• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Think Pair Share Berbantuan Media Gambar pada Mata Pelajaran IPS T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Think Pair Share Berbantuan Media Gambar pada Mata Pelajaran IPS T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar

Untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” Sudjana (2011:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu. Gagne dalam Uno (2007:137) menyebutkan “hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu”. Dimyati & Mudjiono (2009:3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar”. Sedangkan menurut Hamalik (2004:28) “Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat”.

Menurut Arifin (2001:47) hasil belajar merupakan indikator dari

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar,

dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang

disusun oleh guru,seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.

Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi

tertentu untuk memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran

keberhasilan seseorang. Kriteria hasil belajar pada siswa yang lazim digunakan

(2)

Sudjana (2011:39) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari

luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki.

siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

kognitif yang diperoleh siswa dari kegiatan atau proses belajar yang telah

dilakukannya. Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal

tes kepada siswa. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

2.1.1.2 Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011:20) Beberapa macam hasil belajar menurut bloom

dalam pendidikan nasional dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok sebagai

berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkaitan dengan hasil belajar yang terdiri dari aspek pebetahuan,

pemahaman, sintesis, aplikasi dan evaluasi hasil belajar dapat diambil dari

lembar kerja siswa dan hasil evaluasi akhir. Dalam aspek evaluasi siswa dapat

mengerjakan lembar kerja maupun soal-soal yang diberikan oleh guru.

b. Ranah Psikomotor

Berkaitan dengan hasil belajar kertampilan dan kemampuan bertindak. Pada

ranah psikomotor ini siswa dapat terampil dan mampu melakukan

pengamatan yang dilakukan dalam lingkungan sekitar.

c. Ranah Afektif

Hasil bekajar dapat diambil dari kedisiplinan atau ketepatan dalam

menyelesaikan tugas, keberanian mengemukakan pendapat kejujuran,

(3)

2.1.2. KajianPembelajaranIPS

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan

Soemantri (2001:92). Ruang lingkup IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu

sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan

peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini

harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya Menyajikan

materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk

memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Tujuan Pendidikan IPS adalah :

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungan.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai–nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Keberhasilan Pembelajaran IPS adalah :

Pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan yang

mencirikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diamati dan

diukur. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli, maka

dalam penelitian tindakan ini dimaksudkan bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat

penguasaan yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar IPS sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan

(4)

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

Menurut Miftahul Huda, (2012:132) Metode ini dikembangkan pertama

kali dari University of Maryland pada tahun 1989, dengan langkah-langkah pada

awal pembelajaran siswa diminta untuk duduk berpasangan, kemudian guru

mengajukan satu pertanyaan/masalah kepada siswa. Setiap siswa diminta untuk

berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu,

selanjutnya mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya

untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban

mereka. Setelah itu, guru meminta setiap pasangan untuk menshare, menjelaskan,

atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada

siswa-siswa yang lain diruang kelas.

Agus Suprijono (2011:91) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode TPS, guru bertugas untuk membimbing, mengatur, dan

mengarahkan siswa agar semua siswa terlibat langsung dan aktif dalam

pembelajaran. Dimulai dengan kegiatan “Thinking”, yakni pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk

memikirkan jawabannya. Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasangan dan memberi kesempatan kepada

pasang-pasangan itu untuk berdiskusi. Melalui diskusi ini dapat memperdalam makna

jawaban yang telah dipikirkan melalu inter subjektif dengan pasangannya. Hasil

diskusi inter subjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pengkonstruksian pengetahuan

secara integratif, sehingga peserta didik dapat menemukan struktur dari

pengetahuan yang dipelajarinya. Penggunaan metode TPS disamping berdampak

pada peningkatan hasil belajar yang berupa penguasaan pengetahuan atau

pemahaman materi, juga berdampak pada pembiasaan bagi para siswa untuk

berpendapat yang merupakan proses penting masuknya ilmu pengetahuan ke

dalam diri siswa. Selanjutnya Anita Lie (2004:57) menyatakan bahwa TPS adalah

(5)

bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan metode ini

adalah optimalisasi partisipasi siswa. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa metode TPS adalah metode yang memusatkan pada partisipasi

siswa dalam pembelajaran melalui bekerja sendiri maupun bekerjasama dengan

siswa lain sehingga siswa mampu menguasai atau mendalami materi yang dibahas

dan berakibat pada pencapaian hasil belajar yang lebih optimal. Metode

pembelajaran ini lebih unggul dibandingkan metode ceramah yang hanya

menuntut siswa pasif sehingga siswa kurang mampu menguasai materi dan

berakibat pada pencapaian hasil belajar yang kurang baik.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Anita Lie (2004:90) menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langklah

utama sebagai ciri khas yaitu: Think, Pair dan Share kelima langkah pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Tahap pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan pengalihan apersepsi sekaligus

memotivasi siswa agar terlibat pada aktifitas pembelajaran. Pada tahap

ini guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan

waktu untuk setiap kegiatannya.

b. Tahap Think

Proses Think Pair Share dimulai pada saat guru melakukan

demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini,

siswa diberi batasan waktu oleh guru untuk memikirkan jawaban

secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan

c. Tahap Pair

Pada tahap ini guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru

menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya.

Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain

yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian siswa

(6)

jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap siswa

memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan

jawaban secara bersama.

d. Tahap Share

Pada tahap ini siswa mempresentasikan jawaban baik secara individu

maupun kelompok kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap

anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran

mereka.

e. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu

maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan jawaban pada tahap

Think sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap Pair

and Share. Terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan

terhadap seluruh kelas.

KeunggulandanKelebihanmetodeThinkPairShareadalah:

Menurut Anita lie (2004:101), keunggulan dan kelemahan metode Kooperatif

Thinkpair shareadalah:

a. Mudahdipecahmenjadiberpasangan

b. Lebihbanyakideyangmuncul

c. Lebihbanyaktugasyangbisadilakukan

d. Gurumudahmemonitor

KelemahanmetodeThinkPairShare a. Membutuhkanlebihbanyakwaktu

b. Membutuhkansosialisasiyanglebihbaik

c. Jumlahgenapbisamenyulitkanprosespengambilansuara

(7)

2.1.4. Media Pembelajaran Gambar Definisi Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran, media perlu digunakan oleh guru untuk mendukung

pembelajaran agar dapat mencapai tujuan secara maksimal. Selain itu media juga

dapat membantu guru dalam mengaitkan materi dengan benda konkrit yang

langsung dapat dilihat oleh siswa. Menurut Sadiman (2006:7) media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat

siswa sedemikaian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan Menurut

Trianto (2010:199) media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan

wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada

sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi yang ingin disampaikan adalah

pesan pembelajaran dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses

belajar.

Berdasarkam beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan, maka

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi dan menunjang proses

pembelajaran agar tujuan proses belajar dapat tercapai.

Media gambar

Terdapat banyak media pembelajaran yang bisa diguanakan oleh guru

dalam pelajaran. Salah satunya yaitu media gambar. Menurut Sudjana (2007:68)

media gambar adalah media visual dalam betuk grafis. Media grafis ini sendiri

didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara

jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan

gambar-gambar. Daryanto (2010:19) mengungkapkan bahwa media gambar adalah suatu

penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar

dan tulisan atau simbol visual untuk mengihtisarkan, menggambarkan dan

merangkum ide data atau kejadian.

Media gambar dipakai karena dapat dibuat guru dengan mudah, praktis

dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Media gambar juga merupakan sarana

(8)

perlu membayangkan materi yang disampaikan oleh guru, karena dengan media

gambar siswa dapat melihat langsung ilustrasi yang ada.

2.1.5. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media gambar

Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan

belajar secara berpasangan dan mempresentasikan hasil diskusi dengan pasanggan

di depan kelas untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dengan

menggunakan media gambar siswa akan lebih mengerti materi yang diajarkan

secara lebih konkrit. Jadi dari definisi model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media gambar dapat disimpulkan langkah-langkah dari model Think

Pair Share berbantuan media gambar adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Langkah-langkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

berbantuan media gambar.

Tahap- tahap Perilaku guru Perilaku Siswa

(9)

Tahap- tahap Perilaku guru Perilaku Siswa

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Defi Arfina (2012) dengan judul “Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Beserta

Pemberian Reward Bagi Siswa Kelas VIII A SMP Islam Sudirman Ambarawa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran PKn. Keaktifan siswa meningkat dari Pra Siklus 7,84

persen, Siklus I 67,88 persen, dan Siklus II 75,68 persen dari jumlah siswa 34

orang. Hasil belajar siswa juga meningkat yang ditunjukkan oleh peningkatan

nilai rata-rata siswa dari Pra siklus 56,6 dan hanya 38 persen siswa tuntas, Siklus I

nilai rata-rata 70,85 dan 73 persen siswa tuntas, kemudian pada Siklus II nilai

rata-rata menjadi 75,29 dan 94 persen siswa tuntas.

(10)

siswa kelas VIIIa SMP Muhammadiyah 3 Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/

2012" menyimpulkan bahwa melalui pelaksanaan metode pembelajaran

Think-Pair-Share, aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu dari siklus I 71,04

persen dengan kategori cukup meningkat, menjadi 82,7 persen pada siklus II

dengan kategori baik, sedangkan aktivitas guru meningkat dari siklus I 70,83

persen dengan kategori cukup, meningkat menjadi 80,25 persen dengan kategori

baik pada Siklus II. Nilai hasil belajar siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata

73,66 persen dengan kategori cukup meningkat menjadi 85.,33% pada siklus II.

2.3. KERANGKA PIKIR

Pembelajaran di sekolah dasar harus dilaksanakan sekreatif mungkin,

karena pola berfikir taraf usia anak-anak masih senang bermain atau berkelompok,

jadi guru dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak. Menggunakan model

pembelajaran kooperatif berbasis kelompok dapat lebih meningkatkan minat

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak akan menjadi jenuh karena

mereka bisa berdiskusi dengan teman tentang materi yang diajarkan guru..

Keinginan siswa untuk memperoleh nilai yang tinggi dapat memacu mereka untuk

terus belajar. Dengan menggunakan metode Think Pair Share siswa dapat terus

belajar bersama dengan kelompok/pasangan masing-masing, dimana siswa yang

sudah paham akan menjelaskan kepada siswa yang belum paham.

Penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran diharapkan dapat

mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan yaitu kegiatan

ekonomi. Dengan media ini juga dapat membantu guru agar pembelajaran mejadi

lebih efektif, tidak melulu pada ceramah dan mencatat di buku serta siswa menjadi

(11)

Gambar 1. Skema peningkatan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran

Think Pair Share berbantuan media gambar

2.4. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka hipotesis yang

menjadi jawaban sementara dari penelitian ini adalah: Penggunaan model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbantuan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar tema 9 (kayanya negeriku) pada mata pelajaran IPS

Gambar

gambar Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan
gambar menjadikan pembelajaran tema 8 pada mata Diduga dengan menggunakan metode TPS dan media pelajaran IPS lebih menyenangkan dan dapat

Referensi

Dokumen terkait

signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil.. hipotesis penelitian

Beberapa metode manipulasi gutta-percha menggunakan panas atau pelarut akan menghasilkan sedikit shrinkage (1-2%). Sifat shrinkage ini tidak diharapkan ada

Perubahan-perubahan penting dalam bidang produksi dan ekonomi di Eropa Barat pada abad ke 19 M telah mendorong seluruh dunia berada di bawah pengaruh industri mekanis

Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu budaya perusahaan yang mampu mengimplementasikan konsep pemasaran berupa orientasi kewirausahaan (Weera werdena,

Menurut Munawir (2002) Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

percaya diri siswa, bimbingan pribadi sosial memiliki peran penting dalam. perkembangan pribadi siswa, sebab pada prinsipnya percaya diri

[r]

Kegiatan praktikan dalam PPL I adalah observasi fisik sekolah serta observasi kelas serta melihat model pembelajaran yang dilakukan oleh guru pamong sehingga PPL