SINGARAJA SEPTEMBER 2014
ISSN 2088-852X NOMOR : 2
VOLUME 5 JURNAL
JURNAL KESEHATAN
ISSN: 2088–852X Volume : V
DAFTAR ISI
1. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE DI DESA
PENGLATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG
III...
1-15
2. PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP
INTENSITAS NYERI DISMENOREA PADA SISWI SMA
SARASWATI SERIRIT……….
16-25
3 HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN
MELAKSANAKAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS
……….
26-36
4. TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA
MEROKOK BAGI KESEHATAN DI SMP NEGERI 1 SERIRIT
KABUPATEN BULELENG TAHUN 2014……….
37-41
5. HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DENGAN KEJADIAN DHF DI DESA ALASANGKER
……….
42-47
6. PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI
II DENGAN PSIKODRAMA TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN ISOLASI
SOSIAL……….
48-54
7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU WANITA
PASANGAN USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK DENGAN TES INSPEKSI VISUAL ASAM
(IVA)………..
55-61
8. DERAJAT INHIBISI ALDOLASE REDUKTASE DARI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (STUDI TENTANG PENCARIAN ANTI
KATARAK DARI TUMBUHAN LOKAL)
………
62-64
9. PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PERUBAHAN
TINGKAT NYERI KLIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI
RUANG KAMBOJA RSUD KABUPATEN BULELENG
………..
65-69
10. PENGARUH PEMBERIAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY SESI 1 MENGIDENTIFIKASI PIKIRAN TERHADAP DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN SKIZOFRENIA…..
70-75
48
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI II DENGAN PSIKODRAMA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI
SOSIAL PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL
Ni Made Dwi Yunica A, S.Kep.,Ns.,M.Kep. ABSTRACT
Mental disorder is a disease at has a tendency to become chronic and often accompanied by a decrease in function in the field of employment, social relationships or in other fields. This study using an experimental study. With the prospective approach. The design in this study is pra eksperimental. The sampling technique using total sampling. The data colected by filling out the observation sheet. The samples were patients of social isolation at arimbi, there is 16 people that is 8 people with the experimental group and 8 people with the control group. Data analysis was done using the SPSS statistical test of Independent Samples Test. The average of the experimental group get 3.8750 g% with a standard deviation is 1.1259 g%. Whereas in the control group get the average is 2.125 g% with a standard deviation of .834 g%. The results of statistical tests get p = 0.003, that meaning there is a significant difference of social interaction in the experimental group and the control group.
key words : group activity socialisation therapy, psychodrama, social interaction.
ABSTRAK
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi kronis dan sering di sertai dengan adanya penurunan fungsi di bidang pekerjaan,hubungan sosial atau dalam bidang lain. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Dengan pendekatan prospektif. Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling.Pengumpulan data digunakan dengan cara mengisi lembar observasi.Sampel yang diteliti adalah pasien isolasi sosial di ruang arimbi sebanyak 16 orang dengan kelompok eksperimen berjumlah 8 orang dan kelompok kontrol berjumlah 8 oarng. Rata-rata dari kelompok eksperimen di dapatkan yaitu 3,8750gr% dengan standar deviasi yaitu 1,1259gr%. Sedangkan pada kelompok kontrol di dapatkan rata-rata yaitu 2,125gr% dengan standar deviasi 0,834gr%. Hasil uji statistik di dapatkan nilai p=0,003, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata interaksi sosial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana di maksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Undang-Undang RI no 36 tahun 2009 tentang kesehatan).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi kronis dan sering di sertai dengan adanya
penurunan fungsi di bidang
pekerjaan,hubungan sosial dan kemampuan merawat diri sehingga cenderung menggantungkan sebagian aspek kehidupannyapad keluarga (keliat at al,2006).
Menurut WHO (World Health Organization), masalah kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.Gangguan jiwa mengalami peningkatan di era globalisasi ini. Kecenderungan ini tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit jiwa.Menurut National institute of mental health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan di perkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Salah satu gangguan jiwa yang paling banyak diderita adalah gangguan dengan isolasi sosial. Gangguan isolasi sosial adalah gangguan hubungan interpersonalyang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan. Isolasi sosial merupakan salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa skizofrenia.
