• Tidak ada hasil yang ditemukan

dokumen perencanaan skpd Bab (14)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "dokumen perencanaan skpd Bab (14)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

REHAB BERAT BANGUNAN

RUJAB KETUA DPRD JL. MELATI BUNTOK

BAB I

SYARAT – SYARAT TEKNIS UMUM 1.1 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah pelaksanaan pekerjaan Rehab Berat Rumah Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Barito Selatan, tahun anggaran 2017 termasuk di dalamnya :

a. Pekerjaan Pendahuluan b. Pekerjaan Rumah Jabatan

c. Pekerjaan Rehab Garasi, WC Baru dan Pagar d. Pekerjaan Pos Jaga

e. Rehab Taman, Halaman Dan Kanopi

1.2 KEHARUSAN MEMBACA & MEMPELAJARI DOKUMEN

Calon Penawar harus membaca dan mempelajari dengan seksama seluruh petunjuk yang tertulis dan seluruh Dokumen Pelelangan. Gugatan tidak akan dipertimbangkan jika alasannya tidak membaca atau tidak memahami petunjuk-petunjuk ini atau kekeliruan dalam menafsirkannya.

1.3 PENYERAHAN LAPANGAN / AREA / TEMPAT PEKERJAAN

Lapangan / area / tempat pekerjaan akan diserahkan melalui surat atau berita acara kepada Pelaksana Pekerjaan segera sesudah dikeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK), dalam keadaan seperti waktu pemberian penjelasan pekerjaan. Pelaksana Pekerjaan dianggap sudah memahami benar-benar mengenai letak, batas-batas maupun kondisi bangunan / tempat pekerjaan pada waktu itu.

1.4 PENYERAHAN RENCANA KERJA/ TIME SCHEDULE

a. Sebelum mulai dengan pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan suatu rencana kerja dan time schedule (dalam bentuk bartchart lengkap dengan kurva S atau network planning) kepada Konsultan Pengawas, selambat-lambatnya dua (2) minggu setelah Surat Perintah Kerja.

b. Semua rencana kerja harus sudah sesuai dengan atau memperhitungkan metode penanganan bangunan konservasi. Setelah rencana kerja disetujui, dua (2) salinan dicetak dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas, satu (1) salinan ditempelkan di bangsal pekerjaan di tempat pekerjaan.

c. Berdasarkan rencana kerja tersebut Konsultan Pengawas akan mengadakan penilaian secara periodik terhadap prestasi kerja Pelaksana Pekerjaan.

1.5 PENYERAHAN SKEMA ORGANISASI PROYEK

a. Bersamaan waktunya dengan penyerahan rencana kerja, Pelaksana Pekerjaan wajib pula menyerahkan suatu bentuk skema organisasi pusat dan lapangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek ini, untuk diperiksa dan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

(2)

1.6 PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA PELAKSANA PEKERJAAN

a. Pelaksana Pekerjaan wajib menetapkan seorang petugas yang akan bertindak sebagai wakil atau kuasanya untuk mengatur dan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan (untuk selanjutnya disebut pelaksana) yang ahli dan atas persetujuan Konsultan Pengawas.

b. Pemberian Kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagian ataupun keseluruhannya.

1.7 TENAGA AHLI

a. Pelaksana Pekerjaan wajib menyertakan tenaga ahli untuk mendampingi pelaksanaan pekerjaan di dalam pelaksanaan, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada syarat-syarat teknis.

b. Tenaga ahli tersebut di dalam kegiatan proyek harus hadir secara rutin dan disesuaikan dengan tahapan pelaksanaan.

c. Biaya yang diperlukan untuk pengadaan tenaga ahli dalam kerja sama penanganan proyek tersebut, merupakan biaya profesional sum yang harus dimasukkan dalam penawaran yang akan diperhitungkan kemudian, setelah diteliti / diperiksa / diketahui oleh Konsultan Pengawas dan pemberi Tugas.

1.8 PEMBERHENTIAN PELAKSANAAN / PETUGAS

a. Bila di kemudian hari ternyata pelaksana dan petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pelaksana Pekerjaan, oleh Konsultan Pengawas dianggap kurang atau tidak mampu menunjukkan kecakapannya maka Konsultan Pengawas dengan persetujuan Pihak Direksi berhak memerintahkan Pelaksana Pekerjaan untuk mengganti Pelaksana / Petugas tersebut.

b. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah surat perintah Konsultan Pengawas tersebut keluar, Pelaksana Pekerjaan harus harus sudah menunjuk seorang Pelaksana / Petugas yang baru.

1.9 PEMELIHARAAN JALAN MASUK

Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara jalan-jalan masuk, saluran – saluran di

sekitar gedung dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaannya proyek ini dan menyingkirkan/membersihkan kembali pada waktu penyelesaian atau jika diperintahkan, juga memperbaiki segala kerusakan yang ditimbulkannya.

1.10 PENYEDIAAN PERALATAN KERJA

a. Pelaksana Pekerjaan wajib menyediakan segala peralatan baik yang umum maupun yang khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan sempurna, termasuk membongkar / merapikan / membawa keluar semua peralatan tersebut setelah tidak diperlukan lagi.

b. Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan bentuk, ukuran, kapasitas dan sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini.

c. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam keadaan baik dan selalu siap untuk digunakan. Peralatan yang tidak bisa berfungsi dengan baik harus segera diperbaiki atau kalau tidak mungkin harus segera diganti dengan yang masih berfungsi dengan baik.

d. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran selama proyek berlangsung. Tabung-tabung gas atau zat kimia untuk pemadam api, masing-masing berkapasitas 6 lbs dan / atau sesuai yang ditetapkan oleh ketentuan atau peraturan daerah setempat.

(3)

1.11 PENYEDIAAN BAHAN

a. Material / bahan yang digunakan dalam pekerjaan perbaikan harus sama dengan material eksisting yang dilengkapi dengan hasil pemeriksaan dari lembaga penelitian bahan.

b. Tidak ada perubahan material / bahan tanpa alasan apapun kecuali setelah dipelajari dan diputuskan bersama oleh Direksi Teknis, Konsultan Pengawas dan Perencana. Segala biaya dalam perubahan material / bahan akan dimasukkan dalam item tambah kurang.

c. Pelaksana Pekerjaan wajib menyediakan bahan bangunan yang diperlukan sesuai syarat-syarat yang ditentukan AV dan PUBB. Untuk beton bertulang sesuai sesuai syarat-syarat dalam SNI-03-2847-03

d. Konsultan Pengawas berwenang meminta keterangan mengenai asal-usul bahan dan Pelaksana Pekerjaan wajib untuk menjelaskannya.

e. Bahan-bahan yang digunakan, sebelumnya harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu pada Konsultan Pengawas dan Perencana, untuk itu Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan contoh-contoh bahan yang diusulkan disertai dengan brosur-brosur asli, spesifikasi teknis / sertifikat-sertifikat (certificate of product) yang diperlukan.

f. Apabila diperlukan atas perintah Konsultan Pengawas dan atau dengan

Perencana maka dalam pengadaan material / bahan perlu dilakukan peninjauan pabrik / workshop terlebih dahulu untuk mengetahui secara pasti apakah bahan / material yang akan digunakan telah sesuai dengan spesifikasi teknis.

g. Biaya kunjungan ini menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

h. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke tempat pekerjaan tapi ditolak pemakaiannya oleh Konsultan Pengawas, harus segera disingkirkan dari tempat kerja selambat-lambatnya 24 jam sesudah penolakan tersebut.

i. Bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan dan menggunakan bahan yang

ditolak, harus segera dihentikan dan dibongkar.

j. Pelaksana Pekerjaan wajib mengirimkan contoh bahan mock up kepada

laboratorium penelitian bahan sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan teknis pekerjaan.

k. Apabila Konsultan Pengawas masih sangsi dan merasa perlu meneliti barang yang diusulkan tersebut maka Pelaksana Pekerjaan wajib melaksanakan penelitian bahan ulang di laboratorium yang ditentukan dan seluruh biaya yang terjadi menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan dan sudah diperhitungkan dalam penawaran.

l. Pengajuan usulan bahan / material selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

setelah SPK atau sesuai schedule pelaksanaan proyek yang ditetapkan. Resiko akibat tidak adanya / didapatnya material di pasaran setelah jangka waktu tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

1.12 TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN

a. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan pada jenis pekerjaan lain tidak dapat dikerjakan, diperiksa atau tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka Pelaksana Pekerjaan wajib meminta secara tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan tertutup itu. Setelah pekerjaan yang akan tertutup tersebut dinyatakan baik melalui surat pernyataan, baru Pelaksana Pekerjaan diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya.

(4)

c. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh Pelaksana Pekerjaan, maka Konsultan Pengawas berhak memerintahkan bongkar bagian-bagian yang sudah dikerjakan baik sebagian ataupun seluruhnya untuk

keperluan pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran dan

pemasangan kembali akan dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan.

1.13 TATA CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan hendaknya dilaksanakan pada jam-jam kerja yaitu jam 08.00 – 16.00

WIB kecuali apabila ada jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan di luar jam kerja, pada hari libur resmi, maka Pelaksana Pekerjaan terlebih dahulu harus mengajukan permohonan tertulis 12 jam sebelumnya dan segala biaya untuk itu seperti honor lembur Konsultan Pengawas dan Perencana menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan, sesuai peraturan yang berlaku.

Apabila pada saat pelaksanaan terjadi keterlambatan pekerjaan sehingga melebihi batas waktu yang telah ditentukan, maka segala biaya yang dikeluarkan Konsultan Pengawas selama masa keterlambatan itu seperti penggajian tenaga lapangan, tenaga ahli dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan.

1.14 TATA CARA PEMERIKSAAN

a. Konsultan Pengawas akan mengadakan pemeriksaan ketat terhadap kualitas bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini. Untuk itu Pelaksana Pekerjaan diharapkan benar-benar memperhatikan ketentuan yang dijelaskan dalam RKS.

b. Konsultan Pengawas mengadakan pengawasan ketat terhadap jenis pekerjaan yang akan, sedang maupun yang dilaksanakan, untuk ini pelaksanaan pekerjaan pekerjaan diharapkan agar benar-benar memperhatikan ketentuan yang dijelaskan dalam RKS.

c. Pelaksana Pekerjaan wajib membantu sepenuhnya agar seluruh proses pemeriksaan tersebut di atas berjalan lancar.

d. Segala peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan tersebut harus disediakan Pelaksana Pekerjaan.

1.15 GARANSI DAN JAMINAN

Untuk peralatan, instalasi, material yang memerlukan garansi dan jaminan, maka Pelaksana Pekerjaan wajib menanggung garansi dan jaminan tersebut. Segala biaya yang diperlukan sudah termasuk dalam penawaran. Pekerjaan yang perlu garansi dan jaminan adalah pengecatan, instalasi listrik, instalasi plumbing, instalasi pembuangan air hujan, waterproofing lantai dak apabila ada kebocoran, pemasangan keramik, pekerjaan atap.

1.16 TATA CARA PENILAIAN PRESTASI KERJA

a. Pekerjaan-pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah diterima oleh Konsultan Pengawas dapat dihitung prestasi dengan nilai 100 %.

Nilai Bobot pekerjaan = Item Pekerjaan di lapanganBobot Penuh Pekerjaan × %

b. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke lokasi proyek tetapi belum terpasang, tidak dapat dinilai prestasinya kecuali apabila ada pertimbangan-pertimbangan khusus dari Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas yang disepakati pada awal pekerjaan secara tertulis untuk jenis pekerjaan yang ditetapkan.

1.17 TATA CARA PERBAIKAN PEKERJAAN

a. Pelaksana Pekerjaan wajib memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang dinyatakan kurang/tidak baik oleh Konsultan Pengawas dalam waktu yang telah ditentukan.

(5)

c. Pelaksana Pekerjaan tidak diperkenankan minta perpanjangan waktu akibat perbaikan-perbaikan ini.

1.18 KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR

Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ketiga (sub kontraktor) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak dan peraturan yang berlaku, maka untuk ini Pelaksana Pekerjaan wajib mengatur koordinasi kerja dengan pihak-pihak ketiga tersebut. Tanggung jawab dan kualitas pekerjaan yang telah diserahkan pada pihak ketiga ini tetap berada di tangan Pelaksana Pekerjaan. Besarnya nilai pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ketiga (sub kontraktor) adalah maksimal tidak lebih dari 30% pekerjaan.

1.19 PEMASANGAN IKLAN

Pemasangan segala bentuk iklan dalam lokasi pekerjaan atau di tempat yang berdekatan harus mendapat ijin tertulis dari Pemberi Tugas.

1.20 PENCEGAHAN PELANGGARAN WILAYAH & ORANG YANG TIDAK BERKEPENTINGAN

a. Pelaksana Pekerjaan wajib mencegah petugas-petugas dan pekerja-pekerjanya memasuki wilayah di luar area / lokasi pekerjaan tanpa ijin dari Konsultan Pengawas. Apabila hal ini terjadi maka Pelaksana Pekerjaan wajib mencatat dan melaporkan kepada Konsultan Pengawas nama dan alamat sesuai KTP serta jawaban Petugas / Pekerja yang bersangkutan.

b. Pelaksana Pekerjaan wajib melarang siapapun yang tidak berkepentingan untuk memasuki tempat pekerjaannya tanpa ijin Konsultan Pengawas, dan dengan tegas memberitahukan ketentuan ini kepada petugas-petugas dan pekerja-pekerjanya.

c. Tanggung jawab terhadap pelanggaran ketentuan tersebut di atas berada di tangan Pelaksana Pekerjaan.

d. Segala biaya yang berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan dan segala resiko yang terjadi sudah termasuk di dalam penawaran.

1.21 PERLINDUNGAN TERHADAP MILIK UMUM DAN LINGKUNGAN YANG ADA

a. Pelaksana Pekerjaan wajib menjaga jalan-jalan umum. Saluran-saluran (air bersih, air kotor), pipa-pipa (GAS, PDAM), kabel-kabel (PLN, Telkom) dan

sebagainya terhadap gangguan-gangguan yang diakibatkan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

b. Pelaksana Pekerjaan wajib membongkar, memindahkan dan memperbaiki kembali saluran-saluran, pipa-pipa, kabel dan sebagainya yang mungkin akan terkena atau mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan.

c. Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara kelancaran lalu lintas dan kondisi lingkungan selama pekerjaan berlangsung.

d. Pelaksana Pekerjaan wajib memelihara / menjaga bagian bangunan yang tidak dikerjakan maupun bangunan yang ada di sekitarnya terhadap adanya gangguan yang diakibatkan pelaksanaan pekerjaan (termasuk menyediakan pengaman antara lain jaring pengaman, pelindung lantai dan dinding, perlindungan furniture / armature / accessories bangunan).

e. Segala biaya yang berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan dan segala resiko yang terjadi sudah termasuk dalam penawaran.

1.22 PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN

(6)

1.23 PENCEGAHAN GANGGUAN TERHADAP TETANGGA

Segala jenis pekerjaan yang mungkin akan menimbulkan gangguan terhadap penghuni yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan pada jam-jam yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan peraturan daerah yang berlaku. Untuk hal tersebut, tidak ada pertimbangan perpanjangan waktu maupun penambahan biaya.

1.24 PEMELIHARAAN KEBERSIHAN DAN KERAPIAN

a. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan wajib untuk selalu menjaga dan memelihara kebersihan dan kerapian lokasi pekerjaan. Untuk itu, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk menempatkan petugas-petugas khusus dan sarana untuk memelihara kebersihan dan kerapian termasuk di dalamnya sarana toilet (air bersih dan WC) di setiap lantai bangunan dan kantin pekerja, yang dikelola oleh Pelaksana Pekerjaan.

b. Kebersihan lapangan / pembuangan sampah dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan setiap hari (setiap pagi harus bersih) sejak mulainya pekerjaan sampai dengan serah terima pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan menanggung biaya pemeliharaan kebersihan.

c. Pelaksana Pekerjaan wajib menjaga kebersihan umum sekitar proyek dengan menyediakan tempat pembersihan ban/roda kendaraan, serta tenaga kebersihan. Pelaksana Pekerjaan akan dikenakan denda kelalaian bila mengotori jalan umum tersebut.

1.25 KETIDAKSESUAIAN ANTARA GAMBAR DAN RKS

a. Gambar dengan angka adalah yang harus diikuti lebih dari pada ukuran skala dalam gambar.

b. Ukuran-ukuran yang ada dalam gambar harus diperiksa kembali terhadap keadaan / kondisi di lapangan.

c. Bila ada keragu-raguan mengenai ukuran maka Pelaksana Pekerjaan wajib memberitahukan dan meminta penjelasan Konsultan Pengawas.

d. Bila ada ketidaksesuaian antara gambar kerja dan RKS maka hal ini harus segera dilaporkan pada Konsultan Pengawas untuk dicarikan pemecahannya. e. Jika Pelaksana Pekerjaan menemukan kekeliruan dalam gambar-gambar dan

RKS maka Pelaksana Pekerjaan wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas pekerjaan untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian.

1.26 TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN

a. Dalam masa pemeliharaan, Pelaksana Pekerjaan tetap bertanggung jawab untuk memelihara pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut ada pekerjaan-pekerjaan yang rusak tidak berfungsi dengan baik, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas maka Pelaksana Pekerjaan wajib memperbaiki pekerjaan tersebut secepatnya.

b. Apabila dalam masa pemeliharaan ini Pelaksana Pekerjaan tidak melaksanakan perbaikan-perbaikan seperti yang diminta Konsultan Pengawas maka prestasi pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan yang belum diperbaiki tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat dilaksanakan.

1.27 PENYEDIAAN DOKUMEN PELAKSANAAN DI LAPANGAN

a. Pelaksana Pekerjaan wajib menyediakan 2 (dua) set seluruh dokumen pelaksanaan seperti yang disebut dalam pasal buku RKS ini, untuk masing-masing diletakkan di kantor Pelaksana Pekerjaan dan di kantor Konsultan Pengawas di lapangan.

b. Seluruh dokumen tersebut di atas harus dalam keadaan jelas, mudah dibaca dan sudah mencantumkan perubahan-perubahan terakhir.

(7)

1.28 PEMBUATAN GAMBAR PELAKSANAAN / GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING) DAN MOCK UP

a. Pelaksana Pekerjaan sebelum melaksanakan setiap pekerjaan wajib membuat gambar kerja (shop drawing) lengkap dengan ukuran sesuai penelitian dan kondisi di lapangan.

b. Gambar kerja (shop drawing) harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) untuk diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana.

c. Shop drawing bukan (tidak boleh) merupakan penjiplakan dari gambar perencanaan (gambar lelang).

d. Pengadaan mock up terhadap pekerjaan tertentu yang diminta oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas harus dipersiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk keperluan proyek.

e. Biaya pengadaan shop drawing dan mock up sudah termasuk dalam penawaran.

1.29 PEMBUATAN GAMBAR TERPASANG (AS BUILT DRAWING)

a. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat gambar-gambar terpasang (as built drawing).

b. Gambar-gambar terpasang ini terlebih dulu harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

c. Gambar-gambar terpasang harus diserahkan sebanyak 5 (lima) set gambar print out ukuran A3 dan 1 (satu) compact disk (CD) dalam format autocad versi terbaru.

d. Serah terima pertama tidak akan dilaksanakan sebelum penyerahan gambar-gambar terpasang (as built drawing) tersebut diserahkan.

1.30 PEMBUATAN LAPORAN

a. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat laporan harian, mingguan dan bulanan beserta kurva S setiap minggu dan setiap bulan selama masa pelaksanaan pekerjaan.

b. Laporan harian dibuat berdasarkan catatan lapangan meliputi :

 Hari dan tanggal kerja

Jumlah pekerja

Jenis pekerjaan

Jenis barang masuk

Jenis barang ditolak

Catatan dari Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, Direksi

c. Laporan Mingguan merupakan hasil evaluasi selama seminggu pekerjaan. Setiap minggu dilampirkan kurva S agar dapat terlihat deviasi (kemajuan bobot pekerjaan).

d. Laporan mingguan harus ditandatangani pihak Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Direksi.

1.31 PERBEDAAN INTERPRETASI

Apabila terjadi kesalahan atau perbedaan interpretasi atau adanya klausul yang berlainan ataupun bertentangan antara spesifikasi teknis, gambar perencanaan maupun informasi-informasi resmi lainnya di dalam dokumen dan proses lelang ini, maka yang akan menjadi pegangan adalah klausul yang mempunyai nilai teknis terbaik dan mengikat serta mempunyai nilai biaya yang paling tinggi. Butir ini berlaku pula terhadap (atau apabila terjadi) adanya butir yang mengecilkan nilai teknis butir dimaksud atau menghilangkan butir yang lain.

1.32 KONFLIK PELAKSANAAN

(8)

Konsultan Pengawas. Konsekuensi biaya terhadap hal ini adalah menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.

Untuk hal inilah maka sebelum penjelasan tender, semua gambar, spesifikasi teknis dengan segala kaitan serta konsekuensinya harus dipelajari dengan diteliti dan dinyatakan pada waktu penjelasan lelang / aanwijzing.

1.33 INFORMASI YANG DISEBUTKAN KEMBALI

Apabila ada informasi, hal-hal yang disebutkan kembali pada bagian / bab/ gambar yang lain, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan atau mengecilkan satu terhadap yang lain tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya. ( Lihat juga butir : 1.36 Perbedaan Interpretasi).

1.34 MATERIAL YANG DIPASANG

a. Material / bahan yang digunakan dalam pekerjaan perbaikan harus sama dengan material eksisting yang dilengkapi dengan hasil pemeriksaan dari lembaga penelitian bahan.

b. Semua material yang dipasang haruslah baru (brand new) dan dalam keadaan baik layak untuk dipasang serta dilengkapi dengan brosur maupun sertifikat pabrik pembuatannya (certificate of product).

c. Pengadaan material-material import yang digunakan harus melalui keagenan resmi yang ditunjuk oleh pabrik. Pengecualian terhadap ayat ini adalah apabila ada disebutkan secara khusus.

1.35 PENGIRIMAN MATERIAL

Material yang dikirim ke lokasi proyek haruslah ditangani dengan baik dan hati-hati, sesuai prosedur yang disyaratkan dan telah disetujui Pemberi Tugas / Perencana / Konsultan Pengawas.

1.36 PENYEBUTAN YANG KURANG LENGKAP PADA SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

Di dalam penyebutan / penjelasan ataupun penggambaran pada spesifikasi teknis maupun pada gambar mungkin saja terjadi kekurangsempurnaan di dalam penyajiannya, apabila hal ini terjadi maka tidak berarti bahwa Pelaksana Pekerjaan

di dalam penawaran dan pemasangannya diperbolehkan untuk “kurang

sempurna”.

1.37 SUPPLIER

a. Apabila karena sesuatu dan lain hal pada brosur pelelangan yang dilakukan, sedemikian rupa sehingga ada jenis / paket pekerjaan yang harus dikerjakan /disuplai oleh pihak III atau pihak lain, maka semua ketentuan persyaratan lelang ini berlaku pula bagi pihak III atau pihak lain lagi.

b. Pihak III atau pihak lain yang dimaksud disini dapat diartikan antara lain : sub-kontraktor, supplier khusus, dengan semua tanggung jawab kontraktual tetap berada pada Pelaksana Pekerjaan pemenang lelang ini, dengan ijin Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.

1.38 MATERIAL PRODUKSI DALAM NEGERI

a. Material / produk lokal dapat digunakan sejauh material / produk lokal ini memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan.

b. Seluruh material / produk lokal harus dilengkapi brosur, standard hasil pengujian lainnya serta data teknis material yang sesuai SNI dan peraturan lain yang berlaku saat ini.

1.39 DAFTAR MATERIAL

(9)

1.40 SYARAT PENYERAHAN PEKERJAAN

a. Pada saat atau sebelum hari penyelesaian pekerjaan yang telah ditentukan, Pelaksana Pekerjaan wajib menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi teknis.

b. Serah terima pekerjaan dilakukan dengan berita acara penyerahan, disertai lampiran gambar-gambar, instruksi-instruksi, surat garansi dan lain-lain sebagaimana disyaratkan.

c. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :

 Pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan spesifikasi dan

gambar, dilaporkan dengan berita acara pemeriksaan.

 Telah memenuhi syarat penyerahan gambar pelaksanaan akhir.

 Telah memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam kontrak.

1.41 TATA CARA HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PAKET PEKERJAAN STRUKTUR ARSITEKTUR, dan M/E

Pelaksana Pekerjaan harus mempertimbangkan / memperhatikan pekerjaan yang berhubungan dengan paket-paket pekerjaan struktur, arsitektur, dan M/E untuk hal-hal sebagai berikut :

a. Pembongkaran bangunan-bangunan atau elemen tambahan yang menempel pada bagian luar dan dalam bangunan cagar budaya, serta perapian hasil bongkaran tersebut.

b. Pembongkaran dan perapian kembali jalur-jalur instalasi M/E lama pada lantai, dinding dan plafond.

c. Pembobokan dan perapian kembali dinding, plafond, dan lantai untuk keperluan jalur instalasi M/E (antara lain daya, penerangan dan AC).

d. Pemakaian material finishing dan accessories baru seperti handle, engsel pintu, dan lain-lain harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Perencana dan Konsultan Pengawas.

e. Pelaksana pekerjaan wajib mempelajari gambar struktur, arsitektur, M/E yang ada dalam dokumen lelang dan sudah memperhitungkan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan secara sempurna.

1.42 TENAGA–TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMELIHARAAN GEDUNG DARI PEMBERI TUGAS

a. Pelaksana Pekerjaan wajib mengajarkan / melatih petugas pemeliharaan (maintenance) dari pihak Pemberi Tugas, hingga pemakai dapat memelihara gedung dengan tata cara dan bahan yang baik dan tepat.

b. Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan buku manual “building maintenance” dalam bahasa Indonesia yang jelas sebanyak 4 (empat) set untuk Pemberi Tugas yang berisikan petunjuk praktis perawatan gedung dengan tata cara dan bahan yang baik dan tepat dan menjelaskan penggunaan buku tersebut pada Pemberi Tugas.

c. Biaya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan dan sudah termasuk di dalam biaya penawaran borongan.

1.43 DOKUMENTASI, INFORMASI MANUAL DAN LAIN-LAIN

a. Selain buku “building maintenance” yang telah disebut di atas, Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan buku laporan dalam bahasa Indonesia yang jelas sebanyak 3 (tiga) set dalam format A4 serta 1 (satu) buah CD Room berisi buku laporan tersebut, perihal seluruh pekerjaan pembongkaran dan perapian kembali, serta pemasangan/penggantian elemen yang lama/rusak dengan yang baru yang berisi tentang :

 Lokasi (yang disesuaikan dengan koordinat pada gambar bestek).

 Kondisi sebelum pembongkaran dan kerusakan yang ada.

 Kondisi setelah perapian kembali dan pemasangan elemen baru.

(10)

 Cara perapian kembali / pemasangan elemen baru terkait dengan material yang digunakan.

 Setiap aktifitas dan perubahan yang terjadi pada gedung yang menyangkur

pekerjaan konservasi.

b. Seluruh data laporan tersebut dibuat dalam bentuk :

 Gambar bestek dengan sistem koordinat untuk lokasi.

 Gambar bestek untuk perubahan-perubahan elemen bangunan berikut

dengan detail.

 Foto-foto (dapat berupa foto asli atau digital) yang memperlihatkan bagian

yang dikerjakan sebelum, selama proses (berupa sequence/langkah-langkah), dan sesudah perbaikan.

 Penjelasan tertulis tentang teknis pelaksanaan proses pekerjaan.

1.44 UJI COBA MATERIAL DAN TEKNOLOGI BARU

a. Proses pengadaan material, pemasangan dan supervisi, khusus untuk material dan teknologi baru harus dilaksanakan uji coba terlebih dahulu oleh pihak Pelaksana Pekerjaan.

b. Prosedur pengujian terhadap fisik peralatan, elektris, operasional, proses, sertifikasi dan hasil penyiapan laporan tes harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan dengan sepengetahuan dan seijin Pemberi Tugas, serta rekomendasi Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana.

c. “Acceptance” oleh pihak pemberi tugas akan dilakukan setelah uji coba secara khusus dengan menyertakan pihak Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, dan Konsultan Pengawas, dan menyampaikan hasil / laporan dan sertifikasi dari hasil tes yang telah dilaksanakan.

d. Uji coba atau tes ini dilaksanakan sebelum suatu jenis pekerjaan uang diuji coba di lapangan.

e. Biaya dan peralatan untuk keperluan uji coba dan tes serta kebutuhan lainnya adalah menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.

f. Uji coba dilaksanakan pada bahan cairan pembersih, bahan coating, bahan

lapisan lantai, bahan dempul kayu, bahan lapisan dinding dan bahan pemolesan / perlindungan lantai marmer.

g. Lokasi uji coba akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas. Uji coba pembersihan berukuran 200 cm x 200 cm.

1.45 PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

Sebagai peraturan umum berlaku Algemene Voorwaarden de Uitvoering Bij aaneming Van Openbare Werken in Indonesia disingkat AV 41 yang disahkan dengan keputusan pemerintah tanggal 28 Mei 1941No. 9 lembar negara No. 14571.

Peraturan-peraturan setempat dan segala dan segala penetapan Pemerintah lainnya yang bersangkutan dalam pelaksanaan harus dipenuhi oleh Pelaksana / Kontraktor antara lain :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971 NI.2

b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847-03).

c. Pedoman Beton Indonesia 1989.

d. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (SNI-03-1726-02).

e. Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang Untuk Gedung 1983.

f. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia PUBI-1982 / NI.3.

g. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 869.81 : 624.04).

h. Peraturan Konstruksi Kayu Struktur untuk Gedung (SNI T-02-2003).

i. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (SNI-03-1729-02).

(11)

k. Peraturan Umum Untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan NI.3. 1956.

l. Peraturan Untuk Instalasi Listrik PUIL – 2002.

m. Peraturan Plumbing Indonesia.

(12)

BAB II

PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1 PENGUKURAN KEMBALI TAPAK DAN BANGUNAN EKSISTING

a. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan mengadakan pengukuran untuk seluruh tapak dan bangunan atau yang menjadi bagian pekerjaan ini dan membuat penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan lengkap keterangan-keterangan mengenal peil ketinggian tanah, kelurusan dinding balok, lisplang, beton, tangga, letak batas-batas tanah yang ditunjukkan oleh Pengawas Teknis. Dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.

b. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas Teknis untuk dimintakan keputusannya dan kesesuaiannya.

c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass / theodolite dan disaksikan oleh pihak konsultan. Semua hasil ukuran, tinggi, panjang dan lebar serta jarak diberi tanda dengan bahan yang tidak mudah hilang.

d. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan alat ukur waterpass/theodolite serta petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas Teknis.

2.2 DOKUMENTASI

a. Untuk keperluan dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat foto yang menunjukan proses dan kemajuan pekerjaan.

 Keadaan lapangan sebelum pekerjaan dimulai.

 Keadaan lapangan pada saat pekerjaan persiapan

 Keadaan lapangan pada saat setiap tahapan pekerjaan

 Keadaan lapangan tiap-tiap minggu / bulan.

 Keadaan lainnya menurut kebutuhan Perencana.

b. Foto secara keseluruhan dapat diambil dari suatu tempat, titik ketinggian yang tetap.

c. Seluruh biaya pembuatan foto dokumentasi berikut albumnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan dan dilakukan sampai penyerahan pertama.

2.3 SISTEMATIKA URUTAN PEKERJAAN

a. Pekerjaan meliputi :

 Pekerjaan Persiapan

 Pekerjaan struktur

 Pekerjaan eksterior (atap, plafond, dinding, lantai)

 Arsitektur (Plafond, dinding dan kusen, pintu / jendela, lantai)

 M & E (penerangan, plumbing dan sanitasi)

b. Langkah-langkah pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :

 Sebelum pelaksanaan dimulai Pelaksana Pekerjaan diharuskan meneliti

setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, mencocokkannya dengan keadaan di lapangan.

 Sebelum pelaksanaan setiap pekerjaan harus dilengkapi dengan gambar

shop drawing sesuai dengan ukuran dan penelitian di lapangan dan telah disetujui oleh Pengawas Teknis dan Perencana apabila ada perubahan yang mendasar.

 Persiapan pelindung dan peralatan pelindung.

 Pembersihan dengan penjelasan sesuai dengan bagian pekerjaan

pembersihan dan yang tertera pada dokumen pelelangan gambar penjelasan.

 Perbaikan dan perawatan meliputi perbaikan dan perawatan meliputi :

(13)

diterangkan kemudian dan yang tercantum pada Dokumen Pelelangan Gambar Penjelasan .

 Perapian, setelah semua pekerjaan di atas selesai dikerjakan, setiap

peralatan, sampah, dan kotoran hasil kerja harus dibersihkan kembali, sesuai yang tertera pada Dokumen Pelelangan Gambar Penjelasan.

2.4 PEKERJAAN STEIGER, PERANCAH

a. Pada seluruh keliling dinding luar bangunan dan atau sesuai petunjuk Pengawas Teknis harus dipasang steiger, perancah berupa scaffolding besi atau kayu bulat dengan ketinggian sampai dinding tertinggi sesuai gambar. b. Steiger tersebut harus dilengkapi dengan :

 Tangga sementara sampai ke atap / plat dak / talang.

 Alas / jalan di setiap ketinggian 200 cm dari bahan papan kayu keras tebal 2 cm, direkatkan sampai benar-benar kuat pada scaffolding, alas / jalan tersebut diadakan / dipasang sepanjang jalur steiger.

c. Steiger, perancah tersebut baru dapat dibongkar bila seluruh pekerjaan telah selesai dan atas persetujuan Pemberi Tugas / Pengawas Teknis.

2.5 PEKERJAAN PEMBERSIHAN

Yang dimaksud pekerjaan pembersihan adalah :

a. Membersihan sampah, kotoran, puing - puing bekas bongkaran yang berada di lokasi pekerjaan dan sekitarnya.

b. Membersihkan sampah, kotoran, tanaman hidup yang ada di seluruh bagian bangunan, bak penampung air hujan, teras, dinding dan di talang atap.

c. Membersihkan abu atau kotoran halus, pembersihan dilakukan memakai alat penyedot debu berupa (vaccum cleaner) atau sejenisnya.

d. Sampah / puing / bekas pembungkus dan sampah lainnya ditampung atau dimasukkan dalam kantong-kantong plastic atau karung-karung. Lalu diangkut ke tempat bak penampungan sampah, sehingga pada saat pengangkutan tidak berterbangan.

e. Pembersihan dilakukan terus menerus sehingga tidak ada lagi sampah, kotoran, dan debu.

f. Pembersihan dengan bahan kimia tentu harus diuji cobakan terlebih dahulu

sebelum dipergunakan.

2.6 KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA

Untuk keselamatan dan keamanan kerja dalam melakukan pekerjaan, khususnya dalam ruangan dan atap, maka :

a. Para pekerja tidak diijinkan merokok

b. Menyimpan benda - benda atau bahan - bahan yang mudah terbakar. c. Membuang air besar atau air kecil.

(14)

BAB III

URAIAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3.1 PEKERJAAN TANAH 3.1.1 Umum

Penelitian lahan dan lingkup pekerjaan tanah sesuai dengan syarat-syarat permulaan pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan harus mengunjungi site dan mengamati kondisi-kondisi yang ada serta bahan-bahan yang akan digunakan.

3.1.2 Pekerjaan Galian

Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan dan lengkungan berdasarkan kebutuhan konstruksi pekerjaan atau sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau jika perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai, atau juga kelebihan tanah-tanah yang digunakan untuk urugan dan sebagaimana yang diinstruksikan oleh Pengawas Teknis.

3.1.3 Bahan-bahan untuk Urugan dan Urugan Kembali

Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali harus dengan persetujuan Pengawas Teknis.

3.1.4 Pengurugan

Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.

3.1.5 Pemadatan dari urugan yang ada

Pelaksana Pekerjaan diharuskan melakukan pengujian tanah (diuraikan) dan kondisi dari tanah, bila bahan urugan yang ada terjadi penurunan. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk melakukan pengujian sampai kedalaman 1 meter dengan pemadatan yang dikehendaki dan bilamana tidak, bahan-bahan urugan yang ada harus dipadatkan sesuai dengan syarat-syarat tertulis ini (spesifikasi) dan urugan harus dilaksanakan sampai ke peil-peil yang dikehendaki.

3.2 PEKERJAAN PONDASI BATU PECAH 3.2.1 Lingkup Pekerjaan

Ini meliputi penyediaan bahan dan perekatnya, menyiapkan tempat yang akan dipasang batu pecah, serta pelaksanaan pekerjaan pasang batu pecah itu sendiri, sesuai gambar dan spesifikasi ini.

3.2.2 Bahan

Batu yang akan digunakan harus berkualitas terbaik dan merupakan bahan setempat, padat, bersih, tanpa retak-retak, ukuran dimensi batu belah sesuai keperluannya dan sesuai gambar.

3.2.3 Adukan

Semua pasangan batu pecah untuk pondasi dilaksanakan dengan adukan 1 pc : 4 pasir.

3.2.4 Pelaksanaan

Pasangan batu pecah harus diukur di lapangan dan dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada gambar-gambar.

3.2.5 Perlindungan

(15)

3.2.6 Variasi Kedalaman Pondasi

Denah dan kedalaman pasangan batu pecah harus yang diizinkan atau diperintahkan oleh Pengawas Teknis. Bila kondisi pada suatu bagian membutuhkan perubahan-perubahan kedalaman dan lebar pondasi, harus dengan izin tertulis oleh Pengawas Teknis.

3.3 PEKERJAAN BETON 3.3.1 Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua macam beton biasa, beton bertulang dengan penulangannya termasuk bekisting dan perancah. Finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan gambar dan persyaratan yang ditentukan.

3.3.2 Pengendalian Pekerjaan

Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti yang tertera di dalam :

NI – 2 PBI 1971 NI – 3 – 1970 NI – 5 – 1961 NI – 8 – 1974

STKM – JIS – G 3445

PB 1989

3.3.3 Persyaratan Bahan

Bahan menggunakan beton adukan di tempat dengan memakai molen, kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi ini.

3.3.3.1. Agregat Beton

a. Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet System Stone Crusher.

b. Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut

ASTM – C 33.

c. Ukuran agregat beton adalah berkisar antara 1 - 4 cm. Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga perempat ruang bebas minimum diantara batang-batang tulangan atau antara batang tulangan dan cetakan (acuan).

d. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. e. Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5% dan jika

dimintakan demikian oleh Direksi Teknik harus diadakan pengujian kandungan organik menggunakan standar SNI 03-2816.1-1992. Setiap agregat yang gagal pada test warna, harus ditolak.

f. Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material

tersebut tidak bercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.

g. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari campuran agregat kasar dan halus, berisi batu pecah yang bersih, keras dan awet atau kerikil sungai alam atau kerikil dan pasir dari sumber yang disaring, semua agregat alam harus dicuci.

3.3.3.2. Agregat Halus

a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal. b. Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alpecah &

substansi-substansi yang merusak beton.

c. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5%. d. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton konstruksi. Pasir harus diambil

(16)

batu pecah akan diijinkan, apabila menurut pendapat Direkti pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya / kandungan maksimum terhadap lempung dan lanau tidak boleh lebih dari 3% perbandingan berat.

e. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

f. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan

pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.

Tabel : Persyaratan Gradasi Agregat

UKURAN SARINGAN PROSENTASI LOLOS BERDASARKAN BERAT

STANDAR

a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement, harus sesuai dengan SK-SNI T-15 1991, Kontraktor yang menyediakan contoh semen apabila diminta oleh Direksi, keduanya yaitu contoh dari gudang Kontraktor di lapangan dan dari pabrik. Portland Cement yang disimpan dalam gudang harus memenuhi persyaratan teknis penyimpanan, bila PC telah mengeras, maka tidak boleh dipakai untuk campuran.

b. Pelaksana Pekerjaan harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.

c. Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya.

(17)

rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.

e. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.

f. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang

lembab agar semen tidak cepat mengeras.

3.3.3.4. Pembesian

a. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran masing-masing. Besi penulangan rata maupun besi-besi penulangan bergelombang (deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam SK SNI T-15 1991-03 yang dinyatakan dengan mutu fy 240 Mpa, sesuai dengan keterangan pada gambar perencanaan

b. Kontraktor harus menyediakan contoh tulangan dari gudang di lapangan, jika dibutuhkan oleh Direksi. Tulangan pada waktu pengecoran beton harus bersih dan bebas dari kerusakan, sisik gilingan yang lepas dan karat lepas. Batang-batang baja yang telah menjadi bengkok tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan lagi untuk dipakai tanpa persetujuan Direksi.

c. Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis

“Vikaoxy off” yang disetujui pengawas.

d. Pengawas Teknis berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.

e. Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 32 dan baja lunak

dengan mutu U 24 (tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2)

sesuai PBI 1971 & PBI 1989.

g. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi Teknis / Pengawas lapangan terlebih dahulu.

h. Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

Harus ada persetujuan Direksi Teknis/Pengawas Lapangan, jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab pemborong.

3.3.3.5. Kawat Pengikat

Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI – 2

Bab 3.7.

3.3.3.6. Air

a. Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan NI – 2 – Bab 3.6.

b. Air yang dipakai untuk membuat, merawat beton, dan membuat bahan adukan harus dari sumber yang disetujui oleh Direksi dan memenuhi standar SK SNI T-15 1991.

(18)

d. Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui Pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan. e. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan air atas biaya sendiri.

f.

3.3.3.7. Zat Tambahan (Additive)

Pada pekerjaan pemasangan pipa dan talang air hujan perlu zat aditif agar pipa dan beton benar-benar rapat. Merk zat aditif adalah POZZOLITH 300R atau yang setara. Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas Teknis. Additive yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipergunakan.

3.3.3.8. Bekisting

a. Bekisiting harus berbahan dasar kayu minimal kelas kuat III.

b. Dalam kondisi kering udara, tanpa cacat dan dapat menjamin kekokohan

structural selama selama proses pengecoran dan perawatan beton.

c. Bekisting untuk beton terbuat dari jenis kasau ukuran 5 x 7 cm diperkuat

dengan papan tebal 2 cm dan balok 5/10 yang mengikuti bentuk struktur, terkecuali dipersyaratkan lain oleh Direksi / Direksi Teknik.

d. Syarat-syarat bekisting yang harus dipenuhi :

 Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup tebal

dan terikat kuat.

 Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah secara mekanis

atau dengan bahan-bahan kimia.

 Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

 Permukaan bekisting harus rata dan licin serta diberi releasing agent

yang disetujui oleh Direksi / Direksi Teknik (bila ada).

 Ukuran jarak disesuaikan dengan rencana dalam gambar.

e. Tiang-tiang cetakan harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh dan

harus mudah distel dengan baik. Tiang perancah boleh mempunyai paling banyak satu sambungan yang tidak disokong ke arah samping.

f. Bamboo tidak boleh digunakan untuk tiang perancah, stabilitas perlu

dipikirkan terutama terhadap berat sendiri beton, serta beban-beban lain yang timbul selama pengecoran seperti getaran alat penggetar, berat pekerja dan lain-lain.

3.3.3.9. Adukan

a. Untuk semua pekerjaan konstruksi dan pekerjaan beton utama, perbandingan-perbandingan bahan untuk perencanaan campuran harus ditentukan menggunakan cara yang ditetapkan dalam SNI T-15-1991-03 dengan gradasi yang sesuai.

b. Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang diusulkan dengan membuat dan mengadakan pengujian campuran percobaan yang disaksikan oleh Direksi Teknik, menggunakan peralatan jenis yang sama seperti yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Campuran percobaan akan diperlakukan dapat diterima, asalkan hasil-hasil pengujian memuaskan dan memenuhi semua persyaratan perbandingan campuran.

c. Bilamana hasil-hasil pengujian 7 hari memberikan kekuatan di bawah yang ditentukan, Kontraktor tidak boleh mengecor setiap beton berikutnya, sampai masalah hasil-hasil kekuatan di bawah ketentuan tersebut diketahui dan Kontraktor telah mengambil langkah-langkah demikian yang akan meyakinkan bahwa produksi beton memenuhi persyaratan spesifikasi sehingga memuaskan Direksi Teknik.

(19)

Direksi Teknik akan memperhitungkan kemungkinan cacat-cacat karena kesalahan pengambilan contoh bahan, perbedaan-perbedaan dalam statistik, persiapan contoh uji yang buruk, dan dapat meminta pengujian-pengujian lebih lanjut untuk dilaksanakan sebelum mengambil putusan akhir.

3.3.3.10. Penyesuaian Campuran

a. Penyesuaian Kemudahan Dikerjakan

 Bilamana tidak memungkinkan mendapatkan beton campuran yang

dikehendaki dan kemudahan dikerjakan dengan perbandingan-perbandingan yang ditetapkan menurut aslinya, Direksi Teknik memerintahkan perubahan-perubahan dalam berat atau volume agregat sebagaimana yang diperlukan, asalkan kandungan semen yang ditunjukkan menurut calon aslinya tidak diganti, atau perbandingan air/semen, yang ditetapkan dengan pengujian kekuatan tekan untuk kekuatan yang memadai tidak dilampaui.

 Mengaduk kembali beton yang telah dicampur dengan menambah air

atau dengan cara lain tidak diperbolehkan. Campuran tambahan untuk meningkatkan kemudahan dikerjakan, dapat diijinkan tergantung kepada persetujuan Direksi Teknik.

b. Penyesuaian Kekuatan

 Bilamana beton tidak memenuhi kekuatan yang telah ditentukan atau

telah disetujui, kadar semen harus ditambah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

 Tidak ada perubahan sumber atau sifat bahan-bahan akan diperintah

tertulis Direksi Teknik serta tidak ada bahan-bahan baru yang akan digunakan sampai Direksi Teknik telah menyetujui bahan-bahan tersebut secara tertulis dan telah diusulkan perbandingan baru berdasarkan pengujian campuran percobaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor.

3.3.4 Persyaratan Pelaksanaan

3.3.4.1. Bekisting

a. Bekisting harus dibuat tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan dari beton dan untuk memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan Kontraktor harus menyerahkan rencana-rencana dan penjelasan tentang bekisting dan harus membuat contoh-contoh bekisting untuk mendapatkan pengesahan Direksi.

b. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah defleksi bahan-bahan bekisting. Bekisting serta sambungan-sambungan harus rapat, sehingga dapat mencegah kebocoran-kebocoran adukan

selama pengecoran. Lubang-lubang permukaan sementara harus

disediakan di dalam bekisting untuk memudahkan pembersihan bekisting. c. Bekisting harus dipasang secara sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk

dan ukuran pekerjaan beton, yang ditunjukkan dalam gambar.

d. Bekisting untuk permukaan beton harus sedemikian rupa untuk mencegah hilangnya bahan-bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang padat. Jika dibutuhkan oleh Direksi, bekisting untuk permukaan beton yang kelihatannya harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya garis atau kelihatan terputus.

e. Tiap kali sebelum pembetonan dimulai, acuan harus diperiksa dengan teliti dan dibersihkan. Pembetonan hanya boleh dimulai apabila Direksi sudah memeriksa dan memberi persetujuan terhadap bekisting yang telah dibangun.

f. Untuk pembetonan di cuaca panas atau kering, Kontraktor harus membuat

(20)

g. Bekisting hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dan pekerjaan pembukaan setelah mendapat ijin harus dilaksanakan di bawah pengawasan seorang mandor yang berwenang. Harus diberi perhatian yang luar biasa pada waktu membuka bekisting untuk menghindari kegoncangan atau pembalikan tegangan beton.

h. Dalam hal mana Direksi berpendapat bahwa usulan Kontraktor untuk membuka bekisting belum pada waktunya baik berdasarkan perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya, maka ia boleh memerintahkan Kontraktor untuk menunda pembukaan bekisting dan Kontraktor tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.

i. Untuk beton dengan semen Portland biasa waktu paling sedikit untuk

pembukaan bekisting harus menurut daftar di bawah ini :

 Muka sisi balik, lantai dan dinding : 1 hari

 Bagian bawah : 21 hari

3.3.4.2. Baja Tulangan

a. Kontraktor harus memahami semua penjelasan yang diberikan dalam daftar dan spesifikasi, kebutuhan akan tulangan bahan yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan. Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh Direksi kepada Kontraktor harus diperiksa dan diteliti.

b. Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan bengkokan atau kerusakan lainnya dan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh tukang yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan dengan mesin pembengkokan yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh Direksi. Ukuran pembengkokan harus sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulangan tanpa persetujuan Direksi.

c. Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan tepat pada tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukan itu pada waktu pengecoran beton. Dalam keadaan apapun, penulangan dilarang terletak langsung di atas acuan/cetakan. Pengelasan tempel dengan adanya persetujuan Direksi lebih dahulu dapat diijinkan untuk menyambung tulangan-tulangannya yang saling menyilang dengan sudut tegak lurus, tetapi cara pengelasan lain tidak akan dibolehkan. Penggunaan ganjal, alat perenggang dan kawat harus mendapat persetujuan dari Direksi. Perenggangan dari beton harus dibuat dari beton dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang akan dicor. Perenggangan tulangan dari besi beton dan kawat harus sepadan dengan bahan tulangannya. Selimut beton yang ditentukan harus terpelihara. Batang utama dari tulangan anyaman eks pabrik yang berdampingan harus disambung dengan overlap 300 mm dan batang melintang dengan overlap 150 mm. Kontraktor tidak boleh mengecor beton menutup tulangan baja, sebelum Direksi memeriksa dan menyetujuinya.

d. Penulangan harus segera dibersihkan sebelum penggunaan, untuk menjamin kondisi pengikatan yang baik.

e. Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan SK SNI T-15 1991 03 dan diuraikan lebih lanjut di bawah ini :

 Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya

seperti dinyatakan dalam gambar. Penyambungan batang baja, kecuali apabila ditunjukkan lain pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan Direksi Teknik, setiap penyambungan demikian yang disetujui harus selang seling sejauh mungkin dan ditetapkan pada titik tegangan tarik minimum.

 Apabila sambungan bertindih (lapped slice) disetujui, panjang tindihan

(21)

 Pengelasan batang baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada gambar atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.

f. Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap ke dalam beton.

g. Jarak antara penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran maksimum agregat kasar ditambah 10 mm, dengan minimal 30 mm, yang mana lebih besar.

h. Apabila penulangan dalam balok terdiri dari lebih dari satu lapis batang, penulangan lapis atas diletakkan tepat di atas lapis bawah penulangan dengan ruang bebas/jarak vertikal minimum 25 mm.

i. Batang tulangan baja harus diletakkan sedemikian sehingga selimut beton

minimum menutupi pinggir luar penulangan, diberikan pada tabel di bawah ini untuk beberapa macam kondisi.

Tabel Tebal Selimut Beton Minimum

Kondisi Konstruksi Tebal Penutup

Minimum (mm) Beton yang dituang langsung di atas tanah dan

selalu berhubungan dengan tanah 70

Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca :

 Tulangan pokok D-19 hingga D-56

 Tulangan pokok D-16 dan yang lebih kecil

50 50 40

Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah atau cuaca

Pelat, dinding, pelat berusuk

 Tulangan pokok D-44 hingga D-56

 Tulangan pokok D-36 dan yang lebih kecil

Balok dan Kolom

40 20 20

3.3.4.3. Pengecoran Beton

a. Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah pelaksana Pekerjaan mendapat ijin secara tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.

b. Persetujuan Pengawas Teknis untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Pelaksana Pekerjaan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

c. Sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun angker-angker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi. Panjang tulangan stek adalah 40 cm, dengan diameter sesuai dengan waktu ini dapat berkurang lagi jika Pengawas Teknis mengganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.

f. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya

pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

g. Cara penulangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, harus mendapat persetujuan Pengawas Teknis.

(22)

i. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.

j. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh

adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang. k. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami

“initialset” atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi

plastis karena getaran.

l. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah

harus diberi lantai kerja setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

m. Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat.

n. Segera setelah perberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

3.3.4.4. Pemadatan Beton

a. Pelaksana Pekerjaan harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan sesuai test slump yang ditetapkan agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

b. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. c. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak

berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berrongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima.

d. Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.

e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

f. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan

(23)

BAB IV

URAIAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4.1 PEKERJAAN LANTAI 4.1.1 PEKERJAAN SUB LANTAI

4.1.1.1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai keramik, finishing dinding dan tepian lantai atau seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

4.1.1.2. Persyaratan Bahan

a. Semen Portland harus memenuhi NI-8, SII 0013-81 dan ASTM C 150-78A. b. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 1982 pasal 11 dan SII

0404-80.

c. Kerikil/split harus memenuhi PUBI 1982 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.

d. Air harus memenuhi persyaratan yang memenuhi dalam PUBI 1982 pasal 9, AFNOR P18-303 dan NZS-3121/1974.

e. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI-2) PUBI1982 dan (NI-8).

4.1.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu diserahkan contoh-contoh, dan warnanya, untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Teknis dan Pemberi Tugas.

b. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Pemberi Tugas dan Konsultan.

c. Untuk pasangan sub lantai yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.

d. Pekerjaan sub lantai merupakan beton tumbuk campuran antara PC, pasir beton dan kerikil atau split dengan perbandingan 1 : 3 : 5 tebal 7 cm

e. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 7 cm di atas tanah timbunan bawah lantai atau sesuai yang ditentukan/disyaratkan dalam detail gambar.

f. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpas. Kecuali pada lantai

ruangan-ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Perencana.

4.1.2 LANTAI KERAMIK

4.1.2.1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan lantai keramik ini dilakukan pada area sesuai yang disebutkan/ ditunjukkan dalam detail gambar.

4.1.2.2. Persyaratan Bahan

(24)

b. Masing-masing warna harus seragam, warna yang tidak seragam akan ditolak.

c. Tebal bahan minimal 8 mm, dengan kekuatan lentur 250 kg/cm2 dan mutu

tingkat 1 (grade 1).

d. Ukuran lantai sesuai gambar 40x40 cm, 20x20 cm (surface kasar), tipe/mutu standar (anti slip easy to clean), digunakan sebagai finishing lantai-lantai sesuai yang disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.

e. Toleransi terhadap panjang = 1%, toleransi terhadap tebal = 6 %.

f. Pada saat pemasangan keramik, tukang pasang keramik dilarang merokok.

4.1.2.3. Persyaratan Pelaksanaan

a. Pemasangan lantai keramik dilakukan setelah alas dari lantai keramik sudah selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui Pengawas Teknis (antara lain screed lantai, waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan keramik dilaksanakan. Kering sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.

b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda.

c. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.

d. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm atau sesuai detail gambar serta petunjuk Pengawas Teknis/Perencana. Siar-siar harus membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya. Untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya. e. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan

bahan, dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna bahan yang dipasangnya.

f. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus

(mesin elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.

g. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda yang terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.

h. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasangan atau hal-hal lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

i. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda, sehingga

diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian yang sempurna.

j. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh lain selama 3 x 24

jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaannya. k. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :

 Tetapkan data level lantai yang tepat

 Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level

 Tetapkan posisi naat pergerakan

 Untuk menghindari atau mengurangi pemotongan keramik

 Untuk memastikan unit keramik yang terpotong menyajikan penampilan

yang seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.

 Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan gambar

dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.

 Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, keramik akan dipasang

mulai dari center dari tiap-tiap bagian ruang dan pertemuan antara lantai dengan plint adalah rata/lurus.

l. Grouting :

 Keramik diberi grout ketika keramik sudah terpasang dengan tepat,

tetapi sebelum kotoran/pencemaran masuk ke dalam naat.

 Lembabkan naat dan beri grout dengan perbandingan semen : pasir

(25)

 Bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.

 Ketika grout sudah mengeras, basahi keramik dengan air dan akhirnya

poles dengan kain.

4.2 PEKERJAAN DINDING

4.2.1 PEKERJAAN PASANGAN BATA

4.2.1.1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.

b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan tebal 1 (satu) batu dan tebal ½ (setengah) batu pada seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawas Teknis / Perencana.

4.2.1.2. Persyaratan Bahan

a. Batu bata harus memenuhi NI – 10.

b. Semen Portland harus memenuhi NI – 8.

c. Pasir harus memenuhi NI – 3 Pasal 14 ayat 2.

d. Air harus memenuhi PUBI – 1982 Pasal 9.

4.2.1.3. Syarat – Syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang akan dipergunakan, sebelum dipasang, terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Pengawas Teknis / Perencana untuk mendapatkan persetujuannya secara tertulis.

b. Seluruh dinding dari pasangan batu bata / bata merah, dengan aduk campuran 1 PC : 4 Pasir, kecuali pasangan batu bata/bata merah semen transram.

c. Untuk dinding semen transram/rapat air dengan adukan 1 PC : 2 pasir pasang, yakni pada dinding dari atas permukaan sloof/balok/pondasi sampai setinggi 50 cm di atas permukaan lantai setempat dan sampai setinggi 150 cm untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah (pantry, kamar mandi, WC) serta pasangan batu bata di bawah permukan tanah jika ada.

d. Batu bata merah yang digunakan adalah batu bata merah press ukuran 5 x 12 x 24 cm lokal, dengan kualitas terbaik, siku dan sama ukuran, sama warna dan tidak diperkenankan memasang batu bata merah yang patah dua atau lebih, tanpa persetujuan Pengawas Teknis.

e. Sebelum digunakan batu bata harus direndam air dalam bak atau drum hingga jenuh.

f. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad siar-siar harus dikerok sedalam

1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan disiram air.

g. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar dibersihkan.

h. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap maksimum 24 lapis perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis.

i. Bidang dinding batu bata yang luasnya lebih dari 9 m2 harus ditambahkan

kolom dan balok penguat praktis dengan kolom ukuran 11 x 11 cm dan 12 x 24 cm dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimum 3 meter. Kecuali tempat lokasi telah ditetapkan sesuai gambar.

j. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama

sekali tidak diperkenankan.

Gambar

Tabel : Persyaratan Gradasi Agregat

Referensi

Dokumen terkait

Mohon kepada Panitia agar jangka waktu penyelesaian pekerjaan untuk semua barang dalam dokumen ini minimal 90 hari kalender sebab Rool O Pack tidak mungkin dikerjakan 15

- - - pekerjaan struktur yang disajikan dalam metode pelaksanaan tidak sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan (hal.10-12) - material plafond yang. disebutkan

Schedule ) yang meliputi semua pekerjaan yang akan dilaksanakan. Apabila Pemborong tidak segera memulai pekerjaan, yang akan mengakibatkan kemacetan pekerjaan karena kesalahan

8) ketentuan lain dalam SPK. Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka PPK berkewajiban untuk

Mengurus jenazah orang islam, merupakan fardu kifayah, yaitu apabila sudah dikerjakan oleh sebagian dari orang islam yang lain, maka yang lainnya tidak berdosa, akan tetapi

Tugas- tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan

68 manajement, apabila status pekerjaan Sukses atau sudah selesai dikerjakan maka data tersebut lolos dari jadwal sprint atau pekerjaan masih dalam On Schedule, akan

Jenis pekerjaan yang nilainya atau harga tidak dicantumkan oleh Peserta Lelang, maka Pemilik tidak akan membayar pada waktu pekerjaan tersebut dilaksanakan, dan