• Tidak ada hasil yang ditemukan

Education Long Term Strategy - HELTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Education Long Term Strategy - HELTS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan

Ganesha

Anjuman Zukhri

a,*

, M. Rudi Irwansyah

b

a,bUniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia *(rudi.irwansyah@undiksha.ac.id)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembinaan kemahasiswaan pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik analsisi data dalam penelitian ini ditujukan untuk menyederhanakan data ke dalama bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Sedangkan teknik analysis keabsahan data menggunakan metode ketekunan pengamatan, triangulasi data dan sumber serta diskusi teman sejawat. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pengembangan kemahasiswaan jurusan pendidikan ekonomi dapat dikelompokkan ke dalam empat bidang kegiatan, meliputi pendidikan dan penalaran, minat dan bakat, kesejahteraan mahasiswa, dan pengabdian pada masyarakat.

Kata kunci: pola pembinaan, kemahasiswaan

PENDAHULUAN

Landasan konstitusional Negara Indonesia yang dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perwujudunnya dinyatakan Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa pemerintah

mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Dengan demikian bangsa Indonesia patut bersyukur, karena landasan, tujuan dan arah penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia semakin menjadi jelas, lebih kokoh, lebih lengkap, dan mempunyai kepastian hukum.

(2)

Zukhri, Irwansyah – Pola Pembinaan Kemahasiswaan pada Jurusan …

dikemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Sehingga pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Firdaus, 2012).

Dalam upaya mewujudkan bangsa dan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera lahir dan batin sebagai landasan menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, peranan pendidikan tinggi amat penting dan strategis. Pendidikan tinggi melalui kegiatan penelitian dan keilmuan dapat menghasilkan berbagai

pemikiran dan konsepsi untuk memajukan harkat dan martabat manusia serta budaya bangsa melalui kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan karya seni yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pembangunan

(

Higher

Education Long Term Strategy -

HELTS

2003 - 2010)

. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena faktor sosial budaya akan mengalami dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena perubaha nilai di masyarakat sebagai akibat dari usaha meningkatkan pendidikan masyarakat dan kemajuan teknologi (Ardana, dkk, 2012)

Semangat reformasi yang dilandasi oleh nilai demokrasi dan transparansi dalam konstelasi politik bangsa terus merebak termasuk dalam bidang kemahasiswaan. Demikian juga pada proses belajar-mengajar, kepemimpinan, dan sistem manajemen. Karena itu, dalam upaya revitalisasi dunia kemahasiswaan memasuki milenium III diperlukan strategi khusus agar pengembangan kemahasiswaan dapat menunjang pencapaian tujuan perguruan tinggi secara optimal.

Mengingat mahasiswa merupakan aset nasional dan sumber daya insani yang strategis maka perlu diberi peluang dan kesempatan

(3)

dan bertanggung jawab. Sebagai sivitas akademika dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dan sekaligus merupakan mitra dosen dalam proses belajar mengajar yang dialogis. Sedangkan dalam proses pengembangan diri mahasiswa, para pembimbing kemahasiswaan senantiasa menunjukkan sikap ulur tangan dan sedikit mungkin campur tangan. Demikian pula dalam menata organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi senantiasa berpegang pada prinsip “dari, oleh dan untuk mahasiswa”, hal ini disebabkan kerena masing-masing organisasi (perguruan tinggi) memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kebiasaan dan pendekatan pembinaannya-pun akan berbeda pula (George & Jones, 2002). Sebagai unsur terpelajar dari generasi muda, mahasiswa diharapkan senantiasa peka terhadap masalah yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diberi peluang untuk turut serta dalam pembangunan nasional. Sebagai warga negara yang telah dewasa mahasiswa memilki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lainnya.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut diatas, maka

merupakan tugas nasional yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Secara operasional pengembangan kemahasiswaan seharusnya diselenggarakan dengan strategi dan pendekatan yang tepat yaitu dengan memperhatikan seluruh komponen seperti sasaran, materi, metode, sarana, dan kelembagaan. Demikian pula hal yang tidak bisa dihindari bahwa pada umumnya, kebijakan yang ada di berbagai perguruan tinggi saat ini mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum adanya keterpaduan antara kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan aktualisasi diri mahasiswa.

METODE

(4)

Zukhri, Irwansyah – Pola Pembinaan Kemahasiswaan pada Jurusan …

mengajukan hipotesis dan kemudian menguji kebenarannya, melainkan bergerak dari bawah dengan mengumpulkn sata sebanyak-banyaknya tentang sesuatu dan dari data tersebut dicari pola-pola, hokum, prinsip-prinsi dan akhirnya menarik kesimpulan dari analisis yang dilakukan.

Pola pembinaan

kemahasiswaan harus didasarkan pada aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan memperhatikan sosio-kultural yang terjadi pada subyek penelitian.

Penentuan subyek penelitian dimaksudkan agar peneliti mendapatkan informasi sebanyak mungkin dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan keilmuan dan profesi dalam kaitannya dengan pola pembinaan kemahasiswaan. Kriterianya penentuan subyek yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Miles dan Huberman (dalam Sapriya, 2007), yaitu latar (settings), para pelaku (actors), peristiwa-peritiwa (events) dan proses (process).

Atas dasar tersebut maka ditentukan subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Kasubag bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi.

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitin ini digunakan beberapa teknik pengumpuan data meliputi studi kepustakaan, wawancara dan diskusi.

Sedangkan untuk teknik analisis data Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan menyederhanakan data ke dalama bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.

Creswell (2011)

mengemukakan langkah-langkah dalam analisi data meliputi mempersiapkan data penelitian, mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis, membaca keseluruhan data yang mencakup gagasan umum apa yang terkandung dari informasi partisipan, menganalisis lebih detail dengan meng-coding data, terapkan proses codinguntuk mendeskrpsikan setting, kategori-kategori, dan tema yang akan dianalisis

(5)

tingkat keabsahan data, teknik yang digunakan antara lain ketekunan pengamatan, triangulasi data, dan diskusi teman sejawat.

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan secara terstruktur dan dilakukan secara serius dan berkesinambungan terhadap segala realistis yang ada di lokasi penelitian dan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur di dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau peristiwa yang sedang dicari kemudian difokuskan secara terperinci dengan melakukan ketekunan pengamatan mendalam. Maka dalam hal ini peneliti diharapkan mampu menguraikan secara rinci berkesinambungan terhadap proses bagaimana penemuan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

Demikian halnya pada triangulasi data, dilakukan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang terkumpul untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metode penyidik dan teori. Yang ingin diketahui dari perbandingan ini adalah mengetahui alasan- alasan apa yang melatarbelakangi adanya perbedaan

titik temu atau kesamaannya sehingga dapat sehingga dapat dimengerti dan dapat mendukung validitas data.

Sedangkan diskusi teman sejawat dilakukan dengan rekan yang mampu memberikan masukan ataupun sanggahan sehingga memberikan kemantapan terhadap hasil penelitian. Teknik ini digunakan agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran serta memberikan kesempatan awal yang baik untuk memulai menjejaki dan mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat. Oleh karena pemeriksaan sejawat melalui diskusi ini bersifat informal dilakukan dengan cara memperhatikan wawancara melalui rekan sejawat, dengan maksud agar dapat memperoleh kritikan yang tajam untuk membangun dan penyempurnaan pada kajian penelitian yang sedang dilaksanakannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

Zukhri, Irwansyah – Pola Pembinaan Kemahasiswaan pada Jurusan …

maka diperlukan adanya upaya yang sinergis dalam pengembangan kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan dimaksud antara lain yang meliputi kegiatan yang tercakup di dalam pelaksanaan Bantuan Biaya Pendidikan dan Beasiswa, Penalaran dan Keilmuan/ Keahlian/Keprofesian, Pengembangan minat dan bakat, Pengembangan kepedulian sosial dan lingkungan, pengembangan organisasi serta kegiatan penunjang lainnya sesuai dengan visi pendidikan nasional yaitu terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan indonesia cerdas konprehensif dan kompetitif dalam plah raga, olah rasa, olah hati dan olah pikir. Disamping itu, pola pengembangan kemahasiswaan haruslah dilandasi visi Polbangmawa yaitu terciptanya mahasiswa yang bertakwa, bermoral, kritis, santun, demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki daya saing.

Agar kegiatan kemahasiswaan dapat dilaksanakan lebih baik dan mampu meningkatkan kualitas mahasiswa, maka kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu pendidikan dan penalaran, minat dan bakat, kesejahteraan mahasiswa dan pengabdian pada masyarakat.

Pada bidang pendidikan dan penalaran dirancang kegiatan kemahasiswaan yang bertujuan menanamkan cara berpikir ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menulis karya ilmiah, pemahaman profesi dan kerjasama mahasiswa dalam tim, baik pada Perguruan Tingginya maupun antar Perguruan Tinggi di dalam dan diluar Negeri. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan kemahasiswaan pada bidang ini misalnya:

a. Pekan Ilmiah Mahasiswa,

b. Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LLKTM),

c. Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (PKM),

d. Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional (Mawapres),

e. Presentasi Pemikran Kritis Mahasiswa (PPKM),

e. Co-Operative Education,

(7)

Mahasiswa (LKMM)

b. Kegiatan Olah Raga dan POMNAS c. Kegiatan Seni dan Peksiminas d. Pramuka Mahasiswa,

e. Resimen Mahasiswa,

f. Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) g. Penerbitan Kampus,

h. Korps Sukarela Mahasiswa ,

i. Kewirausahaan dan kegiatan lain yang sejenis.

Bidang kesejahteraan mahasiswa merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan kerohanian mahasiswa. Kegiatan Ini dapat berbentuk:

a. Beasiswa,

b. Asrama Mahasiswa, c. Kantin Mahasiswa,

d. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) e. Poliklinik,

Bidang pengabdian kepada masyarakat merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan kecintaan pada tanah air dan lingkungan, kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bermartabat.Kegiatan ini dapat berbentuk:

a. Pelatihan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba dan

HIV/AIDS

b. Pengembangan Desa Binaan; c. Pelayaran Kebangsaan;

d. Dialog kemahasiswaan dan kegiatan lain yang sejenis.

Selain keempar bidang pembinaan tersebut, ada pula kegiatan penunjang program yang bertujuan untuk meningkatkan sikap dan kemampuan Dosen dalam keterlibatannya membimbing kegiatan kemahasiswaa. Kegiatan ini dapat berbentuk :

a. Pelatihan Pelatih Orientasi Pengembangan Pembimbing b. Kemahasiswaan (PP-OPPEK),

c. Pelatihan Pelatih Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (PP- LKMM).

d. Pelatihan

Pembimbing/Pendamping Penalaran Mahasiswa (PPPM) e. TOT BSS & Pelatihan SCL

demikian halnya dengan program penunjang di atas, maka perlu juga untuk dilaksanakannya program yang bertujuan untuk meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan ini dapat berbentuk:

a. Pengembangan sistem informasi kemahasiswaan,

(8)

Zukhri, Irwansyah – Pola Pembinaan Kemahasiswaan pada Jurusan …

c. Dan kegiatan lain yang sejenis

SIMPULAN

Mahasiswa adalah peserta didik yang memiliki potensi intelektual untuk mengemban tugas pokok dalam pendidikan di perguruan tinggi, guna pengembangan kemampuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dalam dimensi kehidupan masyarakat di Indonesia, mahasiswa juga sebagai moral force dan societies’ consciousness. Dalam dua perspektif tersebut, maka potensi yang dimiliki perlu dikembangkan, dan karena itu wadah bagi pengembangan non akademik, di bidang penalaran, minat, bakat dan kesejahteraan diperlukan secara konstruktif dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai

pengembangan mahasiswa seperti yang dimaksud di atas, dibutuhkan dukungan pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat dalam bentuk dukungan sistem dan perangakat peraturan, ketersediaan, dan keterlibatan staf pendamping kemahasiswaan, fasilitas pendukung kegiatan, dan pendanaan. Keterlibatan dosen dan pendamping dan perlu mendapat perhatian terutama sebagai fasilitator dan motivator. Tentu saja pengembangan bidang kemahasiswaan, tidak terlepas

dari arah dan pengembangan sebagaimana yang telah digariskan dalam pola pengembangan kemahasiswaan (POLBANG-MAWA) sebagaimana diuraikan diatas. Pola pengembangan kemahasiswaan juga mengacu pada seperangkat peraturan yang mendasarinya. Dalam bidang pembinaan kemahasiswaan, tentu sangat diperlukan adanya keseimbangan antara kegiatan akademik dengan kemahasiswaan. Kegiatan kemahasiswaan yang sedapat mungkin mendorong: a) berkembangnya kebebasan akademik, b) terciptanya suasana akademik yang mendorong proses penelitian, inovasi, kreativitas dan pemunculan ide-ide setiap individu, c) berkembangnya sistem nilai moral, tata tertib dan operasi standar lainnya yang memungkinkan terjadinya team building dan team spirit sehingga memungkinkan seseorang atau kelompok untuk produktif secara optimal

REFERENSI

Creswell, J. .2007. Qualitative Inquiry & Research Design:

Choosing Among Five Approaches, 2nd ed. California : Sage Publication. Hartono. 2015. Otonomi Pendidikan.

Jurnal Potensia vol.14

(9)

Asasi Manusia dan

Masyarakat Madani, Jakarta, ICCE Syarif Hidayatullah Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi. 2004. Higher

Education Long Term Strategy - HELTS 2003 - 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi No 26/DIKTI/Kep/2002

Kepmendikbud Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum

Organisasi Kemahasiswaaan di Perguruan Tinggi

Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

W.K. Hoy, C.J. Tarter., R.B. Kottkamp. 1991. Open

School/ Healthy School : Measuring Organizational Climate. Newburry Park, CX: Sage Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 1999

Tentang Pemerintahan Daerah.

Ardana, I Komang, Mujiati, Ni Wayan, Utama, I Wayan Mudiartha.

2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sufyarma. 2004. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, Bandung, Alfa Beta George, M.J.,Jones. 2002. Understanding and

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karena mempertahankan pandangan bahwa perubahan dalam sains terjadi secara bertahap, dan bahwa ketiga level dari model hierarkis justifikasi epistemik mempertahankan hubungan

Terdapat dua alternative penyelesaian optimasi penggunaan lahan untuk mendapatkan kombinasi pengguaan lahan yang terdiri dari lahan permukiman, pertanian lahan basah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis memilih judul proporal laporan akhir yaitu: “ Peranan Saluran Distribusi dalam Meningkatkan

Pengaruh Aromaterapi Lemon dan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Setelah Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit

Sampel penelitian ini adalah individu kelompok umur 50 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi (1) telah mengikuti latihan senam Tai Chi minimal tiga bulan bagi kelompok

Ka b.Bek asi Ka b.Karaw ang Ka b.S uba ng Ka b.Indra mayu Ka b.S um edang Ka b.Cire bon Ka b.P urw aka rt a Ka b.Majalengka Ka b.Kuningan Kota Cirebon Ka b.Ciam is Ka b.Tasikm alaya

Bagi peneliti, yang menarik untuk dikaji dari budaya Masangin ini adalah terkait dengan Simbol yang dijadikan oleh masyarakat Yogyakarta, yakni kepercayaan masyarakat