• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titik Balik pemulihan Ekonomi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Titik Balik pemulihan Ekonomi Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

“TITIK BALIK PEMULIHAN EKONOMI DI INDONESIA PADA TAHUN 2016” (disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Perekonomian Indonesia yang

dibimbing oleh Dr. Sukidin M.Pd dan Novita Nurul Islami S.Pd. M.Pd)

Disusun Oleh:

Nining Wahyuni 140210301043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat beserta salam tak lupa kita junjung agungkan pada Nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul kimat kelak,

Makalah dengan judul “Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016” ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia serta untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang konsep Perekonomian Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT. senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Jember, 01 April 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau baik besar dan kecil dengan wilayah daratan dan lautan yang sangat luas serta posisi silang Indonesia yang sangat strategis membawa implikasi adanya kandungan sumber kekayaan alam yang berlimpah dan beraneka ragam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Dengan melihat kondisi lingkungan geografis Indonesia serta sebagian besar mata pencaharian utama masyarakat Indonesia yang sebagai petani, sudah barang tentu hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan struktur berkembangnya perekonomian bangsa yang mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi tentunya tetap dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional.

(4)

pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015? 2. Apa Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia?

3. Bagaimana Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan tersebut? 4. Bagaiamana Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016? 5. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada

Tahun 2016?

6. Bagaimana Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015

2. Untuk Mengetahui Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia 3. Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan tersebut

4. Untuk Mengetahui Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Tahun 2016

5. Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015 1. Pelemahan kurs rupiah yang mendekati angka 14.000 menjadi sebuah

ancaman yang mengerikan bagi Indonesia. Angka itu secara ekonomi mencerminkan bahwa banyak investor yang berpindah dari Indonesia ke negara lain. Konsekuensinya adalah pembangunan-pembangunan nasional yang melibatkan investasi asing dapat terganggu.

Kondisi ini diperparah dengan Yuan yang melakukan penurunan kurs secara sengaja. Indonesia yang telah terbanjiri oleh produk China seakan tidak berdaya untuk bangkit. Hal ini karena produk China lebih murah secara internasional dibandingkan produk lain. Saat China mengumumkan untuk menurunkan kurs Yuan, rupiah jatuh 218 poin dari selasa hingga Rabu kemarin. Anjloknya kurs rupiah tersebut membuat produk Indonesia kurang kompetitif di pasar internasional. Besarnya porsi impor sebagai faktor produksi suatu barang menjadi hambatan sendiri bagi Indonesia untuk melakukan ekspor.

Tekanan ekonomi luar negeri tersebut ternyata masih ditambah dengan krisis pangan dan kartel daging. Teriknya El nino mengakibatkan sejumlah petani harus gulung tikar akibat kurangnya sumber air. Fasilitas pemerintah untuk menopang sektor pertanian sepertinya belum mampu mengatasi krisis ini.

2. Tahun 1960-an cadangan devisa yang sangat rendah mengakibatkan

timbulnya kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang masih harus diimpor dan diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya bekerja 30% dari kapasitas yang ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter McCawley, ed., 1990).

(6)

4. Masalah pembangunan ekonomi yang ala kadarnya sangat memperihatinkan karena tidak tampak strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali bergairah. Angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi.

5. Penanganan bencana alam yang datang bertubi-tubi berjalan lambat dan sangat tidak profesional. Bisa dipahami bahwa bencana datang tidak diundang dan terjadi begitu cepat sehingga korban kematian dan materi tidak terhindarkan. Satu-satunya unit pemerintah yang tampak efisien adalah Badan Sar Nasional yang saat inipun terlihat kedodoran karena sumber daya yang terbatas. Sementara itu, pembentukan komisi dll hanya menjadi pemborosan yang luar biasa.

6. Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan. SBY yang ‘sok’ kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut dan selalu cari aman, sedangkan JK yang sok profesional dikhawatirkan penuh tipu muslihat dan agenda kepentingan kelompok. Rakyat Indonesia sudah melihat dan memahami hal tersebut. Selain itu, ketidakkompakan anggota kabinet menjadi nilai negatif yang besar.

7. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia. Tetapi malah mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk kekuatan kelompok.

8. Masalah korupsi. Mulai dari dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi perdebatan yang semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari koruptor-koruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia. Misalnya pernyataan JK yang

menganggap upaya pemberantasan korupsi mulai terasa menghambat pembangunan. 9. Masalah politik luar negeri. Indonesia terjebak dalam politk luar negeri

‘Pahlawan Kesiangan’. Dalam kasus Nuklir Korea Utara dan dalam kasus-kasus di Timur Tengah, utusan khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia juga sangat sulit bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran. Selain itu, ikut serta dalam masalah Irak jelas merupakan dikte Amerika Serikat yang diamini oleh korps Deplu. Juga desakan peranan Indonesia dalam urusan dalam negeri Myanmar akan semakin menyulitkan Indonesia di masa mendatang. Singkatnya, Indonesia bukan lagi negara yang bebas dan aktif karena lebih condong ke Amerika Serikat.

(7)

wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif. 11. Terjadinya Kerusuhan-Kerusuhan:

 27 Juli 1996, bentrok antara PDI pro-Megawati dengan PDI por-Suryadi di kantor pusat PDI.

 Oktober 1996, kerusuhan di Situbondo, Jawa Timur.  Desember 1996, kerusuhan di Tasikmalaya , Jawa Barat.

 Menjelang akhir kampanye pemilu 1997, terjadi kerusuhan di Banjarmasin 12. Krisis Hukum

Pada masa pemerintahan Orde Baru banyak terjadi ketidakadilan di bidang hukum. Misalnya pada pasal 24 UUD 1945 dinyatakan bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah. Namun pada kenyataannya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, lembaga pengadilan sangat sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim-hakim harus melayani kehendak penguasa. Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Selain itu, sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa dan kerabatnya.

13. Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga memengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi krisis global tersebut.

(8)

akhir tahun 1997. Walaupun pada awal tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat kebijakan uang tetap dan suku bunga bank tinggi, namun krisis moneter tetap tidak dapat teratasi. Akhirnya pada bulan April 1998, pemerintah membekukan tujuh buah bank bermasalah.

Dalam perkembangan berikutnya, nilai tukar rupiah terus melemah dan

menembus angka Rp10.000,00 per dolar Amerika Serikat. Kondisi seperti itu semakin diperparah oleh para spekulan valuta asing baik dari dalam maupun dari luar negeri, sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bertambah buruk. Oleh karena itu, krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan negara, tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.

Memasuki tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah memengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Perusahaan-perusahaan banyak yang tidak mampu membayar utang luar negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan banyak terdapat perusahaan yang mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatannya, akibatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. Angka pengangguran meningkat, sehingga daya beli dan kualitas hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah. Akibatnya, kesenjangan ekonomi yang telah terjadi sebelumnya semakin tampak jelas setelah berlangsungnya krisis ekonomi tersebut.

14. Peranan APBN sebagai stimulus ekonomi yang belum optimal

(9)

2.2 Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia 1. Korupsi di Indonesia sudah begitu merajalela

Hampir tidak bisa di pungkiri lagi bahwa bangsa Indonesia salah satu negara yang paling korup di dunia. Banyak hasil survey yang telah membuktikan. Hal ini jelas mengherankan karena bangsa kita penganut setia agama. Semua agama mengajarkan moralitas tetapi faktanya masyarakat kita melakukan hal yang

bertentangan dengan nilai-nilai moral agama. Nampak bahwa korupsi di Indonesia sangatlah meruncing di semua bidang, termasuk di sektor pendidikan. Koruspi di Indonesia memang sedang mendarah daging dan mengakar hampir di semua bidang pekerjaan. Mulai areal parkir sampai gedung wakil rakyat. Seperti sudah menjadi hal yang biasa. Ditinjau dari aspek ekonomi, korupsi selalu dilakukan dengan cara-cara tidak sah dalam mendapatkan sesuatu melalui pola dan modus yang memanfaatkan kedudukan. Mengingat korupsi merupakan moral yang kurang baik, sudah seharusnya diberantas. Meskipun korupsi di Indonesia memang sudah membudaya, menjadi kebiasaan yang sangat sulit di ubah namun bukan berarti tidak bisa diubah. Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Kita harus yakin bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, termasuk korupsi, pasti bisa disembuhkan. Obat paling mujarab adalah, berikan hukuman seberat-beratnya pada pelaku korupsi. Jangan pandang bulu. 2. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan selama satu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada modal dari investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah.

(10)

3. Penyebab jatuhnya nilai tukar Rupiah adalah tidak percayanya investor kepada Indonesia sebagai ‘tempat yang ramah untuk berinvestasi

4. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).

Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan Jepang secara tak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja, diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan meguasai bank-bank.

Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.

5. Adanya blokade ekonomi, oleh Belanda (NICA).

Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini, menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :

1. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia; 2. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;

3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan

Indonesia.

Akibat dari blokade ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak dapat diekspor, sehingga banyak barang-barang ekspor yang dibumihanguskan. Selain itu Indonesia menjadi kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan. 6. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan

pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya.

(11)

7. Ketidakstabilan Perkembangan Ekonomi

Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu periode ke periode lainnya. Perekonomian selalu mengalami kondisi naik-turun. Adakalanya perekonomian berkembang dengan sangat pesat sehingga menimbulkan kenaikan harga. Periode lainnya perekonomian mengalami perlambatan dan mengalami kemerosotan serta berada ditingkat paling rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya. Hal ini bisa diakibatkan oleh kondisi perusahaan-perusahaan yang berada dalam perekonomian tersebut. Setiap perusahaan mengalami naik-turun kegiatan dalam jangka panjang yang disebut konjungtur atau siklus kegiatan perusahaan (business cycle).

8. Kemiskinan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis

kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak Negara-negara bekembang tidak terkecual di Indonesia.

Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil. Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.

(12)

9. Kesenjangan Penghasilan

Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat terdapat kelompok masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah. Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Sementara itu, kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun kebutuhan yang paling dasar.

Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan permasalahan kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah dalam memeratakan penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini dilakukan untuk meratakan kemampuan masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Selain itu, upaya pemerintah dalam meratakan penghasilan bertujuan untuk mengurangi

kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat. 10. Hutang Luar Negeri

Indonesia memiliki hutang luar negeri yang sangat banyak yakni lebih dari USD 100 miliar. Setiap kementerian mempunyai hutang. Indonesia adalah negara dengan hutang luar negeri terbesar ke-3 di dunia setelah Brazil dan Meksiko. Hutang yang terus menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah

perekonomian seperti nilai mata uang Rupiah yang terus menurun 11. Defisit Anggaran

APBN Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit adalah saat ketika anggaran belanja lebih tinggi dari anggaran pendapatan. Itulah salah satu alasan kenapa hutang negara kita terus menumpuk. Penyebab utamanya adalah korupsi, perilaku pemerintah yang sangat boros anggaran, dan subsidi yang tidak tepat sasaran.

12. Ketidakmampuan Industrial

(13)

13. Pembangunan yang Cenderung Tersentralisasi

Indonesia memang sedang pesat-pesatnya membangun. Tetapi yang

disayangkan adalah kenapa hanya kawasan tertentu saja yang dibangun sedangkan daerah lain ditinggalkan begitu saja. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan daerah perkotaan menjadi semakin padat. Jika pemerintah melakukan pembangunan secara merata, maka setiap daerah akan berkembang lebih cepat dan itu juga bisa mempercepat kemajuan Indonesia.

2.3 Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia

1. Transparansi Pemerintah dalam konteks penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sangat diperlukan agar mendapat kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan accountability pengelolaan sumber-sumber pendanaan termasuk dana 3. Di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

4. Meningkatkan export non-migas dan membatasi habis-habisan import barang-barang konsumtif termasuk mobil-mobil mewah yang sekarang ini malah diijinkan untuk di import. Hal ini seyogyanya dilarang.

5. Pemerintah harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada mata uang Rupiah dan kepercayaan kepada bank-bank swasta yang dikelola dengan baik. Hal ini memang tidak mudah tetapi harus dimulai selangkah demi selangkah.

6. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah agar mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme di kalangan para pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan Negara daripada

kepentingan pribadi atau golongan.

7. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seyogyanya memonitor dan mengawasi secara ketat Bank-bank Swasta agar tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam mengelola dana-dana yang diterima, baik dari Pemerintah maupun dari Masyarakat. 8. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih 200 juta orang, rakyatnya lebih

(14)

langsung kepada pengusaha kecil maupun penyalurannya melalui Koperasi Unit Desa (KUD). Tidak sebaliknya disalurkan kepada para pengusaha besar / konglomerat yang selalu mempunyai masalah kredit macet. Apabila hal ini dilakukan berarti Pemerintah turut serta memperkokoh fondasi perekonomian yang langsung menyentuh

kepentingan sebagian besar penduduk Indonesia. Pada masa orde baru umumnya kredit Pemerintah diberikan kepada hanya segelintir pengusaha besar (konglomerat) yang pada umumnya kredit itu dipergunakan untuk kepentingan kelompok/group perusahaannya sendiri ( termasuk hutangnya dari luar negeri ) yang umumnya dipergunakan untuk membangun hotel-hotel bintang lima, tourism-resort,

mall/supermaket, gedung-gedung apartemen mewah, perumahan-perumahan mewah, pembangunan lapangan-lapangan golf dan lain sebagainya. Kesemua pembangunan tersebut samasekali tidak menyentuh kepentingan rakyat banyak. Krisis moneter antara lain diakibatkan oleh besarnya hutang-hutang luar negeri swasta tersebut, dampaknya berakibat menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia. Hal ini seyogyanya jangan terjadi lagi karena lebih dari 90 % rakyat Indonesia tidak membutuhkan mata uang dollar untuk keperluan hidup sehari-hari.

9. Indonesia adalah negara kepulauan, karena itu seyogyanya Pemerintah menggalakkan pembangunan kapal-kapal inter-insuler (antar pulau) dari pada membangun industri pesawat terbang dan proyek-proyek mercusuar lainnya yang tidak menyentuh kepentingan rakyat banyak.

10. Proyek-proyek pembangunan yang menyentuh kepentingan rakyat banyak seperti pembangunan pabrik semen, pabrik textil, makanan, farmasi, listrik dan tilpun masuk desa, irigasi dan lain sebagainya agar terus dilanjutkan.

11. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan terbaik. Kemelut yang dihadapi perbankan nasional saat ini lebih baik dihadapi dengan merger daripada dengan penurunan rasio kecukupan modal (CAR = Capital Adequate Ratio). Sebab apabila dilakukan pelanggaran CAR hanyalah untuk kepentingan sesaat yang berakibat bank kurang kompetitif disamping memunculkan spekulasi rekap kedua. 12. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama. Konsep

(15)

sebesar Rp. 19 T. Langkah-langkah ini apabila berhasil dilakukan Pemerintah dapat menekan defisit anggaran walaupun bersifat sementara .

13. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para

pengusaha/konglomerat. Apalagi kalau jelas-jelas diketahui bahwa para

pengusaha/konglomerat tersebut bermasalah dan diduga turut serta terlibat dalam penyalahgunaan dana BLBI. Bank Indonesia/bank Pemerintah harus bertanggung jawab atas penyaluran kredit. Apabila ada indikasi penyalahgunaan kredit bank (kredit macet) maka ke dua pihak baik penyalur maupun penerima kredit ke dua-duanya harus ditindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

14. Pemerintah hendaknya bertindak lebih tegas terhadap oknum-oknum pejabat dan para pelaku bisnis apabila mereka terbukti melakukan korupsi terhadap keuangan negara, pengadilan hendaknya tidak ragu-ragu memberikan hukuman yang seberat-beratnya, termasuk hukuman seumur hidup atau hukuman mati kepada para pelaku mega korupsi. Hukuman mati kepada pelaku mega korupsi diperlukan sebagai shock terapi dalam mengatasi masalah korupsi yang sekarang menjamur di Indonesia. Sumber dari krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah diakibatkan karena pemerintah sampai saat ini belum berhasil membersihkan KKN.

15. Seyogyanya Pemerintah RI dalam menyusun program pembangunan perekonomian Indonesia selalu mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945), bukan sebaliknya untuk kepentingan para pengusaha. Disamping itu dalam rangka Otonomi Daerah Pemerintah Pusat hendaknya melakukan pengawasan yang ketat terhadap Pemerintah Daerah agar pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam yang terdapat di Daerahnya tidak dirusak dan dikuras oleh para pengusaha. Contoh: Adanya keinginan dari Pemda Propinsi Kalimantan Selatan untuk menjadikan Hutan Lindung Pegunungan Meratus sebagai Hutan Produksi Terbatas. Apabila hal ini dilakukan mempunyai dampak lingkungan yang luas ( Ecological Disaster ) selain menimbulkan kerusakan hutan juga akan menimbulkan banjir besar pada musim hujan di daerah sekitarnya, termasuk banjir besar di sungai Barito Kalimantan Selatan 16. Penyehatan Sistem Perbankan

Untuk menggerakkan kembali roda perekonomian dan memulihkan

(16)

penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah, maka langkah-langkah mendasar dari kebijakan penyehatan dan resrukturisasi perbankan yang ditempuh oleh

pemerintah reformasi terdiri dari dua prinsip pokok, yaitu :

a) Kebijakan untuk membangun kembali sistem perbankan yang sehat guna mendukung pemulihan ekonomi nasional, melalui :

1) Program peningkatan permodalan bank.

2) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan antara lain, mencakup: - Perijinan bank yang semula dibawah kewenangan Departemen Keuangan dialihkan ke Bank Indonesia selaku bank sentral ;

- Investor asing diberikan kesempatan lebih besar untuk menjadi pemilik saham di bank-bank (tak heran apabila sejak krisis moneter bank-bank swasta nasional menjadi berstatus go public secara hukum)

- Rahasia bank yang semula menyangkut sisi activa dan pasiva diubah menjadi hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya.

3) Penyempurnaan dan penegakan ketentuan kehati-hatian, antara lain :

a. Bank-bank diwajibkan menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) sebesar 4 % pada akhir tahun 1998, 8 % pada akhir tahun 1999 dan 10 % pada tahun 2000, sebagaimana diumumkan oleh pemerintah.

b. Melakukan tindakan hukum yang lebih tegas terahdap pemilik dan pengurus bank yangt telah terbukti melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

b) Kebijakan untuk menyelesaikan masalah perbankan yang telah terjadi dengan melakukan pemulihan dan penyehatan perbankan.

(17)

2.4 Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016

Sejauh ini perkembangan makroekonomi Indonesia sudah berjalan pada jalurnya. Sejalan dengan perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,8% , lebih rendah dari 5,0% pada 2014. Penurunan ini dipengaruhi ekspor yang menurun seiring lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari sisi regional domestik yang menunjukkan perlambatan ekonomi terutama dialami daerah-daerah berbasis sumber daya alam.

Di 2016 ini, pertumbuhan ekonomi masih dapat ditopang oleh konsumsi yang masih cukup kuat, baik rumah tangga maupun pemerintah. Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan meningkat pada kisaran 5,2%-5,6%. Tim ekonomi BNI

memproyeksikan angka pertumbuhan 5,0-5,5% dengan arah di kisaran 5,3%. Disamping kuatnya konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi juga didorong stimulus

fiskal terutama untuk pembangunan proyek infrastruktur di seluruh Tanah Air. Sejalan dengan itu, investasi langsung diharapkan meningkat seiring dengan implementasi serangkaian paket kebijakan ekonomi yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi semakin baik.

Di tengah tantangan pertumbuhan ekonomi global yang melambat, upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat dan mengefektifkan stimulus fiskal memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di 2016 ini.

BI tentu harus terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya sehingga dapat mendukung stabilitas makoekonomi dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan. Apalagi ekspektasi inflasi 2016 diperkirakan cukup rendah berada di kisaran 4% +/- 1%. Barangkali dari titik inilah BI tidak menampik bahwa ada ruang untuk penyesuaian suku bunga acuan atau BI Rate jika melihat kondisi inflasi pada saat ini dan arah ke depannya yang berada di level cukup rendah. Inflasi tahunan pada Desember 2015 yang di posisi terendah dalam enam tahun terakhir dinilai akan membuka jalan bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan yang dipertahankan 7,50% sejak Februari 2015.

(18)

moneter ke depannya yang diyakini akan lebih akomodatif. Yang pasti, penyesuaian suku bunga acuan tetap harus memberi perhatian pada stabilitas ekonomi dan sistem keuangan domestik, yang cukup rentan bergejolak terkait dengan koreksi pertumbuhan ekonomi global yang bersumber dari perlambatan ekonomi Tiongkok secara konsisten.

Di tengah “desakan” beberapa pihak agar BI segera “menormalisasikan” kebijakan moneternya, maka pada RDG BI pekan ini BI diperkirakan mulai membuka ruang penyesuaian secara berhati-hati.

Jika pun BI “berani” menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7,5% ke 7,25% pada RDG BI pekan ini, tentu hal ini dilakukan dengan amat hati-hati, terukur dan diharapkan tidak memberikan efek negatif bagi kestabilan ekonomi, pasar keuangan dan ekspektasi investor. Sekali lagi, yang dijadikan konsideran oleh bank sentral bukan semata-mata realisasi inflasi 2015 lalu dan ekspektasi inflasi 2016 ini, namun juga dengan mempertimbangkan perkembangan konstelasi ekonomi di tingkat global dan regional Asia.

Di lingkup global, arah kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang ditengarai masih akan melanjutkan kenaikan fed fund rate (FFR) secara bertahap tentu menjadi

pertimbangan. Kebijakan ekonomi yang dovish (longgar) di Uni Eropa dengan penetapan suku bunga ultra rendah pun menjadi pertimbangan BI.

Di lingkup Asia, perilaku kebijakan moneter bank sentral Tiongkok, People Bank of China (PBOC), pun menjadi pertimbangan karena sejauh ini upaya pemerintah Tiongkok untuk mengembalikan jalur pertumbuhan ekonominya belum usai.

Penurunan suku bunga acuan berkali-kali, juga penurunan rasio giro wajib minimum (GWM) berulang kali serta devalusasi mata uang Yuan secara agresif, dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi Tiongkok. Sejauh ini belum ada signal kuat bahwa perekonomian Tiongkok bergerak membaik. Justru yang muncul perkiraaan yang lebih buruk. Tensi geopolitik yang memanas di kawasan Timur Tengah yang melibatkan dua negara tetangga, yakni Iran dan Arab Saudi, pun menjadi perhatian karena ketegangan geopolitik tersebut bisa mengganggu kestabilan ekonomi kawasan emerging economies

(19)

penting di tengah tekanan terhadap rupiah yang belum bergeser sejak awal tahun ini. Maksudnya, dengan nilai tukar rupiah yang masih labil, bisa jadi ruang penurunan suku bunga acuan itu tidak digunakan oleh BI untuk jangka pendek ini. Sebelumnya, BI mematok suku bunga acuan di 2016 ini pada level 7,5%. Angka tersebut merupakan proyeksi otoritas moneter di 2016 dalam rangka penyusunan anggaran BI tahun ini. Meski demikian, untuk menentukan suku bunga acuan selanjutnya, BI tentu harus melihat kondisi serta data terkini dan diputuskan dalam RDG BI. Hanya saja, kini BI memiliki “amunisi tambahan” dengan membaiknya posisi cadangan devisa akhir Desember 2015 yang sebesar US$105,9 miliar atau meningkat dibandingkan November 2015 yang US$100,2 miliar.

Peningkatan cadev tersebut berasal dari penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, penerimaan hasil ekspor migas, dan penerbitan global bonds pemerintah sehingga cukup untuk menutupi kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah Dengan perkembangan tersebut, posisi cadev per akhir Desember 2015 dapat membiayai 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah, atau di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar 3 bulan impor. Posisi cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Pada September 2015, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kisaran 5,2% hingga 5,6%. Hal ini sejalan dengan rendahnya volume perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas. Prediksi ini merupakan revisi dari prediksi Bank Indonesia sebelumnya. Kendati merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun depan memang relatif akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Otoritas Jasa Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,1% hingga 5,4%. Padahal pada Agustus 2015, Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 sebesar 5,5 persen. Bank Dunia memprediksi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan

mencapai 5,3%.

Proyeksi ekonomi Indonesia tersebut disebabkan karena paket kebijakan yang

(20)

ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor. Prediksi ini dikeluarkan pada bulan Oktober 2015.

International Monetary Fund memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kawasan ASEAN 5 berada pada kisaran 4,9% pada Oktober 2015 setelah sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi ASEAN 5 berada di kisaran 5,1% pada Juli 2015.

Setelah terjadi keterpurukan ekonomi Indonesia di tahun 2015, diharapkan tahun 2016 menjadi tahun titik balik pemulihan perekonomian Indonesia. Segala keterpurukan yang lalu bisa menjadi suatu bekal untuk memperbaiki ekonomi nasional. Indonesia

menyongsong peluang serta tantangan di tahun 2016. Pengalaman berharga di tahun 2015 menjadi modal yang berharga untuk menghadapi tantangan baru serta memperbaiki di tahun kedepannya.

Menurut Presiden Joko Widodo, "Tahun ini pemerintah telah membangun fondasi yang kuat dalam politik anggaran. Pemerintah juga telah mengalihkan subsidi bahan bakar minyak untuk program yang bermanfaat bagi rakyat. Yang tidak kalah penting, pemerintah telah mengubah haluan pembangunan menjadi Indonesia sentris, bukan Jawa sentris, yaitu memulai pembangunan dari daerah terdepan dan tertinggal”. Tahun 2015, kata Presiden, Indonesia menghadapi dampak pelambatan ekonomi dunia, harga komoditas yang turun, kebakaran hutan dan lahan gambut, serta nilai tukar rupiah yang merosot. Namun, tantangan dapat dilewati dengan baik. Pemerintah mampu meraih pencapaian penting, antara lain percepatan pembangunan jalan tol dan pembangunan jalur kereta api bandara.

Secara terpisah, ekonom senior Kenta Institute, Eric Alexander Sugandi,

menyebutkan, tahun 2015 menjadi tahun konsolidasi bagi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sejumlah terobosan sudah dilakukan kendati tidak berlangsung optimal akibat

pelambatan pertumbuhan ekonomi. Presiden menyebutkan, dirinya telah memerintahkan agar anggaran yang didelegasikan ke kementerian dan lembaga negara segera direalisasikan pada awal 2016 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Presiden meminta para menteri, terutama yang mendapatkan alokasi dana besar dari APBN, harus mempercepat penyerapan anggaran di awal 2016 untuk menjaga momentum

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kondisi yang sesuai dengan yang kita rencanakan, sekitar 5,3 persen.

(21)

mengatasi pengangguran dan menekan kesenjangan ekonomi. Seusai sidang kabinet

paripurna terakhir di 2015 itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, Presiden tetap akan melanjutkan paket deregulasi. Hingga kini, sudah ada delapan paket kebijakan ekonomi pemerintah. Kementerian Bidang Perekonomian diminta menyiapkan paket deregulasi sepanjang 2016.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, salah satu fokus perhatian pemerintah adalah menyederhanakan 42.000 aturan yang menghambat iklim investasi. Regulasi itu tidak hanya terkait pemerintah pusat, tetapi juga penyederhanaan aturan di tingkat daerah.

Dalam asumsi makro APBN 2016, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,3 persen dengan inflasi 4,7 persen. Adapun nilai tukar rupiah Rp 13.900 per dollar AS. Indonesia harus mampu membangun optimisme untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global maupun domestik. Namun, kondisi ini harus tetap diwaspadai karena mengingat kondisi ekonomi global yang lebih rentan dengan krisis karena mudah berubah-ubah.

Berkaca dari tahun lalu, pengaruh terbesar bagi ekonomi Indonesia di 2016 bisa jadi antara lain, yaitu pertama perlambatan ekonomi Tiongkok dan kedua masih rendahnya harga minyak. Bahasan pertama adalah pengaruh Tiongkok ke Indonesia. Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, perlambatan di Tiongkok berarti memberi pengaruh pada kegiatan ekspor. Perlu dicatat, ekonomi dunia juga mendapat pengaruh yang sama atas perlambatan ini. Melihat hal ini, tentunya pola ekspor Indonesia pun harus mulai diubah, dari barang mentah menjadi barang jadi/ barang konsumsi. Kedua, terkait harga minyak. Secara otomatis, minyak menjadi referensi harga bagi komditas lain, dimana nilai minyak yang rendah berimbas pada harga komoditas yang rendah. Indonesia sendiri mulai berusaha untuk mengurangi

ketergantungan kepada komoditas pada 2015 lalu. Di dalam negeri, harga minyak ini mengganggu ide pengembangan energi terbarukan karena harganya menjadi lebih murah untuk dikonsumsi. Hal ketiga ialah, Kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat juga pasti berpengaruh pada kondisi ekonomi dalam negeri, khususnya sektor keuangan. Hal ini tentunya harus kita antisipasi sehingga sektor keuangan Indonesia tetap dalam kondisi stabil.

(22)

(APBN) karena ini menjadi salah satu faktor penyokong pertumbuhan tahun 2016. Di sisi lain, penyerapan juga mulai digenjot mulai dari awal tahun, dimana proses lelang telah diizinkan untuk dilakukan sejak November 2015. Pada Januari 2016, beberapa proyek pekerjaan infrastruktur telah dimulai, antara lain pada Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Perhubungan. Tahun ini, pemerintah mengupayakan adanya penyerapan yang lebih merata, dimana distribusi penyerapannya juga akan terlihat di semester I.

2.5 Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016 1. Mencakup kebijakan moneter serta fiskal yang berhati-hati, seperti terlihat dalam

reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, telah mampu berkontribusi kepada stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan.

2. Pengenalan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk mengatur risiko nilai tukar utang korporasi.

3. Paket-paket kebijakan Pemerintah yang dikeluarkan sejak Agustus 2015 juga dianggap mampu memberi sinyal mengenai strategi baru untuk memperbaiki iklim bisnis dan mengurangi biaya dalam berusaha (cost of doing business). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Adapun Paket-paket kebijakan jokowi, diantaranya yaitu:

a. Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) atau Tax Allowance untuk perusahaan yang menahan dividen nya, dan melakukan re-investasi

Kebijakan ini memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang bagus. Dikarenakan memang banyak perusahaan besar di Indonesia, di berbagai bidang, seperti pertambangan, perkebunan, rokok, konstruksi, telekomunikasi dan lain-lain yang mayoritas dimiliki oleh perusahaan asing. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan uang dividen yang biasanya ditarik oleh perusahaan asing, dapat di investasikan kembali di Indonesia.

b. Bea masuk anti dumping untuk impor

(23)

dumping ini berarti, memberikan bea masuk impor untuk barang-barang tertentu, sehingga dapat melindungi industri dalam negeri. Untuk jangka panjang,

kebijakan ini akan sangat baik untuk dilakukan. Menilai Indonesia selama ini mayoritas Produk Domestik Bruto (PDB) mayoritas di sokong oleh konsumsi. Dan Indonesia memiliki defisit perdagangan yang cukup besar. Melihat dari negara adidaya yang stabil, seperti China dan Jerman, produksi dan surplus perdagangan yang dapat menyokong kestabilan mereka.

c. Pembebasan visa bagi wisatawan asing

Kebijakan ini dinilai cukup bagus untuk menyokong fase pertumbuhan wisatawan mancanegara di Indonesia. Pariwisata di Indonesia masih berada di tingkat yang sangat rendah. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, pendapatan Indonesia dari pariwisata hanya sekitar 10% dari pendapatan Malaysia di bidang pariwisata.

d. Kewajiban pencampuran bahan bakar nabati (BBN) sebanyak 15 persen terhadap solar

Kebijakan ini dinilai tidak memiliki efek untuk nilai tukar Rupiah sekarang, dikarenakan harga minyak yang saat ini cukup rendah. Sehingga sedikit saja investor yang ingin menginvestasikan dana nya di Bio Solar. Tetapi untuk ke depannya, dengan kebijakan ini, Indonesia sebagai net-importer minyak, tidak terekspos terlalu banyak terhadap pergerakan harga minyak dunia.

e. Kewajiban menggunakan letter of credit (L/C) untuk produk-produk sumber daya alam

Penggunaan LC untuk pembelian produk-produk sumber daya alam dinilai akan meningkatkan daya saing perusahaan lokal yang menggantungkan produksi nya kepada bahan baku sumber daya alam dari luar negeri.

f. Pembentukan perusahaan reasuransi domestik

(24)

2.6 Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil

Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan FasilitasBank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.Perlu segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural.

Pengendalian rupiah, taksemestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak padaperlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus

dilakukan adalah pengaturan cash flow nasional.Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk (Capital inflow). Namun di sisi lain, ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan. Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian, serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit neraca djasa bisa ditekan.Kebijakan fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari barang mewah.

Selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan produksi nasional, terutama industrimenengah dan kecil. Penciptaan lapangan kerja, realisasi anggaran, serta

(25)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Permasalahan dan Keterpurukan yang terjadi di Indonesia hingga Era 2015, diantaranya : 1. Pelemahan kurs rupiah yang mendekati angka 14.000 menjadi sebuah ancaman yang

mengerikan bagi Indonesia.

2. Tahun 1960-an cadangan devisa yang sangat rendah mengakibatkan timbulnya kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang masih harus diimpor dan

diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya bekerja 30% dari kapasitas yang ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter McCawley, ed., 1990).

3. Selama Orde Lama telah terjadi berbagai penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin yang mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata berubah menjadi ekonomi komando yang statistik (serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini perekonomian cepat memburuk dan inflasi merajalela karena politik dijadikan panglima

dan pembangunan ekonomi disubordinasikan pada pembangunan politik. (Mubyarto, 1990).

4. Masalah kepemimpinan SBY dan JK yang sangat memperihatinkan. SBY yang ‘sok’ kalem dan berwibawa dikhawatirkan berhati pengecut dan selalu cari aman,

sedangkan JK yang sok profesional dikhawatirkan penuh tipu muslihat dan agenda kepentingan kelompok.

5. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia.

6. Masalah korupsi. Mulai dari dasar hukumnya sampai proses peradilan, terjadi perdebatan yang semakin mempersulit pembersihan Republik Indonesia dari koruptor-koruptor perampok kekayaan bangsa Indonesia.

7. Masalah politik luar negeri. Indonesia terjebak dalam politk luar negeri ‘Pahlawan Kesiangan’. Dalam kasus Nuklir Korea Utara dan dalam kasus-kasus di Timur

Tengah, utusan khusus tidak melakukan apa-apa. Indonesia juga sangat sulit bergerak diantara kepentingan Arab Saudi dan Iran.

(26)

9. Krisis Ekonomi 10. Krisis Hukum

11. Terjadinya Kerusuhan-Kerusuhan:

 27 Juli 1996, bentrok antara PDI pro-Megawati dengan PDI por-Suryadi di kantor pusat PDI.

 Oktober 1996, kerusuhan di Situbondo, Jawa Timur.  Desember 1996, kerusuhan di Tasikmalaya , Jawa Barat.

 Menjelang akhir kampanye pemilu 1997, terjadi kerusuhan di Banjarmasin 12. Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada

IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.

Penyebab terjadinya Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia 1. Korupsi di Indonesia sudah begitu merajalela

2. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi

3. penyebab jatuhnya nilai tukar Rupiah adalah tidak percayanya investor kepada Indonesia sebagai ‘tempat yang ramah untuk berinvestasi

4. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).

5. Adanya blokade ekonomi, oleh Belanda (NICA).

6. Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya.

7. Ketidakstabilan Perkembangan Ekonomi 8. Kemiskinan

9. Kesenjangan Penghasilan 10. Defisit Anggaran

11. Hutang Luar Negeri

12. Ketidakmampuan Industrial

13. Pembangunan yang Cenderung Tersentralisasi

Cara Mengatasi Permasalahan dan Keterpurukan di Indonesia

1. Transparansi Pemerintah dalam konteks penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sangat diperlukan agar mendapat kepercayaan masyarakat.

(27)

3. Meningkatkan export non-migas dan membatasi habis-habisan import barang-barang konsumtif termasuk mobil-mobil mewah yang sekarang ini malah diijinkan untuk di import. Hal ini seyogyanya dilarang.

4. Pemerintah harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada mata uang Rupiah dan kepercayaan kepada bank-bank swasta yang dikelola dengan baik. Hal ini memang tidak mudah tetapi harus dimulai selangkah demi selangkah.

5. Tabungan Nasional harus digalakkan dan semua pihak harus mengetatkan ikat pingang khususnya kepada para pejabat Negara/pejabat Aparatur Pemerintah agar mempunyai rasa keprihatinan atas situasi multi krisis yang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini. Hindarilah pemikiran mumpungisme di kalangan para pejabat Pemerintah. Utamakanlah kepentingan bangsa dan Negara daripada kepentingan pribadi atau golongan.

6. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seyogyanya memonitor dan mengawasi secara ketat Bank-bank Swasta agar tidak melakukan kecurangan-kecurangan dalam mengelola dana-dana yang diterima, baik dari Pemerintah maupun dari Masyarakat. 7. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih 200 juta orang, rakyatnya lebih

memerlukan terpenuhinya sandang pangan untuk keperluan sehari-hari dari pada barang-barang import untuk keperluan konsumtif.

8. Indonesia adalah negara kepulauan, karena itu seyogyanya Pemerintah menggalakkan pembangunan kapal-kapal inter-insuler (antar pulau) dari pada

membangun industri pesawat terbang dan proyek-proyek mercusuar lainnya yang tidak menyentuh kepentingan rakyat banyak.

9. Proyek-proyek pembangunan yang menyentuh kepentingan rakyat banyak seperti pembangunan pabrik semen, pabrik textil, makanan, farmasi, listrik dan tilpun masuk desa, irigasi dan lain sebagainya agar terus dilanjutkan.

10. Untuk mengatasi masalah perbankan nasional, merger bank adalah jalan terbaik. 11. Peringatan IMF atas bahaya defisit APBN harus dicermati secara seksama.

12. Bank Indonesia dan bank-bank Pemerintah lainnya hendaknya selektif dan ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit/penambahan modal kepada para

pengusaha/konglomerat.

(28)

seberat-beratnya, termasuk hukuman seumur hidup atau hukuman mati kepada para pelaku mega korupsi.

14. Seyogyanya Pemerintah RI dalam menyusun program pembangunan perekonomian Indonesia selalu mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

15. Penyehatan Sistem Perbankan

16. BI melakukan antisipasi dengan menaikan BI rate pada bulan-bulan terakhir sampai September 2008, dan saat ini BI rate sudah mencapai 9,25%.

Titik Balik Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016

Pada September 2015, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2016 berada pada kisaran 5,2% hingga 5,6%. Hal ini sejalan dengan rendahnya volume perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas.

Prediksi ini merupakan revisi dari prediksi Bank Indonesia sebelumnya. Kendati merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun depan memang relatif akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Otoritas Jasa Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,1% hingga 5,4%.

Padahal pada Agustus 2015, Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 sebesar 5,5 persen.

Bank Dunia memprediksi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan mencapai 5,3%.

Proyeksi ekonomi Indonesia tersebut disebabkan karena paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mulai terasa atau menunjukan dampak positif di masyarakat pada 2016. Pertumbuhan ekonomi tahun depan dipengaruhi naiknya investasi pemerintah dan swasta. Konsumsi domestik juga mempengaruhi reborn. Ada juga paket kebijakan ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor. Prediksi ini dikeluarkan pada bulan Oktober 2015.

International Monetary Fund memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kawasan ASEAN 5 berada pada kisaran 4,9% pada Oktober 2015 setelah sebelumnya

(29)

Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 2016 a. Mencakup kebijakan moneter serta fiskal yang berhati-hati, seperti terlihat dalam reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, telah mampu berkontribusi kepada stabilitas makroekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan.

b. Pengenalan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk mengatur risiko nilai tukar utang korporasi.

c. Paket-paket kebijakan Pemerintah yang dikeluarkan sejak Agustus 2015 juga dianggap mampu memberi sinyal mengenai strategi baru untuk memperbaiki iklim bisnis dan mengurangi biaya dalam berusaha (cost of doing business). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Solusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil

Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan

mengamankan neraca perdagangan.Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan FasilitasBank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis pointSolusi ke Depannya Agar Perekonomian Indonesia tetap Stabil

Solusi yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas. Kapanpun emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar – benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga stabilitas harga dan

(30)

3.2 Saran

Pemerintah sepenuhnya memahami apa yang perlu dilakukan dan siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan. untuk menghadapi situasi

perekonomian global yang tidak stabil serta kembali mendongkrak pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia sedianya perlu memperkuat pertahanan dengan kebijakan fiskal yang kokoh (prudent). Selain itu, pemerintah juga perlu menahan laju

pertumbuhan kredit berlebihan, menjadikan nilai tukar rupiah sebagai bantalan (shock absorber), serta mempertahankan cadangan devisa yang memadai. Kita perlu

(31)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tribunnews.com/nasional/2011/03/31/inilah-penyebab-keterpurukan-bangsa-indonesia

http://jakartasatu.co/544/titik-balik-pertumbuhan-ekonomi-berada-di-tahun-2016/

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/12/26/164700326/ Tahun.2016.Titik.Balik.Pemulihan.Ekonomi

http://www.rappler.com/indonesia/111803-paket-kebijakan-ekonomi-pemerintah-jokowi

http://koran.bisnis.com/read/20160111/251/508661/membaca-arah-kebijakan-moneter-2016

http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/02/25/kondisi-ekonomi-indonesia-2016-ini-diprediksi-akan-lebih-baik

http://thegrian.blogspot.co.id/2011/02/beberapa-permasalahan-dan-solusi.html

http://akbarprakoso.blogspot.co.id/2012/04/krisis-ekonomi-penyebab-dan-usaha.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan perancangan Sirkuit Balap Nasional Di Semarang ini adalah sebagai media pengembangan olah raga otomotif khususnya cabang balap di Semarang secara khusus

l molek ul 10 dan 11 - Menentukan reaksi pada senyawa karbonil - Menuliskan mekanisme reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil - Menuliskan mekanisme reaksi

kenyamanan (Conformity) penyesuaian diri dengan aturan, penguasaan (Mastery) penyesuaian diri dari dalam yaitu memahami emosi secara tepat dan cara mengorganisasikan

Bersama dengan kepala desa dan perangkatnya serta kelompok tani dan peternak sapi yang ada di desa Bulubrangsi nantinya akan membantu untuk kelangsungan

Nilai sifat intensif tidak dipengaruhi oleh ukuran sistem dan dapat bervariasi di setiap bagian sistem pada waktu yang berbeda.. Sifat intensif merupakan fungsi

Reksa dana merupakan alternatif investasi bagi masyarakat dan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu.Reksa dana syariah

Dari data sumur uji yang dilakukan pada daerah uji petik Sonai KD/SU-1 terlihat, bahwa zona limonit di daerah ini cukup tebal kurang lebih 4 m dengan kadar Fe = 200.000 ppm = 20

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan nonkeuangan yang mempengaruhi kinerja CSR dan implikasinya terhadap nilai perusahaan