ABSTRACT
INFLUENCE OF CONFIDENCE TO THE HEAD OF THE VILLAGE OF POLITICAL PARTICIPATION
(Study on the people of Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)
By
ADE WARDIDIN
Governancy in the level of village now a days still faces some obstacles, one of
these obstacles is the village leadership that is not suitable with the people
aspiration, The other problem is the lack of trust the influences the political
partisipation The phenomenon also occurred in the village of Sukajaya
Lempasing. The aim of this research is to know if there is a significant influence
from the level of trust to the head of village in Desa Sukajaya Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
This type of research used in this research is quantitative research. The number of
population in this research is the people of Sukajaya Lempasing at about 7254
people. The research picks up 99 people. Samples with simple random sampling
method. Data analysis used in this research is rank spearman correlation.
The results of this research show that there is a significant influence from the level
of trust to the political partisipation in the people of Sukajaya Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Lower level of trust to the
head village and lower political participation are lower then democracy will be a
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK
(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)
Oleh
ADE WARDIDIN
Penyelenggaraan pemerintahan desa sampai saat ini masih dihadapkan pada
berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa yang tidak
sesuai dengan aspirasi masyarakat, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat
berpengaruh pada partisipasi politik fenomena tersebut juga terjadi di Desa
Sukajaya Lempasing. Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik
pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sukajaya Lempasing,
sebanyak 7.254 jiwa. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signfikan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa
Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Semakin
rendah tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan partisipasi politik
juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif (tidak aktif).
PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK
(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)
(Skripsi)
Oleh
ADE WARDIDIN 0546021054
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK
(Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)
Oleh
ADE WARDIDIN 0546021054
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
i
1. Hubungan trust dengan Partisipasi Politik ... 19
B. Trust dan Demokrasi Parsitipatif ... 22
1. Demokrasi Parsitipatif ... 22
2. Hubungan Trust dengan demokrasi ... 24
C. Demokrasi dan Partisipasi ... 25
1. Hubungan Demokrasi dengan Partisipasi ... 25
D. Pemerintahan Desa ... 26
D. Rancangan Penelitian ... 40
IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa ... 46
B. Kondisi Pemerintah Desa ... 51
C. Uraian Tugas dan Fungsi Perangkat Desa ... 53
D. Karakteristik Budaya Masyarakat Desa ... 58
E. Kesimpulan ... 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 60
A. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 60
B. Analisis Hasil Penelitian ... 63
C. Analisis Per Indikator Tingkat Kepercayan ... 70
D. Analisis Per Indikator Partisipasi Politik ... 83
E. Kesimpulan ... 95
2. Pembahasan ... 95
A. Terkikisnya Modal Sosial dilevel desa ... 96
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau
memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu
keadaan psikologis dimana pada saat seseorang menganggap sesuatu dengan
benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan muncul,
keyakinan dan kepercayaan sangat erat kaitannya satu sama lain dalam hidup,
contohnya adalah pada saat kesulitan menghampiri kita maka sangat
diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami
dapat kita lewati. Keyakinan dan kepercayaan sangat vital dalam hidup, jadi
tidak ada salahnya digunakan keyakinan dengan penuh percaya,
mudah-mudahan bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Lubis (1994: 81) Trust atau Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi
mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika
seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan
berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada
Kehidupan politik dapat berjalan teratur dan tertib bila dibarengi trust. Ketertiban di sini bukan sesuatu yang dipaksakan, tapi berjalan natural.
Dalam perkembangan trust yang membuat trust menurun drastis. Jika kepercayaan masyarakat juga menurun, hal ini tidak berarti bahwa yang salah
adalah mereka yang tidak punya trust. Trust harus dibangun di tingkat masyarakat (Effendi, 2013: 2).
Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan
menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah
yang digunakan warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam menentukan isi
politik. Perilaku-perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup
semua kegiatan sukarela, dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan
pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak
langsung dalam pembentukan kebijakan umum (Mujani, 2002:125).
Partisipasi politik itu merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.
Dinegara-negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan
dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat.
Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah.
Partisipasi bermakna sebagai keikutsertaan masyarakat dalam setiap aktivitas
pemerintahan, sebagai bentuk kepedulian rakyat terhadap pemerintah yang
telah diberikan kepercayaan oleh rakyat (Budiarjo, 1996: 68).
Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan yang
3
adalah partisipasi. Bentuk partisipasi politik yang sangat penting dilakukan
oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. Secara
umum partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan publik. Anggota masyarakat yang berpartisipasi
dalam proses politik, misalnya dalam pemilihan umum, melakukan
tindakannya didorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan
mereka akan tersalurkan atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa
mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang
berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat (Sastroatmodjo,
1995:3).
Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui
kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu
dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan. Dari
pengertian mengenai partisipasi politik diatas maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau
kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan
yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi
aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan
Partisipasi pada dasarnya merupakan kegiatan warga negara dalam rangka ikut
serta menentukan berbagai macam kepentingan hidupnya dalam ruang lingkup
dan konteks masyarakat atau negara itu sendiri. Hal ini didasari oleh
keyakinan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui
kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan kolektif. Anggota
masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik terdorong oleh keyakinan
bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka akan tersalur atau
sekurangnya diperhatikan dan sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan
yang berwenang yang diwujudkan dalan sebuah keputusan. Masyarakat
percaya bahwa kegiatan yang mereka lakukan mempunyai efek (political efficacy). Partisipasi politik merupakan aspek yang sangat penting dan merupakan ciri khas adanya modernisasi politik (Sastroatmodjo, 1995 : 67).
Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh negara, tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Undang-Undang” dan diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin
hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak berpendapat, hak
berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan
pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan lain-lain. Esensi kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi tatalaku orang lain baik sebagai bawahan,
rekan kerja atau atasan, adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh
ajakan, anjuran, bujukan atau sugesti atau dalam bentuk lainnya dan adanya
5
Selama ini, dalam praktik berdemokrasi di Indonesia umumnya, pemahaman
tentang demokrasi masih berkisar pada level prosedural. Hal ini tidak terlepas
dari kuatnya hegemoni tradisi demokrasi liberal, baik dalam ranah
konseptual-akademik maupun ranah praktis dengan didukung oleh klaim universal dan
pengaruhnya bersifat global. Proses demokratisasi di Indonesia sejak
runtuhnya kekuasaan represif Orde Baru 1998 bisa dikatakan berlangsung
cukup dramatis sehingga ada yang menganggap Indonesia sebagai negara
demokrasi ketiga terbesar (third largest democracy in the world) setelah India dan Amerika. Hal ini ditandai dengan tumbuh suburnya sejumlah partai politik
baru, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, dan desentralisasi
kekuasaan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa sebagai hasil revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Ledakan demokrasi pada pertengahan 1998 ini belum mampu meningkatkan
partisipasi politik masyarakat di tingkat lokal secara signifikan. Hal ini
disebabkan pemerintahan sentralistik-militeristik dan kebijakan massa
mengambang yang diterapkan Orde Baru selama tiga puluh dua tahun ternyata
benar-benar telah melumpuhkan wacana demokrasi dalam kehidupan
masyarakat hingga menyingkirkan praktik-praktik seleksi kepemimpinan
secara fair yang berdasarkan kompetensi, kapabilitas, dan integritas individu.
Bersamaan dengan itu pendidikan kewarganegaraan (civic education) selama masa transisi demokrasi ini belum mampu meningkatkan partisipasi politik
penghambat upaya pembangunan kekuatan civil society sebagai pilar demokrasi (Dewi, 2006: 24)
Sistem demokrasi yang dijalankan di desa secara baik dapat mendorong
pelayanan publik yang lebih baik, transparan, tidak dipersulit, akuntabel dan
lain sebagainya yang dapat menguntungkan masyarakat, karena adanya
kontrol secara efektif dari masyarakat terhadap pemerintah desa. Untuk
membangun demokrasi di desa, maka penyelenggaraan pemerintahan desa
harus disertai pola-pola kepemimpinan yang baik pula. Pola kepemimpinan
yang baik adalah pola kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat secara umum bukan pada kepentingan pribadi maupun golongan.
Secara teoritis partisipasi dapat dipengaruhi oleh kepercayaan, tingkat
kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya dengan indikator: legitimasi yang
meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat Desa Sukajaya Lempasing,
tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang menimbulkan
kerugian pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing serta kualitas layanan,
mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik pada
masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.
Terkait penyelenggaraan pemerintahan desa secara praktis masih dihadapkan
pada berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa
yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, fenomena umum tersebut juga
terjadi di Desa Sukajaya Lempasing. Selain itu dalam penunjukkan jabatan
7
kekerabatan dengan kepala desa, sehingga hal tersebut menyebabkan
masyarakat menganggap bahwa partisipasi mereka untuk kepentingan desa
tidak akan berguna. Akibat dari permasalahan yang muncul tersebut
menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat desa terhadap kepala desa
menurun dan hal inilah yang menjadi persoalan tersendiri pada masyarakat
Desa Sukajaya Lempasing enggan untuk berpartisipasi dalam kelembagaan
desa yang ada (Hasil prariset peneliti melalui wawancara, 2013).
Hasil penelitian Rosnia Gosango (2010) tentang Partisipasi Masyarakat Dalam
Pemilihan Kepala Desa di Desa Mamuya Kecamatan Galela Kabupaten
Halamahera Utara tahun 2010 , dimana hasil penelitian diperoleh data bahwa
pada saat Pemilihan kepala desa Mamuya tahun 2010, partisipasi politik
masyarakat terlihat sangat rendah. Secara umum rendahnya partisipasi
masyarakat tersebut dipengaruhi oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap
kinerja Kepala desa, hal ini disebabkan oleh sikap dan perilakunya yang sering
tidak sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga masyarakat menganggap
bahwa pemerintah desa tidak membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan
mereka. Tidak adanya figur pemimpin yang sesuai dengan kehendak
masyarakat, ditambah dengan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh
calon-calon kepala desa membuat masyarakat desa Mamuya tidak mengenal
dengan baik calon-calon kepala desa yang akan mereka pilih.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Desa Terhadap Partisipasi Politik (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada
kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan masyarakat kepada
kepala desa terhadap partisipasi politik pada masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Dengan
mengetahui hal ini diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala
desa akan lebih meningkat dan partisipasi politik masyarakat akan lebih baik
dimasa mendatang.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil peneliti mengharapkan dari penelitian tersebut dapat
memberikan pengetahuan dan berguna dalam pengembangan bidang
9
terhadap perkembangan konsep ilmu, khususnya bidang kepemimpinan,
partisipasi politik dan tingkