• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERBEDAAN PROFESI DAN PROFESI HU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERBEDAAN PROFESI DAN PROFESI HU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERBEDAAN PROFESI DAN PROFESI HUKUM

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ETIKA PROFESI HUKUM

Dosen Pengampu : Rina Suryanti, S.H.I, M.Sy

Oleh

Hosnan S20153017

Mursyid S20153018

Ahmad Hadi Rojani S20153032

Rifun Asyari S20153033

Misbahul Hasan S20163035

FAKULTAS SYARI’AH

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehairat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi Hukum, Rina Suryanti, S.H.I, M.Sy yang telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Khususnya bagi mahasiswa Hukum Tata Negara sehingga bisa menjadi tambahan wawasan dalam mengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jember, 05 Maret 2018

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... 1

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB 1. PENDAHULUAN... 4

A. Latar Belakang... 4

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Makalah ... 5

BAB 2. PEMBAHASAN... 6

A. Pengertian Profesi & Profesi Hukum... 5

B. Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi Hukum ... 7

C. Batas Kewenangan Profesi Hukum... 9

BAB 3. PENUTUP... 17

A. Kesimpulan... 17

B. Saran ... 17

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat manusia

sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada norma hukum (ubi

societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata hukum harus mengacu pada

penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat manusia. Hukum berupaya menjaga

dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau hasrat individu yang egoistis dan

kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.

Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak perorangan

dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan adil sehingga dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada hakikatnya para penegak

hukum (hakim, jaksa, Notaris, Advokat, dan polisi) adalah pembela kebenaran dan keadilan

sehingga para penegak hukum harus menjalankan dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga profesi

hukum merupakan profesi terhormat dan luhur (officium nobile). Oleh karena itu mulia dan

terhormat, profesional hukum sudah semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan

sekaligus panggilan hidupnya untuk melayani sesama di bidang hukum.

Kewenangan hukum adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan dengan

batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok tertentu. Penegak

hukum mempunyai batas kewenangan profesi hukum seperti batas kewenangan notaris, jaksa,

advokat dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian profesi dan profesi hukum?

2. Bagaimana ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hukum?

3. Sampai di mana batas kewenangan profesi hukum?

(5)

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan makalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari profesi dan profesi hukum

2. Mengetahui ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hukum

3. Paham batas kewenangan profesi hukum?

(6)

PEMBAHASAN

A. Pengertian profesi dan profesi hukum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan pengertian profesi adalah bidang

pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian ( keterampilan, kejujuran dan sebagainya )

tertentu.

Sejalan dengan pengertian profesi diatas, Habeyb menyatakan bahwa profesi adalah

pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencarian. Sementara itu menurut Kamaruddin,

profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya menuntut pengetahuan yang tinggi,

khusus dan latihan yang istimewa.1

Menurut Frans Magnis Suseno, profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis, yaitu profesi

pada umumnya dan profesi luhur. Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua prinsip yang

wajib ditegakkan yaitu:

1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab; dan

2. Hormat terhadap hak-hak orang lain.

Dalam profesi yang luhur motifasi utamanya untuk memperoleh nafkah dari pekerjaan

yang dilakukannya, disamping itu juga terdapat dua prinsip yang penting, yaitu:

1. Mendahulukan kepentingan orang yang di bantu; dan

2. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.2

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan

nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi dokter,

profesi teknik, dn lain-lain. Profesi hukum mempunyai ciri tersendiri, karena profesi ini sangat

1 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2006 ), h. 16.

(7)

bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia yang lazim disebut dengan klien. Profesi

hukum mempunyai keterkaitan dengan bidang-bidang hukum yang terdapat dalam negara

kesatuan Repoblik Indonesia, misalnya kehakiman, kejaksaan, kepolisian, mahkamah agung,

serta mahkamah konstitusi.3

Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan

secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.4

Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang

memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung

pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban berkeadilan adalah

kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan keutamaan yang paling luhur serta

merupakan unsur esensial dan martabat manusia.

B. Ruang Lingkup Hak dan Kewajiban Profesi Hukum

Ruang Lingkup Etika Profesi Hukum adalah Untuk melaksanakan suatu fungsi, pada

semua ini dalam setiap bidang pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok, yaitu : Tugas, yang

merupakan kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang melaksanakan tugas tersebut.

Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana bagi

aparat yang akan melaksanakan tugasnya. Bagi seorang aparat, mendapatkan tugas merupakan

mendapatkan kepercayaan untuk dapat mengemban tugas dengan baik dan harus dikerjakan

dengan sebaiknya. Untuk mengerjakan tugas tersebut akan terkandung sebuah tanggung jawab

dalam melaksanakan dan mengerjakan tugas tersebut.

Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hal yakni : moral, tehnis profesi dan hukum.

Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab yang menjadi beban aparat untuk

melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu hukum yang telah ada, dan wujud dari

pertanggung jawaban ini merupakan sebuah sanksi. Sementara itu tanggung jawab moral

merupakan tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang berlaku dalam

3 Ibid., h. 19.

(8)

lingkungan kehidupan yang bersangkutan (kode etik profersi). Pada dasarnya tuhan menciptakan

manusia tidaklah sendiri diperlukannya berinteraksi dan bekerjasama dengan oranglain dalam

melakukan tugasnya. Namun dalam menjalankan tugasnya sering kali manusia harus berbenturan

dengan satu samalain. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pranata sosial berupa aturan-aturan

hukum. hukum melalui peradilan akan memberikan prelindungan hak, terhadap serangan atas

kehormatan dan harga diri serta memulihkan hak yang terampas.

Pengembangan profesi termasuk profesi hukum sebenarnya tergantung dari pribadi yang

bersangkutan karena mereka secara pribadi mempunyai tanggung jawab penuh atas mutu

pelayanan profesinya dan harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat

yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum, untuk itu tentunya memerlukan keahlian

yang berkeilmuan serta dapat dipercaya.

Pemenuhan nilai-nilai yang terkandung dalam etika profesi berupa kesediaan memberikan

pelayanan profesional dibidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan

keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas yang berupa kewajiban terhadap

masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum yang diserta refleksi yang seksama merupakan

wujud dari kewajiban profesi.

Didalam kewajiban hukum sendiri, kepentingan tidak semata mata pada kesadaran

terhadap kewajiban untuk taat pada ketentuan undang-undang saja, tetapi juga kepada hokum

yang tidak tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban hokum ini sering timbul dari

kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata.

Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan kewajiban pada

orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta tidak merugikan

kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau organisasi profesinya.5

Contoh kewajiban Profesi hukum yaitu profesi Notaris, kewajiban notaris menurut UUJN

(pasal 16) adalah

(9)

a) Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang

terkait dalam perbuatan hukum.

b) Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol

notaris, dan notaris menjamin kebenarannya. Notaris tidak wajib menyimpan minuta akta

apabila akta dibuat dalam bentuk akta originali.

c) Mengeluarkan grosse akta, salinan akta dan kutipan akta berdasarkan minuta akta.

d) Wajib memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan

untuk menolaknya. Yang dimaksud dengan alasan menolaknya adalah alasan: yang

membuat notaris berpihak, yang membuat notaris mendapat keuntungan dari isi akta,

Notaris memiliki hubungan darah dengan para pihak, akta yang dimintakan para pihak

melanggar asusila atau moral.6

C. Batas Kewenangan Profesi Hukum

Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kekuasaan

membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Berbicara

kewenangan memang menarik, karena secara alamia manusia sebagai mahluk social memiliki

keinginan untuk diakui ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya,dan salah satu

factor yang mendukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan.

Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu

tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok

tertentu.

Adapun batas kewenangan profesi hukum, di antaranya adalah :

1. Batas kewenangan profesi Notaris

Kewenangan notaris tersebut dalam Pasal 15 dari ayat (1) sampai dengan ayat (3) UUJN,

yang dapat dibagi menjadi ( Habib Adjie, 2008 : 78) :

a) Kewenangan Umum Notaris.

b) Kewenangan Khusus Notaris.

(10)

c) Kewenangan notaris yang akan ditentukan kemudian.

Kewenangan Umum Notaris

Pasal 15 ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan notaris yaitu membuat

akta secara umum. Hal ini dapat disebut sebagai Kewenangan Umum Notaris dengan batasan

sepanjang :

1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

2. Menyangkut akta yang harus dibuat adalah akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum untuk dibuat atau

dikehendaki oleh yang bersangkutan.

3. Mengenai kepentingan subjek hukumnya yaitu harus jelas untuk kepentingan siapa suatu

akta itu dibuat.

Namun, ada juga beberapa akta otentik yang merupakan wewenang notaris dan juga menjadi

wewenang pejabat atau instansi lain, yaitu (Habib Adjie, 2008 : 79) :

a. Akta pengakuan anak di luar kawin (Pasal 281 BW),

b. Akta berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotik (Pasal 1227 BW),

c. Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi (Pasal 1405, 1406

BW),

d. Akta protes wesel dan cek (Pasal 143 dan 218 WvK),

e. Surat kuasa membebankan Hak Tanggungan (Pasal 15 ayat [1] UU No.4 Tahun 1996),

f. Membuat akta risalah lelang.

Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJN

dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 hal yang dapat kita pahami, yaitu :

1. Notaris dalam tugas jabatannya memformulasikan keinginan/tindakan para pihak ke

(11)

2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna,

sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti yang lainnya. Jika

misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka pihak yang

menyatakan tidak benar inilah yang wajib membuktikan pernyataannya sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Kewenangan Khusus Notaris

Kewenangan notaris ini dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN yang mengatur

mengenai kewenangan khusus notaris untuk melakukan tindakan hukum tertentu, seperti :

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan

dengan mendaftarkannya di dalam suatu buku khusus.

2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftarkannya dalam suatu buku

khusus.

3. Membuat salinan (copy) asli dari surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat

uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.

4. Melakukan pengesahan kecocokan antara fotokopi dengan surat aslinya .

5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau

7. Membuat akta risalah lelang

Khusus mengenai nomor 6 (membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan) banyak

mendapat sorotan dari kalangan ahli hukum Indonesia dan para notaris itu sendiri. Karena itulah

akan sedikit dibahas mengenai masalah ini.

Pasal 15 ayat (2) huruf j UUJN memberikan kewenangan kepada notaris untuk membuat akta di

bidang pertanahan. Ada tiga penafsiran dari pasal tersebut (Habib Adjie, 2008 : 84) yaitu:

1. Notaris telah mengambil alih semua wewenang PPAT menjadi wewenang notaris atau

(12)

2. Bidang pertanahan juga ikut menjadi wewenang notaris.

3. Tidak ada pengambil alihan wewenang dari PPAT ataupun dari notaris, karena baik PPAT

maupun notaris telah mempunyai wewenang sendiri-sendiri.

Jika kita melihat dari sejarah diadakannya notaris dan PPAT itu sendiri maka akan nampak

bahwa memang notaris tidak berwenang untuk membuat akta di bidang pertanahan. PPAT telah

dikenal sejak sebelum kedatangan bangsa penjajah di negeri Indonesia ini, dengan berdasar pada

hukum adat murni yang masih belum diintervensi oleh hukum-hukum asing. Pada masa itu

dikenal adanya (sejenis) pejabat yang bertugas untuk mengalihkan hak atas tanah di mana inilah

yang merupakan cikal bakal dari keberadaan PPAT di Indonesia. Dengan demikian, dapat dilihat

bahwa lembaga PPAT yang kemudian lahir hanya merupakan kristalisasi dari pejabat yang

mengalihkan hak atas tanah dalam hukum adat. Adapun mengenai keberadaan notaris di

Indonesia yang dimulai pada saat zaman penjajahan Belanda ternyata sejak awal memang hanya

memiliki kewenangan yang terbatas dan sama sekali tidak disebutkan mengenai kewenangan

notaris untuk membuat akta di bidang pertanahan.

Namun, hal ini akan menjadi riskan jika kita melihat hierarki peraturan yang mengatur mengenai

keberadaan dan wewenang kedua pejabat negara ini. Keberadaan notaris ditegaskan dalam suatu

UU yang di dalamnya menyebutkan bahwa seorang notaris memiliki kewenangan untuk

membuat akta di bidang pertanahan. Sedangkan keberadaan PPAT diatur dalam suatu PP (No.37

Tahun 1998) yang secara hierarki tingkatannya lebih rendah jika dibandingkan dengan UU

(No.30 Tahun 2004) yang mengatur keberadaan dan wewenang notaris.

Sampai sekarang pun hal ini masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan baik pakar hukum

maupun notaris dan/atau PPAT itu sendiri. Jalan tengah yang dapat diambil adalah bahwa notaris

juga dapat memiliki wewenang di bidang pertanahan sepanjang bukan wewenang yang telah ada

pada PPAT.

(13)

Yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) UUJN dengan kewenangan yang akan ditentukan

kemudian adalah wewenang yang berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang kemudian

(ius constituendum) (Habib Adjie, 2008 : 82). Wewenang notaris yang akan ditentukan

kemudian, merupakan wewenang yang akan ditentukan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Batasan mengenai apa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan ini

dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 2 UU no. 5 Tahun 1986 tetang Peradilan Tata Usaha Negara

(Habib Adjie, 2008 : 83), bahwa : Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan dalam

undang-undang ini ialah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan

oleh Badan Perwakilan Rakyat Bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di tingkat pusat

maupun tingkat daerah, yang juga mengikat secara umum.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa kewenangan notaris yang akan ditentukan kemudian

tersebut adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga negara (Pemerintah

bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat) atau Pejabat Negara yang berwenang dan mengikat

secara umum. Dengan batasan seperti ini, maka peraturan perundang-undangan yang dimaksud

harus dalam bentuk undang-undang dan bukan di bawah undang-undang.7

2. Batas kewenangan Profesi Jaksa

Kewenangan jaksa menurut pasal 30 ayat 1-3 UU 16/2004 adalah sebagai berikut:

a. Pidana

b. Perdata dan tata usaha negara

c. Ketertiban dan ketentraman rakyat

Adapun kewenangan Jaksa dibidang pidana adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penuntutan.

2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan inkracht.

(14)

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, pengawasan, dan

lepas bersyarat.

4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU.

5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan

sebelum dilimpahkan ke pengadilan.

Kewenangan Jaksa dibidang perdata dan tata usaha negara adalah Dengan kuasa khusus

dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau

pemerintah.

Kewenangan Jaksa di bidang ketertiban dan ketentraman rakyat adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat

b. Pengamanan kebijakan penegakkan hukum

c. Pengawasan peredaran barang cetakan

d. Pengawasan kepercayaan yg dapat membahayakan masyarakat & negara

e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama

f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal8

3. Batas Kewenangan Profesi Advokat

Problematika secara sosiologis keberadaan advokat di tengah-tengah masyarakat seperti buah

simalakama. Fakta yang tidak terbantahkan adalah keberadaan advokat sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, khususnya masyarakat yang tersandung perkara hukum. Tetapi ada juga sebagian

masyarakat menilai bahwa keberadan advokat dalam sistem penegakan hukum tidak diperlukan,

penelitian negatif ini tidak terlepas dari sepak terjang dari advokat sendiri yang kadang kala

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum tidak sesuai dengan harapan

dan yang paling disayangkan adalah sebagian kecil advokat menjadi bagian dari mafia peradilan.

Kedudukan advokat dalam sistem penegakan hukum sebagai penegak hukum dan profesi

terhormat. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya advokat seharusnya dilengkapi oleh

kewenangan sama dengan halnya dengan penegak hukum lain seperti polisi, jaksa dan hakim.

(15)

Kewenangan advokat dalam sistem penegakan hukum menjadi sangat penting guna menjaga

keindependensian advokat dalam menjalanakan profesinya dan juga menghindari adanya

kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penegak hukum yang lain.

Aparat penegak hukum seperti hakim, jaksa dan polisi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

diberikan kewenangan tetapi Advokat dalam menjalankan profesinya tidak diberikan

kewenangan. Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan pemberian kewenangan kepada

advokat. Kewenangan tersebut diperlukan selain untuk menciptakan kesejajaran diantara aparat

penegak hukum juga untuk menghindari adanya multi tafsir diantara aparat penegak hukum yang

lain dan kalangan advokat itu sendiri terkait dengan kewenangan. Sementara UU No. 18/2003

tentang Advokat tidak mengatur tentang kewenangan Advokat di dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Dengan demikian maka terjadi kekosongan norma

hukum terkait dengan kewenangan Advokat tersebut. Perlu diketahui bahwa profesi advokat

adalah merupakan organ negara yang menjalankan fungsi negara.

Dengan demikian maka profesi Advokat sama dengan Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman

sebagai organ negara yang menjalankan fungsi negara. Bedanya adalah kalau Advokat adalah

lembaga privat yang berfungsi publik sedangkan Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman adalah

lembaga publik. Jika Advokat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya diberikan kewenangan

dalam statusnya sebagai aparat penegak hukum maka kedudukannya sejajar dengan aparat

penegak hukum yang lain. Dengan kesejajaran tersebut akan tercipta keseimbangan dalam

rangka menciptakan sistem penegakan hukum yang lebih baik.

Kewenagan Advokat dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem kekuasaan yudisial

ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Sedangkan hakim, jaksa, dan polisi

ditempatkan untuk mewakili kepentingan negara. Pada posisi seperti ini kedudukan, fungsi dan

peran advokat sangat penting, terutama di dalam menjaga keseimbangan diantara kepentingan

negara dan masyarakat. Ada dua fungsi Advokat terhadap keadilan yang perlu mendapat

perhatian. Yaitu pertama kepentingan, mewakili klien untuk menegakkan keadilan, dan peran

(16)

mempertahankan legitimasi sistem peradilan dan fungsi Advokat. Selain kedua fungsi Advokat

tersebut yang tidak kalah pentingnya, yaitu bagaimana Advokat dapat memberikan pencerahan di

bidang hukum di masyarakat. Pencerahan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan

penyuluhan hukum, sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan, konsultasi hukum

kepada masyarakat baik melalui media cetak, elektronik maupun secara langsung. Fakta yang

tidak terbantahkan bahwa keberadaan Advokat sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya

masyarakat yang tersandung perkara hukum, untuk menunjang eksistensi Advokat dalam

menjalankan fungsi dan tugasnya dalam sistem penegakan hukum, maka diperlukan kewenangan

yang harus diberikan kepada Advokat. Kewenangan Advokat tersebut diperlukan dalam rangka

menghindari tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang

lain (Hakim, Jaksa, Polisi) dan juga dapat memberikan batasan kewenangan yang jelas terhadap

advokat dalam menjalankan profesinya. Dalam praktik seringkali keberadaan Advokat dalam

menjalankan profesinya seringkali dinigasikan (diabaikan) oleh aparat penegak hukum. Hal ini

mengakibatkan kedudukan advokat tidak sejajar dengan aparat penegak hukum yang lain.

Dari kondisi itu tampak urgensi adanya kewenangan advokat didalam menjalankan fungsi

dan tugasnya dalam sistem penegak hukum. Kewenangan advokat tersebut diberikan untuk

mendukung terlaksananya penegakan hukum secara baik.9

BAB III

(17)

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pengertian profesi dan profesi hukum

Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan

secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.

Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang

memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung

pada kekuatan fisik maupun finansial). Hal ini dikarenakan Ketertiban berkeadilan adalah

kebutuhan dasar manusia, dan Keadilan merupakan Nilai dan keutamaan yang paling luhur serta

merupakan unsur esensial dan martabat manusia.

2. Ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hukum

Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan kewajiban pada

orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta tidak merugikan

kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau organisasi profesinya

3. Batas Kewenangan Profesi Hukum

Menjelaskan kewenangan profesi hukum diantaranya batas kewenangan notaris, jaksa, dan

advokat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

sebab itu Kritik dan Saran yang membangun semangat, kami harapkan demi kesempurnaan

makalah kami.

(18)

Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2006 ), h. 16.

Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar: Pustaka Refleksi, 2014 ), h. 76-77.

Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet. III., Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), h. 74.

http://grupsyariah.blogspot.com/2012/04/hak-dan-kewajiban-etika-profesi-hukum.html

https://zulpiero.wordpress.com/2010/04/26/kewenangan-kewajiban-dan-larangan-notaris-dalam-uujn/

Referensi

Dokumen terkait

Diberikan format untuk naskah soal penilaian harian kepada semua guru mata pelajaran di awal Tahun Pelajaran Guru SMAN 91 Jakarta Maksimal seminggu menjelang pelaksanaan

Pelanggaran oleh petugas parkir yang sering ditemui adalah petugas tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa parkir sebagai bukti pembayaran retribusi sebagaimana

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hasim selaku petugas PK Bapas Kelas I Makassar yang menangani klien anak yang mendapatkan pembinaan di BRSAMPK Toddopuli Makassar,

Perumus- kan masalah yang akan di teliti adalah “Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran koopera- tif metode jigsaw pada layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan

Pemilihan dilakukan dengan menghitung indikator keuntungan berupa Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit to Cost Ratio (B/C), Pay Out

Kepala bagian Pabrikasi PG Kebon Agung Malang pada saat sebelum melakukan penelitian mengungkapkan bahwa kinerja karyawan dinilai baik karena terdapat timbal balik

Tabel 1 Pengaruh nilai learning rate terhadap respon plant pada saat nilai momentum = 0,2, jumlah hidden layer = 2, dan penguat proporsional = 1,3. Penambahan nilai learning

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan diri dalam penyampaian pendapat pada mahasiswa semester awal adalah terdapat 3 informan yang percaya diri ketika diminta