• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AGAMA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN AGAMA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AGAMA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN

HIDUP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang dibina oleh Dr. M. Syahri, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Mitra Permatasari

(201510090311012)

2. Dea Kantri Nurcahya

(201510090311016)

3. Siti Hajar

(201510090311017)

4. Chusnul Chotimah

(201510090311019)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Disini kami akan membahas tentang Peran Agama dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. Di kesempatan kali ini pula kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Harapan kami, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang membangun.

Malang, 04 November 2017

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ...ii

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan ...2

1.4. Manfaat ...3

BAB II Pembahasan 1. Ancaman Kerusakan Lingkungan ...4

2. Aturan Agama dalam Pengelolaan Lingkungan ...5

3. Kedudukan Agama dalam Mengejar Pertumbuhan Ekonomi ...10

BAB III Penutup 1. Kesimpulan ...12

2. Saran ...12

(4)

BAB I sepantasnyalah manusia dikenakan suatu kewajiban untuk memelihara lingkungan tersebut. Akan tetapi seiring dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai pula dengan sifat keserakahan atau ketamakan manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya alam telah membuat alam lingkungan ini menjadi rusak tak terkendali, alhasil bencana lingkungan pun terus mengalir tiada henti. Lalu apakah bencana ini akan akan terus terulang kembali akibat prilaku manusia yang tidak mengindahkan lagi kaidah-kaidah atau nilai-nilai lingkungan?.

Sudah banyak informasi atau berita yang kita dapatkan mengenai terjadinya kerusakan alam yang disertai dengan bencana lingkungan yang terjadi di seluruh pelosok nusantara bahkan dunia. Banjir, tanah longsor, pencemaran (air, tanah dan udara), erosi, meningkatnya kadar CO2 di udara, kepunahan jenis spesies,

(5)

Berbagai kerusakan lingkungan di dunia telah menunjukan kecendrungan peningkatan yang sangat memprihatinkan banyak ilmuwan. Sebagian mereka telah membuat model prediksi kerusakan lingkungan yang berujung kepada hancurnya sisitem kehidupan di dunia ini. Lebih lanjut, Muh Aris Marfai ( 2005: 41) mengemukakan bahwa sampai dengan tataran ini maka sebetulnya permasalahan lingkungan mempunyai korelasi yang sangat positif dengan tujuan hidup manusia (materialisme, hedonisme, developmentalisme). Ditambah lagi semangat kapitalisme dan liberalisme yang kian membara dan merajalela demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya membuat alam ini semakin rusak binasa.

Keadaan ini sangatlah bertentangan dengan eksistensi manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini yang mempunyai tugas dan peranan sebagai pengatur atau pengelola alam lingkungan. Tentunya, sebagai khalifah manusia dituntut berlaku adil dan mampu untuk melakukan pengelolaan terhadap seluruh aspek kehidupan dan faktor-faktor yang terkait dengannya. Dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup, manusia mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeliharaan dan memberikan hormatnya terhadap sesama komponen lingkungan (Muh Aris Marfai, 2005: 41). Namun sifat-sifat keduniawian yang berorientasi kepada keuntungan materi semata ditambah dengan adanya sifat nafsu serakah yang tak terkendali telah menutupi hati nurani dan fitrah manusia, sehingga lupa akan kewajibaannya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.

3. Bagaimana kedudukan agama dalam mengejar pertumbuhan ekonomi?

1.3 Tujuan

(6)

1. Untuk menjelaskan ancaman kerusakan terhadap lingkungan. 2. Untuk menjelaskan aturan agama dalam pengelolaan lingkungan.

3. Untuk menjelaskan kedudukan agama dalam mengejar pertumbuhan ekonomi.

1.4 Manfaat

Dalam penulisan makalah ini, memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui ancaman kerusakan terhadap lingkungan. 2. Mengetahui aturan agama dalam pengelolaan lingkungan.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ancaman Kerusakan Lingkungan

Krisis lingkungan di dunia tengah terjadi, degradasi lingkungan tengah dirasakan semakim memburuk dan terpurui dalam dekade terakhir. Keruskan hutan, Pemanasan global, kepunahan jenis, kekeringan yang panjang, kelangkaan air bersih, pencemaran lingkungan dan polusi udara, serta ancaman senjata biologis, merupakan sederet permasalahan lingkungan di dunia yang bisa menghancurkan peradaban umat manusia. Oleh karenanya perlu upaya baik pemekiran ataupun tidakan yang dapat mengatasi krisis tersebut.

Meningkatnya kadar CO2 sangat terkait dengan berkurangnya luas hutan

dunia baik secara alami maupun ulah manusia. Di Indonesia yang dikenal sebagai paru-paru dunia karena nmemiliki 10 % luas hutan tropis di dunia telah mengalami keruskan hutan yang mengkhawatirkan. Hal ini terjadi pada tahun 1980 bahwa kerusakan hutan di Indoensia mencapai satu juta hektar per tahun dan pada tahun 2005 kerusakan hutan Indonesia mencapai dua juta hektar pertahun. Diperparah lagi terjadi pada periode tahun 1997-2000 mengalami keruskan hutan tertingii mencapai 3,8 juta per tahun (Iwan Setiawan, 2005).

Keruskan lingkungan juga terjadi pada wilayah perairan. World Water Development Report (WWDR) sebuah lapran PBB tetnatng ketersediaan air bersih dunia (dalam Maryoto, 2003) mengemukakan bahwa setiap harinya sekitar 2 juta ton sampah mencemari wilayah perairan dan produksi limbah cair mencapai 1500 meter kubik. Apabila satu litr limbah cair mencemari delapan liter air bersih, maka setidaknya 12.000 km kubik air bersih terpolusi di dunia.

(8)

Pencemaran udara juga mengalami suatu hal yang mengkhawatirkan. Di

Agama memiliki aturan dalam mengelola lingkungan hidup yaitu antara lain:

Kapatuhan Terhadap Syari’at

Sains dan teknologi memang diperlukan, tetapi itu saja tidak cukup, kita memerlukan suatu pendekatan yang berbasis agama untuk terlibat dalam keluar dari krisis lingkungan. Pada dasarnya dalam mengatasi permasalahan krisis lingkungan berkelanjutan tidak hanya saja cukup dengan mengandalkan dan mengembangkan kekuatan dari sisi IPTEK saja, melainkan terlebih dari pada itu reaktualisasi atau pengamalan nilai-nilai religiusitas/keberagamaan menjadi agenda penting dan tidak boleh terlupakan dan menjadi “roh” yang menjadi landasan dan memberikan daya atau kekuatan dalam mengatasi krisis lingkungan berkelanjutan tersebut. Dengan demikian, metode ini akan mendorong manusia untuk senantiasa memelihara kualitas lingkungan bukan hanya didasarkan atas etika lingkungan saja, melainkan terlebih dari itu pelaksananan menjaga kualaitas lingkungan di letakan dalam konteks ibadah yakni kepatuhan terhadap syariat yang akan dinilai suatu catatan kebaikan atau pahala di sisi Allah SWT. Sebaliknya barang siapa yang mengabaikan kaidah atau nilai lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan dan bencana di muka bumi dan menelan banyak korban, maka akan mendapat dosa dan siksa karena telah melakukan suatu kedzaliman terhadap lingkungan sekitar. Firman Allah SWT dalam surat Al Qashash ayat 77 yang artinya “….dan Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “.

(9)

karenanya menjadi agenda tugas para ulama dan para pemuka agama untuk menggagas serta memasyarakatkan fikih lingkungan pada masyarakat. Perlu ditanamkan kepada masyarakat sebuah keyakinan bahwa membuang sehelai sampah ke tempatnya atau membuang duri dari jalanan itu adalah ibadah

Menempatkan Alam Sesuai Fungsinya

Bencana lingkungan yang terjadi saat ini diakibatkan oleh akumalasi beban yang terlalau berat sehingga keauatan penahan dilampaui (Hendrajaya, 2005). Penyebab bencana lingkungan dapat dikabatkan oleh alam dan ulah manusia. Penyebab bencana oleh manusia dalam menempatkan sebidang lahan sesuai dengan fungsi dan kemampuanya serta kesalahan manusia dalam mengeksploitasi dan mengolah sumberdaya alam yang tersedia, seperti longsor, banjir, kekeringan, intrusi air laut, kebakaran, pencemaran (air, tanah dan udara), sampah hujan asam, erosi dan kelaparan (Darsiharjo, 2005). Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” ( QS Al Hijr : 19).

(10)

Salah satu Sunnah Rasullullah SAW menjelaskan bahwa setiap warga masyarakat berhak untuk mendapatkan manfaat dari suatu sumberdaya alam milik bersama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sepanjang dia tidak melanggar, menyalahi atau menghalangi hak-hak yang sama yang juga dimiliki oleh orang lain sebagai warga masyarakat. Penggunaan sumberdaya alam yang langka atau terbatas harus diawasi dan dilindung, dalam hal ini perlindungan suatu usaha konservasi (perlindungan) dan rehabilitasi (pembaharuan). Ini semua bisa tercapai apabila manusia sadar akan amanah sebagai pemelihara bumi.

Konsep Manfaat dan Madharat

(11)

jinayah/kejahatan. Bagi pihak-pihak yang melakukan perusakan dikenankan kewajiban merehabilitasi dan memberi kompensasi bagi korban. Mereka juga harus diberi sanksi hukum yang penanganannya diserahkan kepada Ulil Amri berdasarkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya, karena masuk Jarîmah Ta’zîr.

Integrasi Ilmuwan dan Agamawan

Pada konteks tataran ideal, Islam sebagai agama yang paripurna tidak mengkotak-kotakan antara ilmu keduniaan dan keagamaan, karena semuannya bersumber dari Al-khalik Maha Pencipta yang semuanya adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh seoarang muslim serta mengintegrasikannya tanpa terkecuali. Hanya saja kehidupan sekulerisme dan liberalisme yang mencoba memisahkan kehidupan dunia dan agama, sehingga persoalan keduninaan termasuk urusan bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan, peran serta ilmu keagaaman tidak disertakan. Sehingga dalam pemecahan urusan kerusakan kelingkungan hanya berorientasi pada kepentingan materi sesaat tanpa didasari oleh nilai-nilai luhur agama yang menjadi “ruh” penggerak dalam melakukan suatu tindakan, alhasil persoalan lingkungan dapat diatasi dalam waktu yang relatif tidak lama dikarenakan hanya berorientasi pada kepentingan segelintiran kelompok tertentu saj (dalam hal ini kepentingan proyek). Berbeda jikalau dalam pelaksanaan mengatasi persoalan lingkungan disertakan nilai-nilai agama, karena di dalamnya ada suatu perintah dan larangan yang harus dikerjakan oleh manusia demi kemashlahatan bersama tanpa terkecuali.

Melihat pentingnya ilmu keduniaan dan keagamaan dalam hal ini, maka langkah upaya konkret untuk mengintegrasikan ilmu keduniaan dan keagamaan tersebut, perlu dilakukan suatu forum silaturahmi antara pemuka agama dan ilmuwan untuk memberikan pemikiran bersama kaitannya dalam mengatasi kerusakan lingkungan. Para ilmuwan memberikan arahan secara konsep-konsep ilmiah dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan para pemuka agama (ulama) memberikan semangat spritulaisme yang melandasi itu semua.

(12)

dunia. Hal tersebut terlihat sejak sebuah pertemuan pemimpin agama dan sains yang disebut: ‘Join Apppeal by Religion and Science for the Environment,” yang diadakan bulan Mai 1992 di Washington, D.C. Para ilmuwan dan pemimpin agama salah satunya menyatakan: “Kami yakin bahwa sains dan agama dapat bekerjasama untuk mengurangi dampak yang berarti dan membuat resolusi atas krisis lingkungan yang terjadi di bumi. Tetapi kami yakin bahwa dimensi krisis ini sebenarnya tidak sepenuhnya diambil hati oleh para pemimpin kita yang memimpin lembaga-lembaga penting dan juga pemimpin industri. Namun demikian kita menerima kewajiban kita untuk membantu memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap jutaan orang yang kita layani dan ajarkan mengenai konsekwensinya apabila terjadi krisis lingkungan dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini” (Calvin B. DeWitt, The Good in Nature and Humanity in Stephen R, Kellert dan Timothy J Farnham, Island Press. 2002).

(13)

2.3 Kedudukan Agama dalam Mengejar Pertumbuhan Ekonomi

Berlakunya otonomi daerah membuat daerah membaca peta keuangan hingga sampai pada upaya peningkatan PAD setinggi-tingginya dengan memicu pertumbuhan ekonomi. Karena sebagian besar daerah masih bertumpu pada potensi sumber daya alam tidak pelak sumberdaya alam semakin dikuras. Sayangnya eksploitasi alam seperti melalui sektor pertambangan di satu sisi mengurangi potensi sumberdaya alam berbasis pertanian dan kehutanan di sisi lainnya.

Ahli ekonomi menyadari ada trade off (saling dikorbankan) antara pertumbuhan yang ingin dicapai dan pemerataan yang dapat dirasakan. Dimana hasil atau “kue pembangunan” tidak bisa dinikmati kelompok miskin sehingga mereka termarginalisasi hari ini dan hari esok. Atas gejala ini pemerintah dituntut untuk menekan investor untuk untuk menerapkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat melalui mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengharuskan swasta membiayai infrastruktur sosial masyarakat. Tentunya bukan untuk memuluskan rencana eksploitasi alam di wilayah tersebut tetapi mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Karena diantara harta yang dikumpulkan ada hak orang lain yang harus mereka terima. Islam mengenal istilah zakat, infag dan sadaqah

Hampir seluruh negara yang memiliki kekayaan alam tak henti-hentinya dilanda masalah mulai dari perang saudara di Afrika ataupun invasi militer Amerika atas Irak. Sementara negara-negara industri maju yang harus akan bahan baku terus memproduk barang-barang yang berkonstribusi terhadap pencemaran lingkungan. KTT Bumi memprediksi kondisi dunia pada 10 tahun mendatang akan meningkatkan emisi gas karbondioksida (gas rumah kaca) global lebih dari sembilan persen. Sementara sejak 1990, kawasan hutan menciut 2,2% dan sekitar 27% terumbu karang rusak berat karena pencemaran, pemanasan air laut, penambangan dan penangkapan ikan. Alasan, kebijakan, perhitungan dan manfaat ekonomi yang didapat pada akhirnya tidak dapat berbicara banyak ketika kerusakan lingkungan harus dipertanggungjawabkan. Hingga saat ini nasib masyarakat Sidoarja yang terkena dampak usaha PT.Lapindo Brantas masih terkatung-katung.

(14)

cukup besar, negeraa di dunia justru meningkatkan belanja militer hingga mencapai lebih dari US$2 milyar per hari. Ironisnya belanja penyelematan lingkungan seperti yang digagas oleh UNEP harus berjuang dengan anggaran terbatas yang hanya US$ 100 juta.

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tindakan manusia yang berlebihan dalam pemanfaatan alam lingkungan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang terus meingkat. Hal ini menandakan bahwa eksistensi manusia sebagai seorang pemelihara muka bumi sudah mulai luntur, sehingga perlu suatu pendekatan yang secara fitrah dapat mengembalikan kesadaran manusia tersebut. Ajaran Agama Islam sebagai agama rahmatalil’aalamiin telah memberikan rambu-rambu agar bagaimana manusia bertindak dalam mengelola alam lingkungan secara arif dan bijaksana, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh semua mansia tanpa merusak sedikitpun. Sikap dan keteladanan pemimpin Agama dalam memelihara lingkungan dan kelestarian alam perlu kembali dilihat dan diperthankan bahkan harus ditingkatkan, misalnya dalam Islam banyak sekali Wisdom (kearifan) yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam menghormati makhluk hidup:sebagaimana diriwayatkan, bahwa Nabi SAW menegur sahabatnya yang dalam pada saat perjalanan mereka menangkap anak burung yang berada di sarangnya. Ketika merasa kehilangan anak, induk burung itu pun mengiringi terbang diatas rombongan Rasullullah. Ketika menyaksikan hal itu nabi bersabda: “Siapakah yang menyusahkan burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak-anaknya padanya.” (hadits riwayat Abu Daud).

3.2 Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

AL Qur’an dan Terjemahannya,1990. Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta.

Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Marfai, Aris (2005). Moralitas Lingkungan. Yogyakarta : Kreasi Wacana Yogyakarta

Ministry of Forest (MoF), (1991). Tropical Forest Action Plan. Jakarta : Ministry of Fores

Naim, Mochtar (2001). Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al-Qur’an yang beraitan dengan Fisika dan Geografi. Jakarta : Hasanah

Prasetyo, Arief, E.B. & Kartikasari A.. (2003): Peran Agama dan Etika Dalam Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakrta : publikasi LIPI Setiawan, Iwan dan Malik, Yakub (2005). Keruskan Alam dan Ancaman

Lingkungan. Bandung : Jurnal GEA vol 5 no 2 Oktober 2005. ISSN 1412-0313 hal 96-100. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini merupakan laporan mengenai suatu perancangan pembudidayaan tanaman jamur yang dipadukan dengan wisata dengan objek budidaya jamur dan tema ekologi

Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya berbagai program acara televisi khususnya pertunjukan musik dangdut yang lebih berorientasi untuk meraih audiens sebanyak-banyaknya,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa backup otomatis terhaddap backup data ada perangkat

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan: pertama, bahwa sebaik- baik sistem penyelenggaraan pemilu adalah sistem yang menyediakan mekanisme kelembagaan penyelesaian

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran sekaligus membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan

Suatu RAKTL dengan a taraf perlakuan dikatakan seimbang parsial dengan m-associate classes apabila taraf-taraf perlakuan tersebut dapat disusun atau dikelompokkan menjadi

Jamur diinduksikan dibagian tengah media agar yang masing-masing terdiri dari kontrol, media agar yang ditambahkan metanol dan media agar yang ditambahkan larutan

sebelum dan setelah melakukan akuisisi pada bank Sinar Harapan Bali di tahun 2008 dengan menggunakan metode Market Value Added (MVA).. 1.4