GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI USIA 11 – 14 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA
DI SDN CIBULUH KECAMATAN UJUNGJAYA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2010
RISET KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : Asep Eka Rucita
NIM : 07.054
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG AKADEMI KEPERAWATAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Riset Keperawatan yang berjudul :
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI USIA 11 – 14 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA
DI SDN CIBULUH KECAMATAN UJUNGJAYA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2010
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan pada sidang akhir Riset Keperawatan
Sumedang, Agustus 2010 Mengetahui dan menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Titin Sutini, M.Kep., Ners. Popi Sopiah, S.Kp
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI USIA 11 – 14 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA
DI SDN CIBULUH KECAMATAN UJUNGJAYA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2010
Disusun Oleh : ASEP EKA RUCITA
07.054
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 09 Agustus 2010
Tim Penguji,
1. Titin Sutini, M.Kep., Ners. Penguji 1 ( ) NIP : 19770609 200501 2007
2. Popi Sopiah, S.Kp Penguji 2 ( )
NIP : 19781007 200604 2011
3. Sri Wulan Lindasari, S.Kep, Ners. Penguji 3 ( )
Mengetahui, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Sumedang
Direktur,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP BIODATA
Nama : Asep Eka Rucita
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat / Tanggal Lahir : Sumedang, 10 Juli 1988
Agama : Islam
Alamat : Dusun Sanyere, Desa Cibuluh
RT 01/04,Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang
PENDIDIKAN
K upersembahkan
“
Sebagai
ibadahku
pada-Nya,
yang
selalu
membimbing mahluk-Nya agar selalu dij alan-Nya dan
sebagai r asa t er ima kasihku yang t ak t er hingga
kepada kedua or angt uaku, yang sepanj ang hidupnya
t elah mengasuh dan mendidikku dengan penuh kasih
sayang dan selalu mengir ingiku dengan do’a &
semangat , ser t a adik-adiku t er sayang, dan unt uk
seseor ang yang selalu ada dekat ku selalu member ikan
dukungan
ser t a
mot ivasi
kepadaku,
selalu
member ikan kasih sayang, kesabar an dan penger t ian
ser t a selalu menemani lembar an kehidupanku, semoga
kado kecil ini dapat member i kebahagiaan dan
kebanggaan dihat i or ang-or ang yang sangat kucint ai
dan kusayangi dalam hidupku”.
ABSTRAK
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI USIA 11 – 14 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA
DI SDN CIBULUH KECAMATAN UJUNGJAYA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2010
Oleh : ASEP EKA RUCITA
Kecemasan adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu psikologis dan akan berdampak pula terhadap perubahan fisiologis, salah satu faktor yang yang dapat menyebabkan kecemasan terhadap remaja putri khususnya yang akan menjelang masa pubertas adalah ketika menghadapi menstruasi yang pertama. Menstruasi pertama (menarche) diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang wanita pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11 sampai mereka merasa menstruasi sebagai hal yang memalukan dan takut apabila terjadi ketika di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tingkat kecemasan remaja putri usia 11 – 14 tahun dalam menghadapi menstruasi pertama berdasarkan tingkat kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi teori model keperawatan Sister Calista Roy yang memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan sehat yang dapat menggunakan koping positif maupun negative. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner baku tentang pengukur tingkat kecemasan yaitu mengambil dari Hamilton Anxiety Scale ( HAS ).
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan teknik total sampel dan diperoleh jumlah sebanyak 60 responden yang menjadi sampel penelitian kemudian data hasil penelitian dianalisis dengan program komputerisasi dengan perangkat Microsoft Excel 2007 dan SPSS for window 12.0 Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 60 responden sebanyak 8 responden (13.3%) mengalami cemas ringan dan sebanyak 17 responden (28.3%) mengalami cemas sedang dan sebanyak 15 responden (25.0%) mengalami cemas berat dan 20 responden (33.3%) mengalami panik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di SDN Cibuluh remaja putri yang berusia 11 – 14 tahun sebagian besar mengalami panik ketika menghadapi menstruasi yang pertama, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya pemberian informasi yang benar khususnya mengenai menstruasi pertama ( menarche ). Kata Kunci : Remaja putri, Masa pubertas, Menstruasi Pertama
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis dapat menyusun Riset Keperawatan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Riset Keperawatan adalah merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Mata Kuliah Pengantar Riset Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Selama penyusunan Riset Keperawatan ini penulis banyak mendapatkan masukan dari pembimbing, teman diskusi dan juga keluarga. Dalam hal ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Riset Keperawatan ini, terutama kepada :
1. Bapak H. Dadang Rukmawan, Drs, Mkes. Selaku Direktur Akper Sumedang 2. Ibu Titin Sutini, M.Kep., Ners. Selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Riset keperawatan ini.
3. Ibu Popi Sopiah, S.Kp Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Riset keperawatan ini.
4. Ibu Sri Wulan Lindasari, S.Kep, Ners. Selaku Penguji Sidang Proposal Penelitian dan Penguji Sidang Riset Keperawatan yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6. Bapak Hikmat Pramajati, S.Kep, Ners. Selaku pengajar mata kuliah Riset Keperawatan.
8. Bapak dan Ibu Guru SDN Cibuluh yang telah membantu penulis dalam penelitian Riset Keperawatan ini.
9. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta do’a kepada penulis dalam penyelesaian Riset Keperawatan ini.
10.Seseorang terkasih yang telah ikhlas dalam membantu dan memberikan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Riset keperawatan ini. 11.Teman - teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan dukungan
dalam penyelesaian Riset Keperawatan ini.
Dengan penuh harap semoga Riset Keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan para peneliti yang senantiasa tidak pernah putus asa dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan, juga para pembaca pada umumnya.
Sumedang, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ... ..vii
DAFTAR BAGAN ... .viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
Bab II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kecemasan ...10
1. Definisi Kecemasan ...10
2. Tanda dan Gejala Kecemasan ...11
3. Faktor Predisposisi ...14
4. Faktor Presipitasi ...15
5. Mekanisme Koping...15
6. Diagnosa yang Muncul ...17
B. Konsep Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Remaja Awal ...19
1. Definisi Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Remaja Awal...19
3. Tugas – tugas Perkembangan Remaja ...22
4. Proses Terjadinya Menstruasi ...23
5. Gejala – gejala Menjelang Menstruasi ...26
C. Kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama (Menarche ) ...26
D. Kerangka Konsep ...29
E. Kerangka Penelitian ...32
F. Definisi Operasional ...34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...54
B. Variabel Penelitian ...54
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...55
D. Cara Pengumpulan Data ...56
E. Teknik Pengumpulan Data...58
F. Uji Validitas dan Reabilitas ...58
G. Analisa Data ...59
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ...61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...62
B. Pembahasan ...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...66
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 : Definisi Operasional ...34 Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi kecemasaan remaja putri yang menghadapi
DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947 dalam Hendro 2006 ). Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh, memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal maupun eksternal dan penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup ( Edelman & Mandle, 1994 dalam Purnawan, 2009 ).
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya (Purnawan,2009).
terdiri dari unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan ( Undang - undang No.23 tahun 1992 dalam Purnawan, 2009 )
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sehat merupakan keadaan seseorang terbebas dari masalah fisik, kelemahan atau terbebas dari penyakit yang dapat mengganggu aktifitas, selain terbebas dari masalah fisik sehat juga terbebas dari masalah psikologis. Salah satu masalah psikologis adalah kecemasan. seseorang yang mengalami kecemasan tidak hanya menggangu pikirannya saja tapi juga mempengaruhi fungsi tubuh yang lain misalkan saja keluarnya keringat dingin atau detak jantung menjadi lebih cepat dan bisa juga berpengaruh dalam melakukan pola aktifitas.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan kecemasan merupakan perasaan yang tidak menentu yang di akibatkan oleh adanya stimulus yang mengganggu psikologis sehingga berdampak pula terhadap perubahan respon fisiologis. Banyak faktor yang dapat menjadi pemicu seseorang menjadi cemas, diantaranya ketika seseorang mulai beralih dari masa kanak – kanak menuju masa remaja.
Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, karena lonjakan pertumbuhan badan dan pematangan organ-organ reproduksi sering memunculkan perasaan asing terhadap diri ( BKKBN, 2007 ). Adapun batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh ( Imran, 1998, dalam Agustini, 2009 ).
Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche ( menstruasi pertama ), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio ( mimpi basah pertama ), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya ( Imran, 1998, dalam Agustini, 2009 ).
Menarche adalah periode menstruasi pertama yang terjadi pada
masa pubertas seorang wanita. Remaja putri mengalami menstruasi pertama ( menarche ) rata-rata umur 11-15 tahun. Kecemasan remaja putri dalam
Di desa-desa kecil menstruasi pertama ( menarche ) dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan remaja putri yang mengalami menstruasi pertama ( menarche ) dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Seorang anak perempuan yang hidup di daerah perkotaan lebih cepat mengalami menstruasi pertama ( menarche ) dan mereka pada umumnya menyikapi hal tersebebut dengan tenang karena sebelumnya mereka telah banyak diberikan informasi mengenai perkembangan pada masa pubertas. Berbeda dengan anak perempuan yang tinggal di pedesaan, mereka cenderung lebih lambat mengalami menstruasi pertama ( menarche ) dan rata – rata mereka mengalami kecemasan karena kurangnya informasi mengenai perkembangan pada masa pubertas ( Zulkifli, 2003 ).
Di Inggris rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun pada remaja putri yang dari orang tua yang berada dan bertempat tinggal di perkotaan mengalami menstruasi pertama ( menarche ) lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada dan bertempat tinggal di desa - desa. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan,
hasil penelitian tentang kecemasan menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) menunjukan remaja putri mengalami kecemasan berat 68 %
pada umumnya remaja putri takut mengalami menstruasi pertama (menarche) ketika mereka sedang berada di tempat yang ramai (Llewelln-Jones, 1997, dalam Hendro, 2006 ).
responden menurun yang dibuktikan dengan adanya jumlah responden yang tadinya paling banyak berada pada tingkat kecemasan berat (54.8%) akhirnya mengalami perubahan yaitu sebagian besar responden 51.6 % sudah tidak lagi cemas dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ). Terdapat adanya pengaruh yang signifikan ( positif ) antara kecemasan menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi dengan dengan taraf signifikasi 5 % ( Agustini, 2009 ).
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati sebelum diberi informasi tentang menstruasi pertama ( menarche ) pada umumnya remaja putri mengalami kecemasan berat yaitu 75,6 % setelah di berikan informasi yang benar tentang menstruasi pertama ( menarche )pada umumnya anak mengalami kecemasan ringan yaitu 75,6 %. Penelitian Hendro tersebut di lakukan di sebuah desa yang berada daerah transisi dari Kabupaten Pati ( Hendro, 2006 ).
Secara umum daerah transisi adalah sebuah daerah yang jauh dari keramaian kota dan biasanya berbatasan langsung dengan pemerintahan daerah lain, karakteristik masyarakat yang tinggal di daerah transisi adalah masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang masih berpikir magis atau mistik, berorientasi pada tradisi setempat, tingkat pendidikan rendah, pembagian kerja secara mekanis, corak pedesan, tingkat urbanisasi rendah, media komunikasi lisan dan tatap muka, basis ekonomi pertanian, teknologi sederhana ( Suharko, 1999 ).
Kecamatan Ujungjaya mempunyai sebuah desa yang berbatasan langsung dengan kabupaten lain yaitu Desa Cibuluh. Secara geografis Desa Cibuluh yang merupakan batas akhir dari Kabupaten Sumedang dengan luas Desa 2.674.918 ha, sebagian besar daerahnya merupakan pesawahan dan di kelilingi hutan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Indramayu ( Profil Desa Cibuluh, 2009 ).
Desa Cibuluh mempunyai 3 SD yaitu SDN Pande, SDN Cipanas, dan SDN Cibuluh. Hasil studi pendahuluan yang di lakukan di SDN Pande diperoleh data terdapat 129 siswa dan terdiri dari 25 siswi perempuan yang berumur 11 – 14 tahun dari jumlah siswi keseluruhan dan belum pernah mengalami menstruasi. Di SDN Cipanas diperoleh data terdapat 178 siswa dan terdiri dari 24 siswi perempuan yang berumur 11 – 14 tahun dan belum pernah menstruasi dan SDN Cibuluh diperoleh data terdapat 295 siswa, dan terdiri dari 60 siswi perempuan yang berumur antara 11-14 tahun dari jumlah siswi keseluruhan dan belum pernah mengalami menstruasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang siswi dari masing – masing SD dapat disimpulkan sebagian dari mereka tidak tahu kapan mereka akan mengalami menstruasi, dan mereka merasa menstruasi sebagai hal yang memalukan dan takut apabila terjadi ketika di sekolah, sehingga hal tersebut membuat mereka merasa cemas menghadapi menstruasi yang pertama.
akan mengganggu konsentrasi dalam belajar, sehingga apabila keadaan ini di biarkan berlarut – larut di khawatirkan akan mengganggu dalam pencapain prestasi dalam belajar. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Usia 11 – 14 Tahun Dalam Menghadapi Menstruasi Pertama di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Usia 11 – 14 Tahun Dalam Menghadapi Menstruasi Pertama di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang Tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Usia 11 - 14 Tahun Dalam Menghadapi Menstruasi Pertama di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang 2010.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi gambaran tingkatan cemas pada remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama pada tahap cemas ringan
b. Mengidentifikasi gambaran tingkatan cemas pada remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama pada tahap cemas sedang
d. Mengidentifikasi gambaran tingkatan cemas pada remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama pada tahap panik.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi
a. Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja.
b. Bagi Profesi Perawat
Sebagai data untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada remaja baik remaja awal, menengah atau akhir sesuai dengan peran perawat sebagai Health Educator.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan yang menjadi acuan untuk lebih menerapkan tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan mengajarkan tentang mekanisme koping yang harus di lakukan pada masa perkembangan khususnya pada masa peralihan dari anak – anak menjadi remaja awal.
3. Bagi peneliti lain
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kecemasan 1. Definisi Kecemasan
Lefrancois ( 1980, dalam Rismiati, 2009 ) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja menurut Lefrancois pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain.
Kartono ( 1981, dalam Rismiati, 2009 ) juga mengungkapkan bahwa kecemasan ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis. Ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan, pada ketakutan sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas dan tepat.
akibat suatu ancaman atau perasaan yang mengancam dimana sumber nyata dari kecemasan tersebut tidak dapat diketahui secara pasti.
Carpenito ( 2001, dalam Hendro 2006 ) cemas adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, cemas merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur aduk yang terjadi tatkala orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau konflik. Ada segi yang didasari dari kecemasan selain juga segi-segi yang terjadi diluar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan kecemasan merupakan perasaan yang tidak menentu yang di akibatkan oleh adanya stimulus yang mengganggu psikologis sehingga berdampak pula terhadap perubahan respon fisiologis. Banyak faktor yang dapat menjadi pemicu seseorang menjadi cemas, bisa diakibatkan karena faktor internal maupun eksternal.
2. Tanda dan Gejala Kecemasan
Manifestasi kecemasan dapat terlihat dari respon fisiologis dan psikologi, yaitu sebagai berikut :
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan 1). Kardiovaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada. 3). Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, dan gatal-gatal.
4). Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, dan diare.
5). Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, dan gerakan lambat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan 1). Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri dan menghindar.
2). Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
3). Afektif
Stuart dan Sundeen ( 1998 ) mengatakan tentang rentang respon cemas ada 2 yaitu respon adaptif dan respon mal adaptif yang terdiri dari antisipasi, ringan, sedang, berat, dan panik.
a. Kecemasan ringan
Merupakan kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kondisi ini membuat individu waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan dan orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
d. Panik
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
3. Faktor Predisposisi a. Teori Psikodinamik
Kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi, Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik (Freud, 1993, dalam Hendro, 2006).
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus ( fakta ), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
c. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5-42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder ( Stuart & sundeens, 1998 ).
4. Faktor Presipitasi a. Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
b. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga (Freud, 1993, dalam Hendro, 2006).
5. Mekanisme Koping
merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain ( Suliswati, 2005, dalam Suwandi, 2009 ). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati, 2005, dalam Suwandi, 2009, mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis,
yaitu : :
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1). Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
2). Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
1). Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
2). Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
3). Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
4). Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan. ( Suliswati, 2005, dalam Suwandi, 2009 )
6. Diagnosa Yang Muncul
Anxiety ( Kecemasan ) a. Tujuan:
1). Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama mampu mengenal anxiety ( kecemasan )
3). Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk mengatasi anxiety ( kecemasan )
b. Tindakan keperawatan:
1). Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu pertimbangkan agar remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu. 2). Bantu remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama mengenal
anxiety ( kecemasan ) :
a). Bantu remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b). Bantu remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama menjelaskan situasi yang menimbulkan anxiety ( kecemasan ) c). Bantu remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama
mengenal penyebab anxiety ( kecemasan )
d). Bantu klien menyadari perilaku akibat anxiety ( kecemasan ) 3). Ajarkan remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama teknik
a). Pengalihan situasi b). Latihan relaksasi:
(1) Tarik napas dalam
(2) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot c). Tehnik 5 jari
4). Motivasi untuk melakukan tehnik relaksasi setiap kali anxiety ( cemas ) muncul
( Keliat dkk, 2007 )
B. Konsep Menstruasi Pertama ( Menarche ) Pada Remaja Awal 1. Definisi Menstruasi Pertama ( Menarche ) pada remaja awal
( Hinchliff, 1999, dalam Hendro, 2006 ) menjelaskan tentang menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Sedangkan menurut ( Pearce, 1999, dalam Hendro, 2006 ) menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang wanita pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11 sampai 14 tahun. Perubahan penting terjadi pada masa si gadis menjadi matang jiwa dan raganya melalui masa remaja wanita dewasa.
menarche ada 2 yaitu : a. Menarcheprekoks
Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun. b. Menarchetarda
Menarchetarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, batasan usia remaja menurut WHO ( 1947, dalam Hendro, 2006 ) adalah 12 sampai 24 tahun, namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah maka ia tergolong dalam dewasa bukan lagi remaja. Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah : puberty ( Inggris ), puberteit ( Belanda ), pubertas ( Latin ), yang berarti kedewasaan. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa yang terjadi pada usia 10-19 tahun.
Masa puber terjadi pada usia 11-14 tahun dan masa puber dibagi dalam tiga tahap yaitu :
a. Tahap Prapuber
Dalam tahap prapuber ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
b. Tahap Puber
c. Tahap Pascapuber
Pada tahap ini cirri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi secara matang ( Hurlock, 1997 ).
Pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pubertas dimulai sejak berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. Menstruasi pertama ( menarche ) merupakan salah satu tanda bahwa alat reproduksi seorang wanita mulai berkembang kearah pematangan. Keadaan ini secara fisiologi termasuk dalam masa pubertas ( Saringendyanti, 1998 ).
2. Tahap perkembangan remaja
Tahap perkembangan remaja ada 3, yaitu : a. Remaja awal ( early adolescence )
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ‘ego’ menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
b. Remaja madya ( middle adolescence )
senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan ‘narcistik’, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
c. Remaja akhir ( late adolescence )
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2). Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3). Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4). Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri ) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5). Tumbuh ‘dinding’ yang memisahkan diri pribadinya ( private self ) dan masyarakat umum ( the public ) ( Sarwono, 2004 ).
3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Zulkifli ( 2003 ) menjelaskan tugas – tugas perkembangan yang harus di penuhi remaja adalah sebagai berikut :
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminim.
c. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif. d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi. f. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja.
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara.
i. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial.
j. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock ( 1997 ) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1). Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
4. Proses terjadinya menstruasi a. Fisiologis
Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik dan siklik dari rahim akibat runtuhnya jaringan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Masa proliferasi, yaitu adanya estrogen yang menekan produksi FSH ( Follicle Stimulating Hormone ), sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yaitu LH ( Luteinising Hormone ).
FSH dan LH adalah dibawah pengaruh RH ( Releasing Hormone ) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyuluhan RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Bila penyaluran RH normal dan berjalan baik, maka produksi gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya semakin lama semakin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang dapat mengakibatkan endometrium tumbuh atau berproliferasi ( Wiknjosastro, 2005, dalam Indri, 2009 ).
pembuahan korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan menurunnya kadar estrogen dan progesteron. Kondisi ini menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi dan perdarahan serta pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses inilah yang kemudian dinamakan menstruasi ( Wiknjosastro, 2005, dalam Indri, 2009 ).
b. Psikologis
Perkembangan psikologis masa remaja mulai mendapat tantangan dan tekanan dari lingkungan dan timbulah keadaan tidak seimbang antara dorongan dari dalam dan hambatan dari luar diri individu. Sebagai reaksi, individu yang remaja berusaha mempertahankan ego dengan cara makin agresif, nakal, kurang menjaga kebersihan, dan senang memamerkan diri.
Masa remaja juga mengalami perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya, pada masa ini remaja mulai mempunyai perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Remaja putri sebelum menstruasi akan menjadi sangat sensitive, emosional dan khawatir tanpa jawaban yang jelas ( Sarwono, 2004 ).
c. Sosial
yang tinggal di pedesaan ( Zulkifli, 2003 ). d. Spiritual
Secara spiritual menarche atau menstruasi pertama dapat dijadikan sebuah kepercayaan bahwa seorang wanita tersebut sudah bisa dikatakan dewasa atau baligh, sikap tersebut masih di pertahankan di beberapa desa ( Zulkifli, 2003 ).
5. Gejala-gejala menjelang menstruasi
Gejala menjelang menstruasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh, dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain adanya rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah ( emosional ) dan kadang timbul perasaan malas ( Ragawaluya, 1997 ).
C. Kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche)
Model keperawatan Sister Calista Roy ( 1999, dalam Frisch, 2006 ) menjelaskan kecemasan bisa terjadi karena adanya faktor eksternal yaitu lingkungan dan dukungan dalam keluarga sedangkan faktor internalnya yaitu tingkat pengetahuan, usia dan keadaan fisik dari individu tersebut. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat pengetahuan
pertama ( menarche )antara remaja putri yang mempunyai pengetahuan tentang menstruasi pertama ( menarche ) dengan yang tidak atau kurang tahu tentang menstruasi pertama ( menarche ). Remaja putri yang mempunyai pengetahuan tentang menstruasi pertama ( menarche ) dengan baik, ia akan mudah memahami perubahan-perubahan fisiologis yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis. Sehingga ia dapat mengantisipasi atau mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi pertama ( menarche ). Remaja putri yang kurang mengetahui tentang menstruasi pertama ( menarche ) maka mudah merasa panik, stress, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi perubahan-perubahan dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ).
Remaja putri yang sudah pernah mendapat informasi atau pengalaman dari orang lain akan merasa lebih tenang dibanding dengan anak remaja yang belum pernah mendapat pengetahuan sama sekali. Karena itu anak remaja yang mengalami menstruasi pertama( menarche ) perlu adanya pengetahuan dan informasi tentang menstruasi pertamanya guna untuk mengurangi rasa cemas baik dari buku, orang tua, kakak dan teman ( Saringendyanti, 1998 ).
b. Usia
kecemasan (Saringendyanti, 1998). c. Lingkungan
Informasi yang keliru dari lingkungan akan mengakibatkan timbulnya kecemasan dan ketakutan pada remaja putri sehingga secara tidak sadar ia ingin menolak proses fisiologis menstruasinya ( Imelda, 2004, dalam Hendro, 2006 ).
d. Keadaan fisik
Dengan adanya menstruasi pertama ( menarche ) remaja putri akan mengalami perubahan-perubahan pada dirinya sehingga menimbulkan kecemasan. Dia merasa takut dengan adanya perubahan pada tubuhnya. Informasi yang baik dan dukungan keluarga sangat diperlukan agar tidak mengalami kecemasan ( Saringendyanti, 1998 ).
e. Dukungan keluarga
Persiapan secara fisik maupun psikis pada remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) memang perlu mendapat perhatian dari orang tua atau keluarganya untuk meringankan beban kecemasannya. dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, membantu selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan dalam menghadapi suatu permasalahan ( Friedman, 1998, dalam Hendro, 2006 ).
pengalaman tentang menstruasi pertama ( menarche ). Dukungan keluarga tidak hanya bersifat informatif dan sumbang saran tetapi juga berupa materi dan support mental. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan bagi remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche )baik dukungan secara fisik maupun psikologis ( Friedman 1998, dalam Hendro, 2006 ).
Kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) adalah suatu perasaan tidak menentu yang dialami oleh remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertamanya. Kecemasan sulit untuk diketahui, tetapi hanya dapat diamati melalui reaksi-reaksi yang ditimbulkan baik bersifat psikologis maupun fisiologis yaitu :
a. Gejala fisiologis
Kecemasan ini sudah mempengaruhi pada gejala-gejala fisik seperti keringat dingin, jantung berdebar cepat, sukar tidur, napas pendek, nafsu makan kurang, kepala pusing dan sebagainya.
b. Gejala psikologis
Kecemasan ini sudah mempengaruhi sebagai gejala kejiwaan, seperti rasa takut, gelisah, panik, bingung dan merasa tertekan ( Imelda, 2004, dalam Hendro, 2006 ).
D. Kerangka Konsep
lingkungan. Dalam keperawatan Roy memandang manusia yang utuh dan sehat, orang menggunakan koping yang positif maupun negative. Untuk mampu beradaptasi tiap individu akan merespon terhadap kebutuhan fisiologis, konsep diri yang positif, mampu melaksanakan peran fungsi secara optimal memelihara integritas diri, selalu berada pada rentang sakit, sakit merupakan keseimbangan dan hasil koping yang efektif.
Bagan 2.1 Kerangka teori menurut Sister Calista Roy
Input Proses Kontrol Mekanisme Output
Sumber : Model Adaptasi Roy : Teori Model Keperawatan Sister Calista Roy ( 1999, dalam Frisch, 2006 ) Vokal stimulus
Stimulus eksternal ( Limgkungan
Konstektual stimulus Stimulus
Internal
Residual Stimulus Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche )
Mekanisme koping
Fungsi Fisiologis Konsep diri
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Anxiety
Ringan
Sedang
Berat
E. Kerangka Penelitian
Pada penelitian ini penulis menemukan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya menstruasi pertama ( menarche ) yaitu meliputi faktor fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual namun dari faktor – faktor tersebut tidak diteliti oleh penulis, yang menjadi objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menstruasi pertama ( menarche ) yang terjadi pada remaja putri usia 11 – 14 tahun yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada remaja putri ketika mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ).
Bagan 2.2 Kerangka Penelitian
Keterangan ;
: Diteliti : Tidak di teliti
menstruasi pertama ( menarche ) pada remaja putri awal
( usia 11 – 14 tahun )
Cemas
Faktor yang menyebabkan kecemasan
menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) 1. Tingkat pengetahuan sunden , 1998 ; Suliswati, 2005 )
Panik Cemas Berat Cemas Sedang Faktor yang menyebabkan menstruasi
F. Definisi Operasional
Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri
Usia 11 – 14 Tahun Dalam Menghadapi Menstruasi Pertama Di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang
Tahun 2010
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No. Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
1. Kecemasan menghadapi menstruasi pertama (menarche)
1. Cemas Suasana Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) selalu emosional (mudah marah), khawatir,dan takut yang berlebihan terhadap perubahan emosional atau ketakutan yang berlebihan ketakutan atau mudah marah,
3 / S :
Lebih sulit untuk mengontrol karena rasa
khawatir kadang muncul secara tiba - tiba
4 / SS :
Perasaan cemas sering hadir begitu nyata sehingga mengganggu dengan kehidupan sehari – hari.
2. Ketegangan Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengalami gugup, tubuh tegang, gemetar dan gelisah sampai kelelahan sepanjang waktu. menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) tidak mengalami ketegangan.
1 / TS :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) kelihatannya agak lebih gugup dan tegang dari biasanya.
2 / R :
jelas tidak bisa rileks dan sulit untuk mengontrol ketegangan sehingga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari 3 / S :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) merasakan kegelisahan atau ketegangan terasa begitu kuat dan kadang-menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) merasakan Ketegangan mengganggu kehidupan di dalam kehidupan sehari – hari
3. Ketakutan Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) cenderung menarik diri dari lingkungan sosial mengahadapi menstruasi
pertama ( menarche ) Tidak mengalami rasa takut dan tidak menarik diri
1 / TS :
Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mampu melawan rasa takut.
2 / R :
Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) Ragu apakah ada rasa takut
3 / S :
Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) Sangat sulit untuk melawan atau mengatasi ketakutan, yang sampai batas tertentu sehingga mengganggu dengan kehidupan sehari-hari.
4 / SS :
Remaja putri yang
merasakan Ketakutan
menghadapi menstruasi pertama ( menarche
mengahadapi menstruasi pertama ( menarche )
3 / S :
Remaja putri yang
mengahadapi menstruasi pertama ( menarche )
mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
meragukan apakah memiliki kesulitan dalam konsentrasi.
2 / R :
Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
mengalami kesulitan dengan konsentrasi, atau pengambilan keputusan. 4 / SS :
Remaja putri yang mengahadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
mengalami kesulitan dalam konsentrasi, bahkan dengan upaya besar sulit untuk berkonsentrasi pada rutinitas sehari-hari 6. Depresi Remaja putri yang
menghadapi menstruasi
Menggunakan kuesioner dengan pernyataan
0 : Tidak ada rasa cemas 1 : Cemas Ringan
pertama ( menarche ) menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan tidak ada perasaan depresi, kesedihan atau keputusasaan.
1 / TS :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) meragukan apakah lebih putus asa atau sedih dari biasanya.
2 / R :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
merasakan adanya depresi tetapi tidak begitu mempengaruhi.
3 / S :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
mengalami depresi atau putus asa.
4 / SS :
2 / R :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) meragukan apakah mengalami kekakuan atau tidak pada otot.
3 / S :
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
mengalami nyeri otot. 4 / SS :
Remaja putri yang
menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan
mengalami nyeri otot dan mengganggu kehidupan. menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengalami peningkatan dan kelemahan atau gangguan fungsional nyata panca indra,
termasuk tinitus, kabur penglihatan, panas dan
Menggunakan kuesioner
sensasi dingin yang
menghadapi menstruasi pertama ( menarche )
menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengalami gangguan pada system indra
4 / SS :
Remaja putri yang
menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengalami gangguan pada system indra
kehidupan sehari-hari 9. Gejala
kardiovaskur
Remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) mengungkapkan tidak ada gejala tersebut
1 / TS :
Remaja putri yang
pertama ( menarche ) sebagian besar waktu dan jelas mengganggu
kehidupan sehari-hari. 10. Gejala
pernafasan
pertama ( menarche ) Pernapasan yang hadir sebagian besar waktu dan menghadapi menstruasi
Menggunakan kuesioner dengan pernyataan
0 : Tidak ada rasa cemas 1 : Cemas Ringan
muncul namun tidak
otonom yang hadir sebagian besar waktu dan mengganggu dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) merasa bingung dan gelisah, ketika ada orang lain yang bertanya “ apakah sudah mengalami menstruasi atau belum “ menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) meragukan apakah merasa cemas atau tidak.
2 / R :
Remaja putri yang
mengendalikannya 4 / SS :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang ( Notoatmodjo, 2002 ).
B. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu ( Notoatmodjo, 2002 ). Variabel dalam penelitian ini adalah Kecemasan menghadapi menstruasi pertama (menarche) dengan mengandung sub variabel yaitu :
1. Cemas Suasana 2. Ketegangan 3. Ketakutan 4. Insomnia
7. Gejala umum somatic ; muscular 8. Gejala umum somatic ; Panca Indra 9. Gejala kardiovaskuler
10.Gejala pernafasan 11.Gejala gastrointestinal 12.Gejala kencing
13.Gejala otonom lain
14.Perilaku saat berinteraksi dengan orang lain
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Notoadmodjo, 2002 ). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang Tahun 2010.
2. Sampel
maka dari itu pada penelitian ini teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah total sampel yang berjumlah 60 orang. Adapun kriteria yang dapat menjadi sampel penelitian yaitu :
a.Kriteria inklusi:
1). Berusia 11-14 tahun 2). Belum pernah menstruasi 3). Bersedia menjadi responden
4). Berasal dari Desa Cibuluh atau bertempat tinggal di Desa Cibuluh 5). Berasal dari keluarga yang utuh
b. Kriteria eksklusi
1). Bagi remaja putri yang sudah mengalami menstruasi pertama ( menarche ).
2). Remaja putri yang berumur 15 tahun. 3). Bertempat tinggal di luar Desa Cibuluh.
4). Pindahan dari sekolah lain yang berasal dari luar Desa Cibuluh. 5) Berasal dari orang tua yang bercerai
D. Cara Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data primer dari responden adapun tahapan proses yang dilakukan yaitu :
2. Meminta izin dari Kepala Sekolah SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang untuk memberikan izin studi pendahuluan dan penelitian.
3. Setelah semua proses perizinan selesai dan mendapatkan izin maka dilakukanlah studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran dari responden dan untuk mengetahui berapa jumlah responden yang memenuhi syarat yang termasuk kedalam kriteria inklusi.
4. Setelah didapatkan jumlah responden yang memenuhi syarat dan proposal penelitian di setujui oleh penguji sidang proposal maka dilakukanlah penelitian.
5. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu kuesioner baku menggunakan Hamilton Anxiety Scale ( HAS ) dalam proses pembagian kuesioner responden terlebih dahulu dibagi menjadi 2 kelas dengan tujuan untuk mengurangi kesesakan karena dikhawatirkan apabila dimasukan dalam 1 kelas akan menimbulkan kesesakan dan membuat keadaan menjadi tidak kondusif, dalam proses ini peneliti di bantu oleh 2 orang guru. Selanjutnya sebelum dilakukan proses pengisian kuesioner terlebih dahulu peneliti meminta persetujuan dari tiap responden, kemudian dalam proses pengisian kuesioner peneliti terlebih dahulu menjelaskan tiap pertanyaan kemudian setelah semua responden mengerti mengenai maksud pertanyaan yang diberikan peneliti maka dilakukanlah proses pengisian kuesioner oleh responden.
menggunakan perangkat komputerisasi yang selanjutnya dari hasil olahan tersebut untuk dipertanggungjawabkan di sidang hasil penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang dibagikan kepada setiap remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) yang masuk kedalam kriteria sampel.
F. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur ( Notoatmodjo, 2002 ). Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena menggunakan kuesioner yang telah baku yang sebelumnya telah di uji oleh peneliti, kuesioner yang digunakan adalah Hamilton Anxiety Scale ( HAS ).
2. Uji Reabilitas
G. Analisa data
Peneliti menganalisa jumlah jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden, kuesioner terdiri dari 14 buah pertanyaan, Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3 atau 4. Nilai 0 menunjukkan tidak ada gejala-gejala yang tampak, nilai 1 menunjukan sedikit ada gejala yang tampak namun tidak terlalu mengganggu, nilai 2 menunjukan gejala yang nampak namun masih diragukan apakah mengganggu atau tidak, nilai 3 menunjukan gejala yang tampak dan mengganggu namun masih bisa diatasi atau dikendalikan dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan, sangat mengganggu dan terkadang sulit untuk dikendalikan. Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat kecemasan :
1. Ringan (total nilai : < 17). 2. Sedang (total nilai : 18 – 24). 3. Berat (total nilai : 25 – 30). 4. Panik (total nilai : >30).
untuk menghindari kesalahan dalam penjumlahan dan untuk memudahkan dalam pengelompokan kriteria kecemasan ( cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik ) maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan dan pengkodean dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 yaitu dengan tahapan :
a. Input yaitu memasukan jawaban dari tiap kuesioner dari mulai pertanyaan nomor 1 sampai dengan pertanyaan nomor 14.
