• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Publikasi UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 6 SINDUREJO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Naskah Publikasi UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 6 SINDUREJO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS II SD NEGERI 6 SINDUREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KABUL ALI SUMARAH

A54F100029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KabulAli Sumarah A54F100029

Kata Kunci: Metode Bermain Peran, Motivasi Belajar Matematika.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui metode bermain peran pada siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Jawa Tengah pada Tahun 2012 /2013. Pada saat kegiatan pembelajaran pra siklus, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang antusias, kurang aktif, dan perhatian siswa terpecah pada hal lain. Metode penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan menggunakan metode bermain peran yang melibatkan unsur sosial dalam pembelajaran sehingga melibatkan aktivitas seluruh siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan secara teoritik dan empirik melalui metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar matematika. Hal ini dibuktikan pada pra siklus dari 18 siswa yang motivasinya meningkat hanya 28 %, naik menjadi 33 % pada siklus I dan 94% pada siklus II. Data itu menunjukkan tindakan perbaikan telah mencapai keberhasilan karena sudah melampaui indikator pencapaian peningkatan motivasi yang ditetapkan yaitu

(4)

PENDAHULUAN

Meningkatnya mutu pendidikan berawal dari meningkatnya motivasi belajar

siswa. maka salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan

meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan

jika guru mempunyai kemampuan dalam mengatur jalannya proses kegiatan

pembelajaran di kelas dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Sehingga proses kegiatan pembelajaran di kelas berjalan secara efektif dan efisien.

Proses pembelajaran dikelas bisa dikatakan berhasil apabila prestasi belajar

siswa meningkat, dimulai dari motivasi belajarnya yang juga meningkat. Motivasi

belajar siswa kelas II SD Negeri 6 Sindurejo pada mata pelajaran matematika

tematik rendah. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan guru ketika guru menerangkan materi pelajaran. Pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung hampir semua siswa kelas II SD Negeri 6

Sindurejo ramai, mengobrol dengan teman, bermain, sering minta ijin keluar kelas

dengan alasan buang air kecil dan lain sebagainya.

Tetapi ketika guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah

diterangkan kepada siswa, mereka diam dan tidak ada satu pun yang bisa

menjawab. Kemungkinan rendahnya motivasi belajar siswa kelas II SD Negeri 6

Sindurejo disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan hanya terbatas

pada metode ceramah. Sehingga prestasi belajar siswa menjadi rendah, dibuktikan

dengan sebanyak 70 % dari jumlah siswa mendapat nilai ulangan rendah.

Oleh sebab itu, guru harus bisa menyelesaikan masalah- masalah yang telah

diuraikan di atas. Cara atau upaya yang harus dilakukan adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran bermain peran yang diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena menurut asumsi peneliti cara itulah

yang cocok untuk dilakukan pada siswa kelas 2 SDN 6 Sindurejo yang berjumlah

18 orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 5 perempuan.

Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil sebuah rumusan masalah

(5)

bermain peran pada siswa kelas II SD Negeri 6 sindurejo tahun pelajaran 2012 /

2013?”

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Tujuan Umum

1). Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa usia kelas

dua SD.

2). Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model

dan metode pembelajaran.

b. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui model

pembelajaran kontekstual menggunakan metode bermain peran pada siswa

kelas II SD Negeri 6 Sindurejo tahun pelajaran 2012 / 2013.

Ilmu Pengetahuan pada pokok materi operasi hitung bilangan campuran yang

lebih mudah dan lebih cepat dimengerti khususnya penjumlahann bilangan

campuran pada SDN 3 Gundih, Kabupaten Grobogan. Untuk memperbaiki

proses pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman siswa pada Mata

Pelajaran Matematika di SDN 3 Gundih, Kecamatan Geyer, Kabupaten

Grobogan.

c. Manfaat bagi siswa

Meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas 2 SDN 6 Sindurejo

pada mata pelajaran tematik (bahasa Indonesia, matematika dan ilmu

pengetahuan social) dengan tema berbelanja.

d. Manfaat bagi Guru

1) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar.

2) Menambah wawasan baru bagi guru, bahwa penerapan model

pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode pembelajaran

bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar matematika tematik

siswa kelas II sekolah dasar.

e. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa digunakan untuk bahan acuan

(6)

(bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial) di kelas II

sekolah dasar.

METODE PENELITIAN a. Setting Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Negeri 6 Sindurejo, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan.

2. Waktu Penelitian

Waktu berlangsungnya penelitian ini pada bulan Maret semester genap

tahun pelajaran 2012 / 2013.

3. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang

menggambarkan segala kondisi yang terjadi dalam pembelajaran apa

adanya.

b. Subyek Penelitian

1. Subjek Penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri 6 Sindurejo yang

berjumlah 18 anak, yaitu siswa laki-laki sebanyak 13 anak dan siswi

perempuan sebanyak 5 anak.

2. Guru kelas II SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh, Kabupaten

Grobogan.

c. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini melalui model

siklus. Model siklus yang digunakan sesuai dengan model yang telah

dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (2010: 137) , yang dalam satu

siklusnya terdiri dari beberapa tahap. Tahapan- tahapan itu meliputi: tahap

perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi atau pengamatan, dan tahap refleksi.

Pada siklus satu jika indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai, maka

akan dilakukan siklus yang kedua. Hasil dari siklus 1 akan digunakan sebagai

bahan untuk pelaksanaan siklus 2. Tahapan kegiatan pada siklus yang kedua pada

dasarnya tidak jauh berbeda dengan tahapan pada siklus pertama, yang meliputi :

(7)

tahap refleksi. Namun yang membedakannya adalah pada siklus yang kedua telah

dilakukan beberapa perbaikan / penyempurnaan dalam setiap tahapnya. Misalnya

dengan pemberian hadiah untuk meningkatkan semangat siswa agar lebih fokus

terhadap pembelajaran.

d. Jenis Data

1. Sumber data

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan jenis data kualitatif yang

terdiri atas :

2. Hasil pengamatan yang menunjukkan motivasi siswa dalam pelajaran

matematika tematik (matematika, bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan

sosial) rendah.

3. Guru di dalam proses kegiatan pembelajaran belum menggunakan model

pembelajaran kontekstual dan metode bermain peran, masih menggunakan

metode ceramah.

e. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan

teknik non tes. Teknik tes dilakukan setelah selesai siklus 1 dan setelah selesai

siklus 2. Tes berisi soal-soal mengenai materi pelajaran matematika tematik

(matematika, bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan sosial) dengan tema

berbelanja. Sedangkan teknik non tes berupa angket, lembar observasi,

dokumentasi. Teknik non tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Agar lebih jelas akan diuraikan

sebagai berikut:

1) Observasi

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam

penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.

Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan

denganh kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan

interaksi kelompok.

(8)

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes

ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang di berikan kepada seseorang

dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan

penetapan skor angka. Adapun jenis tes dalam penelitian adalah tes

prestasi belajar, dan tes kecerdasan.

Dalam penelitian ini, tes dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan tes

lisan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data bersifat tertulis

maupun data yang bersifat digital (audio visual). Data yang bersifat

tertulis misalnya hasil ulangan harian siswa. Sedangkan data yang bersifat

digital, misalnya berupa rekaman, video, foto.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal

Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran

(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah

diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan

dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.

Refleksi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah upaya untuk mengkaji apa

yang telah terjadi dan/atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang

belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil

refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya

mencapai tujuan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, refleksi merupakan

kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara,

dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan

sementara lainnya.

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak dapat dilaksanakan

dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk

(9)

fase-fase dalam penelitian tindakan siklus spiralnya dan bagaimana

pelaksanaannya, seperti pada Gambar diatas

Selanjutnya dapat dilakukan analisis data dalam rangka refleksi setelah

implementasi suatu paket tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak

seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus penelitian tindakan kelas

secara keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data adalah proses menyeleksi,

menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dan mengabstraksikan data

secara sistematis danrasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat

digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data

dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan

melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi

yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih

sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi grafis dan sebagainya.

Sedangkan menyimpulkan adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data

yang telah terorganisasikan tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan /atau

formula yang singkat dan padat tapi mengandung pengertian luas.

Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan

keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan sejawat)

permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada siklus 1. Jika dari

hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum tercapai, maka dirancang

kembali rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan

kegiatan yang sama dengan siklus 1. Penelitian dapat dilanjutkan pada siklus

berikutnya (siklus 2), jika hasil siklus 2 juga belum memuaskan, dilanjutkan lagi

dengan siklus berikutnya. Mungkin anda bertanya-tanya berapa siklus PTK

dilaksanakan? Pada dasarnya tidak ada ketentuan berapa siklus harus dilakukan.

Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan)

yang sudah direncanakan. Tetapi sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2

siklus

Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(10)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum

melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta

fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut

secara dini kita dapat mengatasi hambatan.

2. Action (Tindakan)

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat

yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan

untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan.

Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam

pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan

untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.

3. Observation (Pengamatan)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan

pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini

merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan

harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

4. Reflection (Refleksi)

Refleksi di sini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran

(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah

diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan

dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.

Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam

sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk

melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.

B. Analisis Pencarian Fakta

Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka selanjutnya

perlu dilakukan pengkajian terhadap kelaikan dari masing-masing hipotesis

tindakan itu dari segi “jarak” antara situasi riil dengan situasi ideal yang dijadikan

(11)

Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang dipersyaratkan untuk

penyelenggaraan suatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan

sedemikian rupa sehingga masih dalam batas-batas kemampuan guru, fasilitas

tersedia di sekolah, dan terjangkau oleh kemampuan berpikir siswa.

Dengan kata lain, sebagai aktor penelitian tindakan kelas, guru harus

realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah di mana ia berada

dan melaksanakan tugasnya.

Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses

identifikasi tersebut, maka selanjutnya melakukan analisis terhadap

masalah-masalah tersebut untuk menentukan penyelesaiannya. Akan ditemukan

permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, misalnya penguasaan materi

pelajaran pada topik pewarisan sifat, sikap siswa dalam berdiskusi atau sikap

siswa dalam melakukan percobaan. Permasalahan tersebut jika tidak segera

diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang besar (Tidak tercapainya

peningkatan motivasi, kurang kerjasama dalam diskusi dan eksperimen).

Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam pembelajaran yang dapat

diatasi dengan PTK . Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru

dalam menganalisis permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan

siswanya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang

memang diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar

kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan tetapkan

permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan untuk bekerja

sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan PTK yang akan

dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana

pengembangan sekolah.

Amatan Kolaborator

Tabel 1. Lembar Pengamatan

No Perilaku guru yang

diamati

Kemunculan Komentar

Ada Tidak ada

(12)

2.

D. Deskripsi Penelitian Siklus

1. Pra Siklus

Pada pembelajaran pra siklus, guru hanya menggunakan metode ceramah

pada saat menjelaskan materi pembelajaran pembagian sebagai pengulangan

berulang sampai habis. Sedangkan siswa hanya sebatas memperhatikan

penjelasan guru. Hal yang terlihat ternyata sebagian besar siswa kelas 2 SD

Negeri 6 Sindurejo merasa jenuh, ramai, mengantuk, dan bermain dengan teman.

Tetapi setelah selesai menjelaskan materi guru memberikan sebuah pertanyaan

mengenai materi yang telah diterangkan dan ternyata tidak ada satu pun siswa

yang bisa menjawab dengan benar. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran

pada pra siklus dapat dikatakan gagal atau belum berhasil dibuktikan dengan

siswa yang termotivasi untuk belajar hanya sebesar 28%, sedangkan indikator

pencapaian penelitian ini adalah sebesar ≥80%.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik

(13)

Pengetahuan Sosial (IPS) dengan tema “Berbelanja”. Selain itu peneliti juga mempersiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bermain

peran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai denga RPP yang telah

dipersiapkan. Pelaksanaan pembelajaran Siklus 1 ini dilaksanakan dikelas 2 SD

Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 April

2013.

c. Observasi

Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya kegiatan

pembelajaran yang meliputi seluruh aktivitas guru maupun siswa selama

pembelajaran berlangsung. Dalam melakukan observasi guru dibantu oleh seorang

teman sejawat.

d.Refleksi

Dalam tahap ini, guru bersama teman sejawat melakukan analisis dari lembar

pengamatan atau observasi aktivitas guru maupun siswa untuk mengetahui

kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Hasil dari refleksi ini, diperoleh data peningkatan motivasi siklus 1 sebesar 33%.

Tabel 2. Peningkatan Motivasi Pra siklus

No Hasil Jumlah Siswa

1 81-100 1

2 61-80 4

3 20-60 13

Jumlah 18

Sumber SD N 6 Sindurejo

Tabel 3. Keterangan

(14)

61-80 = Sedang

41-60 = Rendah

Tabel 4. Daftar Peningkatan Motivasi Pra siklus

No Nama Siswa Peningkatan Motivasi

1

Tabel 5. Peningkatan motivasi siklus I

No Rentang Peningkatan Motivasi Banyak siswa

1 20-60 12

2 61-80 4

3 81-100 2

(15)

Jika dibuat garfik maka peningkatan motivasi Siklus 1 sebagai berikut:

Gambar 3. Grafik Peningkatan Motivasi siklus 1

Dari hasil refleksi tersebut diketahui adanya kelebihan dari penerapan metode

bermain peran dalam pembelajaran siklus 1, antara lain pembelajaran menjadi

lebih aktif dengan melibatkan seluruh siswa, siswa merasa lebih senang.

Sedangkan kelemahan dalam proses pembelajaran siklus I antara lain persiapan

yang dilakukan guru belum matang, guru kurang menguasahi penggunaan metode

bermain peran dengan baik. Sedangkan dari segi siswa, siswa belum terbiasa atau

masih asing dengan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran

sehingga pembelajaran kurang terarah pada tujuan. Dari kelemahan-kelemahan

tersebut akan dijadikan pertimbangan guru dalam menyusun Rencana

pembelajaran pada siklus II.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

yang pada dasarnya sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

0 2 4 6 8 10 12

81-100 61-80 20-60

b a n y a

k

a n a k

(16)

digunakan pada siklus 1. Namun yang membedakannya adalah RPP siklus 2

ini ditambah dengan alat peraga berupa hadiah dan piala bagi kelompok

bermain peran yang bagus dalam penampilannya. Tujuan guru memberikan

hadiah dan piala tersebut supaya para siswa lebih termotivasi, semangat dan

sungguh-sungguh sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu

guru juga berusaha lebih menguasai metode bermain peran dengan sering

melakukan latihan bersama para siswa sehingga siswa pun menjadi terbiasa

dan senang dengan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan pembelajaran Siklus 2 ini dilaksanakan

dikelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

pada tanggal 24 April 2013.

c. Refleksi

Dalam tahap ini, guru bersama teman sejawat melakukan analisis dari

lembar pengamatan atau observasi aktivitas guru maupun siswa untuk

mengetahui kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Hasil dari refleksi ini, diperoleh peningkatan motivasi siklus

2 sebesar 94%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode bermain

peran pada kegiatan pembelajaran siklus 2 telah berhasil sesuai dengan

indikator pencapaian yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥80%. Maka

peneliti memutuskan untuk tidak meneruskan penelitian ini ke siklus

berikutnya.

Tabel 5. Peningkatan Motivasi Siklus 2

No Hasil Jumlah Siswa

1 81-100 15

2 61-80 2

3 20-60 1

Jumlah 18

(17)

Tabel 6. Keterangan :

81-100 = Tinggi

61-80 = Sedang

41-60 = Rendah

Tabel 7. Daftar Nilai Siswa

No Nama Siswa Hasil

(18)

Gamba 4. Grafik Peningkatan Motivasi Siklus 2

E. Pembahasan

Pada pembelajaran pra siklus guru hanya menerapakan metode ceramah

dan tidak menggunakan alat peraga yang dibutuhkan. Hasil yang terlihat

menunjukkan siswa tidak termotivasi ditandai dengan hampir seluruh siswa kelas

2 SD Negeri 6 Sindurejo jenuh dan bosan sehingga materi yang disampaikan guru

tidak terserap dengan baik. Untuk mengatasi masalah itu, guru berkonsultasi

dengan rekan sejawat untuk menentukkan metode yang tepat digunakan.

Berdasarkan saran dari teman sejawat, guru kemudian menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan pertimbangan

bahwa metode bermain peran cocok digunakan karena dapat mengaktifkan

seluruh siswa. Selain itu menurut asumsi guru sebagai peneliti, metode bermain

peran juga sesuai dengan karakter siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo tahun

pelajaran 2012/2013 yang suka bermain dan bercerita baik antar siswa maupun

dengan guru.

Pada siklus 1 guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan metode

bermain peran. Hasilnya siswa terlihat antusias dan senang ketika pembelajaran

namun kurang terarah sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum

(19)

berhasil. Hal ini disebabkan karena guru tidak atau belum menguasai metode

bermain peran. Sedangkan siswa belum terbiasa atau masih asing dengan

pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran. Setelah mengetahui

hasil pembelajaran siklus 1 berdasarkan observasi yang dibantu rekan sejawat,

kemudian guru bersama rekan sejawat melakukan kegiatan refleksi. Dari refleksi

diketahui kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran siklus 1. Kelebihan maupun

kekurangan tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun

strategi baru yang dituangkan dalam rencana pembelajaran siklus 2.

Pada pembelajaran siklus 2 ,guru mempersiapkannya dengan sering

melakukan latihan bermain peran bersama para siswa. Sehingga diharapkan guru

lebih menguasai metode bermain peran dan siswa pun akan terbiasa dengan

metode tersebut. Selain itu RPP yang dibuat ditambah dengan alat peraga hadiah

dan piala agar siswa lebih termotivasi dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran.

Ternyata setelah pembelajaran siklus 2 hasilnya sangat memuaskan yaitu sebesar

94% siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo meningkat motivasi belajarnya.

Dari pembelajaran siklus 2 membuktikan bahwa dengan menerapkan metode

pembelajaran bermain peran dibantu dengan alat peraga hadiah dan piala dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo

tahun pelajaran 2012/2013.. Selain itu persiapan dan latihan yang lebih matang

(20)

Simpulan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2012/2013 untuk

meningkatkan motivasi belajar matematika melalui metode bermain peran dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Motivasi belajar matematika dapat ditingkatkan melalui metode bermain

peran pada siswa kelas 2 SD Negeri 6 sindurejo tahun pelajaran 2012/2013.

b. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti/guru dalam mengatasi masalah –

masalah baik dari guru maupun siswa adalah dengan cara menerapkan

metode bermain peran dalam pembelajaran di kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo.

c. Dalam menerapkan metode bermain peran guru harus benar-benar menguasai

metode tersebut dengan cara melakukan persiapan yang matang. Persiapan

yang harus dilakukan adalah dengan sering melakukan latihan bersama siswa.

Selain itu dengan sering melakukan latihan bersama, siswa pun akan terbiasa

dengan metode bermain peran sehingga ketika pelaksanaan pembelajaran di

siklus 2 hasilnya memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada

siklus 2 dari 18 siswa yang mendapat nilai 75 keatas (tuntas) sejumlah 16

siswa atau 90%.

d. Hasil pengamatan observer atau teman sejawat, guru dalam menjelaskan

materi pelajaran menggunakan metode bermain peran dan pemakaiannya

sudah berjalan secara optimal.

e. Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II sudah berjalan baik

sesuai harapan dapat disimpulkan bahwa peningkatan matematika dengan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, Robi'atul. 2011. Penggunaan metode pembelajaran bermain peran

( Role playing ) UPT perpustakaan Universitas Negeri Malang.

Federick, Mc. Donald. 1959. Educational Psychology.Tokyo : Wadsworth

Publishing Company,inc., San Fransisco-Overseas Publication.

Hamanik. 2010. Penerapan model role-playing untuk meningkatkan

kedisiplinan UPT perpustakaan Universitas Negeri Malang.

http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/07/05/jenis-jenis-alat-pengumpul-data-dalam-ptk/ didownload tanggal 26 Maret 2013 jam 19.41 WIB.

http://penelitian

tindakankelas.blogspot.com/2013/01/strategi-bermain-peran-role playing.html tanggal 24 Maret 2013 pukul 20.53 WIB.

Ikhwandaru, Tri Tutus. 2009. Penerapan model bermain peran untuk

meningkatkan hasil belajar PKn UPT Universitas Negeri Malang.

Jill Hadfield (1986). Classroom Dynamic. Oxford University Press.

Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Role Playing; Studying Social Behavior and

Values. In Models of Teaching. Allyn and Bacon.

Maisaroh, Siti. 2010. Penerapan model pembelajaran PKn untuk

meningkatkan hasil belajar. UPT Universitas Negeri Malang.

Nafida, Nurul. 2011. Penerapan model pembelajaran bermain peran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Skripsi. UNNES.

Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta : IKIP Padang

Gambar

Tabel 1. Lembar Pengamatan
Tabel 2. Peningkatan Motivasi Pra siklus
Tabel 4. Daftar Peningkatan Motivasi Pra siklus
Gambar 3. Grafik Peningkatan Motivasi siklus 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

H1: Corporate Action, indikator independensi kepemilikan publik, jumlah susunan struktur GCG, kualitas laporan keuangan auditan, rasio return atas aset perusahaan

Buku ini membahas hukum lingkungan dalam masalah dan persepsi yang baru tentang cara bagaimana sistem hukum harus mampu menjawab secara efektif persoalan yang timbul dari benturan

[r]

Hadih maja ini adalah pondasi kuat bagi masyarakat Aceh dalam mempertahankan nilai-nilai religius dan nilai-nilai sosial, sehingga keberadaan hukum adat

[r]

[r]

[r]

Tidak terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) Gedung Utama Bertingkat 3 Lantai SPN