• Tidak ada hasil yang ditemukan

E‐LIBRARY sebagai Bagian Penting dalam Proses Belajar Mandiri di Perguruan Tinggi - repository civitas UGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "E‐LIBRARY sebagai Bagian Penting dalam Proses Belajar Mandiri di Perguruan Tinggi - repository civitas UGM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

E

LIBRARY

 

sebagai

 

Bagian

 

Penting

 

dalam

  

Proses

 

Belajar

 

Mandiri

 

di

 

Perguruan

 

Tinggi

1

 

Arif

 

Surachman

2

 

 

PENDAHULUAN 

Pengertian 

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai bagaimana e‐library apabila dihubungkan dengan studi 

di  perguruan tinggi, maka  alangkah lebih baik  kita  pahami bersama dahulu pengertian  e‐library 

berdasarkan sumber referensi. 

Perpustakaan  elektronik  adalah “suatu  koleksi  informasi yang  disimpan dan  diakses secara elektronik” – Majalah ACM Crossroads (Indonetasia.com) 

Electronic Library (E‐Library) is “Physical site and/or website that provides 24‐hour 

online  access  to  digitized  audio,  video,  and  written  material.” 

(BusinessDirectory.Com)” 

Digital library is “Collection of digitized (see digitization) documents, images, and  sounds  that  can  be  accessed  and  read  by  the  use  of  computers.” 

(BusinessDirectory.Com)  

Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan istilah E‐Library atau ELibrary yang awalnya 

berarti   “Perpustakaan Elektronik” telah ‘bergeser’ pemahamannya ke dalam apa yang sebetulnya 

dipahami sebagai “Perpustakaan Digital’. Karena ketika kita berbicara masalah e‐library nantinya akan 

selalu dihubungkan dengan e‐journal, e‐book, e‐paper dan sebagainya yang diakses secara online  menggunakan  komputer,  atau  tidak  lagi  berbicara  masalah  penggunaan  ‘media elektronis’  yang 

sebelumnya digunakan seperti microfilm atau video/audio tape dalam ‘perpustakaan elektronik’. Hal ini 

sesuai juga dengan apa yang disampaikan oleh Romi Satria Wahono yang dikutip oleh Winy Purtini   yakni:  

“Mendefinisikan  perpustakaan  digital  sebagai  suatu  perpustakaan  yang  menyimpan  data  baik  itu  buku  (tulisan),  gambar,  suara  dalam  bentuk  file  elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik  melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan digital memiliki  pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic library) dan  perpustakaan maya (virtual library) “ (Purtini, Winy) 

      

1 

Makalah disampaikan dalam Talkshow E‐Library STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA, 2 April 2010. 

(2)

Namun pada paparan ke depan, tetap akan coba diterangkan bagaimana sebetulnya perkembangan 

konsep perpustakaan apabila dikaitkan dengan definisi di atas. 

Latar Belakang 

Perpustakaan Elektronik atau Electronic Library (E‐Library) sebetulnya sudah berkembang sejak  lama, yakni sejak keberadaan teknologi informasi elektronik berkembang melalui perangkat seperti 

microfilm, video tape, audio tape, dan perangkat multimedia sejenis. Kemudian seiring dengan semakin 

perkembangan teknologi informasi komunikasi dan media terutama komputer melalui jaringan local 

(LAN) dan Internet, maka ‘contents’ dari perpustakaan elektronikpun berkembang semisal dengan 

menggunakan media Compact Disc atau Laser Disc yang mampu menyimpan data‐data digital, dan 

database  elektronik.  Perkembangan  ini  juga  membawa  dampak  kepada  bagaimana  cara  orang 

mengakses informasi melalui berbagai media ini. Awalnya orang bisa mengakses informasi elektronik 

dengan menggunakan media seperti micro film dan video/audio tape, kemudian berkembang melalui 

media compact disc dan atau laser disc (offline maupun local‐online), kemudian berkembang lagi 

melalui media jaringan computer secara online (local‐online dan public‐online/global‐online), dan 

terakhir  berkembang  lagi  melalui  media  perangkat  gadget  seperti  Mobile  phone,  Ipods,  PDA’s, 

Blackberry, dsbnya. 

Nah ke depan perpustakaan (juga pustakawan)  harus mampu menyajikan informasi yang 

disesuaikan dengan  perkembangan teknologi informasi dan  komunikasi ini. Disisi  lain,  user atau 

pengguna perpustakaan (pemustaka) juga harus mampu memanfaatkan segala macam fasilitas yang 

tersedia di perpustakaan yang tersedia secara offline maupun online. Sehingga wajib hukumnya bagi 

pustakawan dan pemustaka untuk menguasai misalnya bagaimana menemukan informasi dalam bentuk 

jurnal elektronik, buku elektronik, audio elektronik, database elektronik, dsbnya.  

