• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLUSI UDARA DAN KAITANNYA DENGAN EKONOM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLUSI UDARA DAN KAITANNYA DENGAN EKONOM (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

POLUSI UDARA

ekonomi kota surabaya

Santika Purwitaningsih (3613100008)

Anisa Hapsari K. (3613100020)

Ni Ketut Ratih Larasati (3613100031)

Nadia Emeralda C. (3613100043)

Ni Ketut Ratih Larasati (3613100031)

Nadia Emeralda C. (3613100043)

DISUSUN OLEH:

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Ekonomi Kota (RP14-1308) yang berjudul “Polusi Udara dan Kaitannya dengan Ekonomi Kota Surabaya” dengan lancar.

Selama proses penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan optimal, sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, yaitu:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg; Vely Kukinul Siswanto, S.T, M.T, M.Sc. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Kota.

2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi.

3. Rekan-rekan di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan motivasi dan bantuan demi kelancaran pembuatan makalah ini.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama dalam menambah wawasan tentang analisis lokasi dan keruangan. Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Surabaya, 27 Mei 2015

(3)

ii

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ... 2

1.4 Manfaat Penulisan Makalah ... 2

1.5 Sistematika Penulisan Makalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi degradasi lingkungan ... 4

2.2 Kualitas Lingkungan ... 5

2.3 Pencemaran Udara ... 6

2.3.1 Definisi ... 6

2.3.2 Pencemar Udara ... 6

2.3.3 Sumber Pencemar Udara ... 6

2.3.4 Indeks Pencemaran Udara ... 7

2.3.5 Pengendalian Sumber Pencemaran Udara ... 8

2.3.6 Pencegahan Pencemaran Udara ... 8

2.3.7 Dampak Pencemaran Udara ... 8

BAB III GAMBARAN UMUM ... 12

3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya ... 12

3.2 Kondisi Geografis Kota Surabaya ... 12

3.3 Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya ... 13

3.4 Pencemaran Udara di Kota Surabaya ... 14

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara di Kota Surabaya ... 15

4.1.1 Faktor Transportasi ... 15

4.1.2 Faktor Persampahan ... 15

4.1.3 Faktor Industri ... 17

(4)

iii

4.3 Upaya untuk Mengurangi Pencemaran Udara dan Dampaknya ... 18

BAB V PENUTUP... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis dan klasifikasi Pencemar Udara berdasarkan Kondisi Fisiknya... 6

Tabel 2.2 Index Standar Pencemar Udara ... 7

Tabel 4.1 Besar Timbulan dan Sumber Sampah Kota Surabaya ... 16

DAFTAR GAMBAR

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi berdampak pada gaya hidup masyarakat, tak terkecuali berdampak pula pada kehidupan masyarakat perkotaan. Penggunaan sarana dan prasarana dengan teknologi terkini, seperti kendaraan bermotor, mesin, alat berat, dan pemakaian listrik, menjadi kebutuhan utama masyarakat kota saat ini yang tak terhindarkan lagi. Namun, penggunaan alat-alat tersebut jika disadari justru membawa pengaruh buruk karena dapat meningkatkan pencemaran udara terutama oleh kandungan emisi karbon yang terdapat di dalamnya.

Pencemaran udara yang telah terjadi di Kota Surabaya sangat berkaitan dengan konsumsi energy, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan batu bara (bahan bakar konvensional). Sumber-sumber energi ini dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan, menjalankan mesin-mesin industri, dan lain-lain. Seiring dengan konsumsi sumber energi yang berlebihan, emisi polutan yang mempengaruhi atmosfer dalam skala besar (P-SLHD Kota Surabaya, 2008). Emisi karbondioksida (CO2) yang merupakan

komponen utama Gas Rumah Kaca (GRK) dapat memperbesar Efek Rumah Kaca (ERK) yang pada saatnya nanti akan membawa dampak pada peningkatan suhu rata-rata permukiman bumi yang biasa kita sebut dengan Pemanasan Global.

Oleh sebab itu, pemerintah Kota Surabaya telah mencanangkan program-program yang diprediksi mampu menekan dan mencegah bertambah buruknya kualitas udara di Kota Surabaya. Secara spesifik, strategi peningkatan kualitas udara berdasarkan pengelompokan ke dalam lima aspek pengelolaan, yaitu pencegahan dan pengendalian pencemaran udara, pemantauan kualitas udara, pemantauan dan mitigasi dampak pencemaran kualitas udara, pemantauan dan mitigasi dampak pencemaran udara serta penguatan kelembagaan (LSAP Surabaya, 2006).

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaaan Lingkungan Hidup, setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Hal tersebut menekankan pada pentingnya keterlibatan masyarakat pada program pelestarian lingkungan dan pelestarian kualitas udara. Oleh karena itu diperlukan komitmen dari masyarakat Kota Surabaya untuk bersama-sama menjaka kualitas lingkungan dan melakukan tindak nyata dalam penurunan pencemaran udara.

(7)

2

ini, penulis berharap dapat mengetahui apa sajakah yang menjadi faktor penyebab degradasi lingkungan di Kota Surabaya, khsusunya faktor penyebab pencemaran udara akibat aktivitas kendaraan bermotor, timbulan sampah, dan kegiatan industri di Kota Surabaya. Sehingga dari pembahasan tersebut penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah:

1. Seberapa besar degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran udara karena aktivitas kendaraan bermotor, timbulan sampah, dan kegiatan industri di Kota Surabaya?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya degradasi lingkungan di Kota Surabaya?

3. Apakah ada keterkaitan antara degradasi lingkungan dengan ekonomi kota?

4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menurunkan Emisi Gas Karbondioksida (CO2) akibat pencemaran udara yang telah terjadi di Kota

Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengenatui seberapa besar degradasi lingkungan yang telah terjadi akibat pencemaran udara yang ditimbulkan oleh aktivitas kendaraan bermotor, timbulan sampah, dan kegiatan industri di Kota Surabaya.

2. Mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor penyebab dan dampak degradasi lingkungan di Kota Surabaya.

3. Mengidentifikasi dan mengetahui keterkaitan terjadinya degradasi lingkungan perkotaan terhadap ekonomi kota.

4. Mengkaji upaya-upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menurunkan Emisi Gas Karbondioksida (CO2) akibat pencemaran udara yang

telah terjadi di Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bermanfaat sebagai:

1. Dasar pembuatan program rekomendasi dalam pencegahan dan pengendalian pencemaran udara di perkotaan.

(8)

3 1.5 Sistematika Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat, dan sistematika penulisan makalah. Latar belakang berisi background penulisan makalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan masalah memfokuskan arah pembahasan dalam penulisan makalah ini, manfaat penulisan makalah berisi manfaat yang dapat dipetik dari penulisan makalah ini, dan sistematika penulisan makalah menjelaskan bagian-bagian dari makalah secara terstruktur dan terperinci.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi kajian teoritis berbagai teori yang digunakan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat mendukung penyusunan analisis permasalahan.

BAB III GAMBARAN UMUM berisi penjelasan secara umum lokasi yang menjadi lingkup penelitian, batas-batas wilayah, dan kondisi eksisting wilayah studi yang berkaitan dengan pembahasan makalah.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN berisi pembahasan dan analisis inti dari makalah ini yang berkaitan dengan permasalahan pembahasan dengan ekonomi kota, analisis persoalan ekonomi kota, serta konsep penyelesaian yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ekonomi kota.

(9)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi degradasi lingkungan

Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan sekunder. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Semakin besar populasi manusia maka kebutuhannya pun akan semakin meningkat, sehingga semakin banyak pula sumberdaya yang di gali, diolah dan dijadikan sebagai produk yang siap digunakan. Meningkatnya kebutuhan manusia tidak lepas dari perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi telah menyebabkan perubahan pada pola hidup dan kebutuhan manusia. Hal ini akan berdampak pada pengelolaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Kota kota di dunia kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ekonomi merupakan salah satu variable untuk mengukur perkembangan suatu kota. Perkembangan ekonomi akan selalu diikuti dengan pembangunan di berbagai bidang. Tanpa disadari perkembangan yang terjadi secara terus-menerus memberi dampak positif sekaligus dampak negatif pada lingkungan. Degradasi lingkungan adalah berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang/tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.Degradasi lingkungan erat kaitannya dengan kerusakan keanekaragaman hayati yang dapat mengancam kerusakan lingkungan

Kota-kota besar di Indonesia mengalami permasalahan degradasi lingkungan yang hampir sama. Jakarta merupakan salah satu kota yang mengalami degradasi lingkungan dan telah memberi dampak pada aspek infrastruktur, aspek sosial, dan aspek tata kelola. Degradasi lingkungan tidak pernah terselesaikan di Jakarta, hal ini terlihat dari indikasi yang muncul akibat dari degradasi lingkungan diantaranya adalah kelangkaan sumber air bersih, pencemaran air, dan udara, meluasnya daerah kumuh, dan penetrasi air asin pada sumur penduduk.

