• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIALOG TENTANG PUSTAKA VEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DIALOG TENTANG PUSTAKA VEDA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

DIALOG

TENTANG

PUSTAKA

(3)

3

PRAKATA

Sebagai seorang penganut ajaran Veda dan disebut orang Hindu, saya melihat bahwa mayoritas orang Hindu di Indonesia tidak tahu dan tidak mengerti isi Veda yang menjadi kitab sucinya. Sementara itu, arus dan pengaruh globalisasi semakin deras dan melahirkan kelompok-kelompok kegiatan spiritual yang berusaha mengerti ajaran Veda sebagai penuntun kehidupannya di dunia fana. Praktek-praktek spiritual mereka yang berbeda dari kegiatan agama-ritualistik rutin yang telah diwarisi secara turun –temurun dari leluhur oleh orang Hindu, kerap – kali membingungkan mereka yang tidak tahu dan tidak mengerti Veda. Dan malahan mereka yang buta dan tuli pengetahuan, berpendapat bahwa kegiatan spiritual apapun yang tidak cocok alias berbeda dari praktek agama warisan leluhur adalah sesat. Tentu saja pendapat ini tidak benar.

Dengan maksud agar umat Hindu bisa secara umum mengetahui dan mengerti Veda yang menjadi kitab sucinya, bersama ini saya sajikan buku “DIALOG TENTANG PUSTAKA VEDA”. Dengan buku ini saya berharap salah pengertian terhadap kelompok-kelompok spiritual bisa dihilangkan. Saya menyadari bahwa isi buku ini tidak lengkap dan tidak sempurna. Namun demikian saya tetap berharap buku ini bermanfaat bagi para pembaca.

Haribolo!!

(4)

4 1. Tanya (T) : Apakah arti Veda?

Jawab (J) : Veda berarti pengetahuan. Dan Veda sendiri mendefinisikan pengetahuan sebagai berikut, “kstra-ksetra jnayor jnanam yat taj jnanam, mengerti perbedaan antara badan jasmani (sketra) yang material dan sementara degan sang makhluk hidup (ksetra jnana) yang spiritual abadi, disebut pengetahuan” (Bg. 13.3). Jadi pengetahuan Veda mencakup pengetahuan material dan spiritual.

2. Tanya (T) : Dari mana Veda berasal?

Jawab (J) : Veda berasal dari Tuhan Krishna yang juga disebut Narayana. Hal ini dikatakan sendiri oleh Veda sbb. “brahmaksara samudbhavam, Veda diwejangkan langsung oleh Tuhan” (Bg. 3.15). Veda (Rg. Yajur, Sama dan Atharva-Veda serta Itihasa) keluar dari nafas Tuhan nan mutlak (Brhad-Aranyaka Upanisad 2.10)”. Oleh karena berasal dari Tuhan, maka Veda bersifat mutlak (absolut) dan benar dengan sendirinya (self authoritative), bukan buatan manusia (apauruseya) dan mengatasi hal-hal material (transcendental)

3. Tanya (T) : Kepada siapa Veda pertama kali diwejangkan (diajarkan) oleh Tuhan Krishna?

Jawab (J) : Kepada Dewa Brahma, makhluk hidup pertama yang muncul di alam material. Tentang hal ini, dikatakan, “yo brahmanam vidadhati purvam yo vai vedams ca gapayati sma krsnah, Veda pertama kali disabdakan oleh Tuhan Krishna kepada Brahma sebelum alam material tercipta (Gopala-Tapani-Upanisad 1.24). tene brahma hrda ya adi kavaye, Veda disabdakan oleh Beliau (Tuhan Krishna) kepada Brahma ( melalui suara serulingNya) yang masuk ke hatinya, sehingga ia (Brahma) dikenal sebagai sang Adi-Kavi, sarjana Veda pertama (Bhag. 1.1.1).

4. Tanya (T) : Bagaimana prosesnya sehingga pengetahuan Veda bisa tersebar ke masyarakat manusia?

Jawab (J) : Setelah memperoleh pengetahuan Veda dari Tuhan Krishna, lalu Brahma mengajarkan Veda ini kepada putra-putranya yaitu para Rishi. Selanjutnya para Rishi itu mengajarkan Veda kepada murid-murid (para sisya)nya, dan seterusnya, dan seterusnya. Demikianlah Veda dimengerti secara parampara, proses menurun ( deduktif) melalui garis perguruan spiritual (sampradaya) dari para Acarya ( guru kerohanian) yang hidup sesuai aturan Veda ( perhatikan Bg. 4.2 dan 13.8). dan melalui garis perguruan spiritual yang amat panjang dari para Acarya itu, akhirnya Veda sampai ke masyarakat manusia di Bumi.

5. Tanya (T) : Jadi pengetahuan Veda hanya bisa dimengerti berdasarkan proses deduktif (parampara) melalui garis perguruan (sampradaya) para Acarya yang sah dan jelas, begitu?

(5)

5

6. Tanya (T) : Dapatkah anda mengutipkan sloka-sloka Veda yang menyatakan Veda harus dipelajari dari orang yang disebut Acarya atau guru kerohanian? Jawab (J) : Dalam Bhagavad-gita (4.34) dikatakan, “Pelajarilah kebenaran itu dengan

mendekati guru kerohanian. Pariprasnena sevaya, bertanyalah kepadanya dengan tunduk hati dan layani beliau. Guru yang telah insyaf diri seperti itu bisa mengajarkan pengetahuan (Veda) sejati, sebab dia telah memahami kebenaran” (Bg. 4.34). Dalam Svetasvatara – Upanisad (6.23) dikatakan, “Yasya deve para bhaktir yatha deve tatha gurau tasyaite katitha hy arthah prakasante mahatmanah, hanya kepada orang yang memiliki semangat pengabdian (bhakti) penuh kepada Tuhan dan guru kerohanian, pengetahuan Veda secara otomatis bisa dipahami”.

Dan dalam Mundaka-Upanisad (1.2.12) dikatakan, “Tad vijnanartham sa gurun evabhigacchet samit panih srotiyam brahma nistham. Jika ingin mempelajari pengetahuan spiritual tentang pengabdian (bhakti) kepada Tuhan, seseorang hendaklah mendekati guru kerohanian yang insyaf diri dan ahli Veda dan mantap dalam pengabdian (bhakti) kepada Tuhan” 7. Tanya (T) : Anda berkata 9 pada dialog 4 dan 6 ) bahwa sang guru kerohanian

(Acarya) hidup sesuai aturan Veda, insyaf diri, penguasa (ahli) pengetahuan Veda dan mantap dalam pengabdian (bhakti) kepada Tuhan. Bagaimana cara saya agar tahu bahwa seseorang itu adalah memang guru kerohanian yang berkualifikasi demikian?

Jawab (J) : Ada satu pedoman cross-check untuk mengetahui apakah seseorang itu guru – kerohanian (Acarya) sejati atau tidak yaitu guru-sadhu-sastra. Artinya, apa yang dilakukan / diperbuat/dikatakan/diajarkan oleh sang guru kerohanian harus tercantum dalam sastra (Veda) yakni dibenarkan oleh sloka-slokanya, dan bersesuaian dengan apa yang telah diajarkan/dilakukan oleh para Sadhu (orang suci) yang hidup sebelumnya dimasa lalu. Tentu saja anda hanya bisa menerapkan pedoman cross-check ini dengan benar kalau : A. anda sungguh serius ingin maju dalam jalan spiritual keinsafan diri. B. anda bersikap rendah dan tunduk hati. C. anda telah membaca dan berusaha mengerti isi pustaka suci Veda. D. anda sering bergaul dengan orang-orang yang menekuni jalan kehidupan spiritual bhakti. Dan, e. anda berpola hidup suci.

8. Tanya (T) : Dari kelima persyaratan yang anda sebutkan ini, pada umumnya berpola hidup suci dengan menuruti berbagai pantangan (vrata) sulit dituruti oleh kebanyakan orang. Dapatkah anda menjelaskan secara tingkat pola hidup suci ini?

(6)

6

spiritual Veda. Itulah sebabnya Veda menyatakan, “sattvam yad brahma darsanam, kita suci Veda hanya bisa dimengerti dengan mengembangkan sifat alam sattvam” (Bhag. 1.2.24). Singkatnya, berpola hidup suci berarti berpola hidup sattvik.

9. Tanya (T) : Mengapa pola hidup suci ini amat ditekankan dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Veda?

Jawab (J) : Sebab, tanpa hidup suci, anda tidak akan bisa mengerti hal-hal spiritual yaitu diri anda sendiri sebagai jiwa rohani-abadi dan Tuhan beserta lila (kegiatan rohani) Nya dan segala hal lain yang menyangkut diri Beliau. Tuhan Krishna selamanya berada pada tingkat spiritual. Karena itu, tanpa hidup suci anda tidak akan bisa mengerti Tuhan dan mencapai Beliau pada saat ajal. Hanya dengan berpola hidup suci anda bisa insaf diri dan mengerti Tuhan. Hanya orang yang hidup suci yaitu bebas dari segala macam dosa bisa mengerti Tuhan Krishna. Beliau berkata, “Orang yang mengetahui aku adalah Tuhan penguasa seluruh jagat, yang tidak terlahirkan dan tanpa awal, dia yang tidak dikahyalkan (oleh hal-hal duniawi) sarva-papaih pramucyate, bebas dari segala macam reaksi dosa” (Bg. 10.3).

10. Tanya (T) : Dikatakan bahwa pengetahuan Veda hanya bisa dimengerti melalui proses sabda-pramana yaitu mendengarkan saja uraian / penjelasan Veda dan mempercayainya tanpa argumen. Dapatkah anda menjelaskan tentang hal ini?

Jawab (J) : Dikatakan demikian karena pengetahuan Veda pertama kali disabdakan/diwejangan /diwahyukan oleh Tuhan Krishna kepada dewa Brahma melalui suara serulingNya (lihat dialog No. 3). Karena itu, Veda disebut sruti, pengetahuan yang didapat dari car amendengar. Brahma hanya berusaha mengingat dan mempercayai sabda Tuhan itu, sehingga dia mampu menciptakan alam semesta materia ini beserta segala makhluk penghuninya. Karena itu, Veda disebut smrti, pengetahuan yang diingat dari cara mendengar. Proses mengerti Veda seperti ini yaitu mendengar (sruti), mengingat (smrti, dan terus mempratekannya dengan penuh keyakinan (sraddha) tetap berlaku sampai pada jaman kali yang disebut abad modern sekarang. Begitulah, mendengar ajaran Veda dari guru kerohanian (Acarya) lalu mengingatnya didalam hati dan terus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh sraddha (kepercayaan/keyakinan), adalah cara yang benar untuk menjadi orang berpengetahuan. Sebab dikatakan, “Sraddhaval labhate jnanam, dengan mempercayai ajaran Veda, seseorang jadi berpengetahuan. Dan, jnanam labdhva param santim, dengan berpengetahuan spiritual Veda, seseorang mencapai kedamaian (kebahagian) spiritual” (Bg. 4.39).

11 Tanya (T) : Proses deduktif (parampara) secara sabda-pramana seperti yang anda jelaskan dianggap oleh para sarjana duniawi tidak bisa dipercaya. Sebab, kata mereka, proses deduktif ini mengharuskan setiap orang percaya secara membuat, patuh dan tunduk pada dogma, berpegang pada keyakinan tak berdasar atau khayalan. Komentar anda bagaimana?

(7)

7

setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan dogma, kepercayaan membuat atau khayalan. Misalnya, bila seseorang ingin mengetahui secara pasti dan benar siapa ayahnya, maka ia harus bertanya kepada si Ibu. Dan jawaban si Ibu harus diterima sebagai kebenaran. Begitu pula, untuk mengetahui hal-hal spiritual yang berada diluar jangkauan persepsi indera-indera jasmani kasar dan terbatas. Kita harus mendengar dari Veda melalui guru kerohanian (Acarya). Begitulah, semua penjelasan Veda tentang jiwa (roh), Tuhan (God) dan dunia rohani yang semuanya berhakekat spiritual, harus diterima sebagai kebenaran. Sebab, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya.

12 Tanya (T) : Anda berkata (pada dialog no. 6) dengan mengutip sloka Veda (Bg. 4.34) bahwa guru kerohanian (Acarya) harus dihormati dan dilayani dengan sikap rendah hati dan tunduk hati oleh sang murid (sisya). Orang-orang materialistik dan atheistic menganggap persyaratan ini mengarah pada kultus individu, pemujaan guru sebagai manusia amat super dan mewajibkan si murid jadi budaknya. Si guru akan bertindak sewenang-wenang kepada muridnya. Ini, kata mereka, adalah persyaratan yang menyesatkan. Betulkah begitu?

Jawab (J) : Tidak betul! Pertama, guru kerohanian sejati secara amat ketat hidup berdasarkan prinsip-prinsip dharma yang tercantum dalam Veda yaitu: a. kejujuran/kebenaran (satvam), b. kesucian diri (saucam), c. cinta kasih (daya) kepada semua makhluk, dan d. hidup sederhana (tapasa) – Bhag. 1.17.24.

Kedua, guru kerohanian sejati sepenuhnya terkendali diri dan senantiasa merasakan kebahagian spiritual dari melakukan pelayanan bhakti kepada Tuhan Krishna. Karena itu, beliau tidak tertarik pada kesenangan material semu dan sementara (maya-sukha) dunia fana (perhatikan Bg. 2.59 dan 5.22). Dengan kata lain, guru kerohanian selamanya berpuas hati dengan kegiatan spiritual pelayanan bhakti kepada Tuhan Krishna dan tidak berkeinginan melakukan kegiatan lain apapun. Ketiga, guru kerohanian sejati bersifat para duhkha-duhkhi, kasihan melihat semua makhluk menderita di alam fana, khususnya para jiva berjasmani manusia. Dan beliau selalu ingin berbagi kebahagian spiritual ( braham-sukha) bersama mereka. Dan keempat, guru kerohanian sejati mengajarkan si murid (sisya) apa yang beliau lakukan sendiri. Karena itu, guru kerohanian disebut Acarya, dia yang mengajarkan melalui contoh perbuatan tauladan dirinya.

Oleh karena guru kerohanian sejati berkehidupan demikian, maka pasti beliau tidak ingin dipuji sebagai manusia hebat. Dan beliau pasti tidak memperlakukan si murid secara sewenang-wenang sebagai budaknya. Melainkan, beliau memperlakukan si murid dengan penuh kasih dan menginginkan dia hidup bahagia seperti dirinya dalam kesibukan pelayanan bhakti kepada Tuhan Krishna sebagai balasan dari pelayanan si murid yang rendah dan tunduk hati kepada dirinya.

13 Tanya (T) : Sekarang saya ingin mengetahui tentang pustaka suci Veda. Kitab-kitab apa saja yang termasuk / tergolong pustaka suci Veda?

(8)

8

pancaratrakan mula-ramayanam caiva Veda ity eva sabditah puranani ca yaniha vaisnavani vido viduh, Rg, Yajur, sama dan atharva – Veda, Mahabharata, Pancaratra dan juga kitab-kitab purana dan vaisnava tergolong pustaka suci Veda” (Bhavisya purana sebagaimana dikutip oleh Madhvacarya dalam ulasannya atas sloka Vedanta-sutra 2.1.6). Disamping keempat Veda (Rg, Yajur, Sama dan Atharva Veda). Kitab-kitab Itihasa (Mahabharata dan Ramayana) dan Purana. Veda mencakup pula kitab-kitab Upanisad yang berisi uraian pilosofis tentang Tuhan. Ringkasan seluruh Upanisad adalah Vedanta Sutra.

Selain itu semua, Veda juga mencakup Vedanga, Vedanga adalah kitab-kitab penuntun mempelajari Veda dan terdiri dari 6 (enam) cabang pengetahuan yaitu: a. Siksa ( ilmu mengucapkan mantra-mantra Veda). B. Vyakarana (ilmu tata bahasa sansekerta). C. Nirukti (Kamus Veda), d. Canda (lagu/irama/tembang dalam sloka-sloka Veda). e. Jyotisha (ilmu astronomi dan kosmologi Veda) dan f. kalpa (tata cara melaksanakan ritual atau yajna). Sedangkan upa-Veda adalah Veda pelengkap seperti : Ayur Veda (ilmu medis), Dhanur Veda (Ilmu senjata dan perang), Gandharva Veda (ilmu musik dan tari), dsb. Dan sebagai kitab Dharma-sastra (Manu-smrti, Garga-Samhita, Brahama-Samhita, Niti-Sastra, dsb). 14 Tanya (T) : Lalu kitab-kitab apa saja yang disebut / tergolong Veda Sruti dan Veda

Smrti?

Jawab (J) : Ada 5 (tiga) sumber pengetahuan Veda yang disebut prasthanatraya yaitu: a. struti-prasthana mencakup Catur Veda (Rg, Yajur, Sama, dan Atharva Veda) dan kitab-kitab Upanisad. B. Smrti-prasthana mencakup Itihasa (Ramayana dan Mahabharata). Kitab-kitab Purana, Vedanga serta Upa-Veda. dan, c. Nyaya-prastahan yaitu Vedanta-sutra. Dikatakan bahwa Veda Smrti adalah penjelasan Veda Sruti dan Nyaya. Maksudnya untuk bisa mengerti Veda Struti dan Nyaya, seseorang harus ingat uraian Veda Smrti. “Itihasa puranabhyam Veda samupabhrmhayet bibhyetalpa srutad vedo mamayam prahisyati, Veda (sruti) hendaklah dipelajari melalui kitab-kitab Itihasa dan Purana. Pustaka suci Veda takut jika dia dipelajari oleh orang bodoh karena ia merasa sakit seperti dipukul-pukul oleh orang bodoh itu” (Vayu Purana 1.20). Aturan mempelajari Veda Sruti berdasarkan Veda-Smrti tercantum pula dalam Mahabharata (1.267) dan bagian-bagian lain pustaka Veda.

15 Tanya (T) : Tetapi para sarjana dunia berwatak materialistik menyatakan bahwa hanya Catur Veda (Rg, Yajur, Sama dan Atharva Veda) tergolong pustaka suci Veda. Mengapa mereka menyatakan begitu?

(9)

9

filosofis para rohaniawan purba. Karena itu, kata mereka menyimpulkan, kitab-kitab Itihasa dan purana bukan bagian dari pustaka Veda. Mereka tidak peduli pada pernyataan Veda, “Itihasa puranah pancamah Veda ucyate, kitab-kitab Itihasa dan purana tergolong Veda kelima (Bhagavata-purana 1.4.20) dan chandogya Upanisad 7.1.4). Itihasa puranam ca pancamo Veda ucyate, kitab-kitab Itihasa dan purana disebut Veda kelima (Mahabharata moksa dharma 3.40.11).

16 Tanya (T) : Namun fakta yang saya lihat mayoritas penganut ajaran Veda berpendapat seperti para sarjana duniawi itu yakni mereka menganggap Veda-smrti (Itihasa dan purana) adalah kumpulan ceritera kiasan (metaphorical story) yang dimaksudkan untuk membimbing manusia agar tidak jadi jahat. Sementara berkeyakinan bahwa ajaran Veda adalah kebenaran, lalu mengapa mereka menganggap uraian kitab-kitab Itihasa dan Purana bukan peristiwa sejarah atau historical event?

Jawab (J) : Sebab mereka tidak sadar dirinya telah dijangkiti oleh paham materialistik para sarjana duniawi. Sehingga mereka bersikap ambivalent yaitu mereka meyakini kebenaran Veda, tetapi pada saat yang sama mereka mengerti kitab-kitab Itihasa dan Purana sebagai kumpulan cerita kiasan, cerita yang tidak sungguh terjadi. Itu yang pertama. Yang kedua, mereka juga tidak dirinya telah dijangkiti filsafat monistik advaita-vadi, atau advaita-vadi, oleh karena Itihasa dan purana adalah kumpulan cerita kiasan (allegorical story), maka ia harus ditafsirkan agar orang-orang mengerti maksudnya. Begitulah, menurut mereka medan perang Kuruksetra adalah lambang badan jasmani. Selalu terjadi pertentangan antara kehendak berbuat bajik dan kehendak berbuat jahat. Dan sebagainya.

17 Tanya (T) : Mereka menganggap kitab-kitab Itihasa dan purana dalah kumpulan cerita kiasan, ceritera fiktif yang tidak sungguh terjadi. Tetapi kitab-kitab Veda smrti ini penuh dengan uraian tentang lila (kegiatan rohani) Tuhan Krishna beserta para AvataraNya dalam yuga yang berlain-lainan diberbagai tempat (loka / planet) yang berbeda-beda di dalam alam semesta material. Karena itu, jika Itihasa dan purana adalah kumpulan cerita fiktif yang tidak sungguh terjadi, maka itu berarti lila Tuhan Krishna tidak sungguh terjadi, Beliau tidak betul turun ke dunia fana dan mewejangkan Bhagavad-gita dan Bhagavad-gita adalah ajaran khayal, produk angan-angan pikiran sang penulis Veda, Rishi Dvaipayana Vyasa. Bukankah begitu kesimpulannya.

(10)

10

dimanapun terjadi kemerosotan praktek agama (dharma), o keturunan Bharata, dan praktek non agama (adharma) merajalela, pada saat itu Aku turun ke dunia fana (Bg. 4.7)” juga harus dianggap omong kosong. Singkatnya, menganggap Veda Smrti (Itihasa dan Purana) sebagai kumpulan cerita kiasan atau fiktif sama saja dnegan menganggapknya sebagai ajaran palsu, bohong atau omong kosong.

18 Tanya (T) : Jikalau para penganut ajaran Veda sungguh percaya bahwa Veda adalah kebenaran, semestinya mereka berkata bahwa apapun yang diuraikan / dijelaskan oleh Veda Smrti (Itihasa dan purana) adalah benar, itu fakta yang sungguh terjadi, dan itu adalah sejarah (history), bukan ceritera yang dibuat-buat (story). Tetapi, sebagaimana anda telah menjelaskan pada dialog no. 16, mengapa mereka mau mengikuti pola pikir para sarana duniawi dan orang-orang mayavadi yang menyatakan bahwa Veda Smriti adalah kumpulan cerita fiktif atau kiasan dan tidak tidak sungguh terjadi?

Jawab (J) : Kenyataan yang patut disayangkan ini semata-mata terjadi karena pengaruh buruk jaman kali atau Kaliyuga. Dikatakan, “sa kales tamasa smrta, ketika sifat alam tamas (kegelapan) amat tebal menutupi kesadaran penduduk dunia, maka masa itu disebut Kali yuga” (Bhag. 12.3-30). Ciri utama sifat alam tamas adalah adharmam dharmam iti yah, yang salah dikatakan benar dan yang benar dikatakan salah. Dan, sarvarthan viparitams ca, kegiatan manusia selalu mengarah ke jalur salah / sesat (Bg. 18.32). Begitulah, pendapat salah para sarjana duniawi dan pendapat keliru orang-orang mayavadi bahwa Veda smrti adlaah kumpulan dongeng atau mitors, dianggap kebenaran oleh mayoritas penganut ajaran Veda. Mereka (para penganut ajaran Veda) sendiri tidak sadar dirinya dibimbing ke jalur pemahaman sesat. Dan mereka juga tidak sadar bahwa dengan mengangap Veda smrti adalah dongeng, sraddha (kepercayaan / keyakinan) nya pada kebenaran ajaran Veda jadi hancur berkeping-keping. Tidak ada lagi sraddha di hatinya. Akibatnya mereka menjadi manusia munafik. Di mulut saja mereka berkata bahwa Veda adalah kebenaran. Tetapi di dalam hati mereka berkeyakinan bahwa semua cerita Veda smrti tidak benar pernah terjadi.

19 Tanya (T) : Bagaimanakah kelak nasib para penganut ajaran Veda yang praktis tidak memiliki sraddha dan berperilaku munafik ini?

Jawab (J) : Nasib mereka setelah ajal sungguh malang. Mereka tidak mencapai Tuhan di dunia rohani dan jatuh lagi ke dalam samudera samsara dunia fana. Dalam hubungan ini Tuhan Krishna berkata, “asraddadhapah purusa dharmasyasya parantapa aprapya mam, orang yang tidak mempercayai ajaran dharma(Veda) ini, tidak akan mencapai diriku (di dunia rohani), tetapi nivartante mrtyu samsara vartmani, ia akan kembali lagi ke jalur kelahiran dan kematian di dunia fana (Bg.9.3)

20 Tanya (T) : Dapatkah saya katakan bahwa para sarjana duniawi tidak mempercayai Veda dan mengangapnya mitos atau dongeng adalah karena dikhayalkan oleh Maya (tenaga material Tuhan Krishna) dengan sifat alam tamas (kegelapan)nya?

(11)

11

tamasnya, maka para sarjana duniawi yang berwatak materialistik dan atheistic selalu berpendapat berlawanan dari apapun yang dikatakan oleh Veda. Begitulah, Veda menyatakan diri berasal dari sumber rohani yaitu Tuhan. Tetapi para sarjana duniawi itu berkata bahwa Veda tidak memiliki asal-usul jelas. Veda menyatakan bahwa ia adalah pengetahuan spiritual yang tidak bisa dipelajari dan dimengerti secara material atau empiris. Tetapi karena bersikeras mempelajari dan mengerti Veda secara empiris. Veda menyatakan bahwa ia hanya bisa dipahami dibawah bimbingan guru kerohanian (Acarya) dengan menuruti pola hidup spiritual (suci). Tetapi mereka berkata bahwa Veda bisa dipahami dari orang – orang akademik tanpa perlu menuruti pola hidup spiritual. Veda bertujuan menuntun manusia mencapai mukti, kelepasan dari derita kehidupan material dunia fana. Tetapi mereka berkata bahwa belajar Veda dengan tujuan (mukti) demikian tidak ilmiah. Dan Veda menyatakan bahwa kitab-kitab Smrti (Itihasa dan purana) adalah sejarah (history) tentang lila (kegiatan rohani) Tuhan bersama para penyembah (bhakti)Nya dalam menciptakan, memelihara dan melebur alam material. Tetapi mereka berkata bahwa Veda smrti bukan sejarah tetapi kumpulan cerita tidak ilmiah yang penuh dengan kejadian-kejadian tidak masuk akal alias mitos atau dongeng. Oleh karena berpendapat berlawanan dari Veda, maka Veda menyebut mereka mayayapahrta-jnana, kaum intelektual yang pengetahuannya telah dicuri oleh maya (perhatikan Bg. 7.15).

21 Tanya (T) : Mereka (yaitu para sarjana duniawi berwatak materialistik dan atheistic) selalu berargumen bahwa dirinya berpegang teguh pada cara-cara ilmiah dalam mencari dan mengungkapkan kebenaran. Dan, katanya lanjut, mereka bekerja secara ilmiah untuk kebenaran itu sendiri. Oleh karena uraian Veda tentang berbagai hal tidak ilmiah, maka menurut mereka kitab-kita smrti (Itihasa dan purana) bukanlah pengetahuan tetapi kumpulan mitos atau dongeng. Komentar anda?

(12)

12

22 Tanya (T) : Anda berkata bahwa orang tidak mempercayai kebenaran Veda Smrti karena ia berpola pikir seperti kodok. Lalu, supaya bisa memahami kebenaran uraian Veda-Smrti, seseorang harus berpola pikir seperti apa? Jawab (J) : Seseorang harus berpola pikir sebagai manusia waras. Dan manusia waras adalah dia yang mengakui kebenaran pernyataan Veda bahwa setiap manusia dinodai oleh empat cacat permanen yaitu: a. Indera-indera jasmaninya tidak sempurna. c. cenderung berbuat salah. C. cenderung berkhayal, dan d. cenderung menipu (perhatikan CC Adi-lila 7.107). karena fakta-fakta ini, maka orang waras sadar bahwa dirinya tidak mungkin bisa mengetahui segala hal dengan ikthiarnya sendiri. Karena itu, dia percaya bahwa pengetahuan Veda yang diwejangkan oleh Tuhan Krishna kepada Dewa Brahma di masa silam (lihat dialog No. 3) adalah sumber segala pengetahuan. Dengan menerima pengetahuan Veda sebagai kebenaran berdasarkan sraddha (keyakinan/kepercayaan) seseorang jadi berpengetahuan. Hal ini telah kita bicara sebelumnya (pada dialog no. 10)

23 Tanya (T) : Tetapi manusia telah mampu menciptakan berbagai peralatan berteknologi canggih, sehingga ia mampu melihat lebih jelas, lebih jauh, lebih mendalam dan lebih rinci. Maka manusia mampu melihat dengan sebenarnya. Atau, dengan peralatan berteknologi canggih seperti itu, manusia mampu melihat kebenaran. Bagaimanakah pendapat anda? Jawab (J) : Canggih menurut versi orang-orang berwatak materialistik. Secanggih

apapun peralatan yang mereka ciptakan, ia tetap alat material yang tidak memungkinkan sang manusia mampu melihat dan mengetahui hakekat sejati suatu obyek yang terletak amat jauh dari tempatnya berdiri. Dan malahan, karena teramat jauh, obyek tersebut tidak terlihat. Karena itu, Veda menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan langsung (pratyaksa) dengan bantuan peralatan material seperti itu adalah tidak sempurna. Sebab ia tidak memungkinkan manusia melihat dengan sebenarnya. Misalnya, dari jarak 1.000 km seseorang melihat gunung itu seperti gambar halus berdiri tegak di ujung (kaki ) langit. Dan dari jarak 10.000 km seseorang tidak bisa melihat bahwa nun jauh disana dihadapannya ada gunung berdiri tegak.

24 Tanya (T) : Bukankah dengan menganalisis tanda-tanda alamiah manusia bisa mengetahui keberadaan, wujud dan hakekat suatu obyek yang tidak bisa dilihat dengan pengamatan langsung?

Jawab (J) : Veda menyebut cara memperoleh pengetahuan seperti ini anumana. Dan dikatakan oleh Veda bahwa cara inipun tidak sempurna. Sebab tanda-tanda ilmiah seperti itu sering kali disalah mengerti. Misalnya, asap kebakaran hutan yang menutupi suatu wilayah dianggap awan hujan. Sebab, dari kejatuhan asap dan awan itu terlihat serupa atau sama karena itu, kesimpulan “Di wilayah itu hujan pasti turun, adalah keliru.

(13)

13

guru – kerohanian (Acarya). Tetapi pada jaman kali yang disebut modern sekarang, semua lembaga pendidikan formal berbasis Veda tidak menerapkan proses sabda pramana ini. Para pengajar (guru/dosen) nya mengerti Veda dengan mengutip pendapat para sarjana duniawi yang menganggap Veda Smrti adalah kumpulan mitos atau dongeng. Apa yang anda dan saya harus lakukan agar mereka menyadari kekeliruannya dalam mempelajari dan mengajarkan kitab suci Veda?

Jawab (J) : Kita tidak bisa berbuat banyak untuk menyadarkan mereka sebab, sebagaimana saya telah jelaskan (pada dialog no. 18 ), karena pengaruh buruk Kali Yuga, para guru dan dosen itu menganggap caranya yang keliru dalam mempelajari dan mengajarkan Veda adalah cara yang benar. Yang kita bisa lakukan adalah, pertama, kita sendiri secara pribadi harus menuruti proses sabda-pramana secara deduktif (parampara) dalam garis perguruan (sampradaya) sah dan jelas. Kedua, kita hendaklah berusaha menyebarkan terjemahan kitab-kitab Veda (asli) ke masyarakat. Cuma itu!

26 Tanya (T) : Anda telah menjelaskan (pada dialog no. 13 dan 14 ) tentang bagian-bagian pustaka suci Veda. Sekarang dapatkah anda menjelaskan secara ringkas tentang isi Veda?

Jawab (J) : Secara umum sekali, isi Veda terbagi menjadi 2 (dua ) bagian yaitu : a. Jalan kehidupan material, dan b. jalan kehidupan spiritual. Dikatakan, “pravrttim ca nivrttim ca dvi vidham karma vaidikam, ada dua jalan kehidupan yaitu pravrtti dan nivrtti yang manusia bisa tempuh di dunia fana” (Bhag. 7.15.47). pravrtti marga adalah jalan kehidupan material, memuaskan indera jasmani secara terkendali sesuai aturan Veda agar hidup bahagia di dunia fana. Sedangkan nivrtti marga adalah jalan kehidupan spiritual mengendalikan indera jasmani sesuai aturan Veda untuk kembali pulang ke rumah asal, asli, sejati, alam rohani kebahagiaan abadi, Vaikuntha loka. 27 Tanya (T) : Mengapa isi Veda hanya dibagi menjadi dua bagian utama seperti itu?

Jawab (J) : Sebab dari segi watak, tabiat, sifat dan perilaku, segala makhluk hidup yang tergolong humanoid (Aditya, Daitya, Danava, Kalakeya, Yaksa, Raksasa, Manusia, Gandharva, Siddha, dsb) di bagi kedalam dua golongan yaitu : a. Sura (dewa) berwatak bajik (daivi sampad) dan cenderung pada hal-hal spiritual. Dan, b. Asura (raksasa) berwatak tidak bajik alias jahat (asuri sampad) dan cenderung pada hal-hal material. Ajaran nivritti marga diperuntukan bagi mereka yang tergolong sura (deva). Sedangkan ajaran nivrtti marga diperuntukkan bagi mereka yang tergolong asura (demon). Nivrtti marga yang dilaksanakan secara sempurna menuntun sang makhluk hidup (jiva) kembali pulang ke dunia rohani Vaikuntha-loka (mukti). Sedangkan pravrtti-marga yang dilaksanakan secara sempurna membuat sang makhluk hidup (jiva) senang di dunia fana dan berangsur-angsur menuntunnya menuruti jalan kehidupan nivritti marga.

28 Tanya (T) : Apa prinsip-prinsip dari kedua jalan kehidupan (marga) ini?

(14)

14

(perhatikan Bg. 18.34). Maksudnya, harta kekayaan (artha) hendaklah dicari sesuai petunjuk kitab suci (dharma) untuk memuaskan indera jasmani (kama) agar hidup senang di dunia fana. Bagian isi Veda yang terkait dengan prinsip tri-varga ini masuk dalam kelompok kitab-kitab Brahmana.

29 Tanya (T) : Tetapi Veda mengajarkan pula bermacam-macam yoga untuk mencapai Tuhan. Apa hubungan yoga dengan kedua jalan kehidupan (marga) yang anda telah jelaskan?

Jawab (J) : Secara umum Veda mengajarkan 4 (empat) macam yoga yaitu : karma, jnana, dhyana dan bhakti-yoga. Karma, jnana dan dhyana-yoga diperuntukkan bagi mereka yang menekuni pravrtti marga. Sedangkan bhakti yoga diperuntukan bagi mereka yang menekuni nivritti marga.

30 Tanya (T) : Mengapa dan apa sebabnya bhakti yoga diperuntukkan bagi orang yang menekuni nivritti marga, sedangkan karma, jnana dan dhyana yoga diperuntukan bagi mereka yang menekuni pravritti marga?

Jawab (J) : Sebab orang-orang yang tergolong sura (deva) dan menekuni nivrtti marga berkesadaran spiritual, sehingga hanya mereka yang mampu menuruti kegiatan spiritual bhakti yoga. Sedangkan mereka yang tergolong asura (demon) dan menekuni pravrtti marga, pada umumnya berkesadaran material sehingga mereka hanya mampu menuruti kegiatan karma, jnana dan dhyana yoga.

Kesadaran material orang-orang yang tergolong asura ada t4 (empat) tingkat yaitu (dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi): a. sensual, b. Mental, c. Intelektual, dan d. Egoistik (Perhatikan Bg. 3.42). mereka yang berkesadaran sensual dan mental amat melekat pada kesenangan material dunia fana. Oleh Veda, mereka diberikan ke karmayoga. Mereka yang berkesadaran intelektual tidak puas lagi pada kenikmatan material yang telah dicapainya. Mereka ingin lepas dari segala reaksi (phala) kerja/ kegiatan (karma) yang mengikat di dunia fana. Kepada mereka, Veda memberikan jnana yoga. Sedangkan mereka yang berkesadaran egoistic ingin mengatasi derita dunia fana dengan meningkatkan kemampuan indera-indera jasmaninya melalui pemilikan berbagai macam siddhi (kekuatan mistik alamiah). Kepada mereka, Veda memberikan dhyana yoga.

31 Tanya (T) : Apakah nama bagian-bagian isi Veda yang mengajarkan masing-masing yoga tersebut? Bagaimana prakteknya dan apa obyek pemujaannya? Jawab (J) : Bagian isi Veda yang mengajarkan karma yoga disebut karma kanda dan

(15)

15

dalam aspeknya sebagai Paramatma yang bersemayam di dalam hati. Sedangkan bagian isi Veda yang mengajarkan bhakti yoga disebut Upasana-kanda dan tercantum dalam kitab-kitab Vedanta, Itihasa, Purana dan berbagai kitab Dharma Sastra. Prakteknya berupa pemujaan Arca Vigraha Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (Bhagavan).

32 Tanya (T) : Anda menyebutkan (pada dialog no. 30) tentang orang-orang yang tergolong sura berkesadaran spiritual dan mereka yang tergolong asura berkesadaran material. Dapatkah dijelaskan secara singkat tentang kesadaran spiritual dan kesadaran material ini?

Jawab (J) : Seseorang dikatakan berkesadaran spiritual dan berada pada tingkat spiritual jika dia telah bebas dari jerat maya (tenaga material Tuhan Krishna) nan halus yaitu tri-guna, tiga sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (nafsu), dan tamas (kebodohan) dengan selalu menyibukkan diri secara khusuk dalam kegaitna pelayanan bhakti kepada Tuhan Krishna (lihat Bg. 14.26). Dan dalam kehidupan sehari-hari, dia berpegang teguh pad aprinsip-prinsip dharma (Bhag. 1.17.24) yaitu a. saucam (kesucian diri), b. satyam (kejujuran). c. daya ) cinta kasih kepada semua makhluk), dan d. tapasa (hidup sederhana). Orang yang sudah berada pada tingkat spiritual dikatakan berada pada tingkat visuddha sattvam dan disebut brahma-bhuta (perhatikan Bg. 18.54)

Sedangkan seseorang dikatakan berkesadarna material jika dia masih diikat oleh jerat maya nan halus yaitu tri guna. Sebab, dia masih sibuk dalam beraneka ragam macam-macam pamrih memuaskan indera jasmaninya dalam ikhtiarnya agar hidup bahagia di dunia fana. Dan dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya dia terlibat dalam kegiatan adharma (Bhag. 1.17.38) yaitu a. berjudi dengan beragam cara (dyutam. B. berzinah (striyah). c. melakukan tindak kekerasan (sunah), dan d. mabuk-mabukan (panam). Dia dikatakan berada pada tingkat material dan disebut jiva-bhuta (lihat Bg. 7.5)

33 Tanya (T) : Kembali pada soal yoga. Anda telah menjelaskan ( pada dialog no. 31 ) tentang ke-empat yoga ( karma, jnana, dhyana, dan bhakti) beserta ajarannya yang tercantum dalam Veda . Dapatkan dijelaskan nama praktisi (pelaku) nya, tujuan yang dicapai dan nasib praktisinya setelah tujuan dicapai?

(16)

16

bhakti yoga disebut bhakti. Setelah ajal sang bhakti kembali pulang kedunia rohani dan terus tinggal disana selamanya dalam hubungan cinta kasih (bhakti ) timbal balik dengan tuhan Krishna dia hanya ingat beliau sehingga berkualifikasi mencapai dunia rohani( perhatikan Bg. 8.5, dan lihat pula Bg. 7.1,8.7-8, 8.10.8.13-14,9.22, 12.8 dan 14,dan 18.65 ) 34 Tanya (T) : Tetapi pemahaman umum di masyarakat penganut ajaran Veda tentang

ke-empat yoga ini tidak seperti yang anda jelaskan. Mayoritas penganut ajaran Veda berkata bahwa setiap sistem yoga menuntun sang praktisi mencapai tuhan. Bagaimana tanggapan anda ?

Jawab (J) : Pemahaman umum seperti itu adalah kekeliruan. Yoga adalah suatu sistem jalan kerohanian bertahap / bertingkat. Sehingga sistem yoga ini disebut tangga – yoga, yang memiliki 4 (empat ) pijakan yaitu (dari bawah keatas) : karma, jnana, dhyana dan bhakti. Dikatakan “Aruruksor muner yogam karma karanam ucyate, bagi orang yang baru mulai menuruti jalan rohani (yoga) ini, karma dikatakan sebagai caranya. Yogaruddhasya tasyaiva samah karanam ucyate, bagi orang yang telah mencapai puncak yoga, menghentikan kegiatan materialistik pamerih ( yaitu dengan pelayanan bhakti kepada tuhan ) dikatakan sebagai caranya” ( Bg. 6.3 )

Bhakti adalah pijakan terakhir/ tertinggi tangga – yoga. Sebab, hanya dengan bhakti seseorang bisa mengerti dan mencapai tuhan Sri Krishna. Hal ini dikatakan berulang kali oleh Beliau, “bhaktya tu ananyaya sakya aham eva vidho’rjuna, wahai Arjuna. Aku hanya bisa dimengerti / dicapai dengan cinta-kasih (bhakti) nan tulus (Bg. 11.54). bhaktya mam abhijanati yavan yas casmitativatah tato mam tattvato jnatva visate tad-anantaram, seseorang bisa mengerti Aku sebagai Tuhan YME dengan cinta kasih (bhakti) kepadaKu. Dan bila dia telah menginsafi hakekat diriKu demikian dengan bhakti,…….perhatikan pula Bg. 4.3, 8.22, 9.34, 13-19, 18.65 dan 18.67-68. Lihat pula Bg. 7.17, 8.10, 9.29 dan 12.14-20. Dan Tuhan Krishna menyatakan bahwa dirinya tidak bisa dimengerti dan dicapai dengan proses karma, jnana dan dhyana. Beliau berkata, “Naham vedair na tapasa na danena na cejyaya, wujudKu yang spiritual ini tidak bisa dimengerti dengan belajar Veda (jnana), dengan melakukan pertapaan keras (dhyana), dengan banyak bersedekah dan sembahyang (karma)” – Bg. 11.53)

35 Tanya (T) : Jadi yoga adalah jalan kerohanian bertahap / bertingkat. Mengapa yoga ini dibuat/diciptakan bertahap/bertingkat seperti itu?

(17)

17

kerohanian dhyana atau dhyana – yoga. Dan ada orang yang dirinya dominan diliputi sifat sattvam (kebaikan) sehingga sangat insaf diri. Baginya disediakan jalan kerohanian bhakti atau bhakti yoga. Itulah sebabnya yoga dikatakan sebagai satu tangga spiritual yang memiliki empat pijakan untuk mencapai Tuhan (perhatikan Bg. 6.3-4).

36 Tanya (T) : Anda mengutip sloka-sloka Bhagavad-gita untuk membenarkan penjelasan dan jawaban yang anda berikan. Bukankah dalam Bhagavad-gita (4.11) dikatakan jalan kerohanian atau yoga apapun yang seseorang tekuni, itu akan menuntunnya mencapai Tuhan?

Jawab (J) : Sloka Bg. 4.11 ini paling sering dikutip oleh penganut ajaran Veda untuk membenarkan praktek spiritual (yoga) berbeda-beda yang ditekuninya. Sloka ini diterjemahkan sebagai berikut. “Dengan jalan apapun orang memujaKu, pada jalan yang sama Aku memenuhi keinginannya, oh Partha, karena pada semua jalan yang ditempuh mereka, semua adalah jalanku”. Mereka tidak peduli pada kata “prapadyante, berserah diri” dalam sloka ini. Makna sebenarnya sloka ini adalah sbb. “ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajami aham, sesuai dengan tingkat penyerahan diri setiap orang kepadaku, Aku berikan balasan sepadan”. Jadi sloka ini sesungguhnya hanya terkait dengan jalan kerohanian bhakti. Sebab, hanya orang yang mencintai Tuhan (yaitu bhaktaNya) bisa dan mau berserah diri kepada Nya. Selanjutnya, “Mamavartmanuvartante manusyah partha sarvasah, semua orang menuruti jalanku dalam segala hal, wahai putra Prtha” maksudnya, jalan kerohanian (yoga) apapun yang telah diberikan oleh Tuhan pasti diikuti oleh semua orang menurut tingkat kesadarannya sesuai dengan kadar unsur-unsur yang dominan menyelimuti dirinya.

37 Tanya (T) : Apa yang anda maksud, “Orang mengikuti jalan kerohanian tertentu menurut tingkat kesadarannya sesuai dengan kadar unsur-unsur tri-guna yang dominan menyelimuti dirinya”?

(18)

18

kasih KepadaNya. Maka dia pasti mengikuti jalan bhakti dan disebut bhakta. Itula yang saya maksud dengan “Orang mengikuti jalan kerohanian (yoga) tertentu menurut tingkat kesadarannya sesuai dengan akar unsur-unsur triguna yang dominan menyelimuti dirinya”. Dalam hubungan ini, lihat pula dialog no. 30, 31, 33 dan 35.

38 Tanya (T) : Mayoritas penganut ajaran Veda di masyarakat kita berkata bahwa yajna (ritual) yang mereka warisi dari leluhur dan dilaksanakan secara periodik dengan biaya besar dan sesajen rumit adalah untuk memuji Tuhan berdasarkan rasa Bhakti. Apakah ritual ini memang satu bentuk dan praktek jalan kerohanian bhakti?

Jawab (J) : Tidak, ritual (yajna) demikian tergolong karma yoga. Sebab pertama, ritual demikian dilaksanakan secara pamrih yakni untuk mendapatkan berkah material berupa rejeki lebih banyak, kselamatan, kesejahteraan atau kemakmuran dsb. Kedua, mereka tidak sadar dirinya dijangkiti filsafat advaita-vadi, sehingga menganggap dewa atau makhluk halus tertentu yang dipuji dan mintai berkah adalah Tuhan. Ketika, nama dewa yang mereka puja kerapkali tidak ada disebutkan dalam Veda. Keempat, sudah umum bahwa ritual yang dilaksanakan itu mengandung himsa -karma, penyembelihan hewan yang telah dilarang oleh Veda untuk dilaksanakan pada jaman Kali sekarang (Brahma-vaivarta purana Krsna -kanda 115.112-113) karena ketiga alasan terakhir, maka yajna (ritual) demikian tergolong karma-yoga yang sudah terdistorsi.

39 Tanya (T) : Sementara itu, hampir disetiap kota besar ada “yoga centre” yang mempromosikan bahwa dengan mempraktekkan yoga, kesehatan dan stamina tubuh bisa ditingkatkan. Tubuh jadi awet muda, dan orang bisa lebih menikmati hidup bahagia berkeluarga dalam hubungan suami-isteri. Bagaimana pendapat anda terhadap fakta ini?

Jawab (J) : Semua yang dipromosikan itu bukan tujuan yoga, tetapi manfaat sampingan (by product) dari yoga. Tujuan sejati yoga dijelaskan oleh Veda sbb. “Siddhy-asiddhyah samo bhutva samatvam yoga ucyate, praktek yoga dimaksudkan agar manusia tidak digoyahkan oleh kegelapan dan keberhasilan hidup di dunia fana (Bg. 2.48). Yoga karmasu kausalam, praktek yoga dimaksudkan untuk mensucikan diri (jiva) untuk bisa kembali pulang ke dunia rohani (Bg. 5.7). jika manfaat/hasil sampingan yoga yang dipromosikan itu dijadikan tujuan hidup, maka anda akan terus terperangkap dalam lingkaran samsara dunia fana yaitu kelahiran (janma), usia-tua (jara), penyakit (byadhi) dan kematian (mrtyu)

40 Tanya (T) : Sejauh ini anda hanya menyebutkan 4 (empat) macam jalan kerohanian…………..dan bhakti yoga. Bagaimana tentang raja-yoga dan hata-yoga yang dipraktekkan oleh orang-orang tertentu?

(19)

19

berpikir tentang diriKu dan jadilah bhaktaKu” (Bg.9.34). jadi praktek Raja vidya-raja guhya-yoga ini adalah bhaktiyoga. Sedangkan hatayoga berupa kegiatan mempraktekkan bermacam-macam posisi tubuh (asana) yang nampak seperti kegiatan senam jasmani untuk mengendalikan indera-indera jasmani agar badan sehat, pikiran tenang dan damai, tergolong karmayoga.

41 Tanya (T) : Ada lagi jalan kerohanian yang disebut astanga yoga. Dapatkah anda sedikit menjelaskannya?

Jawab (J) : Astanga yoga berarti jalan kerohanian yang memiliki 6 (enam) tahapan praktek yaitu: asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana dan Samadhi. Secara umum prakteknya berupa pengaturan posisi tubuh dan pernapasan sehingga pikiran terkendali dan terpusat kepada Tuhan yang bersemayam di dalam hati yaitu paramatma. Karena itu, astanga yoga adalah istilah lain dari dhyana yoga. Sebab dikatakan, “dhyana vasthita tad gatena manasa sada pasyanti yam yoginah, dengan memusatkan pikiran sang yogi (rohaniawan) senantiasa melihat Tuhan bersemayam didalam hatinya” (Bhag. 12.3.1).

42. Tanya (T) : Saya bingung mendengar bermacam-madam istilah dan nama yoga. Sekarang saya tanya, apakah ada punya kriteria untuk menentukan bahwa praktek yoga tertentu yang dilakukan oleh seseorang tergolong karma, jnana, dhyana ataukah bhaktiyoga?

Jawab (J) : Ya, kriterianya adalah sebagai berikut. A. jika kegiatan (badan, pikiran dan kata-kata) itu semata-mata dimaksudkan untuk meningkatkan standar kehidupan material supaya lebih baik dan lebih menyenangkan dengan lahir di alam surgawi (svarga-loka) sesesuai petunjuk Veda, maka kegiatan keagamaan demikian disebut karmayoga. b. jika kegiatan badan , pikiran dan kata-kata ) dilandasi oleh pengetahuan Veda dengan tujuan agar bebas dari akibat (phala) kerja (karma) yang mengikat dui dunia fana, maka kegiatan keagamaan demikian disebut jnana-yoga. c. jika kegiatan (badan, pikiran dan kata-kata ) dilandasi oleh keinginan meningkatkan kemampuan indera-indera dan pikiran agar bisa mengatasi derita dunia fana dan menikmati secara lebih super dimana saja di alam material melalui pemilikan berbagai kekuatan mistik alamiah (sidhi) dengan memusatkan pikiran kepada Tuhan (dalam aspeknya sebagai paramatma) sesuai aturan Veda, maka kegiatan keagamaan demikian disebut dhyana yoga, d. jika kegiatan (badan, pikiran dan kata-kata ) semata-mata dilandasi oleh keinginan menyenangkan Kepribadian Tuhan YME (Bhagavan) dengan menyibukkan seluruh indera badan jasmani dalam pelayanan berdasarkan cinta kasih kepadaNya sesuai petunjuk Veda, maka kegiatan keagamaan demikian menjadi spiritual dan disebut bhakti yoga. Keempat kreteria ini bersifat sangat umum. 43 Tanya (T) : Kembali pada asal usul Veda. Anda berkata (pada dialog No. 3) bahwa

Veda pertama kali diwejangkan oleh Tuhan Narayana (Krishna) kepada dewa Brahma. Kapankah itu terjadi?

(20)

20

4.320.000.000 x 360 x 2 = 311.040.000.000.000 tahun bumi. Dikatakan bahwa 50 tahun pertama usia Brahma sudah lewat. Kini Brahma berada pada hari pertama dari 50 tahun. Usianya yang kedua dan disebut Vraha kalpa. Dalam 1 hari ( kalpa) Brahma memerintah 14 Manu secara bergantian. Karena itu, jangka waktu pemerintahan setiap Manu adalah 1.000 catur yuga : 14 = 71 catur yuga (dibulatkan) atau, 4.320.000.000 : 14 = 308.571.429 tahun bumi. Menurut Veda, saat ini kita hidup dalam masa pemerintahan Manu ke tujuh yaitu Vaisvasvata Manu dalam putaran Catur yuga yang ke 28. Sementara itu, sebelum menciptakan dunia fana ini, Brahma melakukan pertapaan keras selama 1.000 tahun dewa atau 360.000 tahun Bhumi untuk memperoleh pengetahuan Veda dari Tuhan Narayana (Krishna). Karena itu, Veda diwejangkan oleh Tuhan Krishna kepada dewa Brahma dimasa lampau kira – kira ( 311.040.000.000.000 : 2) + ( 6 x 308.571.429 ) + (27 x 4.320.000 ) -360.000 = 155.521.967.708.574 atau sekitar 155.5 billiun tahun yang lalu. 44 Tanya (T) : Kedengarannya amat fantastik. Jadi menurut perhitungan yang anda

berikan berdasarkan penjelasan Veda, itu berarti kitab suci Veda sudah ada di alam material ini paling tidak sejak 155.5 billiun tahun yang lalu, apakah begitu?

Jawab (J) : Ya, Secara umum dapat dikatakan begitu. Tetapi sesungguhnya Veda sudah ada jauh sebelum alam semesta material ini tercipta yakni Veda ada pada Tuhan Krishna yang juga disebut Sri Visnu atau Narayana; seperti halnya buku pedoman (pengetahuan) tentang TV sudah ada sebelum TV dibuat. Begitulah, dengan memanfaatkan pengetahuan Veda yang diberikan oleh Tuhan Krishna, Deva Brahma kemudian menciptakan alam material atau dunia fana ini beserta segala makhluk penghuninya billiunan tahun yang lalu.

45 Tanya (T) : Itu berarti menurut Veda kehidupan beradab sudah ada di alam material ini paling tidak sejak 150 billiun tahun yang lalu. Apakah penjelasan Veda yang anda berikan ini dapat dibuktikan benar secara empiris atau secara material?

Jawab (J) : Ya, penjelasan Veda yang saya telah berikan dapat dibuktikan benar secara empiris berdasarkan peninggalan-peninggalan peradaban purba yang ditemukan diberbagai tempat di muka bumi. Misalnya, sebutir paku yang tertancap pada batu padas dan ditemukan di Kingoodie Scotlandi tahun 1844 diperkirakan berusia 360 juta tahun. Vas bunga yang ditemukan di Dochester Masachusset USA tahun 1852 diperkirakan berusia 600 juta tahun. Fosil tapak sepatu yang ditemukan tahun 1968 di Antelope Spring USA diperkirakan berusia 590 juta tahun. Di tahun 1989 dilaporkan bola besi beralur ditemukan di Ottosdal Afrika Selatan yang diperkirakan berusia 2.8 billiun tahun. Dan sebagainya. Tentang hal ini, kita akan bicarakan pada dialog tentang Kala (waktu).

(21)

21

begitu banyak hal yang telah didengarnya tanpa melihat buku catatan? Jawab (J) : Belajar dan mengajar Veda melalui proses mendengar dan mengingat

terlaksana pada masa Satya, Treta dan Dvapara Yuga ketika lembaga Varnasrama dharma masih tegak dan utuh dimasyarakat manusia. Artinya, pada masa ketiga yuga tersebut banyak hidup rohaniawan (brahmana, rishi, kavi, pandita, tapasvi, sadhu, yogi dsb) berhati suci, sehingga dengan mendengar ajaran Veda sekali saja dari guru kerohanian (acarya), mereka mampu mengingatnya secara utuh, lengkap dan sempurna dan kemudian mengajarkan kepada orang lain. Begitulah, tradisi belajar Veda berlangsung secara turun-temurun (parampara) dalam berbagai garis perguruan spiritual (sampradaya). Tetapi, begitu Kali yuga (yang disebut jaman modern sekarang) mulai, kalena balino nansyati ayuh balam smrtih, usia, kekuatan fisik dan ingatan manusia menjadi amat merosot (Bhag. 12.2.1). karena itu, menjelang Kali yuga mulai inkarnasi Tuhan Narayana dibidang sastra yaitu Rishi Dvaipayana Vyasa menyusun dan menyajikan Veda secara tertulis dengan maksud agar orang-orang Kali yuga bisa mempelajari Veda dan mengerti tujuan hidupnya sejati sebagai makhluk manusia.

47 Tanya (T) : Salah satu alasan para sarjana duniawi mengatakan bahwa Veda Smrti (Itihasa dan Purana) adalah mitos alias dongeng adalah karena uraiannya tidak sistematik dan tidak kronologis. Apakah betul begitu ?

Jawab (J) : Dari segi akademik memang tidak sistematik dan tidak kronologis. Sebab, tujuan Veda bukan menguraikan sejarah alam semesta material secara rinci dan kronologis. Tetapi tujuan Veda adalah agar umat manusia mengetahui dan mengerti Tuhan (perhatikan BG.15.15) dan kembali membina hubungan cinta kasih (bhakti) yang telah terputus denganNya (lihat Bg. 9.34 dan 18.65). Karena itu, Veda hanya menguraikan lila (kegiatan rohani) Tuhan secara ringkas bersama para bhaktaNya dalam yuga dan manvantara yang berbeda-beda dan pada loka (planet) yang berlain-lainan (perhatikan (Bhag. 2.10.5).

48 Tanya (T) : Anda telah menjelaskan (pada dialog no. 31 dan 35) bahwa sesuai dengan tingkat kesadaran sang manusia yang ditentukan oleh kadar unsur-unsur tri guna yang menyelimuti dirinya, maka ada tiga bagian isi Veda (karma-kanda, jnana-kanda dan upasana-kanda) dan ada empat jalan kerohanian atau yoga (karma yoga, jnana yoga, dhyana yoga dan bhakti yoga). Apakah kitab-kitab purana juga dikelompokkan berdasarkan unsur-unsur tri guna?

(22)

22

Dan topik yang dibicarakan dalam setiap purana pada umumnya menyangkut hal – hal berikut: a. penciptaan awal (sarga). b. penciptaan kedua (visarga). c. sejarah para Rishi dan leluhur yang menurunkan penduduk (vamsa). d. pemerintahan para Manu (Manvantara). Dan e. Para penguasa Negara (raja) yang akan memerintah di masa depan (vamsanucarita )

49 Tanya (T) : Apakah dengan membaca / mempelajari salah satu dari semua purana tersebut saya bisa tertuntun ke tingkat spiritual dan mengerti Tuhan> Jawab (J) : Belum tentu. Saya telah kutip (pada dialog no. 8) pernyataan Veda,:

Sattvam yad braham darsanam, kitab suci Veda hanya bisa dimengerti dengan mengembangkan sifat alam sattvam, kebaikan “ (Bhag. 1.2.24). selanjutnya Veda memerintahkan kita, “Nistraigunya bhava, atasi ketiga sifat alam material (tri guna) ini agar tertuntun ke tingkat spiritual” (Bg.2.45). Ini berarti anda hanya bisa tertuntun ke tingkat spiritual” (Bg. 2.45). ini berarti anda hanya bisa tertuntun ke tingkat spiritual jika membaca / mempelajari Purana-purana yang tergolong sattvika Purana. Sebab, sifat alam sattvam (kebaikan) adalah batu loncatan terakhir untuk mencapai Visuddha sattvam, tingkat spiritual untuk bisa mengerti Tuhan (perhatikan Bg. 14.19). Karena itu, setelah membaca purana-purana tamasik, anda harus meningkatkan diri dengan membaca purana-purana rajasik. Selanjutnya, anda harus membaca purana-purana sattvik agar bisa tertuntun ke tingkat spiritual. Dan dari keenam sattvikapurana, Bhagavata Purana yang lebih dikenal dengan Srimad Bhagavatam adalah satu-satunya purana yang berada pada tingkat spiritual visuddha-sattvam. Begitulah, dengan mempelajari Srimad Bhagavatam dibawah bimbingan guru kerohanian (Acarya) sesuai aturan Veda, anda harus bisa mengerti Tuhan.

50 Tanya (T) : Dapatkah anda menjelaskan mengapa semua purana tamasik mengagungkan Siva, purana rajasik mengagungkan Brahma dan purana sattvik mengagungkan Visnu?

Jawab (J) : Sebab personifikasi ketiga sifat alam tersebut yaitu tamas (kegelapan), rajas (nafsu) dan sattvam (kebaikan) adalah Siva, Brahma dan Visnu. Artinya Siva adalah pengendali tamas, Brahma adalah pengendali rajas dan Vishnu adalah pengendali sattvam, dan ketiganya disebut Guna Avatara (Bhag. 1.2.23).

(23)

23

rajasik untuk mengagungkan Brahma yang juga disebut Virinci. Dan, yajante sattvika devam, mereka yang dominan diliputi sifat alam sattvam (kebaikan), memuji para deva (sura). Dikatakan, “visnubhakta smrta daiva, para deva itu adalah bhakti (pesuruh/pelayan) Sri Visnu” (Padma purana, dikutip dalam CC Adi-lila 3.910). Karena itu, bagi mereka yang berwatak sattvik, disediakan purana-purana sattvik untuk mengagungkan junjungan para deva yaitu Sri Visnu yang juga disebut Krishna atau Narayana. 51 Tanya (T) : Siva, Brahma dan Visnu adalah Guna Avatara. Ini berarti mereka adalah

tiga inkarnasi Tuhan pengendali tri guna. Pemahaman saya adalah ketiga guna avatara ini adalah Tuhan dalam wujud berbeda. Lalu mengapa Veda menyatakan (sebagaimana anda kutip pada dialog no. 49) bahwa Tuhan hanya bisa dimengerti dengan membaca / mempelajari purana -purana yang tergolong Sattvika purana?

Jawab (J) : Sloka tentang guna avatara (Bhag. 1.2.23) yang telah saya kutip, lengkapnya sebagai berikut: “Sattvam rajah tamah iti prakrter guna stair yuktah parah purusa eka ihasya dhatte sthity-adhaye hari virinci hareti samjnah sreyamsi tatra kahlu sattva-tanor nrnam syuh, Tuhan (Krishna) yang spiritual tidak langsung berhubungan dengan ketiga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas. Untuk keperluan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam material, Beliau mengambil perwujudan ketiga sifat alam tersebut sebagai Visnu, Brahama dan Siva. Dari ketiga inkarnasi Tuhan ini, sang manusia hanya bisa memperoleh manfaat tertinggi dengan memuja Visnu”. Apakah manfaat tertinggi itu? Mukti atau moksa, kelepasan dari kehidupan material dunia fana yang selalu menyengsarakan, dan kembali pulang ke dunia rohani nan kekal dan membahagiakan. Karena itu, nama lain Visnu adalah Mukunda, sang pemberi mukti. Visnu adalah nama lain Tuhan Krishna. Dan semua Visnu avatara adalah perbanyakan pribadi (svamsa)Nya. Mereka disebut visnu tattva. Sementara itu, Brahma (yang berkuasa sekarang) tergolong jiva tattva, makhluk hidup (jiva) yang diberikan kekuatan (sakti) oleh Tuhan Krishna sebagai perwujudan dan pengendali sifat alam rajas (kenafsuan) untuk menciptakan alam material beserta segala makhluk penghuninya (BS. 5.53 dan 5.49). Sedangkan Siva atau Rudra adalah perbanyakan pribadi Tuhan Krishna yang merelakan dirinya diliputi sifat-sifat alam material khususnya sifat alam tamas dan sekaligus menjadi pengendalinya (BS. 5.45) untuk melakukan fungsi peleburan alam material. Itu yang pertama.

Yang kedua, oleh karena memelihara alam material adalah tugas yang paling sulit/berat, maka pemeliharaan alam material ditangani oleh Tuhan sendiri yaitu Sri Visnu yang juga disebut Krishna atau Narayana dengan bertindak sebagai pengendali sifat alam sattvam. Ini berarti orang bisa bebas (mukti) dari kehidupan material dunia fana yang menyengsarakan hanya atas karunia Sri Visnu. Karena itu dikatakan bahwa Tuhan bisa dimengerti dengan membaca / mempelajari purana -purana, yang tergolong sattvikapurana.

(24)

24

agar bisa mengerti Tuhan Krishna. Mengapa orang –orang yang dibelenggu oleh sifat alam tamas (kegelapan) dan rajas (kenafsuan) dikatakan tidak bisa mengerti Tuhan?

Jawab (J) : Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Ciri utama sifat alam tamas adalah adharma dharmam iti yah, menganggap yang salah adalah benar dan yang benar adalah salah (Bg. 18.32) dengan kata lain, orang yang didominasi sifat alam tamas menganggap Tuhan adalah bukan Tuhan, dan yang bukan Tuhan adalah Tuhan. Sedangkan ciri utama sifat alam rajas adalah yaya dharmam adharmam ca ayatavat prajanati, tidak bisa membedakan secara betul antara kebenaran dan kepalsuan (Bg. 18.31). Dengan kata lain, mereka yang didominasi oleh sifat alam rajas tidak bisa mengerti antara yang Tuhan dan bukan Tuhan. Begitulah, mereka yang tergolong orang-orang tamasik dan rajasik menganggap Sri Bhagavan Krishna bukan Tuhan, sebab Beliau berwujud dan melakukan kegiatan seperti manusia. Dan malahan mereka menghina Beliau (Bg.9.11) karena kegiatan-kegiatanNya nampak (secara material) tidak etis atau tidak bermoral.

53 Tanya (T) : Orang-orang rajasik dan tamasik tidak bisa mengerti Tuhan Sri Krishna. Dan malahan mereka menghina Beliau ketika turun ke dunia fana dalam wujud manusia atau makhluk lain (Bg. 9.11). lalu apa yang Tuhan Krishna lakukan agar mereka tidak merosot jatuh dalam penjelmaan berikutnya sebagai akibat dari kesalahannya tidak mengakui Beliau sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan malahan menghinaNya?

Jawab (J) : Beliau memperbanyak diri dan mengambil wujud sebagai Brahma dan Siva. Brahma adalah pengendali sifat alam rajas (kenafsuan) dengan fungsi mencipta dunia fana. Dan Siva adalah pengendali sifat alam tamas (kegelapan) dengan fungsi melebur dunia fana. Hal ini telah saya jelaskan pada dialog no. 51 dengan mengutif sloka Veda (Bhaga. 1.2.23). Dimata orang-orang rajasik yang haus kenikmatan dan kekuasaan duniawi (perhatikan Bg. 14.7). Brahma yang menciptakan dunia fana beserta segala kemewahan dan kenikmatan materialnya, adalah personalitas paling utama dan paling hebat alias Tuhan. Dan dimata orang-orang tamasik yang hampa pengertahuan spiritual, diliputi khayalan dan berpikir tidak waras (perhatikan Bg. 14.8-9), Siva yang juga disebut Rudra berpenampilan nyentrik dan fantastic, adalah personalitas paling utama dan paling hebat alias Tuhan. Begitulah, dengan memuji Brahma dan Siva, orang – orang rajasik dan tamasik ini diharapkan bisa terhindar dari keselahan menghina Tuhan Krishna dan secara berangsur-angsur bisa meningkatkan kesadarannya dengan mengembangkan sifat alam sattvam (kebaikan) dan selanjutnya tertuntun ke tingkat spiritual visuddha-sattvam untuk bisa mengerti Tuhan.

(25)

25 rajas dan tamas)?

Jawab (J) : Ya, seluruh isi pustaka suci Veda disusun berdasarkan acuan tri-guna. Dalam hubungan ini, Tuhan Krishna berkata, “Traigunya visaya Veda, kitab suci Veda pada hakekatnya menguraikan berbagai macam kegiatan yang terkait dengan tri-guna (Bg. 2.45). secara umum dapat dikatakan bahwa ajaran karma kanda Veda dengan pelaksanaan (praktek) nya karma –yoga diperuntukan bagi mereka yang dibelenggu oleh sifat alam tamas (kegelapan). Ajaran jnana-kanda dengan prakteknya jnana-yoga dan dhyana –yoga diperuntukan bagi mereka yang dibelenggu oleh sifat alam rajas (kenafsuan). Dan ajaran upasana-kanda dengan prakteknya bhakti-yoga diperuntukan bagi mereka yang dibelengu sifat alam sattvam (kebaikan). Hal ini telah kita bicarakan pada dialog no. 31 dan 35. Tetapi Tuhan Krishna minta kita agar nistraigunyo bhava, mengatasi ketiga guna atau tri-guna tersebut (Bg. 2.45) dengan menyibukkan diri dalam pelayanan cinta-kasih (bhakti) kepadaNya untuk mencapai tingkat spiritual visuddha -sattvam atau brahma-bhuta (Bg. 14.26).

55 Tanya (T) : Jadi sesungguhnya kitab suci Veda disusun sedemikian rupa dengan mengacu pada triguna dengan tujuan agar setiap orang bisa menuruti ajaran Veda sesuai dengan tingkat kesadarannya yang ditentukan oleh kadar unsur – unsur triguna yang dominan menyelimuti dirinya. Apa konsekuensi/akibat yang timbul dari ajaran Veda yang disusun seperti ini?

Jawab (J) : Bagi orang-orang yang tidak mengerti maksud / tujuan Veda, akibatnya adalah: a. aturan dan petunjuk Veda nampak seperti bertentangan antara satu dengan yang lain. b. praktek ajaran Veda di masyarakat nampak berbeda-beda alias tidak seragam. c. terjadi beda pendapat / salah pengertian tentang ajaran Veda.

Tetapi bagi mereka yang mengerti maksud / tujuan Veda, melihat ajaran pilosofis Veda yang berbeda-beda itu tidak bertentangan antara satu dengan yang lain (perhatikan Bg. 2.46 dan 15.15). Oleh karena secara alamiah tingkat kesadaran spiritual setiap orang berbeda-beda, maka praktek ajaran Veda yang tidak seragam dan beda pendapat tentang filsafat Veda adalah fakta alamiah yang memang harus terjadi demikian. Yang mutlak diperlukan adalah para pemimpin umat dan pemuka ajaran Veda haruslah orang – orang yang sungguh-sungguh mengerti pengetahuan Veda secara menyeluruh agar beda pendapat diantara mereka yang tidak memahami maksud/tujuan Veda tidak sampai menimbulkan tindak kekerasan perkelahian fisik.

(26)

26

Jawab (J) : Karma yoga tidak menuntun manusia memuaskan indera jasmani secara bebas, tetapi secara terkendali. Oleh karena merupakan awal/permulaan dalam tangga (sistem) yoga, maka jalan karma ini masih mengandung ikhtiar memuaskan indera jasmani, tetapi secara terbatas dan terkendali. Mengapa demikian? Sebab, orang yang baru mulai menekuni jalan kerohanian (yoga) tidak mungkin seketika bisa menuruti prinsip-prinsip hidup spiritual atau hidup suci. Dalam hubungan ini Veda berkata, “Paroksa vado vedo’yam ba lanam anusasanam karma moksaye karmani viddhate hy agadam yatha. Orang-orang bodoh seperti kanak-kanak amat melekat pada kegiatan-kegiatan materialistik pamrih, pada hal tujuan hidup sesungguhnya adalah agar sang manusia membebaskan diri dari kegiatan pamrih demikian. Karena itu, Veda secara tidak langsung menuntun mereka ke jalan pembebasan dengan pertama-tama menyuruh mereka melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat pamrih, seperti halnya seorang ayah berjanji memberikan gula-gula kepada si anak supaya anak itu mau minum obat” (Bhag. 11.3.44).

Begitulah, dengan menjanjikan akan mendapatkan kenikmatan dan kesenangan surgawi melalui pelaksanaan berbagai ritual (yajna) kepada dewa-dewa tertentu, Veda membuat orang-orang yang berwatak materialistik dan tidak insaf diri ini, menjadi tertarik mengikut jalan kerohanian karma yang merupakan pijakan awal dalam tangga yoga yang diajarkan oleh Veda. Kemudian dengan secara terkendali memuaskan indera-indera jasmani melalui pelaksanaan berbagai ritual (yajna) sesuai aturan Veda, pelan tapi pasti mereka akan berangsur-angsur tertuntun ke tingkat kehidupan spiritual.

57 Tanya (T) : Mereka yang menekuni jalan karma akan berangsur-angsur tertuntun ke tingkat kehidupan spiritual. Begitu anda menjelaskan. Bagaimanakah prosesnya sehingga mereka bisa tertuntun ke tingkat kehidupan spiritual?

(27)

27

58 Tanya (T) : Pada tingkat jalan kerohanian (yoga) apa seseorang dikatakan memulai merintis kehidupan spirituilnya?

Jawab (J) : Pada tingkat jnana yoga. Pada tingkat ini seseorang mulai mempelajari dan mempraktekkan ajaran kitab-kitab Upanisad yang berisi berbagai macam uraian pilosofis tentang Tuhan yang berhakekat non material alias spiritual. Upanisad berati “duduk dekat guru kerohanian” untuk mendengarkan wejangan spiritual tentang Tuhan. Ini hany amnungkin dilakukan oleh seseorang yang sudah bosan dengan praktek karma yoga memuaskan indera jasmani secara terkendali yang tidak sungguh-sungguh membahagiakan. Pada umumnya kitab-kitab Upanisad menjelaskan tentang Tuhan dalam aspek impersonalNya sebagai Brahaman. Dikatakan Brahman tanpa wujud, sifat, ciri dan substansi apapun. Bukan ini dan bukan itu pula (neti-neti). Tetapi dari 108 Upanisad yang dikenal, tdak satupun menolak adanya wujud spiritual Tuhan sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

59 Tanya (T) : Anda berkata (pada dialog No. 34) bahwa dhyana yoga berkedudukan lebih tinggi dalam tangga yoga daripada jnana yoga, apa alasan anda mengatakan begitu?

Jawab (J) : Praktek jnana yoga lebih banyak berupa diskusi pilosofis tentang Tuhan dalam aspek impersonalNya sebagai Brahman. Menurut Veda (Bhag.1.2.11), pengetahuan tentang Brahman impersonal adalah pengetahuan awal tentang Tuhan. Ia diibaratkan seperti pengetahuan tentang cahaya matahari. Sedangkan praktek dhyana yoga adalah pemusatan pikiran (meditasi) pada aspek setempat Tuhan sebagai paramatma, dan dianggap lebih maju daripada diskusi pilosofis tentang Brahaman. Pengetahuan tentang paramatma diibaratkan seperti pengetahuan tentang bola (planet) matahari. Dengan mengetahui planet matahari, otomatis cahaya matahari diketahui. Begitu pula, keinsafan pada paramatma lebih sempurna dari pada keinsafan pada Brahman. Karena itu, praktek dhyana yoga berkedudukan lebih tinggi dari pada praktek jnanayoga.

60 Tanya (T) : Dan pad adialog yang sama (yaitu dialog no. 34) anda berkata lebih lanjut bahwa bhakti adlaah pijakan terakhir dalam tangga (sistem) yoga). Atau, bhakti adlaah tingkatan yoga terakhir / tertinggi. Dapatkah anda menjelaskan kenapa dikatana begitu?

(28)

28 mencapai Tuhan.

61 Tanya (T) : Sekarang saya ingin tahu tentang jumlah sloka (ayat) yang terkandung dalam setiap bagian pustaka Veda yaitu Catur Veda, Itihasa, purana, Upanisad, dan berbagai kitab dharma sastra. Dapatkah anda menyebutkan jumlah slokanya?

Jawab (J) : Terang saja saya tidak mempunyai lengkap tentang jumlah sloka yang terkandung dalam setiap bagian pustaka Veda. Data yangdapat saya berikan adalah sbb. A. catur Veda (Rg. Veda 10.552 sloka, yajur Veda 1.975 sloka, sama Veda 1.375 sloka dan atharva Veda 5.987 sloka. B. Itihasa (Ramayana 24.000 sloka dan Mahabharata 100.000 sloka). C. purana (Bhagavata purana 18.000 sloka, Visnu purana 23.000 sloka, Naradiya purana 25.000 sloka, padma purana 55.000 sloka, garuda purana 19.000 sloka dan varaha purana 24. Sloka. Terus, Brahmanda purana 12.000 sloka, brahma vaivarta purana 18.000 sloka, Markadeya purana 9.000 sloka, vamana purana 10.000 sloka, Brahma purana 10.000 sloka, dan bhavisya purana 14.500 sloka. Selanjutnya, Matsya purana 14.000 sloka. Kurma purana 17.000 sloka, linga purana 10.000 sloka. Siva purana 24.000 sloka, skanda purana 81.000 sloka, dan agni purana 15.400 sloka. Saya tidak punya data tentang jumlah sloka yang terkandung dalam ke 108 Upanisad dan berbagai kitab Dharma sastra (Manus smrti, parasara smrti, yajnavalkya smrti, brahma samhita, dsb) serta kitab-kitab Vedanga (Siksa, Vyakarana, Nirukti, Canda, jyotisha dan kalpa) dan upa Veda (Ayur Veda, dhanur Veda, gandharva Veda, artha sastra, dsb).

62 Tanya (T) : Tidaklah mungkin bagi saya mampu membaca seluruh pustaka suci Veda apalagi memahaminya. Sebab, a. Seluruh pustaka Veda tersebut tertulis dalam bahasa sansekerta dan belum ada terjemahannya yang lengkap baik dalam bahasa inggris ataupun Indonesia. b. sebagaimana telah kita bicarakan (pada dialog no. 54 -55) bahwa seluruh ajaran Veda disusun berdasarkan acuan tri guna, sehingga uraiannya seperti bertentangan antara satu dengan yang lain. Karena itu, bagi orang awam seperti saya jadi bingung sendiri. Saya tidak bisa membaca seluruh pustaka Veda dan juga tidak mengerti Veda. Lalu, apa yang saya harus lakukan supaya bisa mengerti kesimpulan Veda dan mempraktekkan ajarannya dalam kehidupan sehari – hari?

(29)

29

Mahabharata inilah dicantumkan kesimpulan Veda (Veda siddhanta) yaitu Bhagavad-gita. Jadi supaya tahu kesimpulan Veda dan mempraktekkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari, anda hendaklah membaca dan mempelajari Bhagavad-gita.

63 Tanya (T) : Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa Bhagavad-gita adalah Veda siddhanta, kesimpulan kitab suci Veda?

Jawab (J) : Pertama, dalam Bhagavad gita Tuhan Krishna menyatakan, “Vedais ca sarvair aham eva vedyo vedanta krd veda vid eva caham, Akulah yang harus diketahui dari seluruh pustaka suci Veda. Sesungguhnya Akulah yang menyusun Veda dan mengetahui Veda” (Bg. 15.15). Dengan kata lain, tujuan seluruh pustaka suci Veda adalah agar sang manusia mengetahui dan mengerti bahwa Sri Krishna adalah Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME. Kedua, berdasarkan pernyataan Veda (Bhagavad-gita) tersebut, para Acarya (guru kerohanian) mengakui bahwa Bhagavad-gita adalah kesimpulan Veda. Ketiga, dalam doa pujiannya kepada Bhagavad-gita yang berjudul Gita Dhyayam (sloka no. 4). Acarya Sankara berkata sbb, “Seluruh kitab Upanisad (yang berisi uraian pilosofis tentang Tuhan) adalah ibarat sapi. Pemerah susunya adalah Sri Krishna, sedangkan Arjuna adalah ibarat si anak sapi yang minum susu sapi yaitu Bhagavad-gita”. Demikianlah, seluruh kitab Upanisad diperah oleh Tuhan Krishna sehingga diperoleh kesimpulannya yaitu Bhagavad-gita.

64 Tanya (T) : Setelah seseorang mempercayai bahwa Bhagavad-gita adalah kesimpulan Veda, apa yang dia harus lakukan selanjutnya?

Jawab (J) : Mencari guru kerohanian atau Acarya dan mohon bimbingan darinya agar mampu mengamalkan ajaran Bhagavad-gita secara benar dalam kehidupan sehari-hari. Ini sesuai petunjuk Gita itu sendiri, “tad vidhi pranipatena pariprasnena sevaya…jnaninas tattva darsinah, berusahalah mengerti kebenaran dengan mendekati guru kerohanian. Bertanyalah kepadanya dengan tunduk hati dan layani beliau. Guru yang telah insyaf diri seperti itu dapat menyampaikan pengetahuan kepadamu, sebab ia telah memahami kebenaran” (Bg. 4.34). Dalam hubungan ini lihat pula dialog no. 6 didepan.

65 Tanya (T) : Apakah proses belajar Bhagavad-gita dari seorang Acarya sama dengan proses belajar di sekolah atau universitas dari seorang guru atau dosen? Jawab (J) : Tentu saja tidak sama, sebab pengetahuan yang diajarkan berbeda.

(30)

30

66 Tanya (T) : Persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh seorang murid (sisya) dan guru (Acarya) supaya pengetahuan spiritual ini dapat dimengerti dengan benar?

Jawab (J) : Pertama, seorang sisya (murid) harus berpola hidup suci mengendalikan indera-indera jasmani dengan hidup sederhana (tapasa) dan menuruti berbagai pantangan (vrata). Kedua, sang murid harus bersikap tunduk hati kepada guru kerohanian dan melayaninya dengan tulus hati. Ketiga, sang murid harus selalu berbuat untuk kesenangan guru kerohanian (perhatikan Bg. 4.34 dan Bhagavad-gita 7.12.1). Sedangkan persyaratan seorang guru kerohanian adalah pertama, dia harus mengajarkan pengetahuan spiritual kepada si murid berdasarkan perilaku tauladan dirinya sesuai aturan Veda dan petunjuk para sadhu (orang suci) yang hidup sebelumnya. Oleh karena mengajarkan berdasarkan tingkath laku tauladan, maka guru kerohanian disebut Acarya. Dan si murid harus menuruti perintah dan petunjuknya dengan sepenuh hati. Kedua, guru kerohanian harus memiliki sampradaya (garis perguruan) yang jelas dan sah. Dan ketiga, guru kerohanian harus sungguh-sungguh berpengetahuan Veda.

67 Tanya (T) : Ada banyak buku terjemahan Bhagavad-gita dan saya telah mencoba membanding-bandingkan antara satu dengan yang lain. Tetapi kebanyakan dari terjemahan itu menyatakan bahwa Sri Krishna bukan Tuhan. Tuhan adalah Brahman impersonal yang bersabda melalui Sri Krishna pribadi. Bagaimanakah saya seharusnya mengerti Bhagavad-gita? Jawab (J) : Anda hendaklah mengerti Bhagavad-gita seperti halnya anda mengerti

petunjuk pemakaian obat yang tertulis pada kemasan obat tersebut. Misalnya, pada kemasannya tertulis, “obat ini harus di minum 3 x sehari @ 1 sendok makan”. Dengan menuruti petunjuk ini secara langsung seperti itu, si pasien akan sembuh setelah minum obat itu selama beberapa hari. Begitu pula. Dalam Bhagavad-gita ketika Sri Krishna berkata kepada Arjuna, Rishi Dvaipayana Vyasa menulis, “Sri Bhagavan Uvaca, kepribadian Tuhan YME bersabda”. Ini berarti Sri Krishna adalah Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME. Ini adalah fakta yang dibenarkan oleh Veda, “Krsnas tu Bhagavan svayam, Krishna adalah Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME sendiri” (Bhag. 1.3.28). Sehingga kata “Aham” atau “Aku” yang beliau ucapkan menunjuk diri Beliau Pribadi.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dipastikan kualitas tata kelola logistik yang terukur baik dalam manajemen perencanaan kebutuhan logistik; pengadaan berbagai sarana dan prasarana logistik;

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

Kurang ≤40 Tidak mampu memberikan informasi pada orang lain.. Modul Petunjuk Perkuliahan dan Tutorial Blok Keperawatan Komunitas PSIK FKIK UMY Page 37. KRITERIA :

Sedangkan penelitian Sudirman (2014) tentang sekaten di Yogyakarta dalam prespektif komunikasi antar budaya. Peneliti mengunakan metode deskriptif analisis dengan

Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank Aceh Syariah menggunakan prinsip syariah dengan akad musyarakah, yaitu kerja sama dari

Cuka kayu merupakan cairan berwarna coklat pekat yang diperoleh dari proses destilasi asap dalam pembuatan arang kayu galam.. Cuka kayu galam yang dihasilkan berupa

Partisipasi Masyarakat dalam proses Perencanaan Pembangunan berbasis e- Planning di Kabupaten Subang dinilai belum sepenuhnya diterapakan, baik proses maupun hasil

Isolat LSC9 dibudidayakan pada media serbuk gergajian kayu sengon (SGS), tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan campuran kedua media tersebut (C) dengan perbandingan