• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Dingin antara Fethullah Gulen dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perang Dingin antara Fethullah Gulen dan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perang Dingin antara Fethullah Gülen dan Recep Tayyip Erdoğan: Di

Balik Kudeta 15 Juli 2016

Ana Nadila

Ilmu Politik Universitas Indonesia Email: ananadila.91@gmail.com

Abstrak

Di Turki, terdapat dua tokoh besar yang memiliki pengaruh penting dalam panggung nasional politik Turki yaitu Fethullah Gülen dan Recep Tayyip Erdoğan. Fethullah Gülen merupakan seorang ulama kharismatik sekaligus pebisnis dan pendidik yang memiliki banyak pengikut sekaligus kader-kader. Kader-kader dari Fethullah Gülen ini banyak yang menduduki struktur birokrasi kenegaaran Turki. Demikian juga dengan Recep Tayyip Erdoğan yang merupakan Presiden Republik Turki. Erdoğan merupakan pemimpin kharismatik yang terbukti selama kepemimpinannya dapat mencapai stabilitas politik, ekonomi, dan bidang lainnya di Turki. Prestasi yang dicapai Erdoğan selama kepemimpinannya mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat Turki yangmana terbukti melalui kemenangan Partai AKP setiap pemilu dari tahun 2002. Masing-masing tokoh ini yang mempunyai pengaruh besar dalam panggung nasional Turki secara tidak langsung dapat terlihat bentuk persaingan dalam mempertahankan eksistensi masing-masing. Contohnya terlihat ketika merasa terancamnya kekuasaan Erdoğan ketika mayoritas kader-kader Gülen menduduki struktur birokrasi negara. Salah satu indikasinya terlihat ketika Erdoğan secara spontan dan tanpa bukti yang valid langsung menuduh Gülen seagai dalang kudeta 15 Juli 2016. Artikel ini mencoba mendeskrisikan bentuk perang dingin yang terjadi antara Gülen dengan Erdoğan, menjabarkan prestasi masing-masing tokoh yang membuat mereka mendapat banyak dukungan dari masyarakat, serta terakhir mencoba mencari tahu apakah Gülen merupakan sosok terlibat dalam kudeta 15 Juli 2016.

Kata Kunci: Gülen, Erdoğan, Kudeta

Pendahuluan

(2)

jalan melakukan bentrok dan menghalang laju tangki-tangki serta tentara yang bersenjata api sebagai upaya menggagalkan kudeta. Aksi penolakan kudeta yang dilakukan militer sedikitnya menewaskan sembilan puluh orang dan lebih dari seratus orang terluka1. Lalu, mengapa aksi penolakan terhadap kudeta justru datang dari rakyat sipil? Dalam kudeta ini, sungguh jelas terlihat bahwa terdapatnya usaha heroik dari rakyat sipil untuk tetap mempertahankan eksistensi kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan sebagai Presiden Republik Turki.

Keunikan lain dari aksi kudeta 15 Juli 2016 ini terlihat dari sosok tertuduh yang menjadi dalang dibalik aksi kudeta ini adalah seorang ulama Islam Sufi yang kharismatik dan memiliki banyak pengikut di Turki, Fethullah Gülen. Tuduhan tersebut disampaikan langsung oleh Erdoğan melalui sebuah konferensi pers setelah berhasil menguasai keadaan dan mengambil alih kepemimpinan kembali2. Lalu, hal yang patut menjadi perhatian adalah atas alasan apakah Erdoğan menuduh Gülen sebagai dalang di balik aksi kudeta 15 Juli 2016 padalah telah jelas bahwa pelaku kudeta adalah militer? Berasarkan situs resmi Fethullah Gülen, ia adalah intelektual Muslim Turki, penulis, pemikir, penyair, pemimpin sekaligus pendidik yang mendudukung dialog antaragama dan antarbudaya, sains, teknologi, spiritualitas, serta menentang kekerasan, dan berusaha menjadikan agama sebagai patokan dalam berpolitik3. Dengan jelas, dapat dicerna bahwa Gülen merupakan sosok yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat termasuk dalam dunia perpolitikan di Turki. Gülen bukanlah yang menjadi aktor utama dalam politik, tetapi menjadi sosok yang memberi pengaruh utama pada aktor-aktor politik yang menjadi pengikutnya. Pengaruh yang kuat dari sesosok ulama kharismatik seperti Gülen menjadi ancaman tersendiri bagi pemerintah yang sedang berkuasa termasuk Erdoğan. Paham keagamaannya yang kuat dan cenderung Islamis Tasawuf menjadikan Gülen sebagai sosok penebar pengaruh antisekuler hingga ke politik.

Dituduhnya Gülen sebagai sosok dalang yang merencanakan dan merancang kudeta 15 Juli 2016 oleh Erdoğan merupakan indikasi adanya konflik tidak langsung atau perang dingin antara Gülen dan Erdoğan karena perbedaan pandangan dan dalam menebar pengaruh. Konfilk dalam menebar pengaruh antara Gülen dan Erdoğan yang efeknya dapat terlihat hingga ke dunia perpolitikan Turki. Berangkat dari hal tersebut, penulis melalui tulisan ini

1 Berita diakses melalui situs https://m.tempo.co/read/news/2016/07/16/117788109/pemimpin-kudeta-turki-tewas-dikeroyok-pendukung-erdogan pada Jumat, 26 Mei 2017 pukul 00.54 WIB

2 Akhmad Rizqon Khamami, Erdoğan versus Gülen: Perebutan Pengaruh antara Islam Politik Post-Islamais dengan Islam Kultural Apolitis, (Al-Tahrir: 2 November 2016), hlm 3

(3)

mencoba mendeskripsikan penyebab konflik yang terjadi antara Fethullah Gülen dan Recep Tayyip Erdoğan. Lalu, untuk tidak berfokus pada “siapa yang benar dan siapa yang salah”, penulis juga mendeskripsikan bentuk-bentuk perjuangan atau prestasi dari masing-masing tokoh sehingga memiliki kharisma tersendiri bagi pengikut-pengikutnya. Terakhir, hal yang menjadi poin utama dalam penulisan ini adalah apakah ada indikasi dari keterlibatan Fethullah Gülen dalam kudeta 15 Juli 2016 seperti yang dituduhkan oleh Erdoğan.

Eksistensi Fethullah Gülen sebagai Sosok Ulama yang Kharismatik dan Asal Mula dari Gerakan Hizmet

Beberapa hal yang dapat menjadi gambaran bahwa Gülen merupakan sosok ulama kharismatik yang paling berpengaruh telah dijelaskan sebelumnya. Gülen merupakan seorang ulama Islam Tasawuf, cendekiawan, pendidik, pebisnis, penulis, dan yang tidak kalah penting adalah keinginannya untuk menjadikan Islam sebagai basis ideologi atau pegangan dalam berpolitik. Dalam berdakwah dan menebar pengaruh, Gülen bersandar kepada ajaran Islam Tasawuf. Gülen dengan konsisten berdakwah dan menebarkan nilai-nilai perdamian dan toleransi di bawah payung ajaran-ajaran Islam murni atau Tasawuf. Awal mulanya inspirasi dakwah Gülen yang Islam Tasawuf adalah ketika pertemuannya dengan salah satu murid dari Badiuzzaman Said Nursi bernama Muzaffer Arslan pada tahun 1957. Arslan diutus oleh Nursi ke Erzurum (kota kelahiran Gülen) untuk menyampaikan dakwah. Arslan tinggal selama lima belas hari di Erzurum dan setiap malam membacakan serts menjelaskan Risalah Nur kepada penduduk di sana. Ketika itu, Gülen terkesan dengan kepribadian Arslan dan dakwah yang disampaikan olehnya4. Hal itulah yang kemudian menginspirasi Gülen dalam berdakwah dengan menebarkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi yang merupakan krisi utama dalam dunia kontemporer. Sebagai seorang aktivis dan pemikir, Gülen mampu mempengaruhi banyak orang melalui ide-ide dan kegiatan-kegiatan sosialnya. Kuatnya pengaruh Gülen terlihat dari banyaknya pengikut setia Gülen bukan hanya masyarakat Turki, tetapi dunia Internasional juga mengakui pemikiran-pemikiran Gülen yang solutif terkait permasalahan yang terjadi di dunia kontemporer saat ini. Bahkan selama dua tahun terakhir ini, tidak kurang dari sepuluh seminar bertaraf internasional diadakan untuk mengkaji pemikirannya dan menghargai upaya-upayanya dalam menciptakan perdamaian dunia melalui dialog-dialog lintas agama dan lain sebagainya5. Menurut Dr. Ali Unsal, Fethullah Gülen dengan

4 Latif Erdoğan (dalam Mulyadi, hlm. 42), Kücük Dünyam, hlm. 47

(4)

kepribadiannya yang rendah hati, kemampuan berbicara serta profilnya yang kharismatik menjadikannya semakin populer di kalangan masyarakat umum sehingga jamaah yang ingin mendengarkan ceramahnya menjadi semakin banyak sehingga pengaruhnya semakin luas. Lanjut menurut Dr. Ali Unsal, sosok Gülen di mata pengikutnya ibarat sebuah kaca bening yang dengannya mereka dapat melihat kepribadian Rasulullah dan Sahabatnya secara langsung6.

Pengikut Gülen yang menganggapnya sebagai teladan dan kagum terhadap pemikiran-pemikran yang mengedepankan perdamaian kemudian mengkategorikan diri mereka sebagai pengikut gerakan Hizmet. Di situlah kemudian muncul cikal bakal bibit sebuah gerakan yang bernama Hizmet. Gerakan Hizmet muncul sebagai bentuk kefanatikan pengikut Gülen terhadapnya yang terinspirasi kemudian berlomba-lomba mengikuti setiap instruksi dan ajakan Gülen. Gerakan ini telah digagas sejak tahun 1966 dan merupakan sebuah embrio dari gerakan besar nonpolitik yang tujuannya adalah melayani masyarakat Turki dan segenap masyarakat dunia dalam bidang sosial dan pendidikan serta perlahan mempromosikan Islam yang damai dan toleran sebagai tolok ukur dalam kehidupan sehari-hari7. Basis dari gerakan ini adalah bergerak dalam bidang sosial. Gerakan ini mendirikan sekolah-sekolah, dernase,

asrama mahasiswa, koran, majalah, televisi, radio, perusahaan, institusi keuangan, lembaga dialog antariman. Saat ini, gerakan Hizmet telah bergerak menjadi gerakan raksasa. Gerakan ini melebarkan sayapnya hingga ke manca negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, terdapat sejumlah sekolah Gülen yaitu Pribadi Bilingual Boarding School (BBS) Depok, Semesta SBS Semarang, Pribadi BBS Bandung, Fatih BBS Banda Aceh, Kharisma Bangsa BBS Tangerang, Sragen BBS Sragen-Jawa Tengah, Teuku Nyak Arif Fatih BBS Banda Aceh, Kesatuan Bangsa BBS Yogyakarta, SMAN Banua BBS Banjarmasin, SMAN 1 Sumatera Barat8.

Sepak Terjang Dakwah Gülen untuk Politik

Dalam berdakwah, Gülen berfokus menyebarkan ajaran-ajaran Tasawuf tentang Islam sebagai agama yang rahmatalilalamin (rahmat bagi seluruh alam). Maka, tujuan utama dakwah Gülen juga membentuk karakter umat Islam yang dapat mencerminkan bahwa Islam benar-benar merupakan pembawa rahmat bagi seluruh alam. Begitu juga dakwah Gülen

6 Muhammad Mulki Mulyadi, Perjuangan Dakwah Fethullah Gülen di Turki (1956-1976), Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016), hlm. 61

7 Zulfahmi (dalam Mulyadi, hlm. 62), Fethullah Gülen: Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki, (Jakarta: UI Press, 2014)

(5)

dalam politik. Walaupun Gülen merupakan seorang ulama yang apolitis, tetapi perjuangan dakwahnya untuk membentuk politik yang sesuai dengan ajaran Rasulullah berfokus pada aktor-aktor politik tersebut. Salah satu bentuk upaya Gülen dalam rangka mengislamkan politik Turki di tengah prinsipnya yang apolitis terlihat ketika dukungannya terhadap kudeta militer 1997. Dalam mendukung kudeta militer tahun 1997, Gülen memposisikan diri sebagai alat penguasa untuk menyerang kelompok Islam politik9. Dukungan Gülen terhadap kudeta 1997 merupakan cara Gülen untuk memunculkan diri dan kelompoknya yang Islam apolitis di panggung nasional Turki serta merebut dominasi wacana keagamaan dan pengaruh sosial dan politik dengan memanfaatkan kesempatan di saat kelompok Islam politik sedang berada di titik nadir pasca kudeta 1997. Dari dukungan Gülen terhadap kudeta 1997 dapat dianalisis adanya bentuk ketegangan perseteruan antara subjek yang mengidentifikasikan dirinya sebagai Islam politis dengan Islam apolitis seperti Gülen di panggung nasional Turki.

Selanjutnya, ada yang dinamakan strategi dominasi Gülen dalam menebar pengaruh apolitisnya dalam perpolitikan di Turki. Strategi ini adalah dengan mendorong muruid-murid sekolah Gülen untuk melanjutkan ke akademi militer dan mendaftarkan diri ke lembaga negara lainnya. Gülen ingin menempatkan kader-kader terbaiknya di semua lembaga negara. Cara ini merupakan bentuk kelanjutan dari cara Badiuzzaman Said Nursi yang diidolakan oleh Gülen. Gülen bercita-cita untuk “mengislamkan pemegang lembaga” bukan “mengislamkan lembaga”. Namun penempatan kader terbaik ini menurut penentang Gülen, dianggap sebagai tindakan infiltrasi (penyusupan). Maka dari itu, hingga saat ini, Gülen Movement diduga berhasil melakukan infiltasi ke tubuh Angkatan Bersenjata Turki, Lembaga Kepolisian, Kehakiman, dan Kejaksaan. Kenyataan ini disadari oleh pemerintah yang berkuasa saat ini di Turki yaitu Erdoğan yang beroposisi dengan Gülen. Oleh karena itu, Erdoğan dapat dengan spontannya menuduh Gülen sebagai dalang kudeta 15 Juli 201610.

Sepak Terjang Erdogan dalam Perpolitikan di Turki

Dalam dunia politik, Recep Tayyip Erdoğan memulai karirnya pada tahun 2002 yangmana saat itu masih menjadi Perdana Menteri. Berasal dari Partai Keadilan dan Pembangunan yang dalam bahasa Turki Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP) sekaligus menjadi pemimpin partai tersebut. Partai yang dipimpin oleh Erdoğan ini berfokus prinsip publik yang

9 Bulent aras dan Omer Caha (dalam Khamami, hlm. 10), Fethullah Gülen and His Liberal ‘Turkish Islam’ Movement, (Middle East Review of International Affairs 14 no. 4: Desember 200), hlm. 36-37

(6)

keras terhadap dua strata kehidupan yaitu strata mengengah dan bawah. Selain itu, partai juga banyak diterima oleh beberapa anggota Uni Eropa dan Amerika11. Berdasarkan pemaparan dari Kartini, dkk (2015: 9), Erdoğan mencoba menegaskan bahwa AKP bukanlah partai yang berporoskan agama, dalam hal ini adalah tradisi Islam, melainkan sebuah partai konservatif seperti halnya partai dengan tradisi Eropa. Namun, beberapa kalangan di dalam maupun luar negeri Turki mengkritisi bahwa partai tersebut memiliki agenda terselubung (hidden agenda). Walapun demikian jelasnya bahwa partai AKP bukanlah partai yang berporos Islam murni seperti partai-partai sebelumnya (Partai Refah), AKP mengadopsi warna Islamis reformis.

Selama kepemimpinan Erdoğan, partai AKP merupakan partai yang mendapat banyak dukungan dan suara dari rakyat Turki yangmana terlihat ketika beberapa kali memenangi pemilu. Memasuki pemilu 2002, AKP bentukan Erdoğan berhasil memengangi pemilihan umum dengan perolehan suara 34,3 persen. Lalu pemilu 2007, AKP berhasil memenangi pemilu dengan perolehan suara 46,5 persen12. Pemilu 2011, AKP menang lagi dengan perolehan suara hampir 49,8 persen. Berikutnya pada tahun 2015, AKP memenangi pemilu kembali dengan perolehan suara 40,9 persen pada bulan Juni, sedangkan pemilu november 2015 juga menang dengan suara 49,5 persen13. Begitu luar biasanya memang eksistensi Partai AKP di Turki dan mendapatkan kepercayaan dari rakyat sehingga bisa memenangi pemilu empat kali berturut-turut dari tahun 2002 hingga 2015.

Kemenangan Partai AKP pada pemilu 2002 mengantarkan Erdoğan meniti karir ke dalam parlemen Turki menjadi Perdana Menteri pada tahun 2003. Berdasarkan pemaparan Kartini, dkk (2015: 10) kesuksesan yang diraih Partai AKP pada November 2002 merupakan titik balik bagi arah ekonomi dan politik Turki. Di bidang politik, 88% anggota parlemen merupakan orang-orang baru dan akar dari AKP serta kepemimpinannya berkaitan dengan partai-partai Islam terdahulu. Faktor-faktor ini menimbulkan perhatian, baik di dalam maupun di luar negeri mengenai masa depan politik, demokrasi, ekonomi, dan sosial Turki. Kecakapan kepemimpinan Erdoğan juga terlihat dalam meredam masalah Kurdi. Sejak kepemimpinannya tahun 2002, Erdoğan berusaha mencari jalan baru dalam berinteraksi dengan kurdi. Hal ini sangat jauh berbeda dengan cara tradisional militer Turki sebelumnya.

11 Berna Turam (dalam Kurnia, hlm. 17), Between Islam and State: The Politics of Engagement, (Stanford California: Stanford University Press, 2007), hlm. 4

12 Filiz Baskan (dalam Khamami, hlm. 7), Religious versus Secular Groups in The Age of Globalization in Turkey, (Totalitarian Movements and Political Religions 11 no. 2, Juni 2010), hlm. 176-177

(7)

Dalam menangani masalah Kurdi, salah satu solusi alternatif yang dilakukan Erdoğan adalah memberikan akses yang luas kepada warga Kurdi untuk ikut serta dalam proses-proses politik, melakukan reformasi dan menguatkan demokrasi di kawasan Kurdi14. Dalam rangka menjaga dukungan dari masyarakat, Erdoğan dengan partai AKP nya yang berbasis Islamis reformis berupaya menghilangkan pengaruh militer yang sekuler terhadap politik Turki termasuk dalam hal menyelesaikan masalah Kurdi15. Pengaruh militer yang kuat sebelumnya terhadap perpolitikan di Turki itulah yang menyebabkan kondisi Turki yang “sakit” di semua bidang-bidang vital penunjang kehidupan bernegara. Pengaruh militer yang kuat terhadap perpolitikan dikarenakan adanya undang-undang yang mengatur bahwa tugas militer adalah membela sekularisme di Turki sebelum pemerintahan Erdoğan. Namun, setelah berkuasanya undang-undang terjadilah semacam amandemen undang-undang yang menetapkan bahwa tugas militer adalah membela negara dan bangsa dari ancaman yang datangnya dari luar. Jadi, dikembalikanlah fungsi militer yang sesungguhnya yaitu hanya sekadar menjaga dan membela negara dari serangan luar atau dengan istilah populer kembali ke barak.

Berkuasanya Erdoğan dengan AKP nya tidak hanya menciptakan stabilitas politik dalam negeri yang semakin membaik, hubungan diplomasi Turki dengan negara-negara Internasional juga memperlihatkan bentuk simbiosis mutualisme. Politik luar negeri Turki yang kian membaik tidak lepas dari peran Menteri Luar Negeri Ahmet Davtoglu yang juga berasal dari partai AKP (kini menjabat sebagai pemimpin AKP periode Agustus 2014 hingga Mei 2016). Menurut Davtoglu dalam Sirjani (2015: 735) politik luar negeri Turki perlu diletakkan sebuah konsep baru yang berlandaskan pada peleburan persoalan-persoalan politik luar negeri dalam satu bingkai atau kerangka perumusan kebijakan-kebijakan. Hal itu bertolok pada keragaman sejumlah identitas regional mulai dari perjalanan perdamaian di Timur Tengah hingga stabilitas di Kaukasus. Sebagai contoh, perselisihan mengenai persoalan Uni Eropa dan Siprus sudah masuk dalam agenda pada paruh pertama tahun 2004, sedangkan pada paruh kedua dari tahun yang sama politik luar negeri Turki fokus pada persoalan Irak, kemudian tragedi Gaza terdapat di urutan teratas (paling prioritas) dari agenda akhir tahun 200816. Selain itu, hubungan diplomatik Turki dengan Rusia semakin membaik dan tidak menganggap Rusia merupakan musuh bagi Turki. Terjalinnya hubungan Turki dan

14 Wira Kurnia, Diplomasi Turki: Studi tentang Langkah-langkah Turki untuk Menjadi Anggota Uni Eropa pada Masa Pemerintahan Perdana Menteri Erdoğan (2002-2007), Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016), hlm. 18

15

(8)

Rusia yang kian membaik mempertimbangkan terhadap hal bahwa kenyataan letak geografis antarkedua negara yang memungkin adanya kepentingan-kepentingan yang saling terkait antarkeduanya.