(10)

5

khususnya ekosistem (Perda Bandung Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) diantaranya adalah:

1. Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomasa.

2. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hitan dan atau lahan.

3. Kriteria baku kerusakan kars.

4. Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan perkotaan dikatakan baik, apabila keadaan:

1. Air

Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan vector dan aman dari kemungkinan kontaminasi. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollutant Indeks – Pi).

Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang

merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas

air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam

baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Formula penghitungan indeks pencemaran adalah:

dimana: (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij (Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari

Ci/Lij

Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 < PIj < 1,0.

2. Tercemar ringan jika 1,0 < PIj < 5,0.

(11)

6

Substansi udara yang ada tidak membawa dampak negative terhadap kesehatan manusia.

2.3 Pencemaran Udara

2.3.1 Definisi

Menurut UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

2.3.2 Pencemar Udara

Pencemar udara zat yang berada di atmosfer dalam konsentrasi tertentu yang bersifat membahayakan manusia, binatang, tumbuhan atau benda-benda lain.

Tabel 2.1 Jenis dan klasifikasi Pencemar Udara berdasarkan kondisi fisiknya.

Klasifikasi Sub-Klasifikasi Pencemar

Partikulat Solid Debu, smoke, fumes, fly ash

Liquid Mist, spray

Gas

Organik Hidrokarbon Hexana, benzene, ethlena, methane, butane, butadiena

Aldhehide dan keton Formaldehyde, acetone

Organik lainnya Alkohol, Chlorinated hydrocarbon

Anorganik Oksida karbon CO, CO2

Oksida sulfur SO2, SO3

Oksida nitrogen NO2, NO, N2O Anorganik lainnya H2S, HF, NH4

Sumber: Pengantar Pencemaran Udara FTSL ITB, 2009

2.3.3 Sumber Pencemar Udara

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

(12)

7

2. Stationary combustion (sumber tidak bergerak) antara lain: perumahan, daerah perdagangan, tenaga dan pemanasan industri, termasuk tenaga uap yang digunakan sebagai energi oleh industri.

3. Industrial processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi, metalurgi, kertas dan penambangan minyak.

4. Solid waste disposal (pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian, serta Rumah Sakit.

2.3.4 Indeks Pencemaran Udara

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (Air Pollution Index / API) adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau

tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini

mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.

ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).

Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.

Tabel 2.2 Index Standar Pencemar Udara

ISPU

Pencemaran Udara

Level

Dampak kesehatan

0 - 50 Baik Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.

51 - 100 Sedang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.

101 - 199 Tidak Sehat bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

200 - 299 Sangat Tidak Sehat

kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

300 - 500 Berbahaya

kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan).

(13)

8

2.3.5 Pengendalian Sumber Pencemaran Udara

Bertujuan untuk menurunkan beban emisi pencemaran udara dari sumber bergerak (transportasi), sumber tidak bergerak (industri,dll) dan sumber pencemar lainnya melalui penerapan baku mutu dan ambang batas emisi, penggunaan bahan bakar lebih bersih, dan sistem transportasi dan manajemen lalu lintas yang efektif. Hal-hal yang dilakukan antara lain:

1. Peningkatan kualitas bahan bakar.

2. Penerapan ambang batas emisi gas buang kendaraan.

3. Penerapan sistem transportasi dan pengelolaan lalu lintas yang efektif.

4. Pembinaan perusahaan industri dalam pemberian Izin Usaha Industri (IUI) dan pengelolaan lingkungan hidup kegiatan industrinya melalui :

o Program penyuluhan, monitoring, pengawasan, dan pengendalian,

perkembangan bidang industri, perdagangan, dan penanaman modal.

o Menyusun Rancangan Perubahan Peraturan Daerah (Perda) di bidang

perdagangan, perindustrian dan penanaman modal.

2.3.6 Pencegahan Pencemaran Udara

Bertujuan untuk mengurangi pengaruh dari usaha/kegiatan yang dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran udara, meningkatkan dukungan dan peran serta masyarakat, staf pemerintah, dan pengambil keputusan terhadap upaya perbaikan kualitas udara. Hal-hal yang dilakukan antara lain :

1. Mengurangi kuantitas pergerakan kendaraan yang tidak perlu, tanpa mengurangi fungsi sosial atau ekonomi.

2. Pendistribusian pusat-pusat kegiatan. 3. Rasionalisasi tata guna lahan.

4. Integrasi sistem permukiman vertikal (rumah susun) dan rasionalisasi tata guna lahan perkotaan.

5. Penggalakan penggunaan bahan bakar non minyak di sektor transportasi. 6. Peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakar pada udara.

2.3.7 Dampak Pencemaran Udara

1. Hujan asam

(14)

9

tersebut berubah menjadi H2SO4 dan HNO3 sehingga meningkatkan keasaman air

hujan.

Kandungan asam dalam hujan menyebabkan hujan memiliki sifat sama seperti larutan asam pada umumnya. Asam yang ada dalam hujan asam merupakan asam kuat.

Secara alami hujan memang bersifat asam dengan pH antara 5,6 sampai 6,2 karena adanya kandungan CO2 di udara. CO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk

asam lemah yaitu asam karbonat (H2CO3). Namun keasaman yang disebabkan oleh

H2CO3 ini dianggap normal karena jenis asam ini bermanfaat membantu melarutkan

mineral tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Berbeda dengan kandungan H2SO4 dan HNO3 yang merupakan asam kuat yang dapat merusak

jaringan hidup. Berikut beberapa dampak dari hujan asam terhadap lingkungan dan makhluk hidup:

 Hujan asam dengan kadar keasaman tinggi dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia. Kabut yang mengandung asam sulfat bersama-sama dengan udara terhisap dan masuk ke dalam saluran pernapasan manusia dapat merusak paru-paru.

 Menyebabkan korosi dan kerusakan bangunan.

Hujan asam dapat mempercepat proses korosi. Proses korosi (perkaratan) dapat terjadi pada beberapa material dari logam. Korosi adalah peristiwa perusakan logam akibat terjadinya reaksi kimia antara logam dengan lingkungan yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan. Lingkungan tersebut dapat berupa asam, basa, oksigen dalam udara, oksigen dalam air, atau zat kimia lainnya. Produk yang tidak diinginkan ini adalah karat.

Selain korosi pada logam hujan asam juga dapat merusak bangunan terutama bangunan yang terbuat dari batuan. Hal ini disebabkan karena hujan asam akan melarutkan kalsium karbonat dalam batuan tersebut dan membuatnya batuan menjadi mudah lapuk.

 Tumbuhan menjadi kering, layu, dan mati.

(15)

10

Berdasarkan data 2001-2009, kota-kota yang memiliki kecenderungan tingkat keasaman air hujan (pH) di bawah lima yaitu Jakarta, Serpong, Kototabang,

Bandung dan Maros. Air hujan normal biasanya memiliki pH minimal 5,6, sedangkan di kota-kota tesebut air hujannya cenderung memiliki pH 5,40 hingga 4,30 atau bersifat asam.

2. Smog fotokimia

Smog berasal dari dua kata yaitu smoke dan fog sehingga disingkat menjadi bentuk akronim smog. Selanjutnya smog lebih disebut dengan photochemical smog (smog fotokimia atau kabut asap fotokimia). Smog fotokimia merupakan kabut asap yang dapat terbentuk dari beberapa senyawa kimia berikut: aldehide (R-CHO), nitrogen oksida (NO dan NO2), ozon troposfer (O3), peroxyacyl nitrates (PAN), dan volatile

organic compound (VOC). Senyawa-senyawa tersebut bersifat sangat reaktif dan mudah teroksidasi di troposfer. Smog fotokimia terjadi ketika senyawa-senyawa tersebut berinteraksi dengan radiasi ultraviolet dari matahari. Smog banyak terjadi di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan senyawa-senyawa pembentuk smog fotokimia tersebut banyak dihasilkan dari kegiatan industri dan transportasi.

Smog dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan hypoxia (kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah), infeksi yang terjadi terutama berupa bronchopneumonia

atau acute purulent bronchitis atau bronchitis kronis. Selain itu, kabut yang sangat tebal sehingga menyetir kendaraan pun menjadi sulit.