Penatalaksanaan keperawatan klien dengan isolasi sosial selain dengan pengobatan psikofarmaka juga dengan pemberian terapi modalitas yang salah
satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK).
Terapi psikodrama merupakan struktur yang menggunakan masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan prilakunya yang mempengaruhi orang lain (Farida Kusuma Wati Dan Yudi Hartono 2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II (sesi berkenalan dengan terapi psikodrama) Terhadap Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial.
Menurut Titin Andri wihastuti,Lilik Supriati, dan Ardiansyah Isfanhari,tahun 2013 dengan judul “Hubungan Hasil Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Dengan Kemampuan Komunikasi Verbal Pasien Skizofrenia Menarik Diri Di Rsj.Dr,Radjiman Wediodiningrat”, Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional terhadap 42 orang pasien skizofren menarik diri di RSJ Lawang. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive
sampling dengan metode non probability.
Variabel yang diukur adalah hasil terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan komunikasi verbal pada pasien menarik diri. Didapatkan hasil terapi aktivitas kelompok sosialisasi 40.5% adalah kategori cukup, dan kemampuan komunikasi verbal 59.5% adalah cukup. Uji statistik menggunakan korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan antara hasil Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Dengan Kemampuan Komunikasi Verbal dengan kekuatan korelasi 0.654.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik hasil terapi aktivitas kelompok sosialisasi semakin baik juga kemampuan komunikasi verbal pasien. Sehingga perlu peningkatan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) untuk meningkatkan komunikasi verbal pasien.
1. Terapi Aktivitas Kelompok
50 gangguan jiwa dengan cara berdiskusi
satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis, yaitu : sosialisasi, orientasi realita, stimulasi persepsi, dan setimulasi sensori (Keliat, 2005).
2. Manfaat terapi aktivitas kelompok a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Melakukan sosialisasi
3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri 2) Menyalurkan emosi secara
kontruktif
3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
2) Meningkatkan ketrampilan sosial 3) Meningkatkan kemampuan
empati
4) Meningkatkan kemampuan pengetahuan pemecahan masalah 3. Macam-macam Terapi Aktivitas
Kelompok
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitip/persepsi Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
b. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
c. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
d. Penyaluran energy
4. Terapi Psikodrama
Terapi psikodrama merupakan struktur yang menggunakan masalah emosi atau pengalaman klien dalam
suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan prilakunya yang mempengaruhi orang lain (Farida Kusuma Wati Dan Yudi Hartono 2011). 5. Konsep Dasar Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seoarang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyanti,2008).
6. Manifestasi Klinis
Menurut Mustika Sari (2010),tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial,yaitu:
a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan) c. Ekspresi wajah kurang berseri d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak
ada, tidak mau bercakap-cakap g. Menyendiri
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
i. Kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Pemasukan makan dan minuman terganggu
k. Aktivitas menurun karna kurang energy
l. Harga diri rendah
m. Menolak hubungan dengan orang lain
7. Penatalaksanaan atau Terapi a. Terapi Psikofarmaka
b. Terapi Individu c. Terapi Kelompok
8. Konsep Dasar Interaksi Sosial
antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu
9. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
a. Kontak Sosial
b. Antara orang perorangan c. Komunikasi
10. Jenis-jenis Interaksi Sosial
a. Interaksi antara Individu dan Individu.
b. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok.
c. Interaksi antara Individu dan Kelompok
d. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok.
e. Interaksi antara Individu dan Kelompok
11. Faktor-faktor Interaksi Sosial a. Faktor Imitasi
b. Faktor Sugesti c. Fakor Identifikasi d. Faktor Simpati
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Dengan pendekatan prospektif, yaitu data yang dikumpulkan terus-menerus secara simultan. Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental.
HASIL PENELITIAN
a. Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum Perlakuan
Tabel 5.4Distribusi kemampuan interaksi
sosial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum di berikan perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi II dengan psikodrama di RSJ Provinsi Bali tahun 2014
Kemampuan N Min Max Rata-rat SD CI(95%) Interaksi
Pre Eks 8 1 5 2.88 1.246 1.83-3.92
Pre Kon 8 1 5 2.62 1.408 1.45-3.80
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 5 kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama namun untuk mencapai kategori mampu berinteraksi harus memiliki skor lebih dari 6 atau sama dengan 6.
b. Kemampuan Interaksi Sosial Sesudah Perlakuan
Tabel 5.5Distribusi kemampuan interaksi
sosial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah kelompok eksperimen di berikan perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi II dengan psikodrama di RSJ Provinsi Bali tahun 2014
Kemampuan N Min Max Rata-rata SD CI(95%) bahwa skor terendah adalah 6 dan skor tertinggi adalah 8 untuk kelompok eksperiman dengan ke delapan responden memiliki skor lebih dari 6 atau sama dengan 6,Sedangkan pada kelompok kontrol nilai terendah adalah 3 dan nilai tertinggi adalah 6 dari kedelapan responden hanya 3 yang memiliki skor lebih dari 6 atau sama dengan 6.
c. Hasil Uji Statistik Paired Samples Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama
52
Variabel Mean SD SE P N
Value
Kemampuan Interaksi Sebelum intervensi
2,88 1,246 0,441
0,000 8
Kemampuan Interaksi Sesudah intervensi
6,75 0,707 0,250
Variabel Mea SD SE P N
Pada tabel pertama terlihat statistik deskriptif berupa rata-rata dan standar deviasi kemampuan interaksi sosial antara pengukuran pre dan post. Rata-rata kemampuan interaksi pada pre adalah 2,88gr% dengan standar deviasi 1,246gr%. Pada pengukuran post di dapatkan rata-rata kemampuan interaksi sosial adalah 6,75gr% dengan standar deviasi 0,707 gr%.
Uji T berpasangan di laporkan pada tabel ke-2,terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pre dan pengukuran post adalah -3,874gr% dengan standar deviasi 1,246gr%. Perbedaan ini di uji dengan uji T berpasangan menghasilkan nilai p yaitu 0,000,maka dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan interaksi sosial antara pengukuran sebelum di berikan intervesi dan sesudah di berikan intervensi.
d. Hasil Uji Statistik Paired Samples Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama pada kelompok kontrol responden yang mengalami isolasi sosial di RSJ Provinsi Bali pada Tahun 2014
Pada abel pertama terlihat statistik deskriptif berupa rata-rata dan standar deviasi kemampuan interaksi sosial antara pengukuran pre dan post. Rata-rata kemampuan interaksi pada pre adalah 2,62gr% dengan standar deviasi 1,408gr%. Pada pengukuran post di dapatkan rata-rata kemampuan interaksi sosial adalah 4,75gr% dengan standar deviasi 1,165 gr%.
Uji T berpasangan di laporkan pada tabel ke-2,terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pre dan pengukuran post adalah -2,125gr% dengan standar deviasi 1,356gr%. Perbedaan ini di uji dengan uji T berpasangan menghasilkan nilai p yaitu 0,003,maka dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan interaksi sosial antara pengukuran pre dan post.
e. Hasil Uji Statistik Independent Samples Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama
Tabel 5.10Hasil Uji Statistik Independent Samples Test Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama responden yang mengalami isolasi sosial di RSJ Provinsi Bali pada Tahun 2014
standar eror kemampuan interaksi sosial untuk masing-masing kelompok. Rata-rata dari kelompok eksperimen di dapatkan yaitu 3,8750gr% dengan standar deviasi yaitu 1,1259gr%. Sedangkan pada kelompok kontrol di dapatkan rata-rata yaitu 2,125gr% dengan standar deviasi 0,834gr%. Hasil uji statistik di dapatkan nilai p=0,003, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata interaksi sosial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. f. Kemampuan Interaksi Sosial Klien
Sebelum Mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama
Sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok, pada kelompok eksperimen yang berjumlah 8 orang responden menunjukan hasil pretes tidak mampu untuk kedelapan responden. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan hasil yang sama pula yaitu kedelapan responden tidak mampu dalam melakukan interaksi sosial.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer (1953 dalam buku Sunaryo) adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya.Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi
g. Kemampuan Interaksi Sosial Klien Setelah Mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama
Setelah di berikan terapi ternyata terjadi peningkatan kemampuan interaksi yang sangat signifikan, pada kelompok yang di berikan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi sesi II dengan psikodrama. Hal ini dapat di perkuat dengan data dari 8 orang responden yang di berikan terapi,ke-8 responden mengalami peningkatan interaksi sosial (100%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang berjumlah 8 responden hanya 3 responden yang mengalami peningkatan interaksi
sosial (15%).
Perbedaan perubahan kemampuan interaksi sosial ini
terjadi karena pengaruh
kemampuan adaptasi dan
kemampuan interaksi sosial serta metode yang menarik dan efektif sehingga dapat meningkatkan keinginan klien untuk berinteraksi dengan teman-teman sesama.
Seperti yang di jelaskan oleh Stuart and Sundeen (1995 dalam buku Purwaningsih 2010), menambahkan bahwa terapi aktivitas kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada klien yang mengidam gangguan jiwa pada waktu yang lama.
h. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II dengan Psikodrama Terhadap Peningkatan Interaksi Sosial.
Berdasarkan Uji statistik yaitu Paired Samples Test pada kelompok eksperimen dengan membandingankan hasil pre dan post test kemampuan interaksi sosial klien di dapatkan hasil p 0,000 yang artinya p<0,05 sehingga H0 di tolak yang artinya ada perbedaan kemampuan interaksi sosial antara sebelum dan sesudah di berikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi II dengan psikodrama.
54 di tolak yang artinya ada perbedaan
kemampuan interaksi sosial antara sebelum dan sesudah di berikan terapi aktivitas kelompok.
Dari hasil analisa pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi II dengan psikodrama terhadap peningkatan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial dengan uji statistik Independent Sampel Test untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai kemampuan sosialisasi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di dapatkan p 0,003
Ketentuan yang berlaku yaitu apabila p<α maka H0 di tolak.
Dari hasil analisis yang di dapatkan nilai p-value rata-rata kemampuan interaksi sosial kelompok eksperimen sebesar 0,003 Yang artinya terjadi peningkatan yang signifikan. Maka H0 di tolak yang artinya ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi II dengan psikodrama terhadap peningkatan interaksi sosial pada pasien isolasi sosial di RSJ Provinsi Bali.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang di lakukan di dapatkan hasil yaitu Ada Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi II (sesi berkenalan dengan terapi psikodrama) Terhadap Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial.
SARAN
1. Bagi Keluarga
Untuk para keluarga atau orang tua yang mengalami isolasi sosial, kemampuan interaksi sosial yang baik sangat di perlukan agar setiap orang dapat beradaptasi dan
menikmati masa-masa
pergaulannya. Oleh sebab itu
usahakan tiap orang agar dapat bergaul dan bersosialisasi semaksimal mungkin dengan teman dan lingkungan sekitar.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk ilmu pengetahuan sebaiknya lebih di kembangkan lagi tentang terapi-terapi yang akan di berikan untuk pasien isolasi sosial guna mengembangkan kemampuan interaksi sosial baik di kluarga maupun di lingkungan masyarakat. 3. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Untuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali mungkin bisa
menambaham metode TAKS
dengan psikodrama dalam jadwal terapi yang akan berikan kepada pasien dan sesuai sasaran.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Terapi Aktivitas
Kelompok sosialisasi merupakan terapi yang tepat untuk meningkatkan interaksi sosial seseorang, maka perlu di terapkan bagi gangguan jiwa atau gangguan mental lainya.
5. Bagi Peneliti Lainya
a. Di harapkan peneliti selanjutnya agar di teliti lebih dalam lagi tentang cara-cara ataupun terapi
yang dapat menunjang
kemampuan interaksi sosial sehingga nantinya hasil dari penelitian dapat di aplikasikan guna memberikan ketrampilan berkomunikasi dan bergaul yang baik bagi pasien isolasi sosial. b. Di harapkan peneliti selanjutnya
agar teliti lebih dalam tentang faktor-faktor yang dapat menunjang ataupun menghambat
kemampuan interaksi
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti dan Iskandar.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat,B. A dan Akemat.2011. Keperawatan
Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta:Buku kedokteran EGC.
Hidayat, A. A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika.
Nursalam.2011. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Purwaningsih, W dan Ina Karlina.2010.
Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia pres. Riyanto, A. 2011. Pengolahan dan Analisa
Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Sugiono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. dan Ari S. 2013. Buku Ajar Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.