• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL TERHADAP PENER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL TERHADAP PENER"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL TERHADAP PENERTIBAN

PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI CCTV LAMPU

MERAH DI KOTA BANDUNG

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Hukum dosen pembimbing:

1. Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. 2. Susan Fitriasari, M.Pd.

3. Dwi Imam Muthaqin, S.H, M.H

disusun oleh:

1. Lia Juliawati NIM 1607268

2. Putri Eka Juniar NIM 1608024

3. Rena Gita Kirana NIM 1607494

4. Thoriq Abdul Aziz NIM 1600600

5. Yana Maulana NIM 1605022

PKN 2016 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Efektivitas Sanksi Sosial Terhadap Penertiban Pelanggaran Lalu Lintas Melalui CCTV Lampu Merah Di Kota Bandung” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Hukum.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpah tanpa batas, terkucur terus tanpa tertutup waktu dan mengalir tanpa akhir kepada junjunan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga Beliau, sahabat-sahabat Beliau serta tabi’it-tabi’itnya dan semoga sampai kepada kita semua selaku umatnya yang turut serta taat kepada jejak langkahnya.

Pembuatan makalah ini tentunya tidaklah dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga semua pihak yang telah membantu mendapatkan limpahan kasih sayang, ridho dan magfhiroh Allah SWT. Aamiin.

Kami menyadari pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN...3

A. LATAR BELAKANG...3

B. RUMUSAN MASALAH...4

C. TUJUAN PENULISAN...4

D. MANFAAT PENULISAN...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

A. SANKSI SOSIAL...6

B. HAKIKAT CCTV...7

C. KETERTIBAN UMUM...9

D. KETERTIBAN BERLALU LINTAS...10

E. MANAGEMENT LALU LINTAS...10

F. PELANGGARAN LALU LINTAS...10

G. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PELANGGARAN BERLALU LINTAS...15

BAB III PEMBAHASAN ...17

A. IKHTISAR HASIL PENELITIAN...17

B. STATISTIK MENGENAI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG...17

C. EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL DALAM PENGAWASAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN CCTV...18

D. EFEKTIFITAS PENGAWASAN MELALUI CCTV...19

(4)

G. SOLUSI YANG DITAWARKAN...22

BAB IV SIMPULAN...23

A. KESIMPULAN...23

B. SARAN...24 DAFTAR PUSTAKA...III LAMPIRAN...V

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum sering kali dipandang sebagai suatu gejala sosial yang sangat rumit. Semula pandangan tersebut dilontarkan oleh orang-orang yang memang awam akan hukum, dalam arti tidak pernah mengalami pendidikan hukum. Namun orang-orang yang pernah mengalami pendidikan hukum juga mengalami kesulitan-kesulitan untuk memahami hukum sebagi suatu gejala sosial yang menyeluruh. Artinya, kebanyakan diantara mereka yang pernah mempelajari hukum, tidak jarang hanya memahaminya sebagai norma atau kaidah belaka.

Hukum merupakan suatu intersub-sistem dalam masyarakat yang semakin luas ruang lingkupnya maupun peranannya. Oleh karena itu, maka didalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan praktek hukum, sering kali timbul masalah-masalah yang menyangkut kebenaran kaidah hukum dan efektivitas kaidah-kaidah hukum tersebut. Sehingga timbulah pertanyaan masalah bagaimanakah mengusahakan agar hukum semakin efektif, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana mempermudah interaksi sosial, dan sarana pembaharu.

(5)

maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan yang terpuji.

Masalah efektivikasi hukum merupakan masalah yang dikaji oleh disiplin ilmu sosiologi hukum dan ilmu sosial lainnya. Pada kesempatan kali ini kami melakukan sebuah observasi mengenai efektivitas sanksi sosial terhadap pelanggaran lalu lintas dengan menerapkan sarana CCTV lampu merah sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk masalah efektivitas penerapan sanksi-sanksi sosial.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana efektifitas penerapan sanksi sosial dalam mewujudkan ketertiban lalu lintas.

2. Bagaimana efektifitas penerapan pengawasan CCTV dalam mewujudkan ketertiban berlalu lintas

3. Bagaimana penerapan kebijakan pemerintah dalam pengawasan, dan penerapan sanksi ketertiban berlalu lintas.

4. Bagaimanakah pandangan masyarakat mengenai efektifitas sanksi sosial dalam penerapan ketertiban berlalu lintas.

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui efektifitas penerapan sanksi sosial dalam mewujudkan ketertiban lalu lintas.

2. Mengetahui efektifitas penerapan pengawasan CCTV dalam mewujudkan ketertiban berlalu lintas

3. Mengetahui penerapan kebijakan pemerintah dalam pengawasan, dan penerapan sanksi ketertiban berlalu lintas.

(6)

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari observasi ini dapat dikalifikasi atas dua hal, baik yang bersifat teoretis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil observasi ini dapat diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya disiplin ilmu-ilmu sosial yang berfokus pada segi hukum. Memberikan sumbangan yang berarti bagi kajian kritis terhadap efektivitas sanksi-sanksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk penerapan CCTV lampu merah. Selain itu, hasil observasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang memperdalam ilmu sosiologi hukum, baik yang sedang belajar mengenai materi efektivitas sanksi hukum dan sosial maupun mereka yang ikut serta dalam melakukan penertiban berlalu lintas.

2. Manfaat Praktis

Selain manfaat teoretis, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis untuk memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat. Manfaat praktis tersebut adalah:

a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada setiap lapisan masyarakat khususnya mahasiswa agar mereka menyadari pentingnya tertib dan taat aturan dalam berlalu lintas.

b. Selain itu, diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini dapat memberikan kesadaran dalam tertib dan taat berlalu lintas dengan tujuan agar tercapainya keselamatan dalam berkendara.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SANKSI SOSIAL

Sanksi sosial merupakan salah satu bentuk dari pengawasan sosial. Banyak kalangan yang menganggap pengawasan sosial sebagai pembatasan tindakan dari pihak penguasa, pimpinan atau atasan terhadap pihak lain yang dikuasai atau yang dipimpin untuk tidak menyimpang dari ketentuan atau peraturan yang berlaku.

Dalam konsep sosiologi pengawasan sosial (social controle) dapat diartikan sebagai suatu proses pembatasan tindakan yang bertujuan untuk mengajak, memberi teladan, membimbing, atau memaksa setiap anggota masyarakatm agar tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku. (Abdulsyani, 1994: 61).

Dalam buku pengantar sosiologi (Rucek dan Warren, 1984), menjelaskan bahwa pengendalian sosial mencakup semua proses dimana masyarakat dan kelompok komponennya mempengaruhi tingkah laku seseorang anggota supaya sesuai dengan norma kelompok.

Menurut Abu Ahmadi dalam buku berjudul sosiologi (1985), pengawasan sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat, agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.

Ahmad kemudian merinci cakupan pengendalian sosial sebagai berikut: 1. Pengawasan dari individu lain,

(8)

4. Pengawasan dari kelompok terhadap individu

Sanksi sosial adalah sanksi yang dapat diberikan kepada seseorang yang berbuat kesalahan (selain sanksi yang bersifat administratif seperti sanksi hukum pidana/perdata). Sanksi sosial ini tidak berupa tulisan hitam diatas putih dan seringkali bersifat implisit atau tidak dinyatakan secara terang-terangan. Sanksi sosial diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang yang melakukan suatu penyimpangan atas nilai dan norma yang tertanam di dalam masyarakat itu sendiri. Dimana, sanksi sosial tersebut biasanya berupa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk membuat si penerima sanksi jera untuk melakukan perbuatan yang menyimpang lagi. Biasanya sanksi sosial akan berakhir ketika si pemilik salah telah mengakui kesalahannya serta meminta maaf atas kesalahan tersebut, maka seiring berjalannya waktu sanksi sosial itu akan berhenti dengan sendirinya.)

Adapun pengertian sanksi sosial oleh para ahli adalah sebagai berikut:. 1. Peter L. Berger Luckmann Thomas (1990)

Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang.

2. Soetandyo Wignyosoebroto (2007)

Sanksi sosial adalah suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan oleh masyarakat.

Dari pernyataan-pernyaan diatas maka sanksi sosial dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang sengaja diberikan oleh sekelompok orang yang telah hidup bersama-sama (masyarakat) kepada salah satu anggotanya sebagai sebuah reaksi atas sebuah tindakan yang dianggap telah menyimpang di dalam masyarakat itu sendiri dengan tujuan agar si penerima sanksi tersebut dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang telah tertanam di dalam masyarakat tersebut.

B. HAKIKAT CCTV

Sebagai salah satu alat pengawasan lalu lintas, hakikat CCTV menurut para tokoh adalah sebagai berikut.

a. Menurut Ansel Adams :

(9)

dan eksekusi yang tak terbatas. CCTV menjadi bentuk dari kamera pengamanan dan pemonitoran akan segala kejadian.

b. Menurut Elliot Erwin :

CCTV adalah sebuah alat untuk mengeksplorasi seni observasi yang akan menemukan sebuah hal yang luar biasa pada tempat-tempat yang memungkinkan akan segala kejadian.

c. Menurut Amir Hamzah ;

CCTV adalah sebuah bentuk alat untuk merekam dan juga memfoto akan segala kejadian yang terjadi pada sebuah tempat.

CCTV (Closed Circuit Television) merupakan sebuah perangkat kamera video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk dapat memantau situasi dan kondisi tempat tertentu.

Teknologi CCTV biasanya digunakan untuk mengawasi area public dan digunakan untuk keamanan. Di awal teknologi CCTV, hanya bisa digunakan, dikontrol dan dimonitor secara langsung oleh operator/petugas keamanan. Teknologi CCTV saat ini bisa digunakan, dikontrol dan dimonitor melalui komputer maupun telepon pintar.

Teknologi CCTV saat ini digunakan untuk pengawasan keamanan. Keamanan saat ini yang dibutuhkan adalah keamanan yang bersifat lengkap. Seperti video surveillence ,video assessment, fire detection, access control dan sarana komunikasi

Beberapa fungsi lainya seperti : perencanaan untuk mengurangi kehilangan yang terjadi, penanggulangan dari kejadian, dan mendukung perlindungan asset. Beberapa fungsi CCTV yang digunakan selain fungsi keamanan seperti penggunaan CCTV untuk melihat kondisi kemacetan jalan raya, ditempatkan di titik-titik persimpangan. Kegunaan lainnya CCTV ditempatkan dalam mobil, untuk memantau kejadian di jalan raya.

(10)

1. Detterance / Faktor pencegahan, pelaku kriminal seringkali mengurungkan niat apabila sasaran memiliki kamera rekaman CCTV.

2. Monitoring / Pemantauan, sistem rekaman CCTV berguna untuk memonitor keadaan dan kegiatan di rumah/tempat usaha anda dimanapun anda berada. 3. Intensify / Peningkatan kinerja, dengan adanya sistem rekaman CCTV

terbukti meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan.

4. Investigation / Penyelidikan, sistem rekaman CCTV berguna untuk menunjang penyelidikan tindak kejahatan yang telah terjadi video.

5. Evidence / bukti, hasil rekaman rekaman CCTV dapat dijadikan bukti tindak kejahatan / criminal, akan tetapi penggunaan rekaman rekaman CCTV tidak dapat berdri sendiri dalam pembuktian, harus ditunjang dengan alat bukti yang lain dalam pembuktian di persidangan.

C. KETERTIBAN UMUM

Asas ketertiban umum merupakan salah satu asas yang harus di perhatikan dan sangat penting. Asas merupakan salah satu sumber hukum seperti yang dapat dilihat dalam definisi hukum yang dirumuskan oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur perilaku dalam pergaulan manusia dan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan dalam kenyataan.

Berdasarkan pengertian tersebut selain asas, sumber hukum yang lain juga meliputi kaidah, lembaga dan proses. Asas dan kaidah identik dengan adanya perintah dari penguasa yang berdaulat dan akan selalu dianggap sebagai sesuatu hukum yang mengikat masyarakat khususnya apabila dituangkan dalam hukum positif (undang-undang).

Ketertiban umum menurut para ahli yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Julian D.M Lew

Walaupun pada dasarnya kedua istilah sama dan merujuk pada suatu hal yang sama, tetapi isi dan diaplikasinya berbeda. Order publik secara umum lebih luas dan lebih memberikan kebebasan mengaplikasikan daripada public policy yang sangat terbatas dalam menjelaskan persoalan yang dihadapi.

2. Definisi Blacks’s Law Dictionary

(11)

D. KETERTIBAN BERLALU LINTAS

Peraturan Lalu Lintas diatur dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009,didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang atau barang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Tata cara berlalu lintas dijalan diatur dengan peraturan perundang-undangan menyangkut arah lalu lintas, prioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan.

E. MANAGEMENT LALU LINTAS

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan:

1. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, atau jaringan jalan.

2. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu. 3. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan

tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduaan intra dan antar moda. 4. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan atau perintah bagi pemakai jalan.

F. PELANGGARAN LALU LINTAS

(12)

seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan dapat diterima (Irawan, 2009.).

Hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.

Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana segera diambil tindakan oleh aparat hukum tanpa ada pengaduan atau laporan dari pihak yang dirugikan, kecuali tindak pidana yang termasuk delik aduan seperti perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga dan pencurian oleh keluarga. Sedangkan hukuman terdakwa yang terbukti kesalahannya dapat dipidana mati/ dipenjara/ kurungan atau denda bisa juga dengan pidana tambahan seperti dicabut hak-hak tertentu.

Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya adalah pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan SIM dan STNK serta Pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk angkutan kemudian pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur lintas kendaraan (Sebayang, 2009).

Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu lintas yang diselesaikan di tempat oleh oknum aparat penegak hukum atau Polantas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses menurut hukum. Pemberian suap kepada Polantas dapat dikenakan tindak pidana terhadap penguasa umum dengan pidana penjara paling lama 2 tahun delapan bulan (Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara (Pasal 53 (1) (2) jo Pasal 209 KHUP). Sedangkan bagi Polantas yang menerima suap dapat dikenakan tindak pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun (Pasal 419 KUHP) (www. transparansi. or. id, 2009).

(13)

Kemudian hakim akan memanggil nama terdakwa satu persatu untuk membacakan denda. Setelah denda dibacakan hakim akan mengetukkan palu sebagai tanda keluarnya suatu putusan (www.transparansi. or. id, 2009).

Tilang sesuai dengan penjelasan Pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP dimaksudkan sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan.

Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:

1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.

2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUJ) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa.

3. Membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang lain yang tidak memiliki SIM.

4. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain. 5. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.

6. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan.

7. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang.

8. Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan yang ditentukan.

(14)

1. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu lalu lintas maupun pada jalan raya;

2. Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam; 3. Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk

berjalan kaki atau memanfaatkan sepeda ontel;

4. Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi budaya melanggar peraturan.

Hampir setiap hari di Indonesia terjadi kecelakaan akibat kesalahan pengemudi, baik kecelakaan tunggal hingga tabrakan beruntun. Hal ini bisa saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengapa di Indonesia tingkat kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas masih tergolong rendah. Berikut beberapa hal yang mungkin menjawab penyebab rendahnya kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas:

1. Minimnya pengetahuan mengenai peraturan, marka dan rambu lalu lintas

Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan kemungkinan besar anak itu juga melanggar.

3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang Indonesia. Kita ambil contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut. Namun bila tidak ada polisi, dia bisa langsung tancap gas.

(15)

Sering kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat menyesatkan. Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat di hati orang Indonesia, sehingga sangat ingin menerapkannya. Semoga ungkapan ini tidak dipakai pada saat orang menjalankan ibadah sesuai agamanya.

5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain

Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm, kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda 2. Masih banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi kenapa pengemudi malas menerapkannya?

6. Melanggar dengan berbagai alasan

"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir), ntar jalan lagi." "ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh cepat". Masih banyak lagi berbagai alasan yang dijadikan pembelaan. Orang Indonesia memang jago untuk hal-hal seperti ini.

7. Bisa "damai" ketika tilang

Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan "damai". Kalu tidak bisa "damai" di jalan, pasti nanti bisa coba "damai" lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali surat-surat yang ditahan oleh pihak kepolisian dengan segera.

G. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PELANGGARAN BERLALU LINTAS

(16)

(walaupun kadang-kadang petugas berhadapan dengan penjahat). Seorang pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang yang lalai di dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.

Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus menyadari bahwa dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara untuk menangani masalah-masalah lalu lintas. Pakaian seragam maupun kendaraan dinasnya merupakan lambang dari kekuasaan negara yang bertujuan untuk memelihara kedamaian di dalam pergaulan hidup masyarakat. Seorang petugas yang emosional dan impulsif tidak saja akan merusak seluruh korps, walaupun dia selalu disebut oknum apabila berbuat kesalahan. Penanganan terhadap para pelanggar, memerlukan kemampuan dan ketrampilan profesional. Oleh karena itu, maka para penegak hukum harus mempunyai pendidikan formal dengan taraf tertentu, serta pengetahuan dan pemahaman hukum yang cukup besar. Pengutamaan kekuatan fisik, bukanlah sikap profesional di dalam menangani masalah-masalah lalu lintas.

Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai pertimbangan, akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan rambu yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat tikungan yang berbahaya, misalnya, akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Pemasangan rambu yang tidak wajar akan menyebabkan terjadinya kebingungan pada diri pengemudi. Bentuk jalan raya, besar kecilnya bentuk huruf, dan warna rambu lalu lintas, mempunyai pengaruh terhadap pengemudi.

Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku pengemudi. Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar dengan garis berhenti, maka hal itu akan menyebabkan pengemudi menghadapi masalah. Masalahnya adalah, untuk melihat lampu dengan jelas, maka dia harus berhenti jauh di belakang garis berhenti. Apabila hal itu dilakukan, maka dia akan dimaki-maki oleh pengemudi-pengemudi yang berada di belakangnya. Kalau dia berhenti tepat di garis berhenti, maka agak sukar baginya untuk melihat lampu lalu lintas.

(17)

utamanya adalah menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut dikelola oleh para ahli, yang tidak hanya melingkupi mereka yang biasa menangani masalah-masalah lalu lintas, akan tetapi kadang-kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu sosial lainnya. Di dalam sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah sikap dari instruktur. Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana dimana murid-muridnya dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya.

Seorang instruktur harus mempunyai kemampuan untuk mendidik, kemampuan untuk mengajar saja tidaklah cukup. Murid-murid harus diperlakukan sebagai orang dewasa, berilah kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengambil keputusan, oleh karena di dalam mengendarai kendaraan yang terpenting adalah dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Kalau tidak maka kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian benda atau hilangnya nyawa seseorang.

BAB III

PEMBAHASAN

A. IKHTISAR HASIL PENELITIAN

Penelitian lakukan adalah penelitian pengumpulan data secara kuantitatif kualitatif. Menggunakan metode-metode sebagai berikut:

(18)

2. Melakukan wawancara kepada Dinas Perhubungan Kota Bandung yang beralamat di Terminal Leuwipanjang.

3. Melakukan wawancara, dan permohonan permintaan data kepada Satuan Lalu Lintas Kepolisian Kota Bandung.

Tujuan diadakannya penelitian melalui studi kasus wawancara kepada lembaga atau instansi terkait dan kepada responden adalah untuk mengetahui sejauh mana efisiensi sanksi sosial penggunaan tilang CCTV secara daring terhadap ketertiban berlalu lintas di Kota Bandung

(19)

Data tersebut adalah data yang berasal dari Kapolrestabes Kota Bandung melalui pihak satuan lalu lintas. Data berasal dari jenis-jenis pelanggaran yang terjadi dan terpantau oleh CCTV.

C. EFEKTIFITAS SANKSI SOSIAL DALAM PENGAWASAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN CCTV

Penelitian ini ditujukan kepada seluruh responden yang telah mengisi kuesioner daring. Sebelumnya kelompok kami mengucapkan banyak terima kasih terhadap seluruh responden yang membantu mengisi kuesioner sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan tugas kami.

Responden yang mengisi kuesioner kami tercatat per tanggal 20 Oktober 2017 sejumlah 33 (tiga puluh tiga) orang. Dimana 60,6 % responden adalah berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 29,4% responden adalah perempuan.

Rentang usia 18-24 tahun adalah rentang usia yang banyak mengisi kuesioner daring ini tercatat ada 81,8 % (27 orang), 25 – 30 tahun 4 orang (12,1 %), dan sisanya tidak menyebutkan rentang umurnya secara spesifik.

Dikarenakan cakupan responden mayoritas berusia 18-24 tahun, maka rentang pekerjaan mereka kebanyakan bekerja sebagai Pelajar dan Mahasiswa, rentang usia 25 – 30 tahun pekerjaan mereka adalah pekerja, dan ada satu orang yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga.

(20)

Ketika ditanyakan mengenai perlu atau tidaknya adanya aplikasi online mengenai CCTV. hampir 80% responden menjawab bahwa penerapan CCTV merupakan suatu pembaharuan yang tentunya perlu diterapkan secara maksimal sehingga perlu sekali dibuat suatu sistem aplikasi online yang dapat diakses oleh siapa saja. Agar mereka lebih mengetahui seberapa pengaruh sarana pembaharuan ini dapat mengatasi pelanggaran lalu lintas.

Responden dalam menjawab pertanyaan ini cukup beragam, namun dapat kami simpulkan bahwa bentuk sanksi sosial yang perlu diterapkan agar meningkatkan kesadaran berlalu lintas yaitu dengan cara:

1. Menyanyikan lagu Indonesia Raya secara langsung ketika mereka melanggar

2. Menyebarluaskan foto-foto para pelanggar lalu lintas

3. dengan sistem penilangan secara langsung dan didatangi ke rumah para pelanggar.

D. EFEKTIFITAS PENGAWASAN MELALUI CCTV

Kami melakukan wawancara kepada Bapak M. Sultoni sebagai kepala bidang dan kepada Bapak Budi Prayogi. Beliau memaparkan bahwa secara statistik belum ada data yang pasti perihal sebaran pelanggaran lalu lintas di Kota Bandung. Hakikatnya CCTV sudah ada pada tahun 1997. Pada zaman dahulu adanya CCTV hanya sebatas digunakan untuk pemantauan saja bukan sebagai alat dan sarana untuk melakukan penyadaran kesadaran berlalu lintas. Dasar hukum akan adanya penilangan lalu lintas sama dengan dasar hukum lalu lintas adalah UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ. Menurut penuturan yang di sampaikan oleh Bapak M. Sultoni menjelaskan bahwa penerapan sanksi sosial mungkin yang akan dikenakan adalah adanya rasa malu terhadap pihak-pihak yang melakukan tindakan pelanggaran. dan dirasa sangat efektif.

(21)

Menurut statistik yang disampaikan dari pihak dinas perhubungan menjelaskan bahwa 60% yang terkena atau terpantau melanggar lalu lintas adalah kendaraan roda dua , dan sisanya adalah kendaraan roda empat. Dalam sistem kerjanya terdapat sistem penjagaan shift ada satu orang pengawas dari kepolisian lalu lintas yang berjaga. Dan setiap hakikat penjagaan diawasi dengan SOP yang ketat. Selain itu menurut pemaparan dari Bapak M. Sultoni setiap harinya ada kegiatan pengawasan edukasi mengenai bagaimana hakikat dan mewujudkan ketertiban berlalu lintas oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung.

E. SISTEMATIKA TILANG MELALUI CCTV

Menurut pemaparan dari Bapak Ardianto sebagai salah satu staff Lalu Lintas Polrestabes Kota Bandung, menjelaskan bahwa hakikat sistem penilangan CCTV adalah sebagai berikut:

1. CCTV ditempatkan di perempatan jalan. Memantau kesemua sudut arah semua data yang ada di CCTV tersebut di arahkan langsung ke ATCS (Satuan Pengawasan Lalu Lintas) Kapolrestabes Bandung. Dan datanya dikirimkan ke TMC lalu ke satuan URLANGGAR jika ditemukan pelanggaran.

2. Dalam sistem penilangan dikenal dengan dua sistem yang pertama dikenal dengan sistem penilangan langsung, yakni bukan hanya ke ATCS tetapi data CCTV juga dikirimkan ke Pos pemantauan lalu lintas di sekitar (Pos Polisi terdekat). Ketika ada pelanggaran maka polisi yang berjaga di pos terdekat akan menindak pelanggar.

3. Setelah adanya penindakan di pos maka akan diberikan surat tilang.

4. Ketika tidak bisa dilakukan sistem tilang maka dilakukan dengan men-zoom (memperbesar tampilan) CCTV, dan direkam plat nomornya,

(22)

6. Petugas akan datang ke rumah pelanggar yang kendaraannya terekam CCTV

7. Proses penilangan berjalan seperti biasa, bisa menitipkan denda ke bank atau mengikuti persidangan. Banyaknya denda juga tidak berubah sesuai UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.

8. Kamera itu akan dijadikan alat bukti sebagaimana Pasal 272 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ.

F. APLIKASI DALAM PENILANGAN ONLINE BERBASIS ANDROID

Aplikasi E-Tilang Kendaraan Bermotor Berbasis Android menggunakan penyimpanan database menggunakan MySql. Dalam proses pembuatan aplikasi ini menggunakan beberapa perangkat lunak seperti Eclipse, Photoshop,dan Adobe Dreamweaver. Dalam proses penggunaan aplikasi e-tilang petugas harus memiliki akun data tersendiri sehingga aplikasi ini dapat digunakan, dan data yang dihasilkan lebih akurat dikarenakan tidak hanya data tilang saja yang dimasukan oleh petugas namun petugas dapat mengambil gambar pelanggar, plat nomor kendaraan, dan rangka motor dalam satu gambar (foto).

Berdasarkan Uji Coba Sistem yang sudah dilakukan Aplikasi E-Tilang Kendaraan Bermotor Berbasis Android ini dapat dijalankan dan menampilkan interface secara optimal pada handphone dengan spesifikasi yaitu : handphone dengan layar 4.0 inchi, handphone dengan OS minimal v4.1.2 (Jelly Bean) dan handphone dengan RAM minimal 512 MB.

(23)

G. SOLUSI YANG DITAWARKAN

Sebagai salah satu media pengawasan dan pemantauan yang ada di jalanan, CCTV dirasa sangat efektif. Awalnya sebagai pemantau apakah disana ada terjadi kemacetan atau tidak dan sekarang di Kota Bandung sendiri, selain digunakan sebagai sarana untuk memantau lalu lintas dan mengecek apakah terjadi kemacetan atau tidak. Sistem sarana tilang melalui CCTV dirasakan cukup efektif dalam memantau, atau minimalnya membangunkan kesadaran masyarakat akan tertib berlalu lintas.

Menurut hasil wawancara dari pihak Dinas Perhubungan Kota Bandung, adanya program sosialisasi kesadaran berlalu lintas. Dimana program yang ditawarkan atau diselenggarakan adalah program edukasi kesadaran berlalu lintas yang selalu di adakan setiap hari Rabu sore, dimana program edukasi kesadaran berlalu lintas ini adalah program edukasi mengenai kesadaran lalu lintas dan dimana dibuka stasiun pengawasan dan tujuannya ditujukan kepada pelajar.

Selain diadakannya program edukasi kesadaran berlalu lintas ada juga program edukasi mengenai sistem sanksi sosial lalu lintas dimana kesadaran berlalu lintas misalkan mensosialisasikan adanya program tilang CCTV kepada masyarakat dan masyarakat harus memahami bagaimana sistematika tilang tersebut.

(24)

BAB IV

SIMPULAN

A. KESIMPULAN

Pemantauan lalu lintas melalui CCTV merupakan salah satu langkah preventif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung terhadap pelaksanaan dan perwujudan ketertiban berlalu lintas di jalanan kota Bandung. Pelaksanaan implementasi dari UU No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ dilaksanakan secara efektif di Kota Bandung.