c. Coding yaitu proses pengkodean dalam proses pengkodean menggunakan fungsi IF dalam Microsoft excel 2007 yaitu menganalisa hasil dari jumlah jawaban dari tiap kuesioner untuk memudahkan pengelompokan kriteria kecemasan dan memudahkan mendapatakan kode – kode angka yang selanjutnya untuk di analisa di SPSS 12.0 for windows namun sebelum data hasil pengkodean di Microsof Excel 2007 di analisa di SPSS 12.0for windows terlebih dahulu di SPSS12.0 for windows dilakukan pengkodean yaitu mengkode apabila angka yang dimasukan dari hasil olahan Microsof Excel 2007 angka 1 maka di SPSS 12.0 for windows akan menunjukan cemas ringan, apabila angka yang dimasukan 2 maka di SPSS 12.0 for windows akan menunjukan cemas sedang, jika angka yang dimasukan 3 maka di SPSS 12.0 for windows akan menunjukan cemas berat dan jika angka yng dimasukan 4 maka di SPSS12.0for windows akan menunjukan panik kemudian setelah semua angka – angka hasil pengkodean di Microsof Excel 2007 dimasukan dalam SPSS 12.0 for windows maka dilakukanlah analisa data untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan remaja putri usia 11 – 14 tahun dalam menghadapi menstruasi pertama.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus
Mingggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kegiatan
Pengajuan judul Study Pendahuluan Penyusunan
proposal Persiapan ujian Sidang Proposal Penelitian Pengolahan data Konsultasi laporan penelitian
Persiapan seminar hasil penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Mei 2010, bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama, dengan sampel remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang yang berusia 11-14 tahun, sebanyak 60 remaja putri memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel beserta interpretasinya, sedangkan pembahasan disajikan dalam bentuk narasi. Berdasarkan penelitian dapat diuraikan hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi kecemasan remaja putri menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) di SDN Cibuluh
(25.0%) mengalami cemas berat dan 20 responden (33.3%) mengalami panik.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di SDN Cibuluh Kecamatan Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang sebagian besar responden mengalami panik. Dari 60 responden yang memenuhi kriteria menunjukkan 8 responden (13.3%) mengalami cemas ringan, 17 (28.3%) mengalami cemas sedang, 15 responden (25.0%) mengalami cemas berat dan 20 responden (33.3%) mengalami panik dalam menghadapi menstruasi pertama.
Menurut teori model Sister Calista Roy ( 1999, dalam Frisch 2006 ) kecemasan muncul karena adanya faktor internal dan eksternal begitupun apabila dikaitkan dengan teori kecemasan premenstrual, dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) dipengaruhi beberapa hal antara lain karena kurang pengetahuan, pemahaman, dan informasi serta adanya perubahan-perubahan yang terjadi ketika menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) sebagian remaja putri mengalami kegelisahan, adanya rasa takut, kerisauan dan kecemasan ketika menghadapi menstruasi pertama ( menarche ). Kecemasan ketika menghadapi menstruasi pertama dapat berupa gejala cemas yang sederhana sampai yang kronis ( Saringendyanti, 1998 ).
remaja putri yang sudah mengerti tentang perubahan yang ada di dalam dirinya. Berkenaan dengan status mereka yang baru yaitu menjadi dewasa. Kadang-kadang Informasi yang diterima oleh remaja putri tentang menstruasi pertama ( menarche ) bersifat agak negative atau menyesatkan, dan hal itu dapat mempengaruhi perasaan mereka. Informasi yang keliru dari lingkungan akan mengakibatkan timbulnya kecemasan dan ketakutan pada remaja putri sehingga secara tidak sadar ingin menolak proses fisiologis menstruasinya ( Imelda, 2004, dalam Hendro, 2006 ).
Pada penelitian ini diperoleh data dari 60 responden sebanyak 33.3 % remaja putri mengalami panik dalam menghadapi menstruasi pertama namun faktor yang dapat menyebabkan panik tersebut tidak diketahui secara pasti karena mengenai faktor penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pertama tidak diteliti oleh penulis, berbeda dengan peneliti sebelumnya yaitu Hendro dan Agustini yang meneliti mengenai kecemasan menghadapi menstruasi pertama diperoleh hasil tingkat kecemasan respondennya paling besar berada dalam tahap cemas berat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan data – data hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap 60 respoden di SDN Cibuluh Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang Tahun 2010, tentang kecemasan remaja putri usia 11 – 14 tahun dalam menghadapi menstruasi pertama maka dapat ditarik kesimpulan dari 60 responden sebanyak 8 responden (13.3%) mengalami cemas ringan dan sebanyak 17 responden (28.3%) mengalami cemas sedang dan sebanyak 15 responden (25.0%) mengalami cemas berat dan 20 responden (33.3%) mengalami panik.
B.Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
Untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai kesehatan
reproduksi khususnya berkaitan tentang menstruasi pertama (menarche)
yang nantinya bertujuan untuk mengurangi kecemasan ketika menghadapi
menstruasi pertama maka diperlukannya jadwal penyuluhan yang intensif
dan memberikan pembinaan langsung pada petugas kesehatan khususnya
yang ada di puskesmas untuk selalu terjun langsung ke masyarakat atau
remaja.
2. Bagi profesi Keperawatan
Hendaknya meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan, pembinaan langsung dan secara intensif memberikan penyuluhan mengenai informasi yang benar tentang menstruasi pertama ( menarche ) pada remaja putri. Sehingga dapat menurunkan kecemasan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama ( menarche ).
3. Bagi Institusi pendidikan
Hendaknya membuat jadwal khusus dan mengintensifkan untuk
memberikan pendidikan sex khususnya menyangkut kesehatan reproduksi
terutama tentang menstruasi pertama ( menarche ) pada remaja putri usia
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali faktor penyebab
kecemasan dalam menghadapi menstruasi pertama dan dapat meneliti
mengenai kaitan faktor penyebab kecemasan menstruasi pertama dengan
tingkat kecemasan dalam menghadapi menstruasi pertama dan