hasil dari tes keterampilan proses sains menyatakan bahwa rata-rata tingkat keterampilan
proses sains pada siswa
SMP Negeri 2
Wringinanom masih terbilang kurang yaitu sebesar 37,3%. Hal ini terjadi, karena kegiatan praktikum di SMP Negeri 2 Wringinanm ini masih jarang dilakukan. Sehingga keterampilan proses sains tidak dapat terlatihkan.
Saran
Dalam melakukan penelitian sebaiknya siswa dibimbing untuk mengisi setiap point dari angket penggunaan LKS sehingga tidak terjadi kesalah pahaman siswa dalam mengartikan pertanyaan yang ada pada lembar angket penggunaan LKS dalam mengisi angket. Selain itu, ketika
melakukan tes
keterampilan proses sains sebaiknya siswa diberikan batas waktu untuk mengerjakan soal tes tersebut sehingga siswa dapat mengerjakan dengan tepat waktu. Ketika yang lebih akurat.
Ucapan Terima Kasih Dengan
terselesaikannya artikel ilmiah ini tidak luput dari bantuan oleh berbagai pihak yang memberikan semangat dan dorongan
untuk bisa
terima kasih ini saya berikan kepada:
Allah SWT yang telah memberikan saya
kesehatan dan
keberanian untuk mengambil data di SMP Negeri 2 Wringinanom.
Ke dua orang tua dan kakak saya yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan artikel ilmiah ini.
Bapak Elok Sudibyo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan
mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan untuk terselesaikannya artikel ini.
Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Wringinanom dan Guru IPA Kelas VII yang telah memberikan informasi dan ijin untuk melakukan penelitian di SMP
Negeri 2
Wringinanom. Teman-teman
pendidikan sains-B 2011 yang telah membantu dengan memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi
kebaikan penyelesaian artikel yang saya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA Adisendjaja, Y. H. 2008.
Kegiatan Praktikum dalam Pendidikan Sains, Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Azhar, R.Y. 2012.
Pentingnya Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran.
[online],
(http://www.rofayuliaa zhar.com/2012/06/pent ingnya-kegiatan-praktikum-dalam.html) diakses pada tanggal 13 mei 2014.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2008.
Pedoman Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario Pembelajaran
Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah . Kerr, J.F. (1964). Practical
Works in School Sciences, Leicester: Leicester University Press.
Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran.
Depdikbud. Jakarta Riduwan. 2012. Skala
Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Semiawan, conny. 1992.
Pendekatan
Keterampilan Proses
Bagai mana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT Grasindo. Shulman, L.S. and Tamir,
P. (1973) Research on teaching in the natural sciences. In R.M.W. Sukmadinata, Nana
Syaodih. 2010.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya. Woolnough, B. E.
(1983), Exercises