Sanksi sosial merupakan hal yang penting dan terdapat secara fundamental didalam sistem pengawasan melalui CCTV ini, dimana dengan adanya pengawasan dan sistem tilang melalui CCTV online ini masyarakat di harapkan dapat memberikan efek jera dan rasa malu.

Hasil fakta di lapangan menunjukkan hakikat bagaimana sistem pelaksanaan CCTV itu berjalan, dimana pemaparan dari Dinas Perhubungan Kota Bandung dan Kepolisian Kota Bandung dirasa sangat jelas dalam pelaksanaan sistem dan bagaimana tata cara pelaksanaan penilangan melalui CCTV tersebut ada. Dimana secara aturan hukum dan teoretis rencana pelaksaan sistem ini sudah dirancang secara sedemikian rupa dan menjadikan sistem ini bisa berjalan dengan baik.

Tanggapan masyarakat mengenai sistem pemantauan lalu lintas melalui CCTV dirasa positif dimana sistem penilangan melalui CCTV bagi sebagian besar tanggapan masyarakat yang menjadi sampel dari responden merasa bahwa sistem ini sudah berjalan baik namun harus ada beberapa hal yang ditingkatkan kembali dalam pengawasan dan perencanaan pengawasannya.

(25)

membutuhkan banyak sekali sosialisasi mengenai hakikat dari pelaksanaan sistem tilang melalui CCTV kedepannya agar sistem ini bisa menjadi semakin lebih baik lagi kedepannya.

B. SARAN

Hukum yang dicita-citakan terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan , dimana banyak sekali hal yang menjadi kritik, pengembangan, dan solusi untuk kedepannya. Tidak ada sebuah sistem yang sempurna, pasti adalah kekurangan. Kekurangan dalam sistem ini bukanlah hal untuk menjadi tidak berkembang lagi melainkan suatu sarana motivasi agar kedepannya bisa menjadi lebih berbenah.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Kansil, C.S.T, Kansil, Christine (1995). Disiplin Dalam Berlalu Lintas di Jalan Raya. Jakarta: Rinneka Ciptra.

Prakoso, Abimantoro. (2017). Sosiologi Hukum. Yogyakarta: LaksBang Presindo

Soekanto, Soerjono. (1990). Polisi dan Lalu Lintas (Analisa Menurut Sosiologi Hukum). Bandung. Mandar Maju

JURNAL

Jurnal TELEKONTRAN, VOL. 4, NO. 1, APRIL 2016 hal. 53-58 : Desain dan Implementasi Sistem CCTV Menggunakan Cloud Design and Implementation CCTV on Cloud Ibnu Asror-Yahdi Siradj Teknik Informatika - Teknik Komputer Telkom University

Jurnal APLIKASI E-TILANG KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS ANDROID Sandy Subavhe, Soewarto Hardhienata, Arie Qur’ania Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan Bogor

FORMULIR DARING

Kuesioner data analisis kesadaran berlalu lintas

(27)
(28)
(29)
(30)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kegiatan ini bertujuan untuk melakukan uji coba proses flokulasi- koagulasi terhadap kedua sumber air

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas dari rumah menuju ke sekolah negeri di Kabupaten Pringsewu yang ditempuh menggunakan kendaraan

Budi daya talas bentul ini dapat dilakukan dengan cara tumpangsari yaitu sebagai tanaman pendamping tanaman utama atau bisa juga ditanam secara tunggal

Pemberian Pyraclostrobin dan Azoxystrobin memberikan pengaruh yang nyata terhadap Warna Buah, dikarenakan pada pyraclostrobin dan azoxystrobin mengandung hormon

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri 1 Sekarsuli, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan kompetensi di

Dari hasil analisis Deskriptif yang menggambarkan statistik hasil belajar, kategori hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar Fisikanya rata-rata telah

Diantara mereka ada yang lebih banyak dalam periwayatan hadis daripada yang lain, mereka ada yang lebih banyak dalam periwayatan hadis daripada yang lain,

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stanley & Beare, (2006) dan Maas et al, (2011) bahwa senam Kegel merupakan salah satu terapi