• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah partai politik merupakan parpol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah partai politik merupakan parpol"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Partai Politik (Parpol)

Sejarah partai politik merupakan tema yang menarik untuk dibahas, karena kegiatan politik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam kehidupan berpolitik, partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara. Dewasa ini, partai politik sudah sangat akrab di lingkungan kita. Mengingat bahwa kesadaran masyarakat untuk mengambil peran dan berpartisipasi dalam setiap agenda politik, terlebih ketika Pemilihan umum (Pemilu).

Ilustrasi (sumber foto: funknbeans.com)

Semakin maraknya kehadiran partai politik di tengah-tengah kita, oleh beberapa pihak memang dikatakan sebagai meningkatnya kesadaran partisipasi masyarakat dalam berperan lebih di setiap agenda politik. Namun, di sisi lain, hal ini menjadi ironi tersendiri karena marak pula kepentingan yang di obral untuk menjadi pemenang kursi kuasa, baik level legislatif atau eksekutif.

Partai politik memang merupakan organisasi yang dapat dikatakan jauh lebih muda dibanding Negara. Pasalnya, studi mengenai partai politik baru dimulai pada abad ke-20. Walaupun arah dan fokus penelitian tentang partai politik lambat. Namun dalam struktur dunia modern sekarang ini, pembahasan tentang partai politik menjadi sebuah subjek pembahasan yang banyak dibahas, terlebih dalam momen-momen politik tertentu. Itulah mengapa sejarah perkembangan partai politik dari masa ke masa juga menjadi penting agar kita tahu bahwa ada organisasi yang inherent dalam kehidupan politik selain Negara, yakni partai politik. (Silakan Baca: Pengertian Partai Politik)

Sejarah Perkembangan Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa Barat. Seiring dengan berkembangnya diskursus bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir dan berkembang secara spontan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.(Baca juga:Sejarah Demokrasi di Indonesia)

(2)

Pada dekade 19-an lahirlah partai politik yang dibentuk untuk menggalang dukungan secara politik di parlemen. Hal ini muncul karena kesadaran politik yang dirasa perlu untuk memperoleh dukungan dari pelbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok politik di parlemen. Partai semacam ini dalam praktiknya hanya mengutamakan kemenangan dalam pemilihan umum. Partai ini juga mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota, maka dari itu ia sering dinamakan partai massa.

Partai ini biasanya terdiri dari berbagai aliran politik yang sepakat untuk bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan program tertentu. Hal ini menjadi terlalu luas dan agak kabur karena harus memperjuangkan terlalu banyak kepentingan yang berbeda dari setiap aliran politik. Contohnya Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat. (Baca juga:Pengertian Politik)

Dalam perkembangannya, di Barat timbul pula partai yang lahir diluar parlemen. Partai-partai ini kebanyakan berlandaskan pada suatu asa atau ideologi atau Weltanschauung tertentu seperti Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen Demokrat, dan sebagainya.

Selanjutnya, pada masa menjelang Perang Dunia I telah timbul klasifikasi partai berdasarkan ideologi dan ekonomi yaitu parta “Kiri” dan partai “Kanan”. Kemudian muncul pula konsep pertentangan politik, “Kiri” versus “Kanan”.

Pembagian “Kiri” versus “Kanan” berasal dari Revolusi Prancis waktu parlemen mengadakan sidang pada tahun 1879. Para pendukung raja dan struktur tradisional duduk di sebelah kanan panggung ketua, sedangkan mereka yang ingin perubahan dan reformasi duduk di sebelah kiri. Jika dewasa ini pengertian “Kiri”/”Kanan” digambar dalam suatu spektrum linier, maka terdapat di satu ujung sikap “extrem Kiri” (yaitu campur tangan negara dalam kehidupan sosial dan ekonomi secara total), dan ujung yang lain sikap “extrem kanan” (pasar bebas secara total).

Perbedaan Ideologi “Kiri” dan “Kanan”

“KIRI” “KANAN”

Perubahan kemajuanKesetaraan (equality) untuk lapisan bawahCampur tangan negara (dalam kehidupan sosial/ekonomi)

Hak

Status quo, konservatifPrivilege (untuk lapisan atas)Pasar Bebas

Kewajiban

Sumber bacaan / Referensi:

(3)

Sejarah Partai Politik di Indonesia

Sejarah partai politik di Indonesia mulai dan berkembang bukan ketika Indonesia merdeka secara de jure pada tahun 1945. Akan tetapi partai politik di Indonesia telah ada ketika jaman Hindia-Belanda atau sebelum Indonesia merdeka.

