• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TAHAP FORMULASI PADA RENCANA ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TAHAP FORMULASI PADA RENCANA ST"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS TAHAP FORMULASI PADA RENCANA STRATEGIS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN PURWOREJO

TAHUN 2013 – 2018

Imas Qurhothul Ainiyah NPM. 1306383155

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

email: imasqa14@gmail.com Abstract

Disaster is an event that can threaten, disrupt, destroy the environment and destroying various living beings in it. Disasters can cause environmental damage, loss of life, loss of property and psychological impact. One disaster-prone area is Purworejo. Therefore, the government of Purworejo establishes Regional Disaster Management Agency (BPBD). Then, the Regional Disaster Management Agency formulate a strategic plan to guide the performance in order to achieve the organization's vision. Strategic planning also serves as a reference for member organizations in carrying out their duties and functions. The result is that the strategic planning component includes strategy formulation, strategic planning, budgeting, and performance assessment. Keywords: disaster, disaster mitigation, Regional Disaster Management Agency, strategic planning, strategy

formulation

PENDAHULUAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang dapat mengancam, mengganggu serta merusak lingkungan hidup dan kehidupan yang ada di dalamnya (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016). Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, peristiwa bencana biasanya disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam, dan faktor manusia. Berdasarkan faktor penyebabnya, maka bencana dikategorikan menjadi tiga macam yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016). Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba atau melalui proses yang berlangsung secara perlahan sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan immaterial bagi kehidupan masyarakat (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016). Suatu kejadian atau peristiwa bencana akan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi dan jenis bencana, serta korban atau dampak kerusakan yang ditimbulkan. Kejadian bencana biasanya mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan, korban

jiwa manusia, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

(2)

2 Gambar 1. Peta Indeks Rawan Bencana

Indonesia Tahun 2012 Sumber: BNPB, 2016.

Berdasarkan gambar 1.1, dapat diketahui bahwa daerah yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana adalah daerah yang berwarna merah. Sementara untuk daerah yang menempati peringkat pertama rawan bencana alam adalah Provinsi Jawa Tengah (m.beritasatu.com, 2013). Menurut Sarwa Pramana selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, provinsi ini dapat dijuluki sebaga “supermarket” bencana (m.beritasatu.com, 2013). Artinya, daerah-daerah di Jawa Tengah berpotensi besar mengalami kejadian bencana alam. Beberapa bencana alam yang pernah terjadi di Provinsi Jawa Tengah yaitu gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan, dan abrasi. Adapun Indeks rawan Bencana di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Indeks 5 Besar Risiko Bencana per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah No Daerah Skor Kelas Risiko

1. Cilacap 215 Tinggi 2. Purworejo 215 Tinggi

3. Tegal 213 Tinggi

4. Brebes 211 Tinggi

5. Banyumas 207 Tinggi Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2014.

Salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki intensitas rawan bencana tinggi adalah Kabupaten Purworejo (Sandra, 2015). Kabupaten Purworejo menempati urutan kedua daerah rawan bencana setelah Kabupaten Cilacap. Menurut Salman selaku bagian pusat

pengendali operasi Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Purworejo, penyebab indeks risiko Kabupaten Purworejo tinggi adalah karena letak geografis wilayah yang berdekatan dengan Lempeng Euroasia dan dilalui jalur gunung berapi yang ada di bawah laut (Sandra, 2015). Hal itu berpotensi mengakibatkan gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor di Kabupaten Purworejo dan sekitarnya.

Pada tahun 2013 telah terjadi bencana alam tanah longsor dan banjir pada 53 desa dari 11 kecamatan di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah (Widiadi, 2013). Bencana banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur sebelas kecamatan yakni Kecamatan Purworejo, Kecamatan Butuh, Kecamatan Pituruh, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Bagelen, Kecamatan Grabag, Kecamatan Bruno, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Bayan. Volume air yang tinggi akibat hujan lebat tersebut juga mengakibatkan tanggul Sungai Bogowonto di Desa Kemiri, Bayan, dan Butuh jebol sehingga airnya meluap. Banjir tersebut mengakibatkan satu korban jiwa akibat terserat arus air sungai dan dua korban jiwa akibat tanah longsor. Selain itu, bencana tersebut juga mengakibatkan puluhan rumah rusak berat, ribuan hektare sawah terendam air dan lebih dari 600 keluarga mengungsi.

(3)

3 dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

No. 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan BPBD Kabupaten. Proses pembentukan BPBD Kabupaten tersebut difasilitasi oleh anggota Komisi VIII DPR RI yang membawahi Kementerian Sosial, Kementerian Agama, BNPB dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. BPBD dianggap perlu dibentuk karena memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan bencana terutama di daerah yang rawan bencana seperti Kabupaten Purworejo (Nugroho, 2012). Meski baru berdiri selama 2 tahun, BPBD Purworejo telah dinilai cukup cekatan dalam melakukan penanganan terhadap korban atau terdampak dan segala aspek tentang kebencanaan (Imam, 2015). Hal ini dibuktikan dengan diraihnya predikat juara pertama nasional bidang rehabilitasi dan rekonstruksi bencana pada tahun 2015. Sebagai salah satu SKPD yang memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan bencana daerah, tentunya BPBD Kabupaten Purworejo perlu merancang suatu rencana strategis di lingkungan organisasinya. Menurut Roobins dan Coulter (2003), perencanaan adalah suatu proses yang dilakukan oleh organisasi dalam rangka mendefinisikan tujuan dan sasaran organisasi, menentukan alternatif strategi untuk mencapai tujuan yang ingin diwujudkan dan menetapkan rencana kerja organisasi. Proses perencanaan memiliki tiga tujuan utama yaitu a) memberikan pengarahan bagi manajer dan karyawan nonmanajerial mengenai tujuan organisasi, siapa yang terlibat dalam mewujudkan tujuan organisasi dan strategi apasaja yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut; b) proses perencanaan dilakukan untuk meminimalisir risiko ketidakpastian; c) kegiatan perencanaan berfungsi untuk meminimalisir hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi organisasi sehingga efisiensi dan efektifitas pekerjaan dapat diwujudkan (Roobin dan Coulter, 2003). Oleh karena itu, perencanaan perlu dilakukan untuk merumuskan strategi

alternatif oleh organisasi dalam hal ini BPBD Kabupaten Purworejo agar tujuan organisasi dapat diwujudkan dan memberikan hasil yang dapat diukur sesuai standar yang ada.

Sementara itu, Allison (1997) menyebutkan bahwa perencanaan strategis berfungsi sebagai alat manajemen atau pedoman bagi organisasi dalam menetapkan tujuan dan sasaran tertentu di lingkungan yang dinamis dan terus berubah. Menurut David (2002) proses perencanaan strategis dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap perumusan strategi (strategy formulation), tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Tahap formulasi meliputi kegiatan menetapkan visi dan misi organisasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi, identifikasi peluang dan tantangan organisasi, menyusun rencana kerja, serta menetapkan strategi-strategi alternatif untuk mencapai visi organisasi. Tahap implementasi merupakan proses pelaksanaan strategi atau cara yang dipilih oleh organisasi dalam rangka mencapai visinya melalui kerjasama dengan para stakeholder. Tahap evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui strategi-strategi yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Tahap ini dilakukan oleh para manajer organisasi dengan melakukan tiga aktifitas yaitu mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang menyebabkan strategi tidak berjalan sesuai dengan rencana, mengukur kinerja organisasi dan mengambil tindakan korektif.

Pada tulisan ini, pembahasan akan difokuskan pada tahap perencanaan (formulation) strategi organisasi. Tahap perencanaan strategi organisasi sektor publik meliputi (David, 2002):

1. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)

(4)

4 management). Menurut Bryson (1995:55),

proses perumusan strategi terdiri atas sepuluh langkah yaitu a) memprakarsai dan menyetujui proses perencanaan strategic; b) mengidentifikasi apa yang menjadi mandat organisasi; c) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi; d) menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) serta lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan); e) mengidentifikasi isu-isu strategis; f) merumuskan strategi untuk mengelola isu; g) mereview strategi; h) menyusun visi sukses organisasi; i) mengembangkan implementasi efektif; dan j) menilai kembali strategi.

2. Perencanaan Strategik (Strategic Planning)

Perencanaan strategik merupakan proses menurunkan strategi ke dalam program-program, aktivitas, atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan menentukan jumlah alokasi sumber daya yang dibutuhkan (Bryson, 1995). Dengan kata lain, perencanaan strategik adalah proses menentukan bagaimana mengimplementasikan strategi. Manfaat perencanaan strategik adalah memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif, mengarahkan manajer dalam memahami strategi organisasi secara lebih jelas, memfasilitasi pengalokasian sumber daya yang optimal, kerangka untuk melaksanakan tindakan jangka pendek (short term action), dan sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi. Proses perencanaan strategik harus memperhatikan beberapa hal yaitu struktur pendukung, baik secara majerial maupun political will, proses dan praktik implementasi di lapangan serta kultur organisasi. Selain itu, pada perencanaan strategik perlu adanya kejelasan wewenang dan tanggung jawab serta pendelegasian wewenang dan tugas. Di samping itu, harus didukung dengan adanya regulasi keuangan, pengendalian personel, dan manajemen kompensasi yang jelas dan fair.

3. Penganggaran

Steiss (2003:217-247) menyatakan bahwa manajemen strategis melibatkan pemeliharaan layanan fiskal melalui suatu proses anggaran yang efektif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penganggaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumber keuangan yang terbatas sesuai dengan berbagai kebutuhan yang saling berkompetisi dalam rangka mencapai tujuan dan prioritas organisasi. Penganggaran keuangan adalah metode untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan strategi yang berhasil.

4. Peniliaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan sebagai alat kontrol organisasi. Sistem penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara menciptakan mekanisme reward and punishment sebagai pendorong bagi pencapaian strategi.

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan suatu kajian yang komprehensif terhadap rencana strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo. Hal ini diperlukan guna mengetahui kesesuain rencana strategis yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo dengan konsep rencana strategis serta dengan RPJMD Kabupaten Purworejo. Tujuan penulisan ini adalah 1) mengidentifikasi perumusan strategi atau strategy formulation yang meliputi komponen visi, misi, analisis SWOT, dan profil internal organisasi; 2) menganalisis perencanaan strategik atau strategic planning; 3) mengidentifikasi penganggaran dan operasional atau pelaksanaan anggaran; serta 4) melakukan penilaian kinerja terhadap rencana strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.

METODE PENULISAN

(5)

5 pada Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo yang baru dibentuk pada tahun 2013 dan telah memperoleh predikat juara pertama nasional bidang rehabilitasi dan rekonstruksi bencana pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo dinilai cukup cekatan dalam melakukan penanganan terhadap korban atau terdampak dan segala aspek tentang kebencanaan selama dua tahun beroperasi. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif menurut Creswell (2009:173) adalah suatu teknik untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan menggunakan data-data ilmiah. Sedangkan penulisan deskriptif oleh Neuman (2007:16) didefinisikan sebagai proses sistematis untuk menggambarkan kondisi antar variabel secara sistemik dan detail melalui proses deskripsi informasi mengenai variabel yang dikaji. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk menggambarkan situasi, pengaturan sosial, dan hubungan antar variabel yang dikaji secara detail dan spesifik.

Tahapan penulisan deskriptif meliputi proses pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi data. Pengumpulan data pada penulisan ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif merupakan proses pengumpulan data dengan melakukan studi terhadap dokumen-dokumen atau data sekunder yang relevan dengan topik studi (Creswell, 2009). Dokumen atau data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari buku, jurnal, publikasi online dan sumber literatur lainnya yang berhubungan dengan fokus bahasan yaitu rencana strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.

Penulisan diawali dengan memahami rumusan strategi BPBD Kabupaten Purworejo yang memuat pernyataan visi,

misi, dan profil internal organisasi. BPBD Kabupaten Purworejo memiliki visi yakni “Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah

Menghadapi Bencana”. Sementara misi

yang dirumuskan untuk mendukung terwujudnya visi BPBD Kabupaten Purworejo yaitu:

1. Koordinasi pelaksanaan

penanggulangan bencana yang terpadu dan menyeluruh;

2. Pencegahan dan kesiapsiagaan menuju pengurangan resiko bencana;

3. Penyediaan logistik dan penanganan tanggap darurat yang cepat dan tepat sasaran;

4. Rehabilitasi dan rekonstruksi menuju pemulihan pasca bencana yang lebih baik;

5. Penanganan kebakaran yang cepat dan berkualitas.

(6)

6 professional atau ahli serta unsur

pelaksana. Unsur pelaksana terbagai atas kepala pelaksana, sekretariat, kelompok jabatan fungsional, bidang pencegahan dan kesiapsiagaan, bidang kedaruratan dan logistik serta bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.

Setelah memahami rumusan strategis dari BPBD Kabupaten Purworejo, penulisan dilanjutkan dengan identifikasi perencanaan strategik. Rencana strategi BPBD Kabupaten Purworejo bersifat melanjutkan pencapaian target-target RPJMD Kabupaten Purworejo yang telah ditetapkan pada tahun 2011 (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh karena itu, tujuan dan sasaran yang akan dicapai bersifat jangka menengah. Adapun tujuan yang akan dicapai adalah meningkatkan kerjasama masyarakat dan pemerintah untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat. Sedangkan sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatan kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan masyarakat dalam mitigasi dan penanggulangan bencana.

Tahap selanjutnya adalah analisis data dan interpretasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif ideal type. Teknik analisis ideal type adalah model atau abstraksi dari sebuah relasi sosial atau proses-prosesnya. Analisis ideal type dilakukan dengan cara menyandingkan konsep dengan realitas (Neuman, 2007:336). Pada penulisan ini, analisis dilakukan dengan menyandingkan fakta-fakta mengenai rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo dengan konsep perencanaan strategis. Secara lebih ringkas, tahapan penulisan dapat dilihat dalam Gambar 2. berikut ini.

Gambar 2. Tahap Penulisan Sumber: Data Diolah, 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)

Perumusan strategi merupakan tahap awal yang dilakukan oleh organisasi untuk menentukan visi, misi dan melakukan penilaian situasional. Berkaitan dengan hal tersebut, proses perumusan strategi BPBD Kabupaten Purworejo melibatkan pihak manajemen puncak yaitu Kepala pelaksana harian BPBD Kabupaten Purworejo. Oleh karena itu, tahap perumusan strategi pada BPBD Kabpaten Purworejo telah sesuai dengan konsep perumusan strategi dari Bryson. Berikut penjelasan dari masing-masing proses awal perumusan strategi. 1. Visi

(7)

7 memuat hal-hal yang diinginkan oleh

anggota organisasi. Dengan demikian, visi organisasi dapat dikatakan ideal apabila memenuhi unsur-unsur tersebut.

Apabila dikaitkan dengan konsep visi dari Steiss, maka visi dari BPBD Kabupaten Purworejo yang berbunyi “Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah Menghadapi Bencana, telah memenuhi beberapa unsur visi yang ideal yaitu pertama, memuat misi organisasi, nilai dan norma organisasi. Unsur ini terpenuhi karena visi yang dirumuskan oleh bPBD Kabupaten Purworejo memiliki unsure misi yakni menjadikan BPBD Kabupaten Purworejo selalu siap siaga dan tanggap ketika terjadi bencana di daerah-daerah terutama di wilayah Kabupaten Purworejo. Sementara unsur nilai yang diusung dalam visi tersebut adalah ketangguhan. Artinya, BPBD Kabupaten Purworejo akan berupaya melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi. Kedua, responsif terhadap perubahan. Hal ini berarti bahwa BPBD Kabupaten Purworejo berupaya melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan terutama ketika terjadi bencana. Selain itu, BPBD Kabupaten Purworejo juga berusaha mengembangkan dirinya terutama dalam hal mitigasi dan penanggulangan bencana yang dibuktikan dengan peroleh juara pertama nasional bidang rehabilitasi dan rekonstruksi bencana pada tahun 2015 (Imam, 2015).

Ketiga, bersifat realistis dan kredibel. Visi yang diusung oleh BPBD Kabupaten Purworejo disesuaikan dengan situasi lingkungan yan mana Kabupaten Purworejo merupakan daerah paling rawan bencana kedua di Provinsi Jawa Tengah. Keempat, jelas dan mudah dipahami. Hal ini terlihat pada sasaran yang ingin dicapai dari visi tersebut yaitu menjadi organisasi yang siap siaga dan tangguh ketika menghadapi bencana. Kelima, memotivasi para anggota organisasi. Pernyataan siap siaga dan tangguh pada visi BPBD Kabupaten Purworejo merupakan acuan

bagi anggota organisasi untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien. Keenam, memberikan kontrol bagi anggota organisasi dan memuat hal-hal yang diinginkan oleh anggota organisasi. Di sisi lain, visi dari BPBD Kabupaten Purworejo untuk rencana strategis tahun 2013-2018 dapat dikatakan telah sesuai dengan RPJMD Kabupaten Purworejo tahun 2009-2015. Hal ini dikarenakan visi tersebut bersifat melanjutkan visi dari SKPD yang bertugas dalam menangani hal-hal terkait mitigasi dan penanggulangan bencana sebelumnya yaitu Lembaga Kesatuan Bangsa dan Politik dalam negeri Kabupaten Purworejo.

2. Misi

(8)

8 Pada pernyataan misi organisasi,

dapat dilihat nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman BPBD Kabupaten Purworejo diantaranya terpadu, menyeluruh, siap siaga, cepat, tepat sasaran dan berkualitas. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa para anggota BPBD memiliki komitmen untuk melakukan penanggulangan dan mitigasi bencana secara terpadu yang melibatkan peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Poin menyeluruh menitikberatkan bahwa kegiatan tanggap darurat akan dilakukan pada masa pra bencana, bencana dan pasca bencana. BPBD Kabupaten Purworejo juga berupaya bertindak sigap terutama dalam memberikan pelayanan kebencanaan. Sementara untuk poin cepat, tepat sasaran dan berkualitas merupakan orientasi hasil yang ingin dicapai atas berbagai pelayanan terkait mitigasi dan penanggulangan bencana.

3. Analisis SWOT

Analisis SWOT atau penilaian situasional merupakan penilaian terhadap kemampuan internal organisasi (kekuatan/ strengths dan kelemahan/ weaknesses) dan penilaian terhadap situasi eksternal organisasi (peluang/ opportunities dan ancaman/ threats). Kegunaan dari SWOT analisis adalah untuk membantu organisasi dalam menentukan strategi atau tindakan untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan. Penilaian SWOT pada BPBD Kabupaten Purworejo digunakan sebagai dasar untuk mendukung penyelenggaraan tugas pelayanana dalam bidang kebencanaan daerah secara paripurna (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Adapun kekuatan yang dimiliki BPBD Kabupaten Purworejo yaitu kekuatan kelembagaan yang sudah definitive sejak berdiri pada 2 Januari 2013. Selain itu, BPBD Kabupaten Purworejo memperoleh dukungan kelembagaan dan dukungan pendanaan dari BNPB dan BPBD Propinsi. BPBD Kabupaten Purworejo juga memperoleh

dukungan partisipasi swasta dan masyarakat baik berupa relawan maupun bantuan logistik.

Sementara kelemahan dari BPBD Kabupaten Purworejo yaitu keterbatasan kapasitas SDM secara kuantitas dan kualitas (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Hingga tahun 2015, jumlah SDM BPBD Kabupaten Purworejo hanya terdiri dari 33 orang, sementara bencana yang terjadi sering tidak terduga dan terjadi secara bersamaan. Di samping itu, implementasi program pengelolaan kebencanaan belum sepenuhnya terintegrasi di BPBD. Hal ini dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo masih dalam masa transisi. Selain itu, BPBD masih menghadapi kendala dalam hal keberlanjutan penanganan bencana pada masa pasca bencana.

Berdasarkan analisis strengths dan weaknesses tersebut, BPBD Kabupaten Purworejo dapat menerapkan strategi untuk mengembangkan pelayanan dalam bidang penanggulangan bencana. Peluang dari pengembangan strategi ini adalah sasaran yang ingin dicapai oleh BPBD Kabupaten Purworejo telah sesuai dengan RPJMD Kabupaten Purworejo sehingga proses penanggulangan bencana dapat semakin optimal pencapaiannya (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Selain itu, memperoleh dukungan dari BNPB dan BPBD Propinsi Jawa Tengah pada sisi pendanaan, peralatan, dan logistik. Kapasitas dukungan dari masyarakat lokal yang besar juga menjadi peluang bagi BPBD Kabupaten Purworejo untuk melaksanakan tugas pelayanana dalam bidang kebencanaan daerah secara paripurna.

(9)

9 pelayanan dan besarnya kebutuhan

pelayanan. Pelayanan dalam bidang penanggulangan bencana mencakup kegiatan koordinasi layanan baik pada masa pra bencana, saat bencana serta pasca bencana. Pada masa pra bencana, perlu upaya untuk mengkoordinir semua elemen masyarakat agar mampu melaksanakan mitigasi bencana. Pada saat bencana, perlu koordinasi antara pemerintah dan relawan untuk melaksanakan kegiatan tanggap darurat bencana. Sedangkan pada masa pasca bencana, perlu koordinasi antara masyarakat, pemerintah dan swasta dalam mendistribusikan sumber-sumber daya baik dana maupun tenaga. Tantangan lainnya adalah mengenai arahan lokasi pengembangan pelayanan yang dibutuhkan. Hal ini perlu diperhatikan karena seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Purworejo memiliki potensi rawan bencana terutama bencana alam.

B. Perencanaan Strategik (Strategic Planning)

Dokumen rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo sudah dibentuk berdasarkan aspek – aspek perencanaan strategis, yaitu struktur organisasi yang mencakup political will dan sumber-sumber daya organisasi serta strategi organisasi.

1. Struktur Organisasi 1.1 Political will

Political will merupakan landasan hukum yang digunakan sebagai pedoman bagi suatu organisasi untuk menentukan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan dokumen rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo, dapat diketahui bahwa tugas pokok dan fungsi BPBD Kabupaten Purworejo Tahun 2013-2018 mengacu pada RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2015. Selain itu, rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo juga mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Purworejo Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pembentukan BPBD Kabupaten. Dengan demikian, rencana strategis dapat

dikatakan telah sesuai dengan konsep yang karena unsur political will telah terpenuhi.

1.2 Sumber Daya BPBD

BPBD Kabupaten Purworejo sebagai lembaga pemerintah memiliki sumber – sumber daya seperti sumber daya manusia, asset organisasi dan sumber daya modal (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Berikut masing-masing penjelasannya.

a. Sumber daya manusia BPBD Kabupaten Purworejo terdiri dari 15 orang pejabat struktural. Jabatan struktural tersebut meliputi Kepala Badan, Kepala Pelaksana, Kepala Sekretariat (yang membawahi Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan, Kasubag Keuangan serta Kasubag Umum dan Kepegawaian), Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (yang membawahi Kasi Pencegahan dan Kasi Kesiapsiagaan), Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (yang membawahi Kasi Kedaruratan dan Kasi Logistik) serta Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (yang membawahi Kasi Rehabilitasi dan Kasi Rekonstruksi). Selain itu, SDM BPBD Kabupaten Purworejo juga terdiri atas 19 orang staf fungsional umum dan 9 orang tenaga kontrak. b. Asset organisasi terdiri atas berbagai

(10)

10 rubber, baju tahan panas, perahu

karet, mesin perahu karet, lampu penerangan, solar handle lamp, velbed, RIG, SSB, lampu senter hid search light, genset, kompor gas dan selang regulator, tabung gas isi 12 kg, wajan serta mobil pemadam kebakaran.

c. Sumber daya modal mencakup anggaran dana yang dimiliki oleh BPBD Kabupaten Purworejo untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya. Anggaran dana BPBD Kabupaten Purworejo bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Purworejo, dana hibah dari BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Tengah. 2. Strategi Organisasi

Menurut Chandler (dalam Rangkuti 2004), strategi merupakan alat yang dirumuskan oleh para pimpinan

organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Penyusunan strategi biasanya disertai langkah-langkah sistematis yang menggambarkan upaya atau kegiatan untuk mencapai visi organisasi. Strategi organiasi oleh Steiss (2003:80-81) dibagi menjadi tiga level, yaitu:

a. Organizational strategies, yaitu strategi yang dibuat mencerminkan visi organisasi meliputi inisiatif program baru, kerjasama dan kolaborasi, akuisisi, penggabungan dan ekspansi.

b. Programmatic strategies, yaitu strategi dirancang sebagai alat untuk melaksanakan tujuan yang yang telah ada, cara-cara mengembangkan tujuan, mengelola serta melaksanakan tujuan-tujuan baru. c. Functional strategis, yaitu strategi

yang dibuat difokuskan pada kebutuhan administratif dalam rangka mewujudkan efisiensi dan efektivitas organisasi.

Pembentukan BPBD di Kabupaten Purworejo dilakukan untuk menggantikan peran Lembaga Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Purworejo dalam bidang peningkatan kesiagaan masyarakat dan pemerintah dalam hal penanggulangan dan mitigasi bencana (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh karena itu, target yang akan dicapai oleh BPBD Kabupaten Purworejo bersifat melanjutkan target-target dari Kesbangpol. Untuk itu, BPBD merumuskan beberapa program kegiatan yaitu program pencegahan dini dan penggulangan korban bencana alam, perencanaan pembangunan daerah rawan bencana, perbaikan perumahan akibat bencana alam atau sosial, peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran, program pelayanan administrasi perkantoran, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur serta program pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan. Program-program tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai kegiatan. Apabila dilihat berdasarkan level strategi dari Steiss, maka strategi yang dibuat oleh BPBD Kabupaten Purworejo termasuk ke level programmatic strategies. Hal ini dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo tidak merumuskan target baru dan hanya berupaya mencapai target yang sudah ditetapkan oleh SKPD sebelumnya. Selain itu, program kegiatan yang dirumuskan digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran organisasi yakni peningkatan kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan masyarakat dalam mitigasi dan penanggulangan bencana.

C. Penganggaran (Budgeting)

(11)

11 Kabupaten Purworejo, 2016). Dana

tersebut berasal dari Anggaran Perencanaan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Purworejo, Dana Hibah dari BNPB serta BPBD Provinsi Jawa Tengah. Sementara pos pengeluaran berisi rincian penggunaan atau realisasi anggaran. Realisasi anggaran BPBD Kabupaten Purworejo digunakan untuk membiayai program-program prioritas terkait mitigasi dan penanggulangan bencana. Berikut disajikan rincian anggaran dana per program dalam Tabel 2.

Tabel 2. Anggaran Dana per Program (dalam ribuan rupiah)

Program Anggaran

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

151.006,9

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

137.175,8

Program Peningkatan Kapasitas SD Aparatur

16.560

Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

55.000

Program Perbaikan

Perumahan Akibat Bencana Alam/Sosial

Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam

3.275.335,2

Total Anggaran 5.265.300,2 Sumber: BPBD Kabupaten Purworejo, 2016

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa setiap program terkait penanggulangan dan mitigasi bencana dari BPBD Kabupaten Purworejo memiliki jumlah anggaran yang berbeda (BPBD Kabupaten Purworejo, 2016). Hal ini dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang dilakukan pada masing-masing program tersebut. Selain itu, volume pelaksanaa kegiatan juga memiliki pengaruh terhadap jumlah dana yang dianggarakan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penganggaran untuk program-program prioritas pada BPBD Kabupaten

Purworejo telah disusun sesuai dengan konsep yang ada serta berpedoman pada RPJMD Kabupaten Purworejo.

D. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Penilaian kinerja dilakukan untuk memastikan rumusan strategi organisasi dapat mewujudkan target dan sasaran yang telah ditetapkan. Apabila dilihat berdasarkan konsep perencanaan strategis, maka BPBD Kabupaten Purworejo telah memenuhi unsur penilaian kinerja karena telah merumuskan indikator kinerja sebagai alat kontrol atas kinerja organisasi (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Berkaitan dengan hal tersebut, BPBD Kabupaten Purworejo sebenarnya menggunakan rumusan indikator kinerja yang telah disusun oleh Kesbangpol pada tahun 2009. Penggunaan indikator ini menunjukkan secara langsung mengenai kinerja yang akan dicapai oleh BPBD. Indikator ini juga merupakan komitmen dari BPBD Kabupaten Purworejo untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Tahun 2009-2015. Indikator kinerja tersebut disusun berdasarkan program prioritas pembangunan yaitu sebagai berikut.

a. Untuk program pencegahan dini dan penggulangan korban bencana alam, penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan dua indikator, yaitu:

1. Jumlah desa rawan bencaa yang masuk dalam sistem

penanggulangan korban bencana alam.

2. Ketersediaan early warning system/pernyataan dini bencana tsunami.

b. Untuk program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana, indikator penilaian yang digunakan adalah:

(12)

12 2. Tingkat implementasi dokumen

perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

c. Untuk program perbaikan perumahan akibat bencana alam atau sosial, BPBD menggunakan indikator berupa tingkat pelayanan perbaikan perumahan akibat bencana alam atau sosial.

d. Untuk program peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran, BPBD menggunakan indikator berupa tingkat kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran. Sejak beridiri, BPBD Kabupaten Purworejo berupaya melakukan mitigasi dan penanggulangan bencana di 274 titik kejadian bencana pada tahun 2013 dan di 200 titik kejadian pada tahun 2014 (BPBD Kabupaten Purworejo, 2016). Upaya tersebut dilakukan untuk menangani kerusakan-kerusakan dan korban akibat bencana di lokasi desa terdampak. Meskipun telah merencakana berbagai program mitigasi dan penanggulangan bencana, BPBD Kabupaten Purworejo masih menemui hambatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hambatan tersebut adalah jumlah sumber daya manusia yang terbatas yakni 33 orang belum mampu menangani berbagai dampak bencana yang terjadi secara bersamaan. Kondisi itu mengakibatkan kinerja BPBD menjadi belum optimal. Hambatan lainnya adalah kebutuhan sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan penanggulangan bencana belum terpenuhi serta adanya dokumen dan kajian terkait bencana yang belum disusun.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo pada tahap perencanaan dapat dilihat berdasarkan empat komponen yaitu perumusan strategi (strategy formulation),

perencanaan strategik (strategic planning), penganggaran (budgeting) serta penilaian kinerja (performance assessment). Pada tahap ini, masing-masing komponen rencana strategis dari BPBD Kabupaten Purworejo telah sesuai dengan konsep yang ada. Di sisi lain, rencana strategis BPBD Kabupaten Purworejo juga telah sesuai dengan RPJMD Kabupaten Purworejo. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat kinerja BPBD Kabupaten Purworejo, yaitu keterbatasan jumlah aparat BPBD yang hanya berjumlah 33 orang membuat kinerja organisasi belum optimal, belum terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana penanggulangan bencana serta masih banyak dokumen dan kajian terkait mitigasi bencana yang belum disusun.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (12 April 2013). Jateng Peringkat Pertama Rawan Bencana Nasional. http://m.beritasatu.com/nasional/1076

05-jateng-peringkat-pertama-rawan-bencana.html. Diakses pada 6

Desember 2016.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2014). Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2013. Sentul: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB). (2016). Definisi dan Jenis Bencana.

http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana. Diakses pada 6 Desember 2016. BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).

Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan. Purworejo: Pemerintah Kabupaten Purworejo.

(13)

13 BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).

Rencana Kerja SKPD. Purworejo: Pemerintah Kabupaten Purworejo. Bryson, John M. (2004). Strategic

Planning for Public and Nonprofit Organizations: A Guide to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement 3rd Ed. USA: Jossey-Bass.

Creswell, John W.. 2009. Research Design: Quantitative, Qualitative and, Mixed Methods. California: Sage Publications.

David, Fred R.. (2002). Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Imam, Ahmad Nas. (14 Maret 2015). Usia Dua Tahun, BPBD Purworejo Sabet

Juara Nasional.

http://www.sorotpurworejo.com/berita -purworejo-264-usia-dua-tahun-bpbd-purworejo-sabet-juara-nasional.html. Diakses pada 6 Desember 2016. Neuman, W. (2007). Basics of Social

Research: Qualitative and Quantitative Approaches (2nd ed,). Boston: Pearson Education, Inc. Nugroho, Retno Ari. (22 Desember 2012).

Budi Minta BPBD Purworejo Segera Dibentuk.

http://jogja.tribunnews.com/2012/12/2 2/budi-minta-bpbd-purworejo-segera-dibentuk. Diakses pada 6 Desember 2016.

Rangkuti, Freddy. (2004). Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Republik Indonesia. Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Republik Indonesia. Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2010 Tentang Pembentukan BPBD Kabupaten.

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. (2003). Management (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Sandra, Rosalia. (18 Maret 2015). Purworejo Rawan Bencana Kedua

Se-Jawa Tengah.

http://www.sorotpurworejo.com/berita

-purworejo-292-purworejo-rawan-bencana-kedua-sejawa-tengah.html. Diakses pada 6 Desember 2016. Steiss, Alan Walter. (2003). Strategic

Management for Public and Nonprofit Organizations. New York: Marcel Dekker, Inc..

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2014).

Kabupaten Purworejo.

http://www.jatengprov

.go.id/id/profil/kabupaten-purworejo. Diakses pada 6 Desember 2016. Widiadi, Prasasta. (21 Desember 2013).

Banjir Disertai Longsor Gerus Puluhan Desa dan Kecamatan di Purworejo.

http://www.satuharapan.com/read- detail/read/banjir-disertai-longsor-

gerus-puluhan-desa-dan-kecamatan-di-purworejo. Diakses pada 6

Desember 2016.

(14)

LAMPIRAN

Tabel 3. Indikator Kinerja

Program Prioritas Pembangunan Indikator Kinerja Program

Kondisi Kinerja pd awal periode RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja pada akhir

periode RPJMD 2009 2011 2012 2013 2014 2015

Pencegahan Dini dan Penggulangan Korban Bencana Alam

Jumlah desa rawan bencaa yang masuk dalam

sistem penanggulangan korban bencana alam 288 288 288 288 288 288 288 Ketersediaan early warning

system/pernyataan dini bencana tsunami 1 unit 3 unit 6 unit 6 unit 6 unit 6 unit 6 unit Perencanaan Pembangunan Daerah

Rawan Bencana

Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan

pembangunan Daerah Rawan Bencana 0% 10% 20% 30% 40% 50% 50% Tingkat implementasi dokumen perencanaan

pembangunan Daerah Rawan Bencana 10% 10% 15% 20% 25% 30% 30% Perbaikan Perumahan Akibat Bencana

Alam atau Sosial

Tingkat pelayanan Perbaikan Perumahan

Akibat Bencana Alam atau Sosial 60% 65% 70% 75% 77% 80% 80% Peningkatan Kesiagaan Pencegahan

Bahaya Kebakaran

Tingkat kesiagaan dan pencegahan bahaya

kebakaran 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Gambar

Gambar 2. Tahap Penulisan Sumber: Data Diolah, 2016.
Tabel 2. Anggaran Dana per Program (dalam ribuan rupiah) Program Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh suatu metode ekstraksi sambiloto dan patikan kebo paling baik yang mampu menghasilkan ekstrak sambiloto dan patikan

1. menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara, pemerintahan menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara, pemerintahan

Yang pada prakteknya masih menggunakan, apa yang disebut dengan sistem pola administrasi hukum yang baik (legal administration procedure system), dan masih

a) Berusaha untuk konsisten. Konsisten ini adalah konsisten dalam penggunaan bentuk dan ukuran font, pemberian warna pada latar belakang dan tulisan, pembuatan layout. Konsisten ini

Jimly Ash-Shiddiqiy Zaro Demak 05/06/1999 MA Nahdlatul Muslimin UNDAAN MATEMATIKA MATEMATIKA. TINGKAT

Disediakan tabel tentang pengaruh cahaya matahari siswa dapat menjelaskan 3 pengaruh yang menguntungkan dan 2 yang merugikan akibat cahaya matahari terhadap lingkungan

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Penyediaan obat dan perbekalan, 2) Upaya kesehatan masyarakat, 3) Pengawasan obat dan makanan, 4) Promosi kesehatan

Hasil wawancara menunjukan para pelaku usaha perikanan mengetahui secara pasti bahwa para petugas penertiban retribusi izin usaha perikanan adalah merupakan unsur