• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran olahraga dalam pembentukan karakte

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "peran olahraga dalam pembentukan karakte"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN OLAHRAGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA Nanda Sulistiyo, M.Or.

Abstrak: Peran Olahraga dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Olahraga merupakan instrumen penting dalam pembentukan karakter bangsa. Melalui olahraga dapat terbentuk perkembangan karakter positif. Karakter dapat terbentuk dalam olahraga melalui peran atlet dan pelatih. Terbentuknya karakter berdasarkan pilar olahraga yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Sehingga dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral. Khas nilai karakter sosial meliputi loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerja tim, dan kewarganegaraan yang baik. Sementara nilai-nilai moral yang meliputi kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.

Kata kunci: Olahraga, karakter, sosial, moral

PENDAHULUAN

Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa Indonesia dipengaruhi oleh negara-negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman, Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem olahraga Jerman, Swedia, dan Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia (Husdarta, 2010).

Gerakan olahraga nasional mengalami babak baru bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta, 2010: 20). Masyarakat Indonesia mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.

(2)

penerapan pengetahuan ilmiah (Rusli Lutan, dkk. 1991). Pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena olahraga yang dibangun melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, akan sangat berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia.

Perkembangan olahraga di Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Melalui dunia pendidikan ini olahraga akan membentuk mental dan karakter bangsa. Seiring dengan semboyan yang melekat dalam dunia olahraga yaitu Men Sana in Corpora Sanno. Melalui semboyan di atas tidak hanya semboyan saja yang menjadi nama, akan tetapi benar-benar dapat terwujud tubuh yang kuat dan terdapat jiwa yang sehat. Pepatah tersebut sangat jelas menggambarkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup baik secara lahir dan batin sehat bugar sangat dibutuhkan. Maka dari itu olahraga memang layak untuk menjadi pilar keselarasan dan keseimbangan hidup sehat dan harmonis.

Olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Peran olahraga sangat penting dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam dunia internasional. Melalui olahraga ini merupakan pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa. Olahraga dapat membangun jiwa fair play, sportivitas, team work, dan nasionalisme. Melalui olahraga inilah dapat diambil nilai-nilai karakter positif yang dapat melatih sikap dan mental kita.

METODE PENELITIAN

(3)

PEMBAHASAN Karakter

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu, oleh karena itu apabila pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.

Karakter didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandapat disebut dengan kebiasaan. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya dan merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan hasil dari perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan.

(4)

dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, apabila sistem kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.

Karakter dalam olahraga merujuk pada sebuah kesatuan karakteristik yang dapat dikembangkan dalam olahraga (pada umumnya mengandung nilai-nilai moral bahwa kita semua menginginkan para atlet untuk mengembangkan karakter yang baik dalam olahraga). Karakter dapat dilihat sebagai sebuah konsep menyeluruh yang memadukan antara fair play dan perilaku positif dalam olahraga dengan dua nilai penting lain yaitu perasaan dan integritas, oleh karena itu karakter dalam olahraga menggabungkan empat nilai yang saling terkait: perasaan, keadilan, perilaku sportif dalam olahraga, dan integritas. Perasaan dalam hal ini berkaitan dengan empati, yaitu sebuah kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Pada saat seseorang menggunakan perasaan kepada orang lain, maka akan berusaha untuk memahami sudut pandang atau pendapat-pendapat orang lain. Integritas adalah kemampuan untuk mempertahankan moral dan keadilan seseorang berdampingan dengan keyakinan bahwa seseorang akan bisa memenuhi tujuan moral seseorang. Pada intinya, hal tersebut merupakan kesadaran moral seorang atlet atau pelatih dan merupakan sebuah keyakinan bahwa seseorang akan melakukan hal yang benar dan baik saat dihadapkan dengan sebuah dilema moral.

(5)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia menurut motivasinya:

1. Achievement Motivation 2. Popularity Motivation 3. Power Motivation

Strategi Membentuk Karakter

Menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang idealis. Karakter dapat dibangun melalui atlet sendiri dan pelatih. Adapaun strategi membentuk karakter untuk atlet (Adopted from Mango, 2011; Heart of Illinois Conference, 2007).

1. Penekanan yang tinggi pada karakter 2. Harapan yang tinggi dari perilaku 3. Memberikan contoh yang baik 4. Sportif merupakan suatu keharusan 5. Akuntabilitas

6. Pendekatan yang menyeluruh 7. Menghormati sebuah permainan 8. Menghormati official

9. Membuat aktif dalam berbuat dan berkomunikasi 10. Praktek mengontrol diri

Strategies for Coaches (adopted from Clifford & Feezell, 2009; Lumpkin & Stokowski, 2011)

1. Menjadi contoh yang baik

2. Selalu membicarakan tentang masalah apapun 3. Teratur dalam menggunakan bahasa

4. Menjunjung sportivitas dalam praktek dan permaianan 5. Memperkuat sportivitas

(6)

7. Menekankah bahwa tujuan latihan menguasai keterampilan olahraga yang digunakan sebagai pelajaran hidup

8. Membantu setiap atlet mengembangkan dan mencapai semua potensi yang dimiliki.

9. Mengikuti aturan terbaru dan memperkuat perilaku fairplay dan sportif setiap waktu

10. Mengajarkan bagaimana belajar dari sebuah kegagalan dan kesuksesan

Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:

1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder) 2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler)

3. Sebagai perekayasa karakter (character engineer) Perkembangan Olahraga

Olahraga secara harfiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan mengolah raga atau dapat dikatakan mengolah fisik. Dari sudut pandang ilmu faal olahraga, olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga (Santosa, 2005). olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2005).

Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orentasi fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan yang merupakan unsur intern dari kegiatan olahraga misalnya, Wiss, Beirat Deutschen Sportbundes 1985, Mejer 1981 (dalam Husdarta 2010), karena itu kegiatan olahraga itu, selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran fisik, peragaan diri secara sadar dan bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket dan lain-lain.

(7)

1. Olahraga pendidikan

2. Olahraga prestasi

3. Olahraga rekreasi

4. Olahraga amatir

5. Olahraga professional

6. Olahraga penyandang cacat

Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan Olahraga Rekreasi.

1. Olahraga Pendidikan (Education Sport) 2. Olahraga Rekreasi (Sport for All) 3. Olahraga Prestasi (Competitive Sport) Olahraga dan Karakter

Melalui pencapaian prestasi yang diraih merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Bahwa pilar keolahragaan nasional terdiri dari tiga pilar yaitu olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Melalui ketiga pilar tersebut pembentukan karakter dapat berjalan. United Nations (suatu organisasi non-pemerintah terakreditasi (LSM) di PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai.

(8)

keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin) dan confident (percaya diri).

Karakter merupakan sebuah konsep moral yang tersusun dari sejumlah karakteristik yang dapat dibentuk melalui aktivitas olahraga. Setidaknya terdapat nilai-nilai karakter positif yang dapat terbentuk melalui olahraga, antara lain: rasa kasih sayang, (compassion), keadilan (fairness), sikap sportif (sport-personship), dan integritas (integrity) (Weinberg dan Gould, 2007). Menurut Lumpkin, Stoll & Beller (Beller & Jennifer, 2002: 2) dalam journal positive character development in school sport programs menyatakan: Two different types of character values exist and are evident in sport: social and moral. Typical social character values include loyalty, dedication, sacrifice, teamwork, and good citizenship (Lumpkin, Stoll & Beller, 2002), while moral values include honesty, fairness, fair play, justice, and responsibility. Social values, which are highly esteemed in our society, are about the real world and how society views the importance of social character. Moral values are first principles, meaning that they stand by themselves; if we violate any one of these, we violate people directly. Social values are positive assets but must be tempered by moral values. A person who has strong social character may have little or no moral character. An individual can be highly dedicated and loyal to an immoral cause. Because sport may foster social values, character development through sport should help athletes learn to weigh a social value against a moral value and then act on that moral value.

(9)

Kesimpulan

Partisipasi dalam olahraga tidak secara otomatis mempunyai efek positif terhadap pembentukan karakter. Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan karakter. Olahraga dapat membentuk karakter positif hanya jika kondisi-kondisi yang menyokong ke arah positif dipenuhi, misalnya kepemimpinan dan perilaku pelatih yang baik. Dukungan dari pelatih, orang tua, penonton, administrator, maupun dari pemain sendiri sangat dibutuhkan untuk memperoleh manfaat positif dari partisipasi olahraga.

Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku sportif yang terbukti faktanya. Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan kepuasan diri. Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada perlengkapan nilai-nilai ke dalam perilaku. Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral.

(10)

menjadikan icon bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki karakter yang kuat.

REFERENSI

Giriwijoyo, S. (2005). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.

Husdarta. (2010). Sejarah dan filsafat olahraga. Bandung: Penerbit Alfabeta. Lumpkin, A. (2009). Modern sports ethics: A reference handbook. Santa Barbara,

CA: ABC-CLIO.

Lumpkin, A., & Stokowski, S. (2011). Inter scholastic sports: a character building privilege. Kappa Delta Pi Record, pp. 124-128.

Lumpkin, Stoll & Beller. (2002). Sport ethics: Applications for fair play. St. Louis: Mc-Graw Hill.

Lutan, Rusli, dkk. (1991). Manusia dan olahraga. Bandung: ITB.

Mango, K. (Feb, 2011). Building character through sports. Online: Web plays Mom.

Menpora. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Omar-Fauzee, M.S. etc. (2012). The strategies for character building through sports participation. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 3, pp. 48-58.

Sumaryanto.(2008). Upaya pembentukan karakter melalui olahraga. Proceeding Seminar Olahraga Nasional: FIK UNY-Kemenpora RI.

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi mahasiswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran pada materi Anorganik II yang menggunakan pendekatan contextual melalui kunjungan industri, dikumpulkan

Di dalam system yang ingin dibuat juga disediakan fasilitas untuk mencatat transaksi peminjaman dari dokumen yang asli(bentuk fisik), fasilitas untuk mencatat jobs/pekerjaan

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry learning

Gambar 4.58 Tampilan Perancangan Antarmuka Menu Pada Bagian Kasir .... Gambar 4.59 Menu Pada Bagian

Sampel data yang digunakan, yaitu kWh meter pada perumahan penduduk di Kecamatan Pangkal Balam 20 rumah dan di Kecamatan Parittiga sebanyak 20

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan literasi informasi pustakawan dalam memberi layanan referensi pada kedua perpustakaan tersebut. Dari hasil penelitian ini

Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari- hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa