• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI TEMBAGA-64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRODUKSI TEMBAGA-64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI TEMBAGA-64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN

Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

ABSTRAK

PRODUKSI TEMBAGA-64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN. Radioisotop tembaga-64 (64Cu) merupakan pemancar positron yang memiliki beberapa kegunaan. Radioisotop ini dapat diproduksi dari 63Cu melalui aktivasi neutron. Untuk mendapatkan radioisotop dengan radioaktivitas jenis yang tinggi, radioisotop ini dapat diproduksi memanfaatkan reaksi Szilard Chalmer, yaitu memanfaatkan lepasnya 64Cu hasil iradiasi dari matrik sasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan karakteristik 64Cu yang dapat diproduksi menggunakan reaktor G.A. Siwabessy dari sasaran tembaga ftalosianin. Tembaga ftalosianin sebanyak 200 mg diiradiasi di posisi pneumatic rabbit system selama 30 menit. Hasil iradiasi diukur menggunakan gamma ionization chamber untuk mendapatkan radioaktivitas yang dihasilkan. Kemurnian radionuklida diukur menggunakan spektrometer gamma. Dari tiga kali iradiasi diperoleh 64Cu dengan radioaktivitas sebesar 5,29; 5,70 dan 5,65 mCi. Dari pengukuran menggunakan spektrometer gamma diketahui bahwa tidak ada radionuklida lain yang terdeteksi. Dari pemisahan menggunakan metode emulsi masih diperoleh yield yang rendah sebesar 2,59; 3,18 dan 5,33%.

Kata kunci: tembaga-64, produksi radioisotop, tembaga ftalosianin

ABSTRACT

PRODUCTION OF COPPER-64 USING COPPER PHTHALOCYANINE TARGET. Copper-64 is a positron emmiter radioisotope with a wide range of applications. The radioisotope can be produced by neutron activation method from 63Cu. For obtaining high specific radioactivity, Szilard Chalmer method can be applicated, using the recoiling of 64Cu from the target matrix. The objective of this study is obtaining the characteristics of 64Cu that is produced using G.A. Siwabessy reactor with copper phthalocyanine target. Copper phthalocyanine 200 mg was irradiated at pneumatic rabbit sytem of GA Siwabessy reactor for 30 minutes. The radioactivity of 64Cu was measured by gamma ionization chamber. The radionuclide purity was determined by gamma spectrometer. From 3 times of irradiation of 200 mg of copper phthalocyanine, the 64Cu as high as 5.29, 5,70 and 5,65 mCi was obtained. The results of gamma spectrometer measurement showed that any other radioisotopes were not detected. Low yield (2.59; 3.18 and 5.33%) was obtained by separation using emulsion method.

(2)

PENDAHULUAN

Tembaga-64 (64Cu) merupakan radioisotop dengan waktu paro 12,7 jam. Radioisotop ini meluruh dengan 3 jenis peluruhan, yaitu peluruhan electron

capture (EC) (45%), beta (37%) dan positron (18%). Radiasi beta dan beta positif

(positron) yang dipancarkan memiliki energi maksimum sebesar 0,578 MeV dan 0,653 MeV. Radioisotop ini memancarkan pula radiasi gamma dengan energi 1,346 MeV dengan intensitas 0,5%. Selain itu, beta positif yang dilepaskan akan segera bergabung dengan elektron dan terjadi anihilasi sehingga melepaskan radiasi elektromagnetik dengan energi 0,511 MeV. Radioisotop ini digunakan di bidang kedokteran nuklir dengan memanfaatkan karaktekristik kimiawi tembaga dan karakteristik radioisotop 64Cu [1,2].

Radioisotop 64Cu dapat diproduksi melalui reaksi (n,p) dengan sasaran 64Zn dan dapat pula melalui reaksi (n,γ) dengan sasaran 63

Cu. Dari reaksi pertama dapat diperoleh 64Cu dalam bentuk bebas pengemban, namun reaksi ini memerlukan neutron cepat dan memiliki tampang lintang reaksi yang sangat kecil (10 µb).[2] Reaksi kedua merupakan reaksi yang lebih sederhana dan dapat menggunakan tembaga alam sebagai sasaran. Namun dari reaksi kedua perlu dilihat nilai radioaktivitas jenis yang dapat diperoleh dari reaksi ini. Radioaktivitas jenis yang didapatkan sangat tergantung pada besarnya fluks neutron fasilitas iradiasi yang digunakan.

Radioisotop 64Cu dengan radioaktivitas jenis yang tinggi telah dilaporkan dapat diperoleh dengan memanfaatkan reaksi Szilard Chalmer. Reaksi ini memanfatkan terlepasnya 64Cu dari matrik sasaran sejalan dengan reaksi (n,γ). Radioisotop 64Cu yang terlepas dari matrik sasaran dipisahkan dari matrik tersebut, sehingga diperoleh 64Cu dengan radioaktivitas jenis yang tinggi karena unsur tembaga yang tidak teriradiasi tetap tertinggal di dalam matrik.

Pada produksi 64Cu memanfaatkan reaksi Szilard Chalmer, sasaran yang digunakan dalam bentuk tembaga ftalosianin. Tembaga yang terkena paparan neutron dan berubah menjadi 64Cu akan terlepas dari ftalosianin. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan karakteristik 64Cu yang terbentuk serta pengotor radionuklida yang turut dihasilkan dengan memanfaatkan fasilitas iradiasi reaktor G.A. Siwabessy. Di dalam penelitian ini akan diteliti pula pengotor pengotor radionuklida yang muncul dari ftalosianin yang tersusun dari unsur N, C dan O.

TATA KERJA

Pada penelitian ini digunakan tembaga ftalosianin (C32H16CuN8) dari Fluka

(3)

hidrogen sehingga hampir tidak dihasilkan radioisotop dari material ini akibat paparan neutron. Oleh karenanya, hasil iradiasi dapat diproses lebih lanjut segera setelah iradiasi. Namun, jika iradiasi menggunakan wadah poliethilena, waktu iradiasi maksimum yang diijinkan oleh PRSG selama 30 menit didasarkan pada ketahanan panas bahan tersebut.[3]

Setelah iradiasi, ampul kwarsa dibuka dan tembaga ftalosianin diukur menggunakan Dose Calibrator Atom Lab100 plus untuk mendapatkan radoaktivitas

64

Cu yang diperoleh. Hasil pengukuran ini dihitung balik ke saat akhir iradiasi end

of irradiation (EOI), sehingga didapatkan radioaktivitas saat tersebut. Hasil iradiasi

dicuplik dan diukur menggunakan spektrometer gamma untuk mendapatkan kemurnian radionuklida. Spektrometer gamma dikalibrasi menggunakan sumber standar berupa 133Ba, 137Cs dan 60Co.

Pada pemisahan menggunakan metode emulsi, tembaga ftalosianin hasil iradiasi dimasukkan ke dalam larutan HCl 4N dan diaduk selama 30 menit untuk memisahkan 64Cu yang terbentuk dari matrik ftalosianin.[4] Emulsi disaring dan larutan yang diperoleh diukur radioaktivitasnya. Radioaktivitas dihitung balik ke saat sebelum pelarutan untuk mendapatkan yield 64Cu yang berhasil dipisahkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tembaga ftalosianin sebanyak 200 mg telah diiradiasi di posisi pneumatic rabbit system selama 30 menit. Hasil iradiasi seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Radioaktivitas adalah radioaktivtas setelah dihitung balik saat EOI.

Tabel 1. Radioaktivitas 64Cu yang dihasilkan Iradiasi Radioaktivitas saat EOI

(mCi)

Radioaktivitas jenis (mCi/mg)

I 5,29 0,241 II 5,70 0,259 III 5,65 0,257

Dari tiga kali iradiasi diperoleh 64Cu dengan radioaktivitas 5,29; 5,70 dan 5,65mCi saat EOI. Kandungan Cu di dalam tembaga ftalosianin sebesar 11,02% dari total berat. Oleh karenanya, jika dihitung besarnya radioaktivitas jenis tiap satuan berat Cu diperoleh nilai sebesar 0,241; 0,259 dan 0,257 mCi/mg.

(4)

menghasilkan gelombang elektromagetik dengan energi 511 keV. Sedangkan radiasi gamma dengan energi 1346 keV merupakan radiasi gamma yang dihasilkan dari inti 64Cu saat meluruh menjadi 64Ni melalui electron capture (EC). Intensitas radiasi gamma ini sangat kecil (0,4%) karena hanya sebagian kecil dari 64Cu yang meluruh melalui EC. Selain kedua puncak ini tidak ditemukan puncak lain pada hasil pengukuran spektrometer gamma. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada radioisotop pemancar gamma lain yang dihasilkan di dalam hasil iradiasi.

0 1000 2000 3000

200 400 600 800 1000 1200 1400

energi (keV)

jumlah cacahan

511 keV

(Cu-64

)

1346 keV

(Cu-64

)

Gambar 1. Hasil pengukuran tembaga ftalosianin yang telah diiradiasi menggunakan spektrometer gamma

(5)

Tabel 2. Kelimpahan isotop dalam tembaga alam dan radioisotop yang dihasilkan dari reaksi penangkapan neutron serta waktu paro dan tampang lintang reaksinya.

isotop kelimpahan

Selain unsur tembaga, di dalam ftalosianin terkandung unsur hidrogen, karbon dan oksigen. Kandungan jenis isotop ketiga unsur tersebut di alam ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan isotop alam pada unsur hidrogen, karbon dan nitrogen.

Unsur Isotop Kelimpahan

(%)

radioisotop Waktu paro Tampang lintang

Hidrogen di alam terdiri dari 2 isotop, yaitu 1H dan 2H. Hasil iradiasi menggunakan neutron termal dapat menghasilkan radioisotop 3H dari 2H. Namun, tampang lintang reaksi ini hanya 0,0005 barn. Selain itu, waktu paro sangat panjang (12,3 tahun) sehingga dari iradiasi 30 menit, 3H yang terbentuk dapat diabaikan.

Unsur karbon di alam terdiri dari 2 isotop, yaitu 12C dan 13C dengan kelimpahan masing masing sebesar 98,90 dan 1,10%. Dari isotop 13C dapat terbentuk 14C melalui aktivasi neutron. Namun, karena waktu paro yang panjang (5730 tahun) dan tampang lintang reaksi yang kecil (0,00002 barn), radioaktivitas yang terbentuk dapat diabaikan. Unsur oksigen di alam terdiri dari 3 isotop, yaitu

16

(6)

radioisotop ini sangat pendek (27 detik) sehingga beberapa menit setelah iradiasi, radioaktivitas segera berkurang dan dapat diabaikan.

Beberapa peneliti melaporkan telah berhasil memisahkan 64Cu dari matrik ftalosianin. Salah satunya adalah pemisahan menggunakan metode emulsi.[5] Tembaga ftalosianin yang telah diiradiasi dimasukkan ke dalam larutan HCl 1N dan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya emulsi disaring dan peroleh larutan jernih 64CuCl2. Hasil pemisahan dari penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil pemisahan menggunakan metode emulsi

Pemisahan

Radioaktivitas sebelum pemisahan

(µCi)

Radioaktivitas hasil pemisahan

(µCi) Yield (%)

I 518 13,4 2,59

II 478 15,2 3,18

III 1550 82,6 5,33

Dari tabel 3 diketahui bahwa dengan metode ini hanya dapat dihasillkan yield

sebesar 2,59; 3,18 dan 5,33%. Sebagian besar 64Cu yang dihasilkan dari iradiasi masih tertinggal di dalam matrik tembaga ftalosianin. Oleh karenanya perlu diteliti lebih lanjut metode pemisahan 64Cu dari matrik ftalosianin agar diperoleh yield

yang lebih tinggi.

KESIMPULAN

Dari produksi 64Cu menggunakan sasaran tembaga ftalosianin diperoleh hasil sebagai berikut:

• Dari tiga kali iradiasi dengan sasaran sebanyak 200 mg selama 30 menit diperoleh 64Cu dengan radioaktivitas sebesar 5,29; 5,70 dan 5,65 mCi.

• Dari pengukuran menggunakan spektrometer gamma diketahui bahwa tidak ada radionuklida lain yang terdeteksi.

• Dari pemisahan menggunakan metode emulsi diperoleh yield yang masih rendah sebesar 2,59; 3,18 dan 5,33%.

DAFTAR PUSTAKA

1. N. SAITOH DKK, Handbook of Radioisotope, Maruzen (1996).

2. JAPAN RADIOISOTOPE ASSOCIATION, Note Book of Radioisotope, Maruzen (1990).

3. SARWANI, Komunikasi Pribadi (2002).

(7)

5. THE CHEMICAL SOCIETY OF JAPAN, Jikken kagaku kouza, Maruzen (1992).

Gambar

Tabel 1. Radioaktivitas 64Cu yang dihasilkan
Gambar 1.  Hasil pengukuran tembaga ftalosianin yang telah diiradiasi menggunakan spektrometer gamma
Tabel 2. Kelimpahan isotop dalam tembaga alam dan radioisotop yang dihasilkan dari reaksi penangkapan neutron serta waktu paro dan tampang lintang reaksinya
Tabel 4. Hasil pemisahan menggunakan metode emulsi

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan mengenai kendala atau faktor penghambat di atas merupakan hal menjelang pelaksanaan penentuan pembagian, namun jika penentuan pembagian telah

Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan beberapa jenis bahan perekat yang berpotensi dalam pembuatan pupuk organik granul seperti tepung tapioka,

Kulit pisang dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam pembuatan bioetanol sebagai salah satu bahan baku fuelcell sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui.Proses

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama pengepul dengan perusahaan bulu mata palsu serta upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga

Untuk mengetahui bauran promosi yang meliputi periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, pemasaran langsung, dan publisitas secara simultan berpengaruh signifikan

Christensen, Johnson ve Turner (2015:214) deneysel desenlerde ideal olanın olasılıklı örneklem seçimi olduğunu, ancak bu tür çalışmalarda bulguların evrene

Siput yang terinfeksi biasanya mem- punyai tingkat pertumbuhan dan tingkat kematian yang Pada umumnya cacing trematoda memerlukan lebih cepat dibandingkan dengan siput yang tidak

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi