KELAS II SD NEGERI 6 SINDUREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
KABUL ALI SUMARAH
A54F100029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
KabulAli Sumarah A54F100029
Kata Kunci: Metode Bermain Peran, Motivasi Belajar Matematika.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui metode bermain peran pada siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Jawa Tengah pada Tahun 2012 /2013. Pada saat kegiatan pembelajaran pra siklus, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang antusias, kurang aktif, dan perhatian siswa terpecah pada hal lain. Metode penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan menggunakan metode bermain peran yang melibatkan unsur sosial dalam pembelajaran sehingga melibatkan aktivitas seluruh siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan secara teoritik dan empirik melalui metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar matematika. Hal ini dibuktikan pada pra siklus dari 18 siswa yang motivasinya meningkat hanya 28 %, naik menjadi 33 % pada siklus I dan 94% pada siklus II. Data itu menunjukkan tindakan perbaikan telah mencapai keberhasilan karena sudah melampaui indikator pencapaian peningkatan motivasi yang ditetapkan yaitu
PENDAHULUAN
Meningkatnya mutu pendidikan berawal dari meningkatnya motivasi belajar
siswa. maka salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan
jika guru mempunyai kemampuan dalam mengatur jalannya proses kegiatan
pembelajaran di kelas dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Sehingga proses kegiatan pembelajaran di kelas berjalan secara efektif dan efisien.
Proses pembelajaran dikelas bisa dikatakan berhasil apabila prestasi belajar
siswa meningkat, dimulai dari motivasi belajarnya yang juga meningkat. Motivasi
belajar siswa kelas II SD Negeri 6 Sindurejo pada mata pelajaran matematika
tematik rendah. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru ketika guru menerangkan materi pelajaran. Pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung hampir semua siswa kelas II SD Negeri 6
Sindurejo ramai, mengobrol dengan teman, bermain, sering minta ijin keluar kelas
dengan alasan buang air kecil dan lain sebagainya.
Tetapi ketika guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah
diterangkan kepada siswa, mereka diam dan tidak ada satu pun yang bisa
menjawab. Kemungkinan rendahnya motivasi belajar siswa kelas II SD Negeri 6
Sindurejo disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan hanya terbatas
pada metode ceramah. Sehingga prestasi belajar siswa menjadi rendah, dibuktikan
dengan sebanyak 70 % dari jumlah siswa mendapat nilai ulangan rendah.
Oleh sebab itu, guru harus bisa menyelesaikan masalah- masalah yang telah
diuraikan di atas. Cara atau upaya yang harus dilakukan adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran bermain peran yang diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena menurut asumsi peneliti cara itulah
yang cocok untuk dilakukan pada siswa kelas 2 SDN 6 Sindurejo yang berjumlah
18 orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 5 perempuan.
Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil sebuah rumusan masalah
bermain peran pada siswa kelas II SD Negeri 6 sindurejo tahun pelajaran 2012 /
2013?”
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Tujuan Umum
1). Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa usia kelas
dua SD.
2). Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model
dan metode pembelajaran.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui model
pembelajaran kontekstual menggunakan metode bermain peran pada siswa
kelas II SD Negeri 6 Sindurejo tahun pelajaran 2012 / 2013.
Ilmu Pengetahuan pada pokok materi operasi hitung bilangan campuran yang
lebih mudah dan lebih cepat dimengerti khususnya penjumlahann bilangan
campuran pada SDN 3 Gundih, Kabupaten Grobogan. Untuk memperbaiki
proses pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman siswa pada Mata
Pelajaran Matematika di SDN 3 Gundih, Kecamatan Geyer, Kabupaten
Grobogan.
c. Manfaat bagi siswa
Meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas 2 SDN 6 Sindurejo
pada mata pelajaran tematik (bahasa Indonesia, matematika dan ilmu
pengetahuan social) dengan tema berbelanja.
d. Manfaat bagi Guru
1) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar.
2) Menambah wawasan baru bagi guru, bahwa penerapan model
pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode pembelajaran
bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar matematika tematik
siswa kelas II sekolah dasar.
e. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa digunakan untuk bahan acuan
(bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial) di kelas II
sekolah dasar.
METODE PENELITIAN a. Setting Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Negeri 6 Sindurejo, Kecamatan
Toroh, Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian
Waktu berlangsungnya penelitian ini pada bulan Maret semester genap
tahun pelajaran 2012 / 2013.
3. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
menggambarkan segala kondisi yang terjadi dalam pembelajaran apa
adanya.
b. Subyek Penelitian
1. Subjek Penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri 6 Sindurejo yang
berjumlah 18 anak, yaitu siswa laki-laki sebanyak 13 anak dan siswi
perempuan sebanyak 5 anak.
2. Guru kelas II SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh, Kabupaten
Grobogan.
c. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini melalui model
siklus. Model siklus yang digunakan sesuai dengan model yang telah
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (2010: 137) , yang dalam satu
siklusnya terdiri dari beberapa tahap. Tahapan- tahapan itu meliputi: tahap
perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi atau pengamatan, dan tahap refleksi.
Pada siklus satu jika indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai, maka
akan dilakukan siklus yang kedua. Hasil dari siklus 1 akan digunakan sebagai
bahan untuk pelaksanaan siklus 2. Tahapan kegiatan pada siklus yang kedua pada
dasarnya tidak jauh berbeda dengan tahapan pada siklus pertama, yang meliputi :
tahap refleksi. Namun yang membedakannya adalah pada siklus yang kedua telah
dilakukan beberapa perbaikan / penyempurnaan dalam setiap tahapnya. Misalnya
dengan pemberian hadiah untuk meningkatkan semangat siswa agar lebih fokus
terhadap pembelajaran.
d. Jenis Data
1. Sumber data
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan jenis data kualitatif yang
terdiri atas :
2. Hasil pengamatan yang menunjukkan motivasi siswa dalam pelajaran
matematika tematik (matematika, bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan
sosial) rendah.
3. Guru di dalam proses kegiatan pembelajaran belum menggunakan model
pembelajaran kontekstual dan metode bermain peran, masih menggunakan
metode ceramah.
e. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan
teknik non tes. Teknik tes dilakukan setelah selesai siklus 1 dan setelah selesai
siklus 2. Tes berisi soal-soal mengenai materi pelajaran matematika tematik
(matematika, bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan sosial) dengan tema
berbelanja. Sedangkan teknik non tes berupa angket, lembar observasi,
dokumentasi. Teknik non tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Agar lebih jelas akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.
Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan
denganh kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan
interaksi kelompok.
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes
ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang di berikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan
penetapan skor angka. Adapun jenis tes dalam penelitian adalah tes
prestasi belajar, dan tes kecerdasan.
Dalam penelitian ini, tes dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan tes
lisan.
3) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data bersifat tertulis
maupun data yang bersifat digital (audio visual). Data yang bersifat
tertulis misalnya hasil ulangan harian siswa. Sedangkan data yang bersifat
digital, misalnya berupa rekaman, video, foto.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran
(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah upaya untuk mengkaji apa
yang telah terjadi dan/atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang
belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil
refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya
mencapai tujuan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, refleksi merupakan
kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara,
dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan
sementara lainnya.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak dapat dilaksanakan
dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
fase-fase dalam penelitian tindakan siklus spiralnya dan bagaimana
pelaksanaannya, seperti pada Gambar diatas
Selanjutnya dapat dilakukan analisis data dalam rangka refleksi setelah
implementasi suatu paket tindakan perbaikan, mencakup proses dan dampak
seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus penelitian tindakan kelas
secara keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data adalah proses menyeleksi,
menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dan mengabstraksikan data
secara sistematis danrasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data
dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan
melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi
yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih
sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi grafis dan sebagainya.
Sedangkan menyimpulkan adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data
yang telah terorganisasikan tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan /atau
formula yang singkat dan padat tapi mengandung pengertian luas.
Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan
keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan sejawat)
permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada siklus 1. Jika dari
hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum tercapai, maka dirancang
kembali rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan
kegiatan yang sama dengan siklus 1. Penelitian dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya (siklus 2), jika hasil siklus 2 juga belum memuaskan, dilanjutkan lagi
dengan siklus berikutnya. Mungkin anda bertanya-tanya berapa siklus PTK
dilaksanakan? Pada dasarnya tidak ada ketentuan berapa siklus harus dilakukan.
Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan)
yang sudah direncanakan. Tetapi sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2
siklus
Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta
fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut
secara dini kita dapat mengatasi hambatan.
2. Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat
yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan.
Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan
untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini
merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan
harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.
4. Reflection (Refleksi)
Refleksi di sini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam
sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
B. Analisis Pencarian Fakta
Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka selanjutnya
perlu dilakukan pengkajian terhadap kelaikan dari masing-masing hipotesis
tindakan itu dari segi “jarak” antara situasi riil dengan situasi ideal yang dijadikan
Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang dipersyaratkan untuk
penyelenggaraan suatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga masih dalam batas-batas kemampuan guru, fasilitas
tersedia di sekolah, dan terjangkau oleh kemampuan berpikir siswa.
Dengan kata lain, sebagai aktor penelitian tindakan kelas, guru harus
realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah di mana ia berada
dan melaksanakan tugasnya.
Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses
identifikasi tersebut, maka selanjutnya melakukan analisis terhadap
masalah-masalah tersebut untuk menentukan penyelesaiannya. Akan ditemukan
permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, misalnya penguasaan materi
pelajaran pada topik pewarisan sifat, sikap siswa dalam berdiskusi atau sikap
siswa dalam melakukan percobaan. Permasalahan tersebut jika tidak segera
diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang besar (Tidak tercapainya
peningkatan motivasi, kurang kerjasama dalam diskusi dan eksperimen).
Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam pembelajaran yang dapat
diatasi dengan PTK . Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru
dalam menganalisis permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan
siswanya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang
memang diprogramkan oleh sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar
kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan tetapkan
permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas; Usahakan untuk bekerja
sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan Kaitkan PTK yang akan
dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana
pengembangan sekolah.
Amatan Kolaborator
Tabel 1. Lembar Pengamatan
No Perilaku guru yang
diamati
Kemunculan Komentar
Ada Tidak ada
2.
D. Deskripsi Penelitian Siklus
1. Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus, guru hanya menggunakan metode ceramah
pada saat menjelaskan materi pembelajaran pembagian sebagai pengulangan
berulang sampai habis. Sedangkan siswa hanya sebatas memperhatikan
penjelasan guru. Hal yang terlihat ternyata sebagian besar siswa kelas 2 SD
Negeri 6 Sindurejo merasa jenuh, ramai, mengantuk, dan bermain dengan teman.
Tetapi setelah selesai menjelaskan materi guru memberikan sebuah pertanyaan
mengenai materi yang telah diterangkan dan ternyata tidak ada satu pun siswa
yang bisa menjawab dengan benar. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran
pada pra siklus dapat dikatakan gagal atau belum berhasil dibuktikan dengan
siswa yang termotivasi untuk belajar hanya sebesar 28%, sedangkan indikator
pencapaian penelitian ini adalah sebesar ≥80%.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan tema “Berbelanja”. Selain itu peneliti juga mempersiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bermain
peran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai denga RPP yang telah
dipersiapkan. Pelaksanaan pembelajaran Siklus 1 ini dilaksanakan dikelas 2 SD
Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 April
2013.
c. Observasi
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya kegiatan
pembelajaran yang meliputi seluruh aktivitas guru maupun siswa selama
pembelajaran berlangsung. Dalam melakukan observasi guru dibantu oleh seorang
teman sejawat.
d.Refleksi
Dalam tahap ini, guru bersama teman sejawat melakukan analisis dari lembar
pengamatan atau observasi aktivitas guru maupun siswa untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil dari refleksi ini, diperoleh data peningkatan motivasi siklus 1 sebesar 33%.
Tabel 2. Peningkatan Motivasi Pra siklus
No Hasil Jumlah Siswa
1 81-100 1
2 61-80 4
3 20-60 13
Jumlah 18
Sumber SD N 6 Sindurejo
Tabel 3. Keterangan
61-80 = Sedang
41-60 = Rendah
Tabel 4. Daftar Peningkatan Motivasi Pra siklus
No Nama Siswa Peningkatan Motivasi
1
Tabel 5. Peningkatan motivasi siklus I
No Rentang Peningkatan Motivasi Banyak siswa
1 20-60 12
2 61-80 4
3 81-100 2
Jika dibuat garfik maka peningkatan motivasi Siklus 1 sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Peningkatan Motivasi siklus 1
Dari hasil refleksi tersebut diketahui adanya kelebihan dari penerapan metode
bermain peran dalam pembelajaran siklus 1, antara lain pembelajaran menjadi
lebih aktif dengan melibatkan seluruh siswa, siswa merasa lebih senang.
Sedangkan kelemahan dalam proses pembelajaran siklus I antara lain persiapan
yang dilakukan guru belum matang, guru kurang menguasahi penggunaan metode
bermain peran dengan baik. Sedangkan dari segi siswa, siswa belum terbiasa atau
masih asing dengan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran
sehingga pembelajaran kurang terarah pada tujuan. Dari kelemahan-kelemahan
tersebut akan dijadikan pertimbangan guru dalam menyusun Rencana
pembelajaran pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
yang pada dasarnya sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
0 2 4 6 8 10 12
81-100 61-80 20-60
b a n y a
k
a n a k
digunakan pada siklus 1. Namun yang membedakannya adalah RPP siklus 2
ini ditambah dengan alat peraga berupa hadiah dan piala bagi kelompok
bermain peran yang bagus dalam penampilannya. Tujuan guru memberikan
hadiah dan piala tersebut supaya para siswa lebih termotivasi, semangat dan
sungguh-sungguh sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu
guru juga berusaha lebih menguasai metode bermain peran dengan sering
melakukan latihan bersama para siswa sehingga siswa pun menjadi terbiasa
dan senang dengan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan pembelajaran Siklus 2 ini dilaksanakan
dikelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
pada tanggal 24 April 2013.
c. Refleksi
Dalam tahap ini, guru bersama teman sejawat melakukan analisis dari
lembar pengamatan atau observasi aktivitas guru maupun siswa untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hasil dari refleksi ini, diperoleh peningkatan motivasi siklus
2 sebesar 94%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode bermain
peran pada kegiatan pembelajaran siklus 2 telah berhasil sesuai dengan
indikator pencapaian yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥80%. Maka
peneliti memutuskan untuk tidak meneruskan penelitian ini ke siklus
berikutnya.
Tabel 5. Peningkatan Motivasi Siklus 2
No Hasil Jumlah Siswa
1 81-100 15
2 61-80 2
3 20-60 1
Jumlah 18
Tabel 6. Keterangan :
81-100 = Tinggi
61-80 = Sedang
41-60 = Rendah
Tabel 7. Daftar Nilai Siswa
No Nama Siswa Hasil
Gamba 4. Grafik Peningkatan Motivasi Siklus 2
E. Pembahasan
Pada pembelajaran pra siklus guru hanya menerapakan metode ceramah
dan tidak menggunakan alat peraga yang dibutuhkan. Hasil yang terlihat
menunjukkan siswa tidak termotivasi ditandai dengan hampir seluruh siswa kelas
2 SD Negeri 6 Sindurejo jenuh dan bosan sehingga materi yang disampaikan guru
tidak terserap dengan baik. Untuk mengatasi masalah itu, guru berkonsultasi
dengan rekan sejawat untuk menentukkan metode yang tepat digunakan.
Berdasarkan saran dari teman sejawat, guru kemudian menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan pertimbangan
bahwa metode bermain peran cocok digunakan karena dapat mengaktifkan
seluruh siswa. Selain itu menurut asumsi guru sebagai peneliti, metode bermain
peran juga sesuai dengan karakter siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo tahun
pelajaran 2012/2013 yang suka bermain dan bercerita baik antar siswa maupun
dengan guru.
Pada siklus 1 guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan metode
bermain peran. Hasilnya siswa terlihat antusias dan senang ketika pembelajaran
namun kurang terarah sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum
berhasil. Hal ini disebabkan karena guru tidak atau belum menguasai metode
bermain peran. Sedangkan siswa belum terbiasa atau masih asing dengan
pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran. Setelah mengetahui
hasil pembelajaran siklus 1 berdasarkan observasi yang dibantu rekan sejawat,
kemudian guru bersama rekan sejawat melakukan kegiatan refleksi. Dari refleksi
diketahui kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran siklus 1. Kelebihan maupun
kekurangan tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun
strategi baru yang dituangkan dalam rencana pembelajaran siklus 2.
Pada pembelajaran siklus 2 ,guru mempersiapkannya dengan sering
melakukan latihan bermain peran bersama para siswa. Sehingga diharapkan guru
lebih menguasai metode bermain peran dan siswa pun akan terbiasa dengan
metode tersebut. Selain itu RPP yang dibuat ditambah dengan alat peraga hadiah
dan piala agar siswa lebih termotivasi dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran.
Ternyata setelah pembelajaran siklus 2 hasilnya sangat memuaskan yaitu sebesar
94% siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo meningkat motivasi belajarnya.
Dari pembelajaran siklus 2 membuktikan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran bermain peran dibantu dengan alat peraga hadiah dan piala dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo
tahun pelajaran 2012/2013.. Selain itu persiapan dan latihan yang lebih matang
Simpulan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo
Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2012/2013 untuk
meningkatkan motivasi belajar matematika melalui metode bermain peran dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Motivasi belajar matematika dapat ditingkatkan melalui metode bermain
peran pada siswa kelas 2 SD Negeri 6 sindurejo tahun pelajaran 2012/2013.
b. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti/guru dalam mengatasi masalah –
masalah baik dari guru maupun siswa adalah dengan cara menerapkan
metode bermain peran dalam pembelajaran di kelas 2 SD Negeri 6 Sindurejo.
c. Dalam menerapkan metode bermain peran guru harus benar-benar menguasai
metode tersebut dengan cara melakukan persiapan yang matang. Persiapan
yang harus dilakukan adalah dengan sering melakukan latihan bersama siswa.
Selain itu dengan sering melakukan latihan bersama, siswa pun akan terbiasa
dengan metode bermain peran sehingga ketika pelaksanaan pembelajaran di
siklus 2 hasilnya memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi pada
siklus 2 dari 18 siswa yang mendapat nilai 75 keatas (tuntas) sejumlah 16
siswa atau 90%.
d. Hasil pengamatan observer atau teman sejawat, guru dalam menjelaskan
materi pelajaran menggunakan metode bermain peran dan pemakaiannya
sudah berjalan secara optimal.
e. Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II sudah berjalan baik
sesuai harapan dapat disimpulkan bahwa peningkatan matematika dengan
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, Robi'atul. 2011. Penggunaan metode pembelajaran bermain peran
( Role playing ) UPT perpustakaan Universitas Negeri Malang.
Federick, Mc. Donald. 1959. Educational Psychology.Tokyo : Wadsworth
Publishing Company,inc., San Fransisco-Overseas Publication.
Hamanik. 2010. Penerapan model role-playing untuk meningkatkan
kedisiplinan UPT perpustakaan Universitas Negeri Malang.
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/07/05/jenis-jenis-alat-pengumpul-data-dalam-ptk/ didownload tanggal 26 Maret 2013 jam 19.41 WIB.
http://penelitian
tindakankelas.blogspot.com/2013/01/strategi-bermain-peran-role playing.html tanggal 24 Maret 2013 pukul 20.53 WIB.
Ikhwandaru, Tri Tutus. 2009. Penerapan model bermain peran untuk
meningkatkan hasil belajar PKn UPT Universitas Negeri Malang.
Jill Hadfield (1986). Classroom Dynamic. Oxford University Press.
Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Role Playing; Studying Social Behavior and
Values. In Models of Teaching. Allyn and Bacon.
Maisaroh, Siti. 2010. Penerapan model pembelajaran PKn untuk
meningkatkan hasil belajar. UPT Universitas Negeri Malang.
Nafida, Nurul. 2011. Penerapan model pembelajaran bermain peran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Skripsi. UNNES.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta : IKIP Padang