Parta Politik Pertama di Indonesia, Indische Partij

Parpol yang pertama ada di Indonesia adalah De Indische Partij yang dibentuk pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara ketika Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Tujuan pembentukan parpol itu adalah untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sekalipun paham tentang Indonesia baru ditegaskan pada 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda, namun para pendiri parpol ini sudah dilandasi oleh pikiran bahwa seluruh rakyat Hindia-Belanda merupakan kesatuan. (Baca Juga:Sejarah Partai Politik)

Seiring perkembangan kondisi politik di Indoneisa berbagai parpol pun muncul dengan coraknya masing-masing, baik yang berorientasi nasionalisme, agama maupun sosialisme. Pada masa penjajahan Belanda jelas sekali bahwa mayoritas parpol yang dibentuk bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga muncul slogan “Merdeka Harga Mati!” dari kalangan tersebut. Namun tidak demikian bagi beberapa parpol yang dibentuk orang-orang Belanda atau orang-orang yang dekat dengan kepentingan penjajahan Belanda.

Parpol yang terlihat unggul pada saat itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang pada mulanya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, dibentuk pada 4 Juli 1927 oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskak Tjokrohadisuryo dan Mr. Sunaryo.. Kemudian pada tahun 1928 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan dipimpin Ir Sukarno atau Bung Karno yang pada 17 Agustus 1945 bersama Drs. Mohamad Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia atas nama rakyat Indonesia.

Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pandangannya depan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tentang Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung). Uraian yang beliau beri nama Pancasila kemudian diterima sidang dan kemudian dengan beberapa perubahan redaksional ditetapkan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia ada partai politik. Semula hendak dibentuk parpol tunggal, tapi kemudian dimungkinkan berdirinya banyak parpol.

(4)

menganut individualisme dan liberalisme. Namun karena berada dalam masyarakat dengan dasar Pancasila, mekanisme parpol, perilaku parpol dan tindak-tanduk parpol itu harus pula sesuai dengan nilai dasar Pancasila, yaitu Perbedaan dalam Kesatuan dan Kesatuan dalam Perbedaan.

Perkembangan Partai Politik Indonesia 1908-Sekarang (Reformasi)

Periode Pemerintahan Periode Demokrasi Jumlah Partai

1908-1942 Zaman Kolonial Multipartai

1942-1945

1. 22 Agustus 1945

2. 3 November 1945

Satu partai (PNI)

Pemilu dengan lebih dari 20 partai

1959-1965

Demokrasi Terpimpin

1959

1960

Dikeluarkan penpres 7/1959 (mencabut maklumat

Pemerintah 3 November 1945 dan melakukan

(5)

1965-1998

1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997

1982

1984

1996

PKI dan Partindo dibubarkanKonsensus Nasional, 100 anggota DPR diangkatEksperimen Dwipartai dan Dwigroup dilakukan dibeberapa Kabupaten di Jawa Barat, namun dihentikan pada awal 1969.Penggabungan Partai menjadi tiga orsospol (9 partai + 1 Golongan Karya)Pemilu hanya diikuti oleh 3 orsospol (sistem multipartai terbatas)

Pancasila satu-satunya asas (asas tunggal)

NU Khittah

PDI pecah

1998 21 Mei 1998

Reformasi dengan multipartai

1998 – Sekarang Reformasi

Multi-Partai

Pemilihan Umum (Pemilu) Langsung, One man One

(6)

sejarah terbentuknya partai politik

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat bersamaan dengan gagasan bahwa ra kyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak.

Maka dalam perkembangannya kemudian partai politik dianggap sebagai menifestasi dari suatu sistem politik yang demokratis, yang mewakili aspirasi rakyat.

Pada permulaannya peranan partai politik di negara-negara Barat bersifat elitis dan aristokratis, dala m arti terutama mempertahankan

kepentingan golongan bangsawan terhadap tuntutan raja, namun dalam perkembangannya kemudian peranan tersebut meluas dan berkembang ke segenap lapisan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari semua golongan masyarakat. Dengan demikian terjadi pergeseran dari peranan yang bersifat elitis ke peranan yang meluas dan populis.

Perkembangan selanjutnya adalah dari Barat, partai politik mempengaruhi dan berkembang di negara -negara baru, yaitu di Asia dan Afrika. Partai politik di negara-negara jajahan sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan penggerak

ke arah persatuan nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini terjadi

di Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) serta India. Dan dalam perkembanganya akhir-akhir ini partai politik umumnya diterima sebagai suatu lembaga penting terutama di negara-negara y ang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai kelengkapan sistem

demokrasi suatu negara.

Di Indonesia

Perkembangan partai politik di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa periode

perkembangan, dengan setiap kurun waktu mempunyai ciri dan tujuan masing-masing, yaitu : Masa p enjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan masa merdeka.

Masa penjajahan Belanda.

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam,

PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdek a.

Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasional untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat , gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat

beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto

(7)

Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan gabungan dari partai-partai yan g beraliran nasional, MIAI (Majelis Islami) yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Isla m yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia)

yang merupakan gabungan organisasi buruh.

Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.

Masa Merdeka (mulai 1945).

Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk

mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah partai-partai politik Indonesia. Dengan demikian ki ta kembali kepada pola sistem banyak partai.

Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa masa demokrasi terpimpin.

Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir September 1965).

Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih leluasa diban ding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan

pada masa ini adalah munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar munculsebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.

Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai Persatu Pembangunan ( PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia.

(8)

Berikut ini adalah nama-nama partai politik yang mengikuti pemilu

Pemilu 1955

Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik. Empat partai terbesar diantaranya adalah: PNI (2 2,3 %), Masyumi (20,9%), Nahdlatul Ulama (18,4%), dan PKI (15,4%).

Pemilu 1971

Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu:

Partai Katolik

Partai Syarikat Islam Indonesia

Partai Nahdlatul Ulama

Partai Muslimin Indonesa

Golongan Karya

Partai Kristen Indonesia

Partai Musyawarah Rakyat Banyak

Partai Nasional Indonesia

Partai Islam PERTI

Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

Pemilu 1977-1997

Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu:

Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia

Pemilu 1999

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu:

1. Partai Indonesia Baru

(9)

3. Partai Nasional Indonesia – Supeni

4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia

5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia

6. Partai Ummat Islam

7. Partai Kebangkitan Ummat

8. Partai Masyumi Baru

9. Partai Persatuan Pembangunan

10. Partai Syarikat Islam Indonesia

11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

12. Partai Abul Yatama

13. Partai Kebangsaan Merdeka

14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa

15. Partai Amanat Nasional

16. Partai Rakyat Demokratik

17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905

18. Partai Katolik Demokrat

19. Partai Pilihan Rakyat

20. Partai Rakyat Indonesia

21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi

22. Partai Bulan Bintang

23. Partai Solidaritas Pekerja

(10)

25. Partai Nahdlatul Ummat

26. Partai Nasional Indonesia – Front Marhaenis

27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

28. Partai Republik

29. Partai Islam Demokrat

30. Partai Nasional Indonesia – Massa Marhaen

31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak

32. Partai Demokrasi Indonesia

33. Partai Golongan Karya

34. Partai Persatuan

35. Partai Kebangkitan Bangsa

36. Partai Uni Demokrasi Indonesia

37. Partai Buruh Nasional

38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong

39. Partai Daulat Rakyat

40. Partai Cinta Damai

41. Partai Keadilan dan Persatuan

42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia

43. Partai Nasional Bangsa Indonesia

44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia

45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia

(11)

47. Partai Ummat Muslimin Indonesia

48. Partai Pekerja Indonesia

Pemilu 2004

1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

Didirikan: Jakarta, 20 Mei 2002

Asas: Marhaenisme Ajaran Bung Karno

Ketua Umum: DM Sukmawati Soekarnoputri

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 24 provinsi

2. Partai Buruh Sosial Demokrat Indonesia

Didirikan: Jakarta, 1 Mei 2001

Asas: Pancasila dan UUD 1945

Ketua Umum: Muchtar Pakpahan

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

3. Partai Bulan Bintang

Didirikan: Jakarta, 17 Juli 1998

Asas: Islam

Ketua Umum: Hamdan Zoelvan

Keterangan: Electoral Threshold

4. Partai Merdeka

Didirikan: Jakarta, 10 Oktober 2002

Asas: Pancasila

(12)

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

5. Partai Persatuan Pembangunan

Didirikan: Jakarta, 5 Januari 1973

Asas: Islam

Ketua Umum: Hamzah Haz

Keterangan: Electoral Threshold

6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan

Didirikan: Jakarta, 23 Juli 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: M Ryaas Rasyid

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru

Didirikan: Jakarta, 23 September 2002

Asas: Keadilan, Demokrasi, dan Kemakmuran

Ketua Umum: Sjahrir

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan

Didirikan: Jakarta, 27 Juli 2002

Asas: Marhaenisme Ajaran Bung Karno

Ketua Umum: Eros Djarot

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

(13)

Didirikan: Jakarta, 9 September 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: S Budhisantoso

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 25 provinsi

10. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Didirikan: Jakarta, 9 September 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jend TNI (Purn) Edi Sudrajat