Apalagi dalam lingkungan perguruan tinggi, maka mau tidak mau pustakawan dan pemustaka 

harus  mampu  menyesuaikan  dengan  perkembangan  teknologi  informasi  dan  komunikasi  ini. 

Pustakawan harus mampu memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi kepada pemustaka 

melalui fasilitas dalam perpustakaan elektronik/digital , dan pemustaka (mahasiswa, dosen, karyawan) 

juga  harus  mampu  melihat  peluang  dalam  memanfaatkan  apa  yang  tersedia  di  perpustakaan 

elektronik/digital ini untuk kesuksesan belajar mengajar dan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, 

terutama terkait dengan belajar mandiri bagi mahasiswa. 

(3)

PERUBAHAN PARADIGMA PERPUSTAKAAN 

Sebelum membahas mengenai bagaimana peranan perpustakaan elekronik/digital dalam proses 

belajar  mengajar  di  perguruan  tinggi,  maka  perlu  dipahami  terlebih  dahulu  bagaimana  proses 

perkembangan yang terjadi terkait adanya perpustakaan elektronik ini.  

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perpustakaan dan pusat 

informasi juga mengalami pergeseran paradigma terutama terkait dengan sumber‐sumber informasinya, 

layanannya, dan orientasi penggunanya, serta tanggungjawab staf/pekerja dalam layanan dan sistem di 

dalamnya. Menurut Stuert (2002),  saat  ini pergeseran paradigma informasi yang berakibat pada 

perubahan pola kerja dan orientasi institusi yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti 

perpustakaan dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut: 

INFORMATION PARADIGM SHIFT 

Bagan di atas menekankan pada tiga hal fundamental dalam sebuah institusi perpustakaan atau pusat 

informasi yakni: 

a. Resources / sumber daya 

Ada perubahan dan pergeseran dalam pemanfaatan sumber daya. Apabila pada awalnya 

sumber daya hanya dimiliki dan dimanfaatkan sendiri dan media yang digunakan sangat terbatas, 

maka pada saat ini sumber daya harus dipikirkan untuk dapat di‐sharing dalam wadah yang lebih  luas dan berorientasi pada pemanfaatan multiple media atau berbagai ragam media. Hal ini penting 

karena ada keterbatasan pada tiap‐tiap organisasi/institusi perpustakaan dalam menyediakan 

(4)

melalui  forum‐forum  kerjasama  maupun  hubungan  secara  langsung.  Hal  lain  tentunya 

perpustakaan  harus  dapat  memanfaatkan  kemajuan  teknologi  informasi  yang  memudahkan 

perpustakaan untuk melakukan sharing informasi ini, dan disinilah peran perpustakaan elektronik,  digital dan virtual berada.   

b. Services / Layanan 

Pelayanan tidak lagi hanya hanya berorientasi pada pelayanan di dalam saja (internal) tetapi 

harus mempunyai pandangan yang lebih universal bagi akses informasi, kolaborasi, dan sharing 

sumberdaya dan layanan.   Selain itu kemudahan akses bagi pengguna/pemustaka juga menjadi 

perhatian penting. Nah, melalui perpustakaan elektronik, digital dan virtual hal ini tentunya akan 

menjadi lebih mudah. 

c. Users / Pengguna 

Perlakuan  terhadap  pengguna  dan  perilaku  tenaga  perpustakaan/pusat  informasi  juga 

hendaknya mengalami perubahan. Sudah saatnya staf perpustakaan tidak hanya sebagai “penjaga 

buku” atau koleksi dan menunggu datangnya pengguna tanpa melakukan usaha apapun untuk 

mendatangkan pengguna.  Sudah  saatnya perpustakaan melakukan  promosi dan memberikan 

gambaran‐gambaran  kepada  pengguna  mengenai  bagaimana  perpustakaan  dapat  menjawab 

kebutuhan informasi mereka. Pengguna juga perlu diberdayagunakan, dididik dan dimanfaatkan 

untuk perkembangan perpustakaan. Perpustakaan perlu lebih terbuka terhadap kemauan dan 

keinginan pengguna serta dapat memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan perpustakaan 

semaksimal mungkin. 