3. Penipisan lapisan ozon

Penyebab penipisan lapisan ozon yang paling umum adalah klorofluorokarbon (CFC), yaitu sejenis zat kimia yang banyak dipakai oleh manusia dalam kaleng aerosol, sebagai pendingin (refrigeran) pada lemari es, pelarut, dan gas dorong (Propelan). CFC sangat tidak reaktif, tidak larut dalam air, dan tetap dalam bentuk gas dan berada dalam atmosfer. CFC terus terkumpul dalam jumlah yang semakin besar dan melayang ke atas sampai ke stratosfer. Oleh sinar ultraviolet, CFC diuraikan dan menghasilkan atom klor, yang selanjutnya bereaksi dengan ozon dan melepaskan atom oksigennya yang labil. Satu atom klor dapat menyebabkan hancurnya ribuan molekul ozon, dan selanjutnya menjadi penyebab penipisan lapisan ozon.

Lapisan ozon ini berfungsi untuk menyerap radiasi ultraviolet dari Matahari yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi. Radiasi ultraviolet inilah yang dapat merusak kulit dan dapat menyebabkan kanker.

(16)

11

Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer laut, dan permukaan bumi

Pemanasan global disebabkan oleh konsentrasi gas CO2 di atmosfer yang terlalu

banyak, sehingga cahaya matahari yang masuk terperangkap di dalam atmosfer dan tidak bisa diteruskan lagi ke angkasa.

Pemanasan global menyebabkan terjadinya ketidakstabilan iklim global, naiknya permukaan air laut, meningkatnya suhu global, gangguan ekologis, dan gangguan sosial ekonomi, seperti munculnya berbagai penyakit pada manusia.

5. Berbahaya bagi kesehatan manusia

Zat – zat seperti Hidrokarbon, Oksida nitrogen, Karbon monoksida (CO), Oksidan Photokimia, Partikel, Sulfur dioksida (SO2), Asbestos dan logam-logam dapat

(17)

12

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya

Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta. Secara nasional, Kota Surabaya merupakan pusat dari daerah-daerah di Indonesia bagian timur. Namun, secara regional Kota Surabaya merupakan ibukota di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Surabaya Dalam Angka Tahun 2013, Kota Surabaya memiliki luas wilayah sekitar 326,36 km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan dan

jumlah penduduk yang mencapai 3.024.321 jiwa. Sebagai ibukota dari Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, dan kebudayaan di Jawa Timur.

3.2 Kondisi Geografis Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota dari Provinsi Jawa Timur yang dikenal juga sebagai Kota Pahlawan. Kota Surabaya terletak antara 07 21 Lintang Selatan dan 112 36 s.d 112 54 Bujur Timur. Wilayahnya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 3-6 meter diatas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 meter diatas permukaan air laut. Kota Surabaya memiliki batas kewilayahan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebalah Barat : Kabupaten Gresik

Kota Surabaya memiliki kelembaban udara rata-rata minimum 42% dan maksimum 96%. Sementara itu untuk temperature udara yang berada di Kota Surabaya rata-rata minimum 23,3oC dan maksimum 35,2oC. Kota Surabaya memiliki dua musim, yaitu musim

kemarau yang biasanya terjadi di sekitar bulan Mei-Oktober dan musim penghujan yang biasanya terjadi antara bulan November-April. Kota Surabaya memiliki curah hujan rata-rata 183,2 mm dan kemudian terdapat juga kisaran curah hujan diatas 200 mm yang biasanya terjadi pada bulan Desember-Mei.

(18)

13 3.3 Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya

Konsep pembangunan di Kota Surabaya didasari oleh kesadaran bahwa pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan hidup. Didasari bahwa pembangunan di Kota Surabaya yang tidak dapat dilepaskan dari kesepakatan semua pihak baik itu antar pemerintah daerah maupun hubungan kerjasama yang baik dengan pemerintah pusat. Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan Kota Surabaya dilandasi juga dengan kebijakan-kebijakan yang telah disepakati bersama untuk dapat mengelola daerah berbasis lingkungan hidup. Secara makro menggambarkan bahwa pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, yang akan digambarkan beberapa Isu-isu lingkungan hidup di Kota Surabaya Tahun 2011 salah satunya adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah besar. Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O, yang

merupakan Gas Rumah Kaca (GRK).

Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya cukup kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran masyarakat akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, rendahnya pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan angkutan umum dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal.

