• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA DI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pontianak merupakan salah satu kota di Indonesia yang mulai berkembang, hal ini ditandai dengan gencarnya pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah setempat maupun pihak swasta. Peningkatan jumlah penduduk di kota ini menyebabkan berbagai permasalahan yang timbul diantaranya adalah alih fungsi lahan, kemacetan, pencemaran lingkungan termasuk pencemaran udara. Tercatat pada tahun 2014 jumlah penduduk kota pontianak mencapai 651.598 jiwa (Disdukcapil, 2014).

Kota Pontianak memiliki karakteristik khas dibandingkan ketiga belas kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Barat. Kekhasan kota ini ditimbulkan oleh statusnya sebagai ibukota provinsi sehingga hanya terdiri dari daerah perkotaan. Sebagaimana lazimnya daerah perkotaan, tingkat kepadatan penduduk di Kota Pontianak sangat tinggi. Kepadatan penduduk Kota Pontianak terus beranjak naik dari tahun ke tahun. Hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 menyebutkan bahwa kepadatan penduduk Kota Pontianak sebesar 3.679 jiwa/km2. SP 2000 menunjukkan adanya kenaikan kepadatan penduduk di kota ini menjadi sebesar 4.308 jiwa/km2. Dan dalam waktu lima tahun terakhir, kepadatan penduduk Kota Pontianak naik 549 jiwa/km2dari 4.889 jiwa/km2 pada tahun 2009, menjadi 5.438 jiwa/km2 di tahun 2013. Padatnya penduduk Kota Pontianak jauh melebihi kepadatan Provinsi Kalimantan Barat yang hanya 30 jiwa/km2 pada tahun 2011, sementara pada tahun yang sama terdapat 5.249 jiwa/km2 di kota ini (BPS Kota Pontianak, 2012)

(2)
(3)

BAB II

PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA

2.1 Pengertian pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan masuknya zat-zat asing ke dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan komposisi udara dari keadaan normalnya. Keberadaan bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah dan waktu tertentu berpotensi mengganggu kehidupan manusia dan lingkungannya. Udara merupakan gabungan dari beberapa unsur gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu dan tekanan udara di lingkungannya.

2.2 Penyebab Pencemaran Udara di Pontianak

Pada umumnya pencemaran udara disebabkan oleh polutan yang berupa gas dan asap yang berasal dari hasil proses pembakaran. Gas-gas tersebut berasal dari asap kendaraan bermotor, cerobong asap pabrik, pembakaran lahan dan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar seperti Karbondioksida (CO2), Karbon monoksida (CO), Belerang (SOx), dan Nitrogen Oksida (NOx).

2.2.1 Emisi Kendaraan Bermotor

Pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya sepeda motor hasil pendataan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kalimantan Barat mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Selama tiga tahun terakhir, data jumlah kendaraan jenis sepeda motor yang dimiliki mencatatkan pertumbuhan paling signifikan terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 729.979 unit dibandingkan tahun 2010 yang hanya 574.322 unit. Sementara tahun 2012 selama semester pertama telah tercatat sebanyak 355.897 unit. Jumlah ini diprediksikan terus naik seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan kebutuhan akan sarana transportasi.

(4)

meningkatnya tingkat pencemaran udara di kota Pontianak. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (totalhidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan Sox ((oksida-oksida-(oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal (Lead). Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan disamping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Beberapa gas emisi kendaraan bermotor dan dampaknya bagi kesehatan, antara lain :

Karbon monoksida, Gas ini bersifat racun, dapat menyebabkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan dan paru-paru. Jika masuk ke dalam darah melalui pernafasan, karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin dalam darah membentuk COHb (karboksihemoglobin).

Oksida Belerang, Belerang oksida, apabila terisap oleh pernapasan, akan berekasi dengan air dalam sluran pernapasan dan membentuk asam sulfat yang akan merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Oksidasi belerang juga dapat larut dalam air hujan dan menyebabkan hujan asam.

Oksida nitrogen, NOx bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asap-kabut atau smog. Smog menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan, membuat tanaman layu, serta menurunkan kualitas materi.

2.2.2 Emisi Pabrik dan Industri

(5)

kesehatan masyarakat, belum lagi partikulat-partikulat kecil sebagai hasil dari pengolahan kayu berpotensi mengganggu sistem pernafasan dan dapat mengakibatkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

2.2.3 Pembakaran/Kebakaran Lahan

Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat merupakan salah satu masalah yang tidak bisa dianggap remeh. Satu minggu saja tidak turun hujan maka kota Pontianak akan berkabut akibat dari asap hasil pembakaran lahan. Pembakaran lahan tersebut akan menghasilkan emisi pencemar udara yaitu partikulat matter (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) yang berpotensi mencemari kualitas udara di Kota Pontianak. Hasil pemantauan kualitas udara ini berupa nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang berisikan nilai konsentrasi dari 5 macam parameter pencemar udara yaitu partikulat (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi antara lain dikarenakan proses konversi hutan dan lahan di beberapa daerah di Kalimantan Barat menjadi lahan perkebunan kelapa sawit serta pemahaman oleh masyarakat bahwa cara membakar hutan merupakan metode paling murah dalam melakukan pembersihan lahan (land clearing).

2.3 Pentingnya Penanggulangan Pencemaran Udara

Pencemaran lingkungan termasuk juga pencemaran udara cenderung meningkat dari waktu ke waktu, apabila hal ini dibiarkan dan melewati ambang batas dapat berakibat buruk bagi kehidupan manusia maupun mahluk hidup lainnya. Semakin memburuknya kondisi udara tidak lain karena bertambahnya populasi manusia yang berakibat pada meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya alam dalam mengimbangi kemajuan teknologi. Udara yang baik tanpa adanya bahan pencemar merupakan anugerah Tuhan YME yang seharusnya kita jaga dan perlakukan sebaik-baiknya.

(6)

Menurut para ahli, sekitar tahun 2000-an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara akan mencapai angka 57.000 orang pertahunnya. Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara naik menjadi 14% atau mendekati 0,7% pertahunnya. Selain itu, kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara apabila dikonversikan ke dalam nilai mata uang mencapai sekitar 12 – 16 juta US Dolar pertahun.

2.4 Klasifikasi Pencemar atau Polutan

Pencemaran udara pada tingkat tertentu dapat berupa campuran dari satu atau beberapa bahan pencemar lainnya baik berupa padatan, cairan atau gasyang masuk ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungannya. Udara yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau dan tidak berasa maupun berwarna. Pembangunan dan perkembangan teknologi serta penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil telah menyebabkan udara yang kita hirup sehari-hari menjadi tercemar oleh polutan yang bisa membahayakan kesehatan kita. Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam yaitu

1. Pencemaran yang terjadi secara alamiah

Pencemaran yang terjadi secara alamiah ini bisa berupa debu yang beterbangan karena tiupan angin, abu atau debu vulkanik dari letusan gunung berapi, proses pembusukan bahan-bahan organik dan fenomena alam lainnya yang terjadi secara alami

2. Pencemaran yang terjadi karena ulah manusia

Manusia merupakan aktor utama penyebab pencemaran udara, penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil, debu dan serbuk sebagai hasil kegiatan industri, penggunaan zat-zat yang disemprotkan ke udara dalam pertanian dan perkebunan serta kegiatan manusia lainnya yang menghasilkan emisi gas polutan.

2.5 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara

(7)

dengan peraturan maupun upaya penyadaran masyarakat dan penanggulangan secara teknis yang berupa upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi maupun menanggulangi pencemaran yang berkaitan dengan penggunaan teknologi.

2.5.1 Penanggulangan Non Teknis

Penanggulangan non teknis adalah suatu uasaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan meliputi

1. Penyajian Informasi Lingkungan

Penyajian informasi Lingkungan (PIL) merupakan telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, rona lingkungan di tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan karena kegiatan tersebut dan rencana tindakan dalam pengendalian dampak negatif (PP No 29 tahun 2012). Kegunaan PIL adalah memutuskan apakah usulan proyek tersebut perlu diterima tetapi perlu Andal, atau tidak perlu Andal atau ditolak sama sekali. PIL merupakan langkah awal dari Amdal. Dalam Kepmen 11/MenLH/3/1994, Kepmen-39/MenLH/8/1996 dan Kepmen no. 17/MenLH/ 2001, untuk menyederhanakan PIL maka digunakan daftar wajib Amdal dalam PENAPISAN 2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Analisis Dampak Lingkungan merupakan upaya untuk menelaah secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting dari suatu kegiatan. Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi semua dampak yang mempengaruhi lingkungan hidup, mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting serta memperkirakan dan mengevaluasi rencana kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting tersebut

3. Perencanaan Kawasan Industri dan Teknologi

(8)

tersebut sehingga pengaruhnya terhadap Lingkungan tidak melebar kemana-mana dan lebih mudah dalam pengelolaannya. Dapat dibayangkan bagaikemana-mana jadinya apabila kegiatan-kegiatan industri tidak dilakukan dalam kawasan-kawasan tertentu akan tetapi bebas tersebar baik di tengah pemukiman maupun lingkungan lain seperti kawasan hutan, Daerah Aliran Sungai, pegunungan atau perbukitan dan wilayah-wilayah lainnya

4. Menerapkan Prilaku Disiplin

Selain peraturan dan perundangan, penerapan prilaku disiplin pada masyarakat juga bisa dikategorikan ke dalam upaya penanggulangan dampak pencemaran lingkungan. Seandainya masyarakat bisa lebih menyadari bahwa penggunaan kendaraan pribadi telah menambah beban cemaran udara dibandingkan menggunakan kendaraan umum bukan tidak mungkin tingkat pencemaran udara di kota Pontianak ini bisa berkurang. Demikian juga apabila masyarakat sadar dan mengerti tidak hanya sebatas tahu bahwa pembakaran lahan sangat-sangat merugikan lingkungan dan kesehatan mahluk hidup bukan tidak mungkin kasus kabut asap di Pontianak ini bisa berkurang. Penerapan prilaku disiplin ini bisa diaplikasikan dalam berbagai kegiatan sehari-hari tidak hanya sebatas pada dua hal yang diutarakan sebelumnya