Apalagi dengan adanya perkembangan web 2.0 saat ini, maka perpustakaan juga harus 

mampu  memberikan  fasilitas  yang  memungkinkan  interaksi  lebih  antara  Perpustakaan  (dan 

pustakawan)  dengan  pengguna/pemustakanya.  Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan  menambah 

berbagai  fasilitas  online  yang  akan  memudahkan  partisipasi  pengguna/pemustaka  dalam 

mengembangkan perpustakaan seperti melalui blogging, social networking, tagging, podcast, dan 

lain sebagainya.  

Untuk itu perpustakaan, khususnya perpustakaan perguruan tinggi ke depannya harus dapat 

pula menjawab tantangan bagi perubahan paradigma di atas. Hal ini penting agar perpustakaan 

perguruan  tinggi  selalu  dapat  mengikuti  perubahan‐perubahan  di dunia  ilmu  pengetahuan  yang 

(5)

PERKEMBANGAN KONSEP PERPUSTAKAAN 

Perubahan paradigma di atas juga membawa perubahan pada perpustakaan itu sendiri, baik 

dari segi bentuk maupun cara pelayanannya.  Dimulai dengan perpustakaan ‘biasa’ atau perpustakaan 

‘tradisional’, perpustakaan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan  digital dan perpustakaan 

hibrida. Namun seringkali istilah‐istilah tersebut cukup membingungkan bagi sebagian orang, apalagi 

melihat ‘tumpang‐tindih’ yang sering terjadi terhadap pemahaman berbagai jenis konsep perpustakaan 

tersebut seiring dengan perkembangan jaman. Rolands dan Bawden (1999) seperti yang dikutip oleh 

Pendit (2008) memberikan gambaran yang cukup gamplang mengenai berbagai konsep perpustakaan 

tersebut, terutama untuk menjawab kebingungan sebagian orang.  

Secara ringkas, berikut ini adalah kutipan dari gambaran tersebut: 

PERPUSTAKAAN 

Konsep  di  atas  memperlihatkan  bagaimana  sebetulnya  ‘batasan’  yang  digunakan  untuk 

‘memahami’ konsep perkembangan perpustakaan. Bagan di atas memperlihatkan bahwa semakin ke 

kanan maka perpustakaan semakin ‘maya’ dan semakin ke kiri semakin ‘fisik’ atau lebih menekankan 

pada sisi fisik. Bagan di atas juga memperlihatkan cukup jelas bagaimana perkembangan perpustakaan 

(6)

Namun  apabila  menilik  kecenderungan  perkembangan  saat  ini,  maka  perkembangan 

perpustakaan yang dilakukan oleh para institusi baik akademik maupun bukan lebih pada apa yang 

disebut sebagai perpustakaan hibrida. Karena di dalam perpustakaan inilah secara ‘lengkap’ konsep 

‘fisik’ dan ‘maya’ menjadi satu bagian yang ada dalam sebuah perpustakaan. Hal ini tentunya juga akan 

mempermudah para pemustaka dalam ‘memilih’ dan memanfatkan fasilitas perpustakaan yang tersedia. 

SUMBER INFORMASI DALAM PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK/DIGITAL 

Berbicara masalah perpustakaan elektronik dan atau digital, tentu tidak akan terlepas dari 

pembicaraan mengenai sumber informasi elektronik dan digital. Dan ketika berbicara menengai sumber 

informasi elektronik atau digital maka sebenarnya kita juga berbicara masalah teknologi, media dan cara 

menggunakan atau mengaksesnya. Dari segi teknologi maka akan dikenal teknologi elektronis dan 

digital, dari segi media juga akan ada media fisik dan media virtual, dari segi cara menggunakannya juga 

ada yang secara offline dan juga online.  

Berikut ini adalah contoh‐contoh sumber informasi elektronik dan digital: 

1. Koleksi Audio‐Visual atau Pandang‐dengar atau yang dikenal sebagai koleksi multimedia. 

Koleksi  ini  banyak  ditemukan  ketika  pertama  kami  konsep  perpustakaan  elektronik 

dikembangkan. Koleksinya contohnya berupa koleksi kaset video, kaset audio, floppy disk, dan 

atau koleksi micro 

2. Koleksi Audio‐Visual berbasis cakram optic seperti VCD, Laser Disc, dll. Koleksi ini juga banyak 

dipakai ketika konsep perpustakaan elektronik dikembangkan, hanya lebih ‘modern’ di banding 

yang pertama 

3. Koleksi Interaktif untuk  pembelajaran (CD atau DVD Interaktif). Koleksi ini  juga banyak 

ditemukan dalam perpustakaan elektronik, terutama untuk mendukung pembelajaran yang 

bersifat interaktif. Artinya ‘pengguna’ dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang ada di 

dalamnya. 

4. Koleksi E‐Journal atau E‐book dalam format cakram optic maupun online access (internet). 

Koleksi yang berkembang cukup pesat dan tersedia baik dalam perpustakaan elektronik maupun 

perpustakaan digital. Bisa diakses secara offline melalui computer stand‐alone maupun online 

(7)

5. Koleksi E‐Databases (kumpulan e‐journal, e‐book, e‐proceeding, dll). Koleksi yang memberikan 

kesempatan kepada pengguna untuk menemukan berbagai sumber informasi elektronik dalam 

satu buah database. Contohnya Ebsco, Proquest, dll. 

6. Search Engines , Situs Web, Fitur Internet Lainnya. Merupakan sumber informasi online yang 

banyak digunakan untuk menemukan berbagai informasi dalam format digital. 

Keberagaman  jenis  sumber  informasi  elektronik  dan  digital  itu  sebetulnya  memberikan 

kemudahan dan memanjakan pengguna dalam memilih sumber informasi yang diperlukan dalam proses 

studi,  belajar  dan  atau  penelitian.  Fasilitas  sumber  informasi  elektronik/digital  ini  lah  yang 

memungkinkan mahasiswa atau pemustaka dalam melakukan belajar mandiri. 

PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK/DIGITAL DAN PROSES BELAJAR MANDIRI 

Seperti  dalam  judul  yang  disampaikan  di  atas  bahwa  keberadaan  perpustakaan 

elektronik/digital sangat penting dalam membantu proses pembelajaran di perguruan tinggi terutama 

terkait belajar mandiri. Mengapa demikian? Karena informasi dan fasilitas yang disediakan dalam 

perpustakaan elektronik/digital memungkinkan mahasiswa dan dosen lebih mudah dalam melakukan 

berbagai hal terkait dengan proses belajar mengajar dan penelitian. Karakteristik dari perpustakaan 

elektronik/digital yang memungkinkan akses secara global tanpa dibatasi tempat dan waktu menjadi 

point penting bagi mahasiswa dan dosen dalam memanfaatkan semua resources yang ada. 

Belajar Mandiri sebenarnya merupakan proses belajar yang menekankan pada inisiatif dan 

kreatifitas, baik secara individual maupun kelompok. Artinya belajar mandiri bukan saja belajar sendiri 

akan tetapi dapat juga dengan bantuan orang lain.   Mahasiswa harus tahu kapan harus melakukan 

sendiri dan kapan membutuhkan orang lain. Terkait dengan perpustakaan proses bantuan dalam belajar 

mandiri dapat dilakukan dengan dukungan koleksi perpustakaan seperti kamus, ensiklopedi, buku, dan 

sumber‐sumber informasi lain. Hal lain yang cukup penting adalah kemampuan mahasiswa untuk 

melakukan  identifikasi terhadap  sumber‐sumber informasi  yang  dibutuhkan  dalam  proses belajar 

mengajar. Proses ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan para pengajar atau dosen yang 

memberikan tugas dengan didasarkan pada sumber‐sumber informasi tertentu yang harus dikuasai oleh 

mahasiswa. 

(8)

elektronik bahkan memungkinkan orang untuk melakukan penelitian secara online ‘hanya’ dengan 

duduk di depan komputer.  

Hal lain adalah sumber yang tersedia secara online dan ‘terbuka’ akibat proses sharing yang 

‘otomatis’ ada dalam perpustakaan elektronik/digital jelas sangat mempermudah mahasiswa dalam 

menemukan sumber belajarnya. Bahkan proses perkuliahan pun tidak harus dari dosen yang ‘belajar’ 

dan kemudian menyampaikan di kelas, tetapi bisa jadi dimulai dari mahasiswa yang mengangkat 

masalah tertentu dari sumber informasi elektronik yang diperoleh melalui penelusuran di perpustakaan. 

Artinya  antara  dosen  dan  mahasiswa  mempunyai  kesempatan  yang  sama  dalam  memperoleh 

‘pengetahuan’ yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Apalagi dengan banyaknya sumber 

informasi  elektronik  seperti  jurnal elektronik,  buku  elektronik,  makalah elektronik  dan  database 

elektronik yang disediakan oleh perpustakaan, kesempatan itu menjadi semakin terbuka. Walhasil, 

belajar mandiri untuk saat ini adalah sesuatu yang ‘menyenangkan’ dan sangat mungkin untuk dilakukan 

oleh mahasiswa tanpa kawatir kekurangan sumber informasi.  

Namun demikian, pertanyaan selanjutnya adalah mampu dan maukah mahasiswa dan sivitas 

akademika memanfaatkan semua yang tersedia melalui perpustakaan elektronik ini dalam mendukung 

proses belajar mengajar di perguruan tinggi?   Mari kita lihat dan cermati di lingkungan kita masing‐

masing!

 

PENELUSURAN INFORMASI DALAM PERPUSTAKAAN ELEKTRONIK/DIGITAL 

Hal  penting  yang  menjadi  bagian  tak  terpisahkan  dari  sebuah  perpustakaan  termasuk 

didalamnya perpustakaan elektronik, digital, dan virtual adalah adanya proses temu kembali informasi, 

dimana  secara  spesifik  juga  akan  menyangkut  penelusuran  informasi.  Menurut  Sulistyo‐Basuki 

(Surachman, Arif, 2009) Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk 

menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan 

kebutuhan pemakai. “Temu balik informasi” merupakan istilah generik yang mengacu pada temu balik 

dokumen atau sumber atau data dari fakta yang dimiliki unit informasi atau perpustakan. Sedangkan 

penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan 

untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat 

penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan / unit informasi. 

Penelusuran  informasi  menjadi  penting  karena  “ruh”  atau  “nyawa” dari  sebuah  layanan 

informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi 

(9)

memberikan  “jalan”  kepada  pemakai  untuk  menemukan  informasi  yang  dikehendaki.  Proses 

penelusuran informasi menjadi penting untuk  menghasilkan sebuah temuan atau  informasi yang 

relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang 

tepat pula. 

Terkait dengan perpustakaan elektronik/digital, maka  dikenal adanya penelusuran  informasi 

digital atau elektronik. Yakni satu metode penelusuran informasi yang menggunakan teknologi informasi 

dan komputer terutama untuk keperluan penelusuran koleksi atau sumber‐sumber informasi yang 

berupa file elektronik atau digital. Sehingga pada penelusuran informasi digital atau elektronik ini, apa 

yang  dicari  dan  alat  yang  digunakan  untuk  dicaripun  sama‐sama  merupakan  hasil  dari  sebuah 

pengembangan teknologi informasi dan komputer yang berupa digital atau elektronik. 

Sumber‐sumber digital sendiri sebetulnya sangat beragam, akan tetapi setidaknya ada beberapa 

yang mungkin sering digunakan oleh para praktisi dan akademisi yakni: 

a) OPAC (Online Public Access Catalog) 

OPAC merupakan  alat penelusuran  informasi yang bersifat  elektronik dan digital yang dapat 

digunakan  untuk  menemukan informasi pustaka/koleksi  baik  dalam  bentuk  tercetak  maupun 

elektronik/digital. 

b) E‐Journal (Electronic Journal) 

Journal elektronik atau orang sering menyebut sebagai e‐journal merupakan satu bentuk sumber 

digital yang dapat digunakan dalam penelusuran informasi yang berasal dari jurnal ilmiah atau 

popular, baik jurnal tercetak yang dielektronikan maupun jurnal yang memang ‘hanya’ terbit secara 

elektronik.   Sebagai contoh misalnya The British Medical Journal (http://www.bmjjournals.com), 

Cambridge  Journal  Online  (http://journals.cambridge.org),  Directory  of  Open  Access  Journals 

(http://www.doaj.org),   Free Medical Journals (http://www.freemedicalsjournals.com), dan masih 

banyak lagi. 

c) E‐Book 

E‐book atau buku elektronik merupakan satu sumber digital atau elektronik yang dapat digunakan 

oleh pengguna yang ingin mendapatkan informasi dari sebuah buku yang dikemas dalam format 

elektronik  atau  digital.  Pengguna  dapat  melakukan  penelusuran  sekaligus  membaca  bahkan 

mendownload file buku elektronik yang tersedia di banyak situs di internet.  Buku elektronik ini bisa 

(10)

versi digital/elektronik. Beberapa contoh e‐book diantaranya dapat ditemukan di Virginia’s E‐Book 

Library  (http://etext.virginia.edu/ebooks/ebooklist.html),  Project  Gutenberg 

(http://www.gutenberg.org), Google E‐Book (http://print.google.com) , dan masih banyak lagi. 

d) E‐Publications 

E‐Publications atau publikasi elektronik merupakan sumber informasi digital yang diterbitkan oleh 

berbagai institusi atau penerbit atau organisasi atau bahkan perorangan baik yang bersifat ilmiah 

atau  tidak.  Bentuknya  dapat apapun seperti e‐news,  e‐newspaper,  e‐bulletine, e‐gallery  dan 

sebagainya.  Contoh  publikasi  yang  dapat  ditemukan  di  internet  adalah  The  Jakarta  Post 

(http://www.thejakartapost.com),  World  Newspaper  Index  (http://www.newspaperindex.com), 

Online  Dictionary  for  Library  and  Information  Science  (http://lu.com/odlis)  ,  Wikipedia  Free 

Encyclopedia  (http://www.wikipedia.com),  Proceeding  of  the  National  Academy  Sciences 

(http://www.pnas.org), dan lain sebagainya. 

e) Online Database 

Online Database atau Basis Data Online merupakan sumber informasi digital/elektronik yang berisi 

berbagai macam jenis informasi digital seperti e‐journal, e‐book, e‐proceeding, e‐articles, abstracts, 

images, dan publikasi lainnya yang dapat diakses dari satu situs web atau pangkalan data elektronik. 

Basis  data ini seringkali mengalami distorsi pengertian dengan e‐journal,  hal ini  dikarenakan 

memang sebagian besar informasi yang ada di dalamnya berupa jurnal elektronik. Namun perlu 

ditekankan bahwa basis data online (database online) ‘berbeda’ dengan jurnal online.  

Database online ini kebanyakan merupakan layanan berbayar atau berlangganan tapi ada pula yang 

tidak alias gratis. Beberapa contoh database online yang saat ini banyak digunakan oleh berbagai 

perguruan  tinggi  dan  lembaga  adalah  Ebscohost  (http://search.ebscohost.com),  Proquest 

(http://proquest.umi.com/login),  ScienceDirect  (http://www.sciencedirect.com),  Emerald 

(http://www.emeraldinsight.com), WestLaw (http://westlaw.com), dan lain sebagainya.  

Secara garis besar tiap‐tiap database biasanya mempunyai keunikan dan spesialisasi dalam bidang 

ilmu tertentu. Akan tetapi kadang beberapa database juga merupakan database yang sifatnya 

general sehingga kadang akan ditemukan beberapa overleaping antara satu database dengan 

database lainnya. Atau dengan kata lain, ada beberapa sumber  informasi digital yang dapat 

(11)

Dalam hal teknik penelusuran, pada prinsipnya antara satu database dengan database yang lain, 

biasanya mempunyai metode pencarian yang sama. Artinya tidak akan berbeda jauh walaupun 

mungkin hanya berbeda istilah. Sehingga yang perlu dipelajari dalam sebuah penelusuran melalui 

media online atau elektronik adalah metode yang biasa digunakan dalam penelusuran online, 

seperti penggunaan tanda wildcard, penggunaan truncation, penggunaan Boolean, dan sebagainya. 

Jadi mau anda akan menggunakan akses melalui Database Ebsco, Proquest, Jstor, ScienceDirect, 

IEEE, Westlaw, Scopus maupun jenis database lainnya, maka anda hanya perlu memahami satu 

metode penelusuran saja, yang lainnya anda tinggal menyesuaikan. 

f) Other Resources & Searches Tools 

Internet telah memberikan kita kesempatan untuk menikmati berbagai sumber informasi digital dan 

juga alat untuk menemukan sumber informasi digital/elektronik yang berjumlah jutaan bahkan 

miliaran itu. Nah, ada beberapa sumber informasi digital dan juga alat penelusuran digital yang 

dapat dimanfaatkan selain beberapa yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, diantaranya 

adalah:  

a. Search Engine & MetaSearch Engine (piranti pencari). Beberapa search engines dan atau meta  search engines yang terkenal dan banyak digunakan oleh para netter (istilah untuk para pengguna 

internet)  adalah  Google.Com;  Altavista.Com;  Lycos.com;  Msn.com;  Dogpile.com;  dan  lain 

sebagainya 

b.   Subject Directories (direktori atau folder dengan topic‐topik tertentu).   Beberapa contoh dari  subject  directory  ini  adalah  Librarians  Index  to  the  Internet  (http://www.lii.org),  Yahoo 

(http://www.yahoo.com),  About  (http://home.about.com),  Academic  Info 

(http://academicinfo.net),  Infomine (http://infomine.ucr.edu/main.html), dan lain sebagainya. 

c.   Newsgroups dan Mailing‐List (komunitas atau kelompok diskusi via email). Keduanya sangat 

potensial juga untuk digunakan dalam penelusuran informasi digital atau elektronik. Paling tidak 

interaksi diskusi yang dilakukan melalui keduanya dapat memberikan keuntungan apabila kita 

membutuhkan informasi tertentu yang bisa jadi dimiliki oleh anggota lain dalam kelompok diskusi 

tersebut.  

 

(12)

PENULISAN DALAM WEBLIOGRAFI 

Dalam dunia penulisan kita mengenai bibliografi atau daftar pustaka atau mungkin sitasi. 

Penulisan bibliografi, daftar pustaka atau sitasi ini biasanya sudah mempunyai aturan tersendiri. Bahkan 

kadang antara satu institusi dan institusi lain berbeda dalam penerapan bagaimana penulisan bibliografi 

atau daftar pustaka, termasuk di dalamnya bagaimana mensitasi.  Bentuk atau asal sumber informasi 

tersebut juga mempengaruhi bagaimana penulisan bibliografi, daftar pustaka dan atau sitasinya. Nah, 

khusus untuk penulisan bibliografi, daftar pustaka dan atau sitasi yang sumbernya berasal dari webpun 

ada tata caranya tersendiri, dan ini dikenal sebagai Webliografi. 

Sepertinya  halnya  penulisan  sitasi  atau  bibliografi  pada  umumnya,  webliografi  ini  juga 

mempunyai tipe atau jenis atau tata cara penulisannya sendiri‐sendiri. Dalam situs web atau website 

Long Island University, disebutkan setidaknya ada 5 jenis cara penulisan sitasi atau bibliografi atau 

referensi yakni: 

1. APA Styles (American Psychological Association) biasanya digunakan untuk bidang psikologi,  pendidikan dan ilmu social lainnya 

2. MLS Styles biasanya digunakan untuk bidang Sastra, Seni dan Humaniora 

3. AMA Styles biasanya digunakan untuk bidang kedokteran, kesehatan dan biologi. 

4. Turabian Styles biasanya digunakan mahasiswa akademi dari semua bidang subjek 

5. Chicago Styles biasanya digunakan untuk semua subjek hanya untuk karya‐karya tidak ilmiah 

Berikut ini adalah contoh untuk penulisan Webliografi dengan menggunakan AMA Styles untuk 

bidang kedokteran, kesehatan dan biologi (seperti dicontohkan dalam situs Long Island Universty): 

Untuk penulisan Bibliografi yang diambil dari ERIC Document

Fuss-Reineck M. Sibling Communication in Star Trek: The Next Generation: Conflicts Between

Brothers. Miami, Fla: Annual Meeting of the Speech Communication Association; 1993. ERIC

Document Reproduction Service ED364932

Untuk penulisan Bibliografi yang diambil Website

Lynch T. DSN trials and tribble-ations review. Psi Phi: Bradley's Science Fiction Club Web site. 1996. Tersedia pada http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.htm. Diakses 8 Oktober 1997.

Untuk penulisan Bibliografi yang diambil Artikel Jurnal di Internet

(13)

Sedangkan berikut ini adalah contoh dengan menggunakan Turabian Styles untuk berbagai bidang: 

Untuk penulisan Bibliografi yang diambil dari ERIC Document

Fuss-Reineck, Marilyn. 1993. Sibling communication in Star trek: Thenext generation: Conflicts

between brothers. Miami, FL: Speech Communication Assocation. ERIC, ED 364 932.

Untuk penulisan Bibliografi yang diambil dari Website

Lynch, Tim. 1996. DS9 trials and tribble-ations review. Peoria, IL: Bradley University. On-line. Tersedia dari Internet, http:// www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.html, diakses 8 Oktober 1997.

Kadang untuk penulisan bibliografi atau sitasi juga tergantung pada bagaimana kecocokan orang 

dalam menggunakan jenis atau tipe penulisannya. Untuk itu tidak ada salahnya dalam penulisan sitasi 

atau  bibliografi  mengacu  pada  panduan  atau  instruksi  yang  disampaikan  oleh  Institusi,  dosen 

pembimbing atau redaksi dari sebuah terbitan (apabila ingin diterbitkan). 

PENUTUP 

Paparan di atas sebetulnya hanya merupakan pengantar bagi kita untuk lebih memahami 

bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber‐sumber elektronik/digital yang ada di perpustakaan 

dengan lebih baik. Setidaknya nantinya akan ada kesadaran bagi kita terutama sivitas akademika di 

perguruan tinggi untuk semaksimal mungkin memanfaatkan sumber elektronik/digital tersebut dalam 

proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. 

Keberhasilan sebuah perpustakaan adalah manakala sumber informasi yang disediakan dapat 

dipergunakan secara maksimal oleh para pemustaka. Sehingga investasi yang sudah dilakukan untuk 

‘membangun’ sebuah perpustakaan elektronik/digital tidak sia‐sia. Hal ini terkait bahwa pengadaan 

sumber elektronik apalagi yang bersifat llmiah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai contoh, 

untuk berlangganan satu buah database misal Ebsco untuk satu buah institusi dalam satu tahun nilainya 

bisa lebih dari 100 juta, sehingga apabila berlangganan lebih dari satu bisa jadi dana yang dibutuhkan 

akan semakin besar. Nah, sehingga masalah utilitas atau keterpakaian menjadi hal WAJIB dan HARUS. 

Atau dengan kata lain bahwa keberhasilan perpustakaan elektronik membutuhkan kerjasama dari 

pemustaka  dalam hal pemanfaatannya.  Pertanyaan  selanjutnya, sudahkah kita mau  dan mampu 

menggunakan  sumber‐sumber  elektronik  yang  tersedia?    Karena  yakinlah  bahwa  perpustakaan 

elektronik/digital  merupakan  sarana  ‘terbaik’  untuk  belajar  mandiri,  dan  melengkapi  berbagai 

(14)

DAFTAR PUSTAKA 

Delaney, Robert. (2010). Citation Style for Research Paper. Long Island University. Diakses tanggal 25 

Maret 2010 dari http://www.liu.edu/CWIS/CWP/library/workshop/citation.htm 

Digital  Library  Definition.  (2010).  Di  Business  Directory.  Diakses  tanggal  26  Maret  2010  dari 

http://BusinessDirectory.com 

Electronic  Library  Definition.  (2010). Di  Business Directory. Diakses  tanggal 26  Maret  2010  dari 

http://BusinessDirectory.com 

Pendit, Putu Laxman. (2008). Perpustakaan Digital: sejarah, perkembangan, konsep dan model dasar. 

Makalah dalam Executive Workshop in Digital Libraries, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. 28‐

29 Juli 2008. 

Purtini, Winy. (2007). Digital Library. Materi dalam Pelatihan UNPAD.  Diakses tanggal 26 Maret 2010 

dari  http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/materi‐depag07/pelatihan‐unpad/Digital 

library.doc. 

Siregar,  A.  Ridwan.  (6  September  2009).  Perpustakaan  Elektronik:  Definisi  Karakteristik  dan 

Penangangannya.  N.p.  Jurnal  BAI.    Diakses  tanggal  26  Maret  2010  dari  http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/bai‐

journal/vol_4_no_1_art_ridwan.pdf 

Stuert, Robert D. and Barbara B. Moran. (2002). Library and Information Center Management”. 6th 

edition. Greenwood Village, Colorado: Libraries Unlimited. 

Surachman, Arif. (2009). Penelusuran Informasi Konvensional dan Digital. Materi dalam Pelatihan 

PUSDOKINFO Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Periode tahun 2009. 

____________.  (2007).  Perpustakaan  Perguruan  Tinggi  dalam  menghadapi  Perubahan  Paradigma 

Perpustakaan.  Artikel  Lepas.  Diakses  tanggal  26  Maret  2010  dari 

http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/permasdep.doc 

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui potensi-potensi komoditi Sumatera Barat pada saat ini dan yang akan datang dan menyusun serta mendeskripsikan data potensi

Pada tahap ini peneliti mendapati serangkaian alur sebelum melakukan sebuah investigasi terhadap suatu kasus, pada penelitian ini peneiti mendapati bahwa pada

kajian ini meneliti tahap penguasaan pelajar terhadap kursus kesusasteraan Arab dengan menggunakan peta minda dalam proses pengajaran dan pembelajaran di UPSI, di samping

Penyediaan / pemeliharaan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena pen 2.000.000.000,00... Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan

Berdasarkan pengolahan Peta digital Kabupaten Pasuruan dan data persebaran permasalahan pertanahan Kabupaten Pasuruan didapatkan jumlah sebanyak 26 kasus berada

Podaci iz literature pokazuju da su anti-lek antitela IgG klase najzastupljenija tokom imunskog odgovora na razli č ite biološke lekove i da su ozbiljni neželjeni efekti koji mogu

Model pembelajaran kooperatif Carousel Feedback dapat menjadi salah satu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dalam mengukur kemampuan penguasaan konsep mahasiswa, dosen perlu merancang instrumen yang dapat mengembangkan keterampilan