Hubungan Fethullah Gülen dan Erdoğan serta Indikasi di Balik Kudeta 15 Juli 2016

Kenyataannya telah jelas bahwa baik Gülen ataupun Erdoğan sama-sama memiliki pengaruh besar dan diidolakan oleh masyarakat Turki karena pemikiran dan kemampuannya untuk menciptakan stabilitas atau kondisi yang lebih baik di negara tersebut. Masing-masing kedua tokoh ini juga memiliki pengikut setia yang terinovasi akan sosok dari keduanya. Gülen dengan pengikutnya juga telah membentuk gerakan Hizmet yang memiliki misi mempromosikan nilai-nilai Islam yang damai dan toleran Kedua tokoh yang eksis dan kharismatik ini memiliki hubungan saling mendukung karena terlihat adanya kesamaan tujuan untuk menjadikan Turki negara nonsekuler. Saling mendukungnya antara Gülen dengan Erdoğan terlihat ketika kemenangan partai AKP pada pemilu 2002. Kemenangan partai pimpinan Erdoğan tersebut pada pemilu 2002 tidak lepas dari dukungan Gülen dan pengikutnya17. Namun, hubungan yang saling mendukung ini antara Gülen dengan Erdoğan tidak berlanjut untuk seterusnya bahkan mengalami konflik. Hubungan antara Gülen dengan Erdoğan di panggung nasional Turki sangat jelas terlihat mengalami pasang surut.

Untuk menganalisis pasang surut hubungan antara Gülen dengan Erdoğan, penulis mendasar kepada pendapat Havan Yavus dan Berna Arslan yang membagi fase keberlangsungan Gülen Movement ke dalam lima fase atau tahap yangmana juga masing-masing fase memiliki tingkat hubungan dengan Erdoğan yang berbeda pula. Secara singkat, fase Gülen Movement mengalami lima fase yaitu fase pertama (1970-1983) disebut fase inisiasi atau pembetukan, fase kedua (1983-1997) disebut fase gerakan pendidikan, fase ketiga (1997-2001) disebut fase persekusi dan liberalisasi paksa, fase keempat (sejak kemenangan AKP dari tahun 2002 hingga 2010) disebut fase konsolidasi dengan negara dan politik, dan fase kelima (2011-sekarang) disebut fase asertif. Selama fase pertama atau inisiasi, Gülen Movement bergerak menghindari politik aktif18. Di antara kelima fase ini, fase yang paling tepat memperlihatkan kerenggangan hubungan antara Gülen dengan Erdoğan adalah fase keempat dan kelima. Fase dimana Gülen mendukung partai AKP pimpinan

17 Ikhawanul Kiram Mashuri, Erdogan, Kudeta, Sekularisme, dan Tuduhan pada Gulen, diakses melalui situs http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/16/07/17/oagay6319-erdogan-kudeta-sekulerisme-dan-tuduhan-pada-gulen pada Senin, 29 Mei 2017 pukul 10.12 WIB.

(9)

Erdoğan hingga memenangi pemilu tahun 2002 merupakan fase keempat. Kemenangan AKP dalam pemilu 2002 menjadikannya sebagai sasaran militer Turki yang sekuler. Untuk melindungi eksistensi partai, Erdoğan merapat ke Gülen Movement sebagai sesama kelompok Islam untuk membentuk aliansi menahan serangan dari militer. Pengikut Gülen yang tersebar di Lembaga Kepolisian dan Peradilan menjadi sekutu Erdoğan untuk melawan militer19. Berkat pembentukan aliansi Erdoğan dengan Gülen Movement inilah yang membuat AKP dapat selamat dari tudingan militer sebagai partai terlarang di Pengadilan Konstitusi.

