• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sengketa Merek Dagang Internasional LOTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sengketa Merek Dagang Internasional LOTT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Sengketa Merek Dagang Internasional “LOTTO” dalam Kasus Hukum

Perdagangan Internasional

Devindra Oktaviano

1

, Richard Sinaga, Dandy Nakkito & Loviana Permatasari

Abstract

This paper discusses the international trade dispute that free from governmental intervention. This paper provide further explanation about the trademark dispute between Newk Plus Four Far East Ltd as owner of LOTTO trademark with Hadi Darsono that registered LOTTO trademark too. Both of these trademark are registered in Directorate of Patent and Copyright - Indonesian Ministry of Justice. Therefore, Newk Plus Four Far East Ltd as owner of LOTTO trademark filed a civil lawsuit to The State’s Court as a plaintiff and Hadi Darsono as first accused party and Directorate of Patent and Copyright - Indonesian Ministry of Justice as second accused party. The plaintiff was failed in The State’s court but eventually won in Supreme Court. Next, this paper will provide legal analysis based on private international law and

Keywords:dispute, international trade, trademark, patent and copyright.

Pendahuluan

Seiring dengan arus globalisasi, perdagangan internasional berkembang dengan sangat cepat. Ruang lingkup bidang hukum pun cukup luas. Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari bentuk yang sederhana, yaitu barter, jual-beli barang atau komoditi (produk-produk pertanian, perkebunan dan sejenisnya) hingga hubungan atau transaksi-transaksi dagang yang kompleks. Hal ini disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi) sehingga transaksi dagang semakin berlangsung cepat.

Batas-batas Negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan bumi lain. Hal ini tampak dengan lahirnya transaksi-transaksi yang disebut dengan e-commerce2. Perdagangan internasional sudah menjadi tulang punggung bagi Negara untuk menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah terbukti dalam perkembangan dunia.

Kemajuan teknologi dan komunikasi mengakibatkan aktivitas ekonomi tidak lagi terkungkung oleh batas-batas Negara. Fenomena regionalisme yang terjadi di berbagai belahan dunia dewasa ini, seperti ASEAN atau Uni Eropa. Para pihak sebelum menutup suatu perjanjian dagang, perlu bersikap hati-hati terhadap calon mitra dagang, substansi perjanjian, hak dan kewajiban, resiko, pilihan hukum dan forum penyelesaian sengketa.

(2)

Begitu juga dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI ) merupakan salah satu isu yang sering dibicarakan dan merupakan bagian dari hukum perdagangan internasional juga membuat permasalahan menjadi cukup kompleks bagi negara-negara yang ingin bertransaksi dibawah payung hukum perdagangan tersebut. HAKI bisa dikatakan sebagai hak kekayaan dalam lingkup kehidupan teknologi, sastra, seni maupun ilmu pengetahuan. HAKI bisa dilihat dari bermacam-macam. Terdapat 3 jenis benda yang dapat dijadikan sebagai kekayaan atau hak milik3 dan diantaranya yaitu benda tidak berwujud yang dapat berupa hak paten, merek dan hak cipta, begitu juga dengan benda yang tidak bergerak seperti tanah, rumah, toko, pabrik dan sebagainya, dan benda yang bergerak seperti emas, peralatan elektronik, informasi dan sebagainya.

Pengaturan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang berlaku dalam cakupan karya cipta yang dilindungi adalah sebagai berikut:

1. Hak Cipta (Copyrights), diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

2. Hak Kekayaan Industry, meliputi:

a. Paten (Patent), diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

b. Merek dagang (Trademark), diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

c. Rahasia Dagang (Trade Secrets), diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

d. Desain Industri (Industrial Design), diatur dalam UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.

e. Tata Letak Sirkuit Terpadu (Circuit Layout), diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

f. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety), diatur dalam UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman.

Terkait dengan hak kekayaan industri yang meliputi merek atau trademark merupakan hal yang lumrah bagi yang ingin mempromosikan produk mereka dengan label tersebut. Merek dapat didefenisikan sebagai tanda gambar nama atau berupa huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa hak merek lebih banyak dikenal sebagai merek dagang. Yang dapat mendaftarkan merek dagang adalah perorangan, beberapa orang (pemilik bersama) dan Badan hukum. Selain itu juga merek tersebut mempunyai

(3)

fungsi-fungsi tersendiri dalam kaitannya dengan barang maupun jasa yaitu: menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan, sebagai jaminan atas mutu barang.

Hasil dan Pembahasan

Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini merupakan kasus sengketa merek dagang dalam ranah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Dalam penggunaan merek ini tersebut sering sekali terjadi pemasalahan sengketa. Dan penulis mencoba mengambil studi kasus berupa sengketa merek dagang “LOTTO” dalam ranah hukum perdagangan internasional.

Menurut UU no 15 tahun 2001, merek4 dapat didefenisikan sebagai kreasi berupa tanda susunan warna, huruf-huruf, merek, angka-angka, kata, nama, gambar atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat. Untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat.

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam mendaftarkan merek mereka dapat dilihat dari membedakan diferensiasi produk, periklanan dan pemasaran sehingga menguntungan pemasaran internasional, begitu juga dengan memberikan jaminan kualitas yang konsisten. Tentu kerugian-kerugian yang juga dihasilkan apabila merek tersebut tidak terdaftar yakni lebih rendahnya pendapatannya dalam menjual barang dan jasa karena merek tersebut tidak jelas dan kurang loyalnya konsumen bila ada barang tidak bermerek, tentu mereka akan curiga apakan barang tersebut tidak memiliki kualitas yang memadai dengan harga yang cukup memadai juga, kesulitan dalam memasarkan diranah nasional maupun ketingkat internasional.

Namun, dilihat dari perspektif penulis, sengketa merek dagang melibatkan pendaftaran merek dagang yang sudah didaftar di Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman masih juga diklaim oleh pihak-pihak atau individu yang tahu ataupun tidak tahu mengenai pendaftaran merek tersebut. Terjadinya pembajakan merek oleh pihak lain biasanya terjadi karena sifat dasar manusia memang meniru termasuk dalam menciptakan merek. Alasan lain adalah karena membuat merek sendiri memerlukan biaya besar dan prosedur pendaftaran yeng cukup rumit. Salah satu fungsi dari merek adalah untuk mempermudah pengiklanan produk kepada masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan/ membeli produk tersebut. seperti kasus dibawah ini:

(4)

Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd, yang berkantor pusat di 60 B Martin Road 05-05/06 Singapore, Warehouse Singapore 0923 adalah pemakai pertama merek “LOTTO” untuk barang-barang pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana panjang, roks pan, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga, baju olah raga, kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi. Merek dagang “LOTTO” ini terdaftar di Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman tanggal 29/6/1979, dengan No. 137430 dan No. 191962 tanggal 4/3/1985.

Pada tahun 1984 Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman telah menerima pendaftaran merek “LOTTO” yang diajukan oleh Hadi Darsono untuk jenis barang handuk dan sapu tangan dengan No. 187.824 pada tanggal 6/11/1984, pendaftaran merek LOTTO untuk kedua barang tersebut tercantum dalam tambahan Berita Negara RI No. 8/1984 tanggal 25/5/1987. Penggunaan merek “LOTTO” oleh Hadi Darsono hampir sama dengan merek yang digunakan pada barang-barang produksi PTE Ltd. Walaupun Hadi menggunakan merek LOTTO untuk barang-barang yang tidak termasuk dalam produk-produk Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd., namun kesamaan merek LOTTO tersebut dinilai amat merugikannya.

Akhirnya pihak Newk Plus Four Far East Ltd Singapore, mengajukan gugatan perdata di pengadilan terhadap Hadi Darsono sebagai Tergugat I dan Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman (Bagian Merek-merek) sebagai Tergugat II. Pihak Penggugat mengajukan tuntutan (petitum) yang isi pokoknya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sebagai hukum bahwa Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek dagang LOTTO dan karena itu mempunyai hak tunggal/khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia;

3. Menyatakan bahwa merek LOTTO milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan pada Tergugat II dengan nomor register 187824, adalah sama dengan merek Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata maupun suara, dan oleh karena itu dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang asal-usul dan kwalitas barang-barang;

4. Menyatakan batal, atau setidak-tidaknya membatalkan pendaftaran merek dengan register nomor 187824 dalam daftar umum atas nama Tergugat I, dengan segala akibat hukumnya.

5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati keputusan ini dengan membatalkan pendaftaran merek dengan nomor reg. 187824 dalam daftar umum;

6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara;

(5)

Kronologi penyelesaian sengketa di tingkat pengadilan negeri adalah sebagai berikut:

Hakim pertama memberi pertimbangan sebagai berikut:

I. Dari bukti P1 dan P2 terbukti bahwa “Merek LOTTO” milik Penggugat, terdaftar No. 137.430 dan W 191.962 untuk melindungi jenis barang-barang: pakaian jadi, kemeja, dll.

II. Dari bukti P3 diketahui bahwa merek Tergugat I dengan kata “LOTTO” telah terdaftar pada Direktorat Paten dan Hak Cipta dengan No. 187.824 untuk melindungi jenis barang handuk dan sapu tangan.

III. Pasal 2(1) UU Merek tahun 1961 menentukan, hak atas suatu merek berlaku hanya untuk barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dibubuhi merek itu.

IV. Menurut pasal 10(1) UU Merek tahun 1961 tuntutan pembatalan merek hanya dibenarkan untuk barang-barang sejenis. Tujuan UU merek tahun 1961 khususnya pasal 10(1) adalah untuk melindungi masyarakat konsumen agar konsumen tidak terperosok pada asal-usul barang sejenis yang memakai merek yang mengandung persamaan.

Menurut pendapat Majelis, walaupun bunyi dari kedua merek Penggugat dan Tergugat I tersebut sama yaitu LOTTO, tetapi pihak konsumen tidak akan dikaburkan dengan asal-usul barang tersebut, karena jenis barang yang dilindungi adalah merek Penggugat sangat berbeda dengan jenis barang yang dilindungi oleh merek Tergugat I. Jurisprudensi yang tetap antara lain Putusan MA-RI No. 2932 K/Sip/1982 tanggal 31/8/1983, serta No. 3156 K/Pdt/1986 tanggal 28/4/1988, berisi: menolak pembatalan pendaftaran merek dari barang yang tidak sejenis.

Pasal 1 SK Menteri Kehakiman No. M-02-HC-01-01 tahun 1987 tanggal 15/6/1987 menyatakan merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan dipakai di wilayah Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis barang tertentu. Majelis berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat tidak cukup berlasan, karenanya gugatan Penggugat harus ditolak.

Pihak penggugat, menolak putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan mengajukan permohonan kasasi dengan alasan Pengadilan Negeri salah menerapkan hukum, karena menolak gugatan Penggugat. Pengadilan Negeri mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu, Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.

(6)

yang isinya sebagai berikut: Suatu pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan, walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.

Mahkamah Agung setelah memeriksa perkara ini dalam putusannya berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang intinya sebagai berikut:

I. Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan 4-3-1985.

II. Merek LOTTO secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta perlengkapannya.

III. Merek LOTTO, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan saputangan, pada 6 Oktober 1984.

Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan Tergugat I berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang. Dengan mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang sejenis i.c kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama, dengan kelompok barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah Agung menyimpulkan Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang telah ada dan beredar di masyarakat.

Di dalam kasus “LOTTO” ini, “LOTTO” Singapura memiliki bukti. Memiliki nomor pendaftaran merek dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman dengan pendaftaran No. 137430, yang diajukan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Terdapat kelalaian yang dilakukan oleh Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman dengan memberikan nomor pendaftaran juga kepada “LOTTO” Indonesia.

(7)

setelah perusahaan pertama mendaftarkan mereknya kepada Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman.

Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan, walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal tersebut berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia internasional.

Dalam kasus ini Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam perkara merek terkenal Seven Up – LANVIN – DUNHILL: MA-RI No. 689 K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan, walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.

Setelah memeriksa perkara ini Mahkamah Agung dalam putusannya berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum, Pengadilan Negeri mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu, Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.

Sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya, Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang intinya sebagai berikut :

Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan 4-3-1985. Merek “LOTTO” secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta perlengkapannya. Merek “LOTTO”, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan saputangan, pada 6 Oktober 1984.

(8)

berarti Tergugat I dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut:

Mengadili:

- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Mengadili Sendiri :

- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

- Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia.

- Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama dengan merek Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara, dan oleh karena itu dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang asal-usul dan kualitas barang.

- Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.

- Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam daftar umum.

Simpulan

Kekayaan intelektual merupakan kreasi manusia yang dapat berupa naskah, artistic work (hasil kerja yang memiliki nilai seni) dan teknologi. Sesuai dengan dasar teori dari HAKI yaitu kreatifitas akan berkembang jika kepada orang-orang yang kreatif diberikan imbalan ekonomi.

(9)

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dalam dunia permerekan sering terjadi pembajakan/ penggunaan merek yang bukan haknya dengan berbagai alasan.

Dalam kasus ini jika terjadi kekeliruan dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek karena telah memberikan nomor registrasi kepada Hadi Darsdono untuk menggunakan merek “LOTTO” yang sebenarnya telah terdaftar di Indonesia pada tahun tanggal 29/6/1976 dan 4-3-1985. Menurut data yang kami dapatkan, hal ini dikarenakan oleh Direktorat Paten dan Hak Cipta Departmen Kehakiman kurang teliti dalam mengecek akan merek “LOTTO” tersebut.

Gugatan yang diajukan oleh Singapura kepada Mahkamah Agung mendapatkan keputusan yang terbaik untuk Singapura, karena dalam kasus ini Singapura memberikan bukti-bukti yang jelas kepada Mahkamah Agung dengan menunjukkan surat-surat , dan bukti pembayaran yang telah Ia dapatkan dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek pada tahun 1976 dan 1985. Sementara Hadi Darsono didapati mempunyai maksud yang tidak baik, dengan mendaftarkan “LOTTO” kepada Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek, Hadi Darsono ingin dengan mudah mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang telah ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Hadi Darsono selaku Tergugat 1 dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.

Terjadinya pembajakan merek oleh pihak lain biasanya terjadi karena sifat dasar manusia memang meniru termasuk dalam menciptakan merek. Alasan lain adalah karena membuat merek sendiri memerlukan biaya besar dan prosedur pendaftaran yeng cukup rumit. Salah satu fungsi dari merek adalah untuk mempermudah pengiklanan produk kepada masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan/ membeli produk tersebut. Karena fungsi tersebut pihak yang ingin produknya mudah dikenal lalu meniru merek yang sudah terkenal tersebut. Ingin memperoleh keuntungan sebesar merek yag ditiru juga merupakan salah satu alasan meniru merek.

Daftar Pustaka

Adof, Huala, Hukum Perdagangan Internasional.2005. Jakarta: Badan Penerbit IBLAM

Dan Kaddaron, “Lingkup HAKI” lihat situs

(10)

Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003

Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994.

Sengketa merek dagang,

http://indotrademark.com/kasus_sengketa_merek_dagang_lotto_berita40.html [diakses tanggal 14 April 2013 pukul 13:26 WIB]

Undang-Undang no. 15 tahun 2001, lihat situs

Referensi

Dokumen terkait

Halaman ini untuk melihat daftar pemesanan barang yang sudah melakukan transaksi.

Perlambangan sesebuah karya sastera merupakan antara unsur intrinsik yang sering menjadi titik perbahasan dalam kajian akademik. Perlambangan biasanya digambarkan sebagai

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat mengangkut sampah dari kanal banjir secara otomatis dengan menggunakan

Ciri agronomis, mutu dan lingkungan tumbuh tanaman obat langka purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia

Pada bahan standar tidak dilakukan penambahan baik asam sulfo salisilat maupun EDTA dan tidak dilakukan pemusingan, karena bahan standar tersebut sudah dalam bentuk larutan murni

Selanjutnya, pada proses verifikasi, penerima akan mengecek apakah tanda tangan tersebut cocok atau tidak dengan menggunakan kunci publik dan menghitung nilai hash

Hasil ini diperoleh dengan memisahkan beberapa komponen yang ada, sehingga hasil persentase benih murni dan kemurnian benihnya dapat dihitung, hal ini sesuai

Pada soal nomor 9 dan 10 ini, subjek ML hanya bisa menjawab satu soal dengan benar. Berikut adalah hasil pekerjaan dari ML. Gambar 4.19 Hasil Tes Tulis ML.. Identifikasi