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia

Didirikan: Jakarta, 10 Januari 2003

Asas: Pancasila

Ketua Umum: H Dimmy Haryanto

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia

Didirikan: Jakarta, 5 Maret 2003

Asas: Islam

Ketua Umum: KH Syukron Ma’mun

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

13. Partai Amanat Nasional

Didirikan: Jakarta, 23 Agustus 1998

(14)

Ketua Umum: Soetrisno Bachir

Keterangan: Electoral Threshold

14. Partai Karya Peduli Bangsa

Didirikan: Jakarta, 9 September 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jend TNI (Purn) HR Hartono

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

15. Partai Kebangkitan Bangsa

Didirikan: Jakarta, 23 Juli 1998

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Alwi Abdurrahman Shihab

Keterangan: Electoral Threshold

16. Partai Keadilan Sejahtera

Didirikan: Jakarta, 20 April 2002

Asas: Islam

Ketua Umum: Tifatul Sembiring

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 23 provinsi

17. Partai Bintang Reformasi

Didirikan: Jakarta, 20 Januari 2002

Asas: Islam

Ketua Umum: KH Zainuddin MZ

(15)

18. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Didirikan: Jakarta, 10 Januari 1973

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Megawati Soekarnoputri

Keterangan: Electoral Threshold

19. Partai Damai Sejahtera

Didirikan: Jakarta, 1 Oktober 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Ruyandi Hutasoit

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

20. Partai Golongan Karya

Didirikan: Jakarta, 20 Oktober 1964

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Jusuf Kalla

Keterangan: Electoral Threshold

21. Partai Patriot Pancasila

Didirikan: Jakarta, 1 Juni 2001

Asas: Pancasila

Ketua Umum: KRMH Japto S Soerjosoemarno

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

22. Partai Sarikat Indonesia

(16)

Asas: Pancasila

Ketua Umum: H Rahardjo Tjakraningrat

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 22 provinsi

23. Partai Persatuan Daerah

Didirikan: Jakarta, 18 November 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Oesman Sapta

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

24. Partai Pelopor

Didirikan: Jakarta, 29 November 2002

Asas: Pancasila

Ketua Umum: Rachmawati Soekarnoputri

Keterangan: Lolos verifikasi faktual di 21 provinsi

Pemilu 2009

Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh, yaitu:

Partai politik nasional:

1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)*

3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)

4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)

5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

(17)

7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)*

8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)*

9. Partai Amanat Nasional (PAN)*

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB)

11. Partai Kedaulatan

12. Partai Persatuan Daerah (PPD)

13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)*

14. Partai Pemuda Indonesia (PPI)

15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)*

16. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)

17. Partai Karya Perjuangan (PKP)

18. Partai Matahari Bangsa (PMB)

19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)*

20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)*

21. Partai Republika Nusantara (RepublikaN)

22. Partai Pelopor*

23. Partai Golongan Karya (Golkar)*

24. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)*

25. Partai Damai Sejahtera (PDS)*

26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBK Indonesia)

27. Partai Bulan Bintang (PBB)*

(18)

29. Partai Bintang Reformasi (PBR)*

30. Partai Patriot

31. Partai Demokrat*

32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)

33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)

41. Partai Merdeka

42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)

43. Partai Sarikat Indonesia (PSI)

44. Partai Buruh

Partai Aceh:

35. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[2]

36. Partai Daulat Aceh (PDA)

37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA)

38. Partai Rakyat Aceh (PRA)[3]

39. Partai Aceh (PA)

Referensi

Dokumen terkait

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai mempengaruhi perekonomian daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh authoritative dan permisive akan menciptakan lebih banyak anak yang memiliki harga diri

Selain variabel responsiveness (daya tanggap), pada variabel tangible (bentuk fisik) rata-rata jawaban juga menunjukkan jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap

Faktor kapasitas dipilih karena akan berpengaruh pada besarnya energi listrik yang disalurkan ke sistem oleh pembangkit yang bersangkutan sedangkan nilai kalori batubara

Posisi penolong pada tindakan piat antung na'as buatan (*P4) adalah tersebut di bawah ini- kecuali.. "aris bahu penolong seaar dengan sumbu tulang dada

Berdasarkan hasil validasi dan uji coba lapangan, mobile pocket book Fisika pada materi Fluida Statik dapat disimpulkan bahwa : Media yang dibuat memenuhi kriteria sangat baik

siswa agar mau mencoba dan melakukan tugas gerak tanpa paksaan. 2) Guru: catatan proses pembelajaran dan data penelitian dari setiap perubahan. siklus pada setiap observasi