2.5.2 Penanggulangan secara Teknis

Upaya penanggulangan pencemaran udara lainnya bisa dilakukan secara teknis, yaitu dengan melakukan upaya-upaya riil oleh individu, masyarakat maupun pemerintah di lingkungan kota Pontianak, upaya-upaya yang bisa dilakukan tersebut diantaranya adalah :

1. Pengurangan Jumlah Kendaraan Bermotor

(9)

2. Penggunaan Kendaraan Hemat Energi

Sampai dengan saat ini, bahan bakar fosil masih belum tergantikan oleh bahan bakar lainnya, mengganti secara total bahan bakar ini masih belum bisa sepenuhnya dilakukan, namun kuantitas penggunaannya bisa dikurangi melalui penggunaan kendaraan hemat energi. Kendaraan hemat energi bisa berupa mulai dari sepeda yang tidak menggunakan bahan bakar sama sekali, mobil atau kereta listrik, mobil tipe baru yang sering disebut Low Cost Green Car (LCGC) dan tidak lagi menggunakan mobil “tua” yang sudah berumur 20 tahun atau lebih 3. Pencegahan kebakaran lahan

(10)

4. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.

Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil erat kaitannya dengan penggunaan kendaraan bermotor di Pontianak, hal ini berbanding lurus dengan jumlah kendaraan pribadi. Sehingga pengadaan transportasi publik yang memadai bisa menjadi alternatif agar penggunaan bahan bakar fosil bisa dikurangi. Selain itu, konversi bahan bakar fosil menjadi bahan bakar gas (BBG) seperti yang diterapkan pada Bajaj dan Bus Transjakarta patut dicontoh jika suatu saat di Pontianak ini mempunyai transportasi publik. Penggunaan Air Conditioner (AC), DDT, Insektisida dengan cara disemprot juga perlu diperhatikan mengingat cukup berperan dalam pencemaran lingkungan.

5. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan

Selain upaya pencegahan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya upaya penanggulangan pencemaran udara juga perlu dilakukan. Hal ini bisa diterapkan di pabrik-pabrik atau industri-industri yang ada di Pontianak dengan menggunakan:

a. Filter udara, filter ini berfungsi untuk menangkap debu atau partikel yang ikut keluar dari cerobong asap pabrik sehingga udara yang keluar dari cerobong asap relatif lebih bersih dibandingkan jika tidak menggunakan filter udara

b. Pengendap Silikon dan Gravitasi , merupakan pengendap debu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerjanya adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara atau gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung silikon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah.

(11)

7. membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman

(12)

KESIMPULAN

 Penyebab pencemaran udara di Pontianak terutama di dominasi oleh

kebakaran/pembakaran hutan dan lahan, emisi kendaraan bermotor akibat ketiadaan sarana transportasi publik

 Upaya penanggulangan pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi dua

yaitu penanggulangan non teknis dan secara teknis

 Penanggulangan pencemaran udara secara Non teknis meliputi Penyajian

Informasi Lingkungan (PIL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Perencanaan Kawasan Industri dan Penerapan prilaku disiplin

 Penanggulangan pencemaran secara teknis dapat berupa pengurangan jumlah

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://dukcapil.kalbarprov.go.id/statistik.html?data=jumlah-penduduk diakses pada 20 Februari 2015

http://green.ui.ac.id/Penanggulangan%20Pencemaran%20Udara diakses pada 18 Februari 2015

Referensi

Dokumen terkait

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Uji Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) terhadap Jumlah Limfosit dan Neutrofil

Kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan misalnya, sesorang siswa ingin mendapatkan sebuah pujian maka ia berusaha mendapatkan nilai yang lebih

diskusi Menjelaskan pengertian, kedudukan dan aplikasi konsep fisika Pengertian fisika statistik Kedudukan fisika Bisa dibuat diskusi tambahan di luar kelas statistik

Pemberian beberapa jenis bahan perbaikan tanah (kapur, lumpur laut dan beberapa jenis pupuk hayati) berpengaruh terhadap beberapa sifat tanah gambut (pH, Daya Hantar Listrik,

Transparansi Mata Kuliah Transparansi Mata Kuliah. SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SEJARAH

Pemodelan ini dilakukan dengan menggunakan panjang data 15 harian atau untuk setiap panjang data 360 jam dan data 30 harian atau untuk setiap panjang data 720. Dengan menggunakan

1) Perkembangan dalam teknologi dan metodologi pendidikan membuat pendidikan khusus lebih mudah dilaksanakan. Inovasi yang dapat digunakan oleh pendidik ini

Latifah Lilis Sofiyah (UMS, 2013) dalam skripsinya yang berjudul Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang menerima BEL (Beasiswa Ekonomi