MAKALAH SEMINAR
MENGGUGAT KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Diajukan sebagai tugas mata kuliah seminar semester Juli-Desember 2012
OLEH RIZKI AL YUSRA
11689/2009
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
A. JUDUL : MENGGUGAT KESESUAIAN BAHAN AJAR DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
B. Latar Belakang
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah
sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah tetapi penyediaan bahan ajar selama ini masih menjadi kendala. Ada sebagian guru yang hanya terpaku kepada buku teks dalam menyediakan bahan ajar padahal bahan ajar dapat didesain dari
berbagai sumber dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Melalui bahan ajar guru akan
lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses
yang sistematik agar keaslian dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas
bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan
dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan
bahan ajar.
Akhir-akhir ini, dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Hal itu terjadi lantaran di beberapa sekolah ditemukan buku dan LKS yang
memuat materi ajar yang kurang tepat untuk diberikan kepada peserta didik. Sebagai contoh, ditemukannya gambar artis Miyabi di LKS Bahasa
Inggris SMP di Mojokerto (Tribunnews.com:24September 2012). Juga beberapa waktu lalu, cerita Bang Maman dan istri simpanan yang
ditemukan pada LKS siswa SD di Jakarta (kompas.com:13 April 2012). Contoh-contoh tersebut menunjukkan kekurang telitian guru dalam memilih bahan ajar dan materi ajar yang tepat untuk siswa.
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang memberi keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk melakukan pengembangan.
Berkaitan dengan isi kurikulum, pusat hanya memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (yang merupakan standar minimal)
yang harus dikuasai siswa pada setiap mata pelajaran. Ini berarti guru harus mengembangkan sendiri Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena
Namun demikian, dalam kenyataan sehari-hari, memilih materi,
sumber belajar, dan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi seringkali kurang mendapat perhatian guru.
Hal ini terbukti masih banyak guru yang menempuh cara praktis dengan mempercayakan materi dari buku ajar yang sudah jadi (dari penerbit). Demikian pula dengan LKS. Padahal, tidak semua buku ajar dan LKS
yang sudah jadi tersebut cocok dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Yang lebih memprihatinkan, guru sendiri belum mengkaji secara
mendalam isi buku ajar yang dipilih tersebut sehingga terjadilah kasus-kasus di atas.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis mengangkat judul makalah pada seminar ini yaitu “Menggugat Kesesuaian Bahan Ajar dengan Tingkat Perkembangan Peserta Didik”
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memberikan
batasan terhadaqp masalah tersebut yaitu :
1. Defenisi, manfaat, dan tujuan penulisan bahan ajar
2. Hal – Hal yang diperhatikan dalam penulisan bahan ajar 3. Fase perkembangan anak usia sekolah
D. Pembahasan 1. Bahan Ajar
a. Defenisi Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa:
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. (dikmenjur.net)
b. Tujuan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan sosial siswa.
2) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang
guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain;
1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
3) Bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka
siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
d. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menulis bahan ajar Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah
bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
2) Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang dan bahasa yang mudah dipahami sesuai
tingkat perkembangan peserta didik
3) Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.artinya bisa
memberikan pemahaman kepada setiap yang membaca.
4) Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
5) Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak
dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
2. Fase perkembangan anak usia sekolah
Menurut Syamsu Yusuf (2008) dalam bukunya Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja menuliskan tentang karakteristik fase perkembangan usia sekolah dibagi menjadi:
1) Perkembangan intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksikan rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan berhitung). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun,
atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka atau bilangan. Pada akhir masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana. 2) Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang
lain. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah merupakan masa
berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaraan kata.
a) Proses jadi matang, organ-organ suara pada anak
sudah berfungsi dengan baik untuk berkata-kata. b) Proses belajar, bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
3) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan dengan lingkungan.
Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga, mereka mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya.
4) Perkembangan emosi
Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di
masyarakat. Mereka mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperoleh anak malaui peniruan dan latihan (kebiasaan). Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu.
5) Perkembangan moral
Anak mulai mengenal konsep moral dari lingkungan
merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
diterima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
6) Perkembangan motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat
terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah sesuai dengan kebutuhan atau minat. Perkembangan fisik yang
normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun
keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
3. Buku yang tepat sesuai usia anak
Dalam perspektif teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, manusia, termasuk anak-anak,
belajar segala sesuatu dengan meniru orang lain. Dewasa ini, media massa telah menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak, termasuk
buku-buku anak yang memiliki bermacam pilihan cerita. Dengan demikian, anak-anak bukan lagi hanya belajar dengan meniru orang lain yang berada dalam kehidupan nyata, tapi anak-anak juga belajar
meniru dari buku-buku yang dibacanya.
baik. Buku anak yang baik biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang baik seperti persahabatan, penghargaan, penghormatan, keberanian, kemandirian dan nilai-nilai dasar dalam pembentukan karakter lainnya. Pada buku anak, nilai-nilai tersebut dikemas dalam alur cerita yang dapat dimengerti anak dan dikombinasikan dengan desain ilustrasi yang menarik perhatian anak.
Dalam alur cerita, secara tidak langsung buku mengenalkan konsep yang disebut oleh Albert Bandura sebagai reward dan punishment dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks buku bacaan, alur cerita mengajarkan kepada anak konsekuensi apa yang didapatkannya jika ia melakukan atau tidak melakukan suatu hal. Anak-anak cenderung akan mengulang sebuah tindakan jika ia sudah tahu bagaimana cara dan rasa mendapatkan reward.
Pengulangan tindakan inilah yang dimaksud oleh Socrates dalam Nicomachean Ethics sebagai ’Kebiasaan’. Ia juga
mengatakan bahwa, perkembangan karakter seseorang terjadi, paling tidak merupakan hasil dari kebiasaan. Semakin sering sebuah tindakan dipraktekan, seperti bagaimana anak berpikir, merasakan, dan bertindak, maka akan terbangun karakter berpikir, merasa dan bertindak dalam cara yang demikian.
anak akan merasa terlibat dalam alur cerita dan merasa berteman dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, terutama tokoh utama.
Anak akan ikut sedih ketika serigala menelan nenek si kerudung merah. Anak akan merasa tegang ketika sang pangeran bertarung dengan naga raksasa yang jahat untuk menyelamatkan putri raja. Anak juga bisa merasa senang ketika si beruang kecil yang tersesat bertemu kembali dengan Mama-Papanya.
Seperti dalam pertemanan di kehidupan nyata, ketika anak berteman dengan tokoh di dalam buku, ia juga akan belajar bagaimana temannya menyelesaikan masalah, memperlakukan orang lain, atau mengucapkan kata-kata. Kemudian anak akan meniru apa yang dilakukan temannya atau tokoh di dalam buku ke dalam kehidupan nyata.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu anak-anak dapat meniru tokoh protagonis dan tokoh antagonis dengan sama baiknya. Tokoh protagonis yang baik akan mempengaruhi perkembangan karakter baik dalam diri anak. Begitu pula tokoh antagonis yang buruk tabiatnya. Di sinilah peran orang tua dan pendidik, untuk mengarahkan anak-anak agar ’berteman’ dengan tokoh-tokoh yang baik, sehingga karakter anak yang terbentuk pun menjadi karakter yang baik.
toko buku menuntut orang tua dan pendidik untuk cerdas memilih buku berdasarkan pertimbangan isinya, ini lebih penting daripada harga yang tercantum pada sampul luarnya.
E. Kesimpulan
Pemilihan materi dan bahan ajar memang sepenuhnya berada di tangan guru. Untuk dapat memilih materi dan bahan ajar yang tepat tentu
guru dituntut untuk banyak membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula wawasan dan pengetahuan yang dimiliki guru. Dengan demikian, guru dapat memilih dan memilah materi dan bahan ajar yang
tepat untuk di bawa ke dalam kelas sehingga kasus-kasus di atas pun tak perlu terjadi.
Guru tak seharusnya hanya mengandalkan buku / bahan ajar (LKS) yang dijual bebas, tapi guru juga harus memperhatikan keseluruhan isi dari bahan ajar tersebut karena bacaan yang ada nantinya akan mempengaruhi
perkembangan serta pola piker dan karakter peserta didik, apalagi untuk usia sekolah dasar, peserta didik lebih mudah memahami hal – hal
DAFTAR PUSTAKA
Pribadi, Benny A. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Purwanto, 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud
Yusuf LN, Syamsu.2001.Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Jakarta : Rosda
13 April 2012.“Istri Simpanan” Ada di semua buku teks.edukasi.kompas.com (5 September 2012)
2010.Panduan Pembuatan Bahan Ajar. infopendidikankita.blogspot.com (30 September 2012)
24 September 2012. LKS bergambar artis porno Miyabi dibakar.tribunnews.com (30 September 2012)