(19)

14

menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat pengendali pencemar udara yang memadai.

Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi

perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan dua

puluh satu kali lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya

relatif telah berhasil dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi permasalahan transportasi adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan pembangunan jalan–jalan baru. Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi darat, mengingat transportasi darat memiliki sistem dan permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif tersebut hanya akan sia-sia apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua pihak untuk mencapai sebuah sistem transportasi Indonesia yang berkelanjutan. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi asap industri adalah dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan oleh instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.

3.4 Pencemaran Udara di Kota Surabaya

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1, Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara di Surabaya secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

(20)

15

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara di Kota Surabaya

4.1.1 Faktor Transportasi

Transportasi merupakan sumber utama dan terbesar dari pencemaran udara di perkotaan. Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50%, dan 90% dari Nitrogen Oksida (NOx), total Hidrokarbon (HC) dan emisi Karbon Monoksida (CO) (Olsson, 1994).

Pencemaran udara di Kota Surabaya, 70%-nya diakibatkan oleh transportasi, sisanya disebabkan oleh industri dan limbah (persampahan). Dalam Data Carbon Footprint

Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 sedangkan pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 30 %. Sepeda motor mendominasi komposisi kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu sebesar 80 % dari total seluruh kendaraan bermotor di Kota Surabaya.

Permasalahan transportasi darat di Kota Surabaya cukup kompleks. Transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, jika ada satu masalah timbul di satu unit ataupun satu jaringan maka akan mempengaruhi sistem tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di Kota Surabaya antara lain pertumbuhan penduduk yang pesat, kurangnya kesadaran masyarakat akan emisi kendaran bermotor, pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi, rendahnya pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih moda, serta sarana prasarana transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi penduduk dan rendahnya pelayanan angkutan umum dapat menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Penggunaan kendaraan yang semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak seimbang sehingga akses dan jaringan jalan belum optimal.

Dengan volume kendaraan bermotor yang besar, pencemaran udara di Surabaya harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan emisi karbon dioksida yang dihasilkan akibat dari kendaraan bermotor juga akan semakin besar seiring dengan terus meningkatnya volume kendaraan bermotor setiap tahunnya.

4.1.2 Faktor Persampahan

Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya yang dominan salah satunya adalah permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah dari tahun ke tahun

(21)

16

hidup, namun disisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam berbagai bentuk. Pertambahan penduduk yang sangat tinggi dianggap telah melampaui kemampuan daya dukung lahan yang berimbas pada kualitas hidup manusia yang semakin rendah. Masalah persampahan di Kota Surabaya salah satunya diakibatkan oleh masih banyaknya sampah yang dibuang ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya sampah, sungai tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan sebagainya) akibat air yang tidak dapat mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai akibat zat-zat berbahaya yang terkandung didalam sampah tersebut.

Lahan TPA Benowo sebagai satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kota Surabaya lambat laun terisi penuh oleh sampah. Saat ini tinggi timbulan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15 meter, sedangkan Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian timbulan sampah di TPA tersebut sampai sekitar 20 meter.

Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif merupakan salah satu faktor adanya peningkatan volume sampah ini. Berdasarkan data pada tahun 2012 dan 2013, volume sampah yang dihasilkan oleh warga Surabaya mencapai 1.100 ton. Namun setelah memasuki tahun 2014, volume sampah meningkat menjadi sekitar 1.400 ton setiap harinya. Kebiasaan masyarakat yang sulit dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang masih menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan merupakan salah satu penyebab meningkatnya timbulan sampah di kota ini. Buruknya sanitasi perkotaan nantinya akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat, seperti diare, muntaber, dan penyakit kulit. Untuk melengkapi pembahasan tersebut, berikut akan ditampilkan data sumber sampah di Kota Surabaya pada tahun 2014 terdiri atas:

Tabel 4.1 Besar Timbulan dan Sumber Sampah Kota Surabaya

Sumber Sampah Besar Timbulan Sampah

Permukiman 79,19%

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2015

Dengan timbulan sampah yang mencapai 1.400 ton setiap harinya, maka juga akan dihasilkan gas CH4 dalam jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan

(22)

17

merupakan Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.

4.1.3 Faktor Industri

Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan industri tersebut. Emisi industri turut menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena belum semua industri memiliki alat pengendali pencemar udara yang memadai. Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas buangan ini biasanya dibuang melalui cerobong (chimney). Kegiatan industri pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia.

Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu perkembangan industri di Surabaya. Sektor industri di Surabaya mengalami perkembangan pesat. Dimulai dari yang tahun 2007 sebanyak 5.763 unit, di tahun 2012 menjadi 7.721 unit industri (IDPKS 2012). Hal ini berarti bahwa perkembangan unit industri di Surabaya mencapai angka 390 unit per tahun. Limbah padat dari industri dan rumah tangga yang berupa sampah pun keberadaannya tak terelakkan lagi.

Sektor industri memberikan sumbangsih bermakna dalam pencemaran udara di Surabaya. Kendaraan bermotor yang jumlahnya terus bertambah di Kota Surabaya sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi dan angkanya mencapai 70 persen. Sedangkan potensi pencemaran udara lain dari cerobong asap pabrik dan industri mencapai angka 21 persen, serta 9 persen lainnya disebabkan oleh pembakaran sampah.

4.2 Dampak Pencemaran Udara terhadap Ekonomi Kota Surabaya

Dampak pencemaran udara terhadap ekonomi kota tergambar dalam dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia. Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

(23)

18

Berdasarkan data dari Dinkes Kota Surabaya (2014), saat ini penyakit saluran pernafasan bagian atas menduduki peringkat teratas dengan jumlah 650.217 penderita.

Gambar 4.1 Lingkaran Setan Kemiskinan

Sumber: politik.kompasiana.com, 2014

Pencemaran udara memberikan pengaruh pada lingkaran setan kemiskinan. Pencemaran udara merupakan salah satu indikator degradasi lingkungan, dan degradasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat setempat, dimana semakin meningkat degradasi lingkungan di suatu tempat, maka kesehatan masyarakat setempat akan menurun, hingga kemudian menyebabkan kinerja menurun. Ketika kinerja seseorang menurun, maka tingkat produktivitasnya rendah sehingga akan mendapat pendapatan yang rendah pula, hingga akhirnya terbentuklah kemiskinan.

4.3 Upaya untuk Mengurangi Pencemaran Udara dan Dampaknya

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara dan dampak yang ditimbulkannya antara lain:

1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan memberdayakan kendaraan umum.

2. Melakukan penetralan terhadap hasil buangan industri sebelum dilepas ke alam. 3. Melakukan penghijauan.

4. Mengurangi penggunaan sampah plastik. 5. Mengurangi pembakaran sampah.

(24)

19

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan makalah ini antara lain:

1. Polusi udara di Kota Surabaya secara umum disebabkan oleh kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan persampahan.

2. Kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar terhadap polusi udara di Kota Surabaya, yaitu sebesar 70%.

3. Hubungan antara ekonomi kota dan polusi udara adalah dampak polusi udara bagi kesehatan manusia yang kemudian akan menurunkan produktivitas sehingga menimbulkan kemiskinan.

(25)

20

DAFTAR PUSTAKA

BLH. 2007. bplh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.

http://douver1.blogspot.com Diakses pada tanggal 26 Mei 2015.

Gambar

Tabel 2.1 Jenis dan klasifikasi Pencemar Udara berdasarkan kondisi fisiknya.
Tabel 2.2 Index Standar Pencemar Udara
Tabel 4.1 Besar Timbulan dan Sumber Sampah Kota Surabaya
Gambar 4.1 Lingkaran Setan Kemiskinan

Referensi

Dokumen terkait

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Uji Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) terhadap Jumlah Limfosit dan Neutrofil

1) Banyaknya komponen fisik yang belum terpenuhi untuk mendapatkan pencapaian hasil yang baik dalam cabang olahraga. 2) Pencapaian hasil yang belum maksimal dalam menekuni

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pencatatan secara langsung di lapangan (aktual) yang mana penelitian ini untuk mendapatkan data primer untuk tiap−tiap

diskusi Menjelaskan pengertian, kedudukan dan aplikasi konsep fisika Pengertian fisika statistik Kedudukan fisika Bisa dibuat diskusi tambahan di luar kelas statistik

[r]

Ekstrasi adalah kegiatan penerikan suatu kandungan senyawa metabolisme sekunder yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

TABULASI TINGKAT KEPUASAN PADA ASPEK

Transparansi Mata Kuliah Transparansi Mata Kuliah. SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SEJARAH