Aliansi kekuatan antara Erdoğan dengan Gülen Movement dalam rangka melindungi AKP dari serangan militer berhasil memperkecil kekuasaan militer hingga muncul kasus Ergenekon dan Sledgehammer20. Akibat dari munculnya Energekon dan Sledgehemmer ini adalah ratusan perwira militer Turki aktif dipenjarakan dan sebagian pejabat tinggi militer mengundurkan diri sebagai bentuk aksi protes. Banyaknya perwira yang dipenjarakan dan pengunduran diri dari pejabat militer mengakibatkan terjadinya kekosongan kekuasaan di tubuh militer. Kekosongan ini lalu segera diisi oleh kader-kader Gülen21. Banyaknya kader-kader Gülen yang mengisi struktur lembaga negara membuat pengaruh dari Gülen Movement semakin kuat di panggung nasional Turki.

Masa keretakan hubungan antara Gülen dengan Erdoğan terlihat jelas di fase kelima atau asertif. Adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab keretakan hubungan tersebut. Faktor pertama adalah menguatnya pengaruh Gülen di lembaga-lembaga negara. Kader-kader Gülen berhasil mengisi pos-pos penting di militer sejak institusi ini berhasil di lumpuhkan. Selain itu, lapis tengah jabatan militer Turki juga telah disi oleh kader-kader Gülen dan posisi jendral juga demikian. Bukan hanya di militer, kader-kader Gülen juga berkarier di lembaga kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Pengaruh Gülen yang kian marak ini mengancam eksistensi Erdoğan22. Maka dari itu, Erdoğan secara langsung menganggap bahwa pengaruh Gülen merupakan ancaman bagi kepemimpinannya. Erdoğan tidak ingin ada “matahari” lain. Meninjam istilah Burak Bekdil, Erdoğan bertipe one man-Islamist show23. Berbagai fakta

19 Mustafa Akyol (dalam Khamami, hlm. 11), What You Should Know about Turkey’s AKP-Gulen Conflict, (Al-Monitor, 3 Januari 2014)

20 Ergenekon adalah proses pengadilan gerakan bawah tanah bagi yang terdakwa melakukan penggulingan pemerintahan AKP, sedangkan Sledgehammer adalah proses pengadilan atas tuduhan rencana kudeta yang dilakukan oleh sejumlah petinggi militer Turki terhadap pemerintahan AKP, (dalam Khamami, hlm. 12)

21 Suku Kucuksahin (dalam Khamami, hlm. 12), The AKP’s Path To the Coup, (Al-Monitor, 28 Juli 2016)

22 Cornell (dalam Khamami, hlm. 12, Erdoğan’s Looming Downfall

(10)

telah membuktikan bentuk ketidaksenangan atau sentimen Erdoğan terhadap eksistensi kader-kader Gülen di panggung nasional Turki. Salah satunya melalui tuduhan bahwa kudeta 15 Juli 2016 merupakan perencanaan dari Gülen. Selain itu, penyebab konflik berikutnya adalah faktor politik. Sesaat menjelang pemilu Juni 2011, Erdoğan mencoret kader dan simpatisan Gülen dari daftar calon legislatif Partai AKP. Jumlah mereka sekitar enam puluh hingga tujuh puluh orang. Tentunya, tindakan ini secara langsung membuat marah barisan Gülen. Kemudian, dengan dalih mereformasi administrasi negara, pemerintahan AKP menggeser pengikut Gülen dari jajaran birokrasi di Kementrian Pendidikan. Selama ini, Kementrian Pendidikan telah menjadi darling Gülen Movement karena memayungi ratusan sekolah dan lembaga bimbingan belajar gerakan ini24. Dengan sentiment Erdoğan terhadap Gülen lah yang akhirnya menjadi dasar dituduhnya Gülen sebagai aktor di balik kudeta 15 Juli 2016. Ditambah lagi, banyaknya kader-kader Gülen yang menempati posisi militer dan birokrasi lainnya di Negara tersebut yangmana hal ini merupakan ancaman bagi kekuasaan Erdoğan. Lalu, apakah benar terdapat keterlibatan Gülen dalam kudeta 15 Juli 2016 seperti yang dituduhkan oleh Erdoğan? Ketika ditanyai hal ini, Gülen menolak mentah-mentah bahkan mengatakan bahwa itu tuduhan Erdoğan yang memusuhinya. Namun, Mustafa Akyol meyakini Gülen berada di alik kudeta tersebut25. munerutnya lagi, walapun secara tidak langsung atau ahkan instruksi sama sekali berasal dari Gülen, tetapi bisa saja instruksi secara langsung para imam lapis atas yang menempati kedudukan hierarki tertinggi dari Gülen Movement26.

Penutup

Fethullah Gülen adalah seorang ulama kharismatik yang dakwahnya berfokus pada menyebaran nilai-nilai Islam yang damai dan toleran serta menunjukkan bahwasanya Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Maka dari itu, cara dakwahnya yang sederhana dan damai membuat ia memiliki banyak pengikut darii berbagai kalangan masyarakat hingga membentuk gerakan Hizmet atau Gülen Movement. Begitu juga dengan sosok Erdoğan yang menjadi pemimpin paling fenomenal sepanjang perjalanan Republik Turki. Pasca kemenangan Partai AKP pimpinannya memenangi pemilu 2002 hingga ia bisa dilantik menjadi Perdana Menteri, begitu banyak perubahan positif yang pada panggung nasional

24 Cornell (dalam Khamami, hlm. 13, Erdoğan’s Looming Downfall

25 Mustafa Akyol (dalam Khamami, hlm. 16), Cause or Cult? What It Means to be a Gulenist? (Al-Monitor, 2 Agustus 2016)

(11)

Turki di berbagai bidang. Erdoğan yang berhaluan Islamis reformis mampu menekan eksistensi militer yang sekuler dalam panggung politik Turki. Akibatnya, peran militer dalam mengatur perpolitikan Turki dengan tetap mempertahankan basissekuler akhirnya tergantikan dengan peran baru yaitu memelihara keamanan dan pertahanan Negara dari ancaman luar. Pencapaian luar biasa Erdoğan dalam upaya mencipatakan stabilitas politik dan bidang-bidang lainnya mendapat simpati dan kepercayaan dari rakyat kepada Erdoğan. Hal itu terlihat ketika setiap kali diadakan pemilu partai AKP yang dipimpinnya selalu mendapatkan suara terbanyak.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, Ika Yunia. 2009. Menguak Konsep Kebersandingan Fethullah Gulen dan Asimilasi Budaya Thariq Ramadhan. Surabaya: ISLAMICA.

Indiriana, K, ddk. 2015. Demokratisasi dan Fundamentalis Agama: Hindu di India, Buddha di Sri Lanka dan Islam di Turki. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Khamami, Ahmad Rizqon. 2016. Erdoğan versus Gülen: Perebutan Pengaruh antara Islam Politik dan Post-Islamis dengan Islam Kultural Apolitis. At-Thahrir Vol.2

Moyo, P. 2014. Jurang Ideologis di Balik Keretakan Erdogan dengan Fethullah Gulen

(online). Diakses melalui situs: http://www.dakwatuna.com/2014/01/09/44546/jurang-ideologis-di-balik-keretakan-erdogan-dengan-fethullah-gulen/#axzz4iQiVOG23 pada Senin, 29 Mei 2017 pukul 13.05 WIB.

Rahman, A.A, dkk. 2017. Erdogan Bukan Pejuang Islam?. Kuala Lumpur: PTS Publications and Distributors.

Sirjani, Raghib. 2015. The Harmony of Humanity: Teori Baru Pergaulan Antarbangsa Berdasarkan Kesamaan Manusia. Jakarta: Pusataka Al Kautsar.

Syamsudini, HM. 2013. Cinta dan Toleransi Perspetif Fethullah Gulen. Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri Jember.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1). Sistol, tekanan ketika jantung memompa darah. Orang normal sistolnya 120 mmHg. Diastol, tekanan jantung ketika darah masuk ke jantung. Normalnya 80 mmHg. Arteri / Nadi,

Selain itu menurut Sundari & Damayanti (2017: 982-983) terdapat media kartu suka baca yang memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: 1) mudah dibawa (praktis), 2) mudah

b) Dimensi Efektivitas, Dapat disimpulkan bahwa Kinerja Bidang Pengelolaan Pasar Dalam Pemungutan Retribusi Pasar pada Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan

Metode analisis yang digunakan yaitu Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan Par- tial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa i) pelatihan,

hematokrit pada penderita PJB sianotik secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan PJB non-sianotik tetapi tidak ada hubungan antara jumlah ekskresi protein dengan

Salah satu Terminal Bus yang terdapat di DKI Jakarta dan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat kota Jakarta adalah Terminal Bus Kampung

[r]