ANALISIS BUKTI DIGITAL
PADA
ANDROID SMARTPHONE
MENGGUNAKAN METODE
LIVE FORENSIC
Erfan Wahyudi1, M. Zulpahmi2, Karya Gunawan3, Bahtiar Imran4
Universitas Teknologi Mataram
Erfan.wahyudie@gmail.com1, Pahmijorge04@gmail.com2, jagungodak@gmail.com3 bahtiarimranlombok@gmail.com4
Abstract : The rapid development of technology, can cause problems for users of the technology itself, the more advanced the life of the community, the crime is also getting more advanced. Smartphone is a form of technology used for defamation (Cyberbuliying) through whatsapp (WA) facilities. When a smartphone is used to commit a crime, the smartphone can be confiscated by law enforcement as evidence. The way to prove it to get valid evidence is to conduct an investigation using the live forensic method that has been developed so that it can be used for the smartphone investigation process. The result is digital evidence of deleted image files that can still be recovered using the live forensic method.
Keywords:Evidence, live forensic, Smartphone
Abstrak - Perkembangan teknologi yang semakin pesat, dapat menimbulkan permasalahan bagi pengguna teknologi itu sendiri, semakin maju kehidupan masyarakat, maka kejahatan juga ikut semakin maju. Smartphone
merupakan salah satu bentuk teknologi yang digunakan untuk melakukan pencemaran nama baik (Cyberbuiying) melalui fasilitas whatsapp (WA). Pada saat smartphone yang digunakan untuk melakukan kejahatan maka
smartphone tersebut dapat disita oleh aparat penegak hukum sebagai salah satu barang bukti. Cara pembuktian
untuk mendapatkan bukti yang valid adalah dengan melakukan investigasi menggunakan metode live forensic yang telah dikembangkan sehingga dapat digunakan untuk proses investigasi smartphone. Hasilnya adalah bukti digital berupa file gambar yang sudah terhapus masih bisa di recovery menggunakan metode live forensic.
Kata Kunci: Barang Bukti, live forensic, Smartphone.
1. LATAR BELAKANG
Whatsapp adalah Salah satu aplikasi media sosial terpopuler Meningkatnya jumlah pengguna Whatsapp tentu membawa dampak positif dan negatif, salah satu efek negatifnya adalah kejahatan digital (Cyber Crime) dengan menggunakan Whatsapp. Sebuah Smartphone yang menggunakan aplikasi Whatsapp dapat menjadi salah satu barang bukti dalam kasus pidana dengan cara mengidentifikasi gambar [1]. Berdasarkan Most Active Media Platform Whatsapp menjadi deretan ke dua setelah youtube pada tahun 2019 yang terlihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Pengguna Whatsapp di Indonesia
We Are Social mengatakan 132,7 juta pengguna
internet pada tahun 2019, 130 juta diantaranya pengguna aktif di medsos dengan penetrasi 49% berdasarkan data pada bulan januari 2019 bahwa
Platform medsos yang paling digandrungi oleh orang Indonesia, di antaranya YouTube 88%, WhatsApp 83%, Facebook 81%, Instagram 80%, Line 59%, Twitter 52%, FB Messenger 24%, BBM 38%, LinkedIn 16%, Pintrest 29%, Skype 15%, dan WeChat 14%..
Pengguna aplikasi Whatsapp di Indonesia sejak januari 2019 telah mencapai lebih dari 130 juta, di sisi lain banyak kasus kejahatan yang sedang marak mulai menggunakan barang bukti berupa percakapan, gambar, rekaman video dan lainnya yang berasal dari aplikasi WhatsApp. Untuk itu pada penelitian ini menghasilkan prosedur yang bisa dijadikan rujukan dalam melakukan investigasi forensic aplikasi WhatsApp untuk mendapatkan barang bukti berupa gambar menggunakan metode Live Forensic.
2. LANDASAN TEORI A. Digital Forensik
Digital Forensic adalah salah satu cabang ilmu
terutama untuk penyelidikan dan penemuan konten perangkat digital, istilah forensik digital pada awalnya identik dengan forensik komputer tetapi kini telah diperluas untuk menyelidiki semua perangkat yang dapat menyimpan data digital [2].
Digital Forensic adalah suatu disiplin ilmu
turunan keamanan komputer yang membahas tentang temuan bukti digital setelah suatu peristiwa terjadi. Kegiatan digital forensics sendiri adalah suatu proses mengidentifikasi, memelihara, menganalisa dan
mempergunakan bukti digital menurut hukum yang berlaku. ECCouncil, Digital forensic menyatakan bahwa aplikasi ilmu komputer untuk pencarian kepastian hukum bagi perbuatan criminal dan sejenisnya. Ilmu
Digital forensics terdapat prinsip-prinsip dasar. Prinsip
dasar Digital forensics menurut ACPO [3]. B. Mobile Forensic
Mobile Forensic adalah ilmu yang melakukan
proses pemulihan bukti digital dari perangkat seluler menggunakan cara yang sesuai dengan kondisi
forensic. Penggunaan Mobile seperti Smartphone
dengan berbagai macam tipe dan sistem operasi untuk kejahatan sudah semakin tinggi jumlahnya, tetapi dengan adanya forensic untuk perangkat mobile dapat membantu untuk mengatasi kasus kejahatan yang berhubungan dengan perangkat Mobile khususnya
Smartphone [3].
Python dapat berjalan dibanyak platform/sistem operasi seperti Windows, Linux/Unix, Mac OS X, OS/2, Amiga, Palm Handhelds dan telepon genggam Nokia. saat ini Python juga telah di porting kedalam mesin virtual Java dan .NET.
Python didistribusikan dibawah lisensi
OpenSource yang disetujui OSI (OpenSource
Initiatives), sehingga Python bebas digunakan, gratis digunakan, bahkan untuk produk-produk komersil.
Yayasan Perangkat Lunak Python – Python Software
Foundation (PSF) memegang dan melindungi hak atas
kekayaan intelektual dibawah Python, tertuang dalam konferensi PyCon, serta mendanai proyek-proyek pada komunitas Python.
C. WhatsApp
Whatsapp adalah aplikasi pesan untuk Smartphone yang mampu berjalan lintas platform
diantaranya ; Apple iOS, BlackBerry, Android, Symbian
Nokia Series 40 dan Windows Phone. WhatsApp
menggunakan paket data internet sama halnya seperti layananan email, browsing web, dan layanan instant
lainnya. Aplikasi WhatsApp menggunakan koneksi data
mobile serta WiFi untuk melangsungkan komunikasi
data, dengan menggunakan Whatsapp, seseorang dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan fitur lainnya yang menarik penggunanya [4]. D. Cybercrime
Cyber crime adalah setiap perilaku ilegal yang
dilakukan dengan maksud atau berhubungan dengan system computer atau jaringan, singkatnya tindak pidana apa saja yang dilakukan dengan memakai computer (hardware dan software) sebagai sarana atau alat, computer sebagai objek baik untuk memperoleh keuntungan atau tidak, dengan merugikan pihak lain. Ada banyak jenis Cyber crime salah satu contohnya adalah Cyber bullying, istilah itu mengacu pada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang untuk mengirim atau memposting teks bersifat mengintimidasi atau mengancam orang lain. [6].
Dalam melakukan investigasi dan analisis suatu kasus kriminal baik itu Cyber Crime maupun konvensional, seorang investigator harus mampu menempatkan dirinya sebagai seorang kriminal (kriminolog) guna membantu mempermudah investigasi dan pemecahan kasus. Karena seorang kriminolog tentunya sudah memahami segala jenis kejahatan yang sering dilakukan pelaku kriminal yang mencakup gejala sosial dan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan norma masyarakat yang berlaku [3].
3. METODE PENELITIAN
Gambar 2. Metode Penelitian
Metode yang gunakan dalam penelitian ini merupakan integrasi dari model proses umum respon insiden dan komputer forensic, model umum investigasi forensic
komputer dan metodologi investigasi bertahap untuk menelusuri penggunaan komputer. Model proses ini bertujuan untuk memilih sistem dan menganalisis bukti-buktinya secara efisien. Model ini terdiri atas tiga tahapan utama yaitu tahap pra Analisis, tahap Analisis, dan tahap pasca Analisis, seperti terlihat pada gambar 2.
A. Skenario Kasus
Skenario kasus yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
Gambar 3. Skenario Kasus
Pada tahap ini peneliti mendapati serangkaian alur sebelum melakukan sebuah investigasi terhadap suatu kasus, pada penelitian ini peneiti mendapati bahwa pada tahap ini dipaparkan serangkaian alur awal terjadinya sebuah kasus pencemaran nama baik. Dimulai dengan melakukan percakapan melalui media digital, dimana Ketika didapati adanya unsur-unsur yang menyimpang dari hukum, maka itulah yang dimaksud dengan serangkaian proses pra investigasi. dilanjutkan dengan tahap investigasi, pada tahap ini peneliti memaparkan penjelasan bahwa alur-alur yang terdapat pada investigasi adalah serangkaian Langkah dalam pencarian dan mengumpulkan bukti yang berupa alat-alat digital. Setelah tahap investigasi, dilanjutkan dengan tahap pasca investigasi. Didalam tahap pasca investigasi, disinilah ditentukan hasil dari tahap investigasi, jika pada tahap investigasi dari Langkah proses pencarian serta pengumpulan bukti dinyatakan bahwa tersangka bersalah, maka tersangka tidak dapat diihukum, begitupun sebaliknya jika tersangka dinyatakan bersalah maka tersangka akan di hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
B. Peralatan Yang Digunakan
Tabel 1. Peralatan Yang Diperlukan Untuk Proses Investigasi Smartphone
Peralatan Kegunaan Media
Penyimpanan
Digunakan untuk menyimpan Salinan bukti digital yang telah diperoleh selama penyelidikan. Kamera Digital
Digunakan untuk mengambil gambar di TKP sebagai bukti bahwa telah terjadi suatu kejahatan
Faraday Bag
Sebuah tas yang digunakan untuk mengamankan smartphone dari komunikasi data.
Portable Power Supply
Merupakan sebuah alat penambah daya baterai smartphone dan digunakan untuk menjaga kondisi
smartphone dalam kondisi “on”
USB Dongle
Digunakan untuk menghubungkan
smartphone ke komputer untuk
mendapatkan akses penuh terhadap smartphone tersebut
Mobile Edit 9.0
Merupakan aplikasi yang digunakan untuk melakukan proses Analisa terhadap smartphone yang ditemukan di TKP.
Perangkat Komputer
Digunakan untuk melakukan proses pemindahan data digital dari
smartphone ke media penyimpanan
untuk dilakukan proses analisa C. Pra Analisis
Research problem merupakan langkah awal
yang dilakukan untuk memperoleh dan menentukan topik penelitian yang akan diteliti lebih lanjut. Pada tahapan ini dimulai dengan melihat berbagai fenomena, kejadian dan informasi yang didapatkan dengan berbagai cara. Literature review diharapkan mampu menggali seluruh informasi yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti dan obyek yang menjadi tujuan penelitian serta memberikan dasar bagi arah penelitian yang akan dilakukan serta menjadi awal pemikiran bagi setiap peneliti sehingga penelitian yang dilakukan dapat dijadikan acuan kembali dikemudian hari. Case Study merupakan proses penerapan IDFIF v2 terhadap proses investigasi smartphone. Conclution merupakan kesimpulan dari seluruh tahapan yang telah dilakukan dalam proses penelitian ini. Tahap pertama dari model proses forensic yang di usulkan adalah tahap tahap pra analisis .tahap ini terdiri dari tiga atas tiga langkah yaitu identifikasi insiden, pra investigasi dan penelusuran penggunaan [5].
1) Identifikasi Insiden
Penelitian ini melakukan simulasi kasus pencemaran nama baik (cyberbullying) antara pelaku dan korban menggunakan aplikasi Whatsapp. Setelah melakukan simulasi pencemaran nama baik
(cyberbullying) dilakukan forensic terhadap barang bukti
yaitu handphone pelaku pencemaran nama baik
(cyberbullying) menggunakan metode live forensic.
Bukti digital yang didapat akan dilakukan analisis menggunakan metode cosine similarity untuk membuktikan keberadaan kalimat atau gambar yang mengarah pada tindakan pencemaran nama baik
(cyberbullying).
2) Pra Investigasi
pada tahap pra investigasi ini peneliti mendapati serangkaian alur sebelum melakukan sebuah
investigasi terhadap suatu kasus, pada penelitian ini
peneiti mendapati bahwa pada tahap ini dipaparkan serangkaian alur awal terjadinya sebuah kasus pencemaran nama baik. Dimulai dengan melakukan percakapan melalui media digital, dimana Ketika didapati adanya unsur-unsur yang menyimpang dari hukum, maka itulah yang dimaksud dengan serangkaian proses pra investigasi. dilanjutkan dengan
tahap investigasi, pada tahap ini peneliti memaparkan penjelasan bahwa alur-alur yang terdapat pada investigasi adalah serangkaian Langkah dalam pencarian dan mengumpulkan bukti yang berupa alat-alat digital. Setelah tahap investigasi, dilanjutkan dengan tahap pasca investigasi. Didalam tahap pasca investigasi, disinilah ditentukan hasil dari tahap investigasi, jika pada tahap investigasi dari Langkah proses pencarian serta pengumpulan bukti dinyatakan bahwa tersangka bersalah, maka tersangka tidak dapat diihukum, begitupun sebaliknya jika tersangka dinyatakan bersalah maka tersangka akan di hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
3) Penelusuran Penggunaan
Pada tahap ini peneliti dapat menjelaskan bahwa pada penelusuran penggunaan tersebut berisikan penjelasan mengenai bagaimana alur ataupun proses-proses pengoperasian dari smartphone atau barang bukti tersebut. Penggunaan Smartphone tipe J510GN
berdasarkan chat, yakni kepada siapa saja sebuah chat itu dikirim serta apa saja isi atau kandungan dari chat
itu sendiri. Sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah barang bukti. Sedangkan berdasarkan gambar ataupun dengan media lainnya seperti voice note, video dan sejenisnya, sama-sama menjelaskan bagaimana
system pengoperasian serta apa maksud dan makna
yang terkandung dari isi-isi pengoperasian tersebut. Misalnya media gambar, sebuah gambar dapat menjadi sebuah chat digital melalui aplikasi whatsapp, penelusuran penggunaan media gambar tersebut berupa bagaimana model atau jenis gambar yang dibuat oleh pengguna Smartphone sehingga dinyatakan sebagai sebuah gambar yang memiliki unsur pencemaran nama baik.
Sebagai contoh: Ketika N membuat dan mengirim atau mengunggah foto seseorang ke status ataupun grup yang ada dalam aplikasi whatsapp
tersebut, lalu foto yang tersebar menimbulkan ketersinggungan pihak lain atas tidak ada izin misalnya ataupun berisikan unsur yang mencemarkan nama baik seseorang, sedangkan media tersebut tersebar di publik. Mengenai bukti yang tersimpan pada aplikasi
whatsapp tersebut dapat ditelusuri penggunaannya
berupa bagaimana seseorang mengoperasikan
smartphone nya sehingga ia menjadi orang yang
berstatus sebagai tersangka. Pada tahap ini, penelusuran penggunaan akan menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi. Pada tahap ini peneliti menjelaskan bahwa sebuah rangkaian penelusuran dalam penggunaan Smartphone tersebut berupa sejak kapan terjadinya suatu kasus pencemaran nama baik melalui aplikasi whatsapp. Dilanjutkan dengan Tindakan penelusuran seperti jam berapakah penggunaan smartphone tersebut, dimanakah file itu tersimpan dan bagaimana cara mencari dan megumpulkan barang bukti tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis
Setelah data berhasil didapatkan, maka akan dianalisa menggunakan aplikasi dan literatur pendukung untuk mencapai tujuan dari penelitian. Sebagai pengujian standar, maka peneliti menggunakan aplikasi forensic digital yang sudah banyak digunakan dan tersedia secara gratis, yaitu
Mobiledit Foresic 9.0.
1) Analisis Berkas Pengguna
Di tempat kejadian perkara ditemukan barang bukti yaitu sebuah android smartphone dengan tipe
Samsung J510GN, yang diyakini didalam Smartphone
tersebut ada percakapan Whatsapp antara pelaku dan korban yang di dalamnya terdapat unsur pencemaran nama baik (cyberbuliying). Untuk mendapatkan barang bukti digital untuk kasus pencemaran nama baik
(cyberbuliying) tersebut agar dapat dilanjutkan
dipengadilan. Kronologi yang di dapat dari aktivitas komunikasi antara pelaku dengan korban pada
whatsapp tersebut yaitu pesan gambar yang di
dalamnya terdapat unsur pencemaran nama baik menggunakan Smartphone Samsung J510GN.
Gambar 4. SmartphoneSamsung J510GN Berkas Pengguna
2) Analisis Pola Pengguna
Pada tahap ini barang bukti elektronik dari tindak kejahatan pencemaran nama baik (cyberbuliying) dapat terlaksana dengan melakukan proses akuisisi data yang ada pada android smartphone tersebut. Proses ini menghubungkan android smartphone ke laptop menggunakan kabel data. Pada tahap ini tim investigasi melakukan pengumpulan barang bukti fisik, pengumpulan data, dan dokumentasi bukti fisik dalam bentuk smartphone seperti yang ditunjukan pada gambar 5 Barang bukti elektronik berupa Smartphone
dengan Sistem Operasi Android Lolipop dimana alat komunikasi yang digunakan untuk melancarkan tindak kejahatan pelaku adalah Whatsapp. Data percakapan
Whatsapp yang terdapat pada android smartphone
kemudian diakuisisi detail percakapannya menggunakan aplikasi Mobiledit Forensic 9.0
Gambar 5. Tentang Ponsel Smartphone Samsung
J510GN
B. Pasca Analisis
Pada tahapan pasca analisis ini, peneliti melakukan proses pengambilan data whatsapp dari barang bukti android smartphone yang digunakan pelaku. whatsapp merupakan tempat fasilitas kejahatan pelaku untuk mengirim dan menerima suatu chat singkat dari pelaku kepada terdakwa untuk menentukan dimana lokasi dan kapan terjadinya percakapan yang mengandung unsur pencemaran nama baik tersebut .Proses analisis dari hasil akuisisi yang didapatkan menggunakan Mobiledit Forensic 9.0.
Reactive Process merupakan tahapan inti dari
proses investigasi smartphone. Pada tahapan ini,
smartphone yang telah didapatkan pada proses
sebelumnya dilakukan analisa untuk mendapatkan bukti-bukti yang terkait dengan kejahatan yang terjadi. Tahapan ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
1. Preservation: Investigator melakukan proses
pengamanan barang bukti smartphone. Kondisi
smartphone ketika dalam proses akuisisi harus
dalam keadaan terputus dari komunikasi data yang ada.
2. Acquicition: Investigator melakukan pengambilan bukti digital dari perangkat smarphone yang ditemukan di TKP. Adapun proses aquisisi terhadap smartphone tersebut dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Proses akuisisi smartphone
Hasil akuisisi smartphone terlihat secara detail informasi yang terdapat pada smartphone yaitu jenis
platform, IMEI, merk dan model smartphone, data
phonebook, data panggilan, data pesan, data aplikasi
dan data sim card. Adapun tampilan awal ketika proses akuisisi selesai dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 7. Tampilan Awal Akuisisi Smartphone
Dalam beberapa kasus, terkadang memerlukan pengumpulan bukti fisik dan logis berupa ekstaksi data, namun dalam kasus ini, bukti-bukti yang diperlukan hanyalah catatan panggilan keluar dan panggilan masuk serta whatsapp keluar dan whatsap masuk yang terletak di penyimpanan internal smartphone.
Gambar 8. Bukti Panggilan Keluar Masuk Pada user file terdapat polder dimana semua yang berkaitan dengan data dari ponsel Samsung
J510GN tersebut ditampilkan baik itu documen,
download, music, terutama yang menjadi target kita
Gambar 9. folder Whatsapp pada Samsung J510GN tahap masuk ke folder media whatsapp dimana semua aktifitas berada pada polder tersebut. semua layanan dari menu whatsapp akan di munculkan sehingga mempermudah dalam pengambilan data.
Gambar 10. folder Media
Pada tahap ini terdapat media dimana di dalam media tersebut terdapat folder whatsapp image, di dalam polder whatsapp image ini Ketika kita membuka pesan yang berbentuk gambar secara otomatis tersimpan pada memori internal ponsel .
Gambar 11. Whatsapp Image.
Pada Whatsapp Image ditemukan barang bukti yang sudah terhapus berupa gambar yang dimana dalam gambar tersebut terdapat unsur pencemaran nama baik (cyberbuliying) yang nantinya di jadikan barang bukti di pengadilan.
Gambar 12. Barang Bukti
File Barang bukti pada directoryWhatsapp yang berupa image yang di dalamnya terdapat unsur pencemaran nama baik akan di amankan atau di simpan di tempat yang se aman-amannya sehingga barang bukti tersebut tidak rusak sampai di pengadilan
Gambar 13. Pengamanan Barang Bukti
Pada tahap ini file dari barang bukti di simpan pada Drive D,dimana pada Drive D tersebut peneliti simpan pada folder, dimana folder tersebut peneliti kasih nama Data Akuisisi Barang Bukti.
Gambar 14. Penyimpanan Barang Bukti
Hasil dari akuisisi smartphone milik pelaku maka di temukanlah barang bukti berupa pesan gambar yang dimana dalam gambar tersebut terdapat unsur pencemaran nama baik seperti pada gambar 15.
Gambar 15. Barang Bukti
Karena jika data barang bukti seperti di atas sampai di edit oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka akan besar pengaruhnya terhadap hasil sidang di pengadilan, sehingga penggunaan MD5 Dalam aktifitas untuk meyakinkan bahwa data/fil tersebut tidak mengalami perubahan.
Gambar 16. MD5 (128 Bits)
Data MD5 dalam bntuk binary, Encoding atau bisa disebut pengkodean atau penyandian adalah proses konversi informasi dari suatu sumber (objek) menjadi data, selanjutnya konversi data yang telah dikirimkan oleh sumber menjadi informasi yang dimengerti oleh penerima.
Gambar 17. Physical Analysis
5. KESIMPULAN
Dari hasil Identifikasi yang dilakukan dengan cara menganalisis barang bukti Android Smartphone dan dilanjutkan dengan melakukan akuisisi gambar pada
smartphone tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
proses akuisisi, imaging dan analisis berjalan lancar menggunakan aplikasi mobiledit versi 9.0. Hal ini bisa dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian atau pengembangan penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yudhana, Anton & Riadi, Imam & Anshori, Ikhwan. (2018). Analisis Bukti Digital Facebook Messenger Menggunakan Metode NIST. IT JOURNAL RESEARCH AND DEVELOPMENT. 3. 13-21. 10.25299/itjrd.2018.vol3(1).1658.
[2] Wahyudi, Erfan & Riadi, Imam & Prayudi, Yudi. (2018). Virtual Machine Forensic Analysis And Recovery Method For Recovery And Analysis Digital Evidence. International Journal of Computer Science and Information Security,. 16.
[3] Madiyanto, Sidik & Mubarok, Husni & Widiyasono, Nur. (2017). Mobile Forensics Investigation Proses Investigasi Mobile Forensics Pada Smartphone Berbasis IOS. Jurnal Rekayasa Sistem & Industri (JRSI). 4. 10.25124/jrsi.v4i01.149.
[4] Anwar, Nuril & Riadi, Imam. (2017). Analisis Investigasi Forensik WhatsApp Messenger Smartphone Terhadap WhatsApp Berbasis Web. Jurnal Ilmu Teknik Elektro Komputer dan Informatika. 3. 1-10. 10.26555/jiteki.v3i1.6643. [5] Umar, Rusydi & Yudhana, Anton & Faiz,
Muhammad. (2016). ANALISIS KINERJA METODE LIVE FORENSICS UNTUK INVESTIGASI RANDOM ACCESS MEMORY PADA SISTEM PROPRIETARY.
[6] Zuhri Yadi, Ilman & Kunang, Yesi. (2015). Konferensi Nasional Ilmu Komputer (KONIK) 2014 ANALISIS FORENSIK PADA PLATFORM ANDROID. 10.13140/RG.2.1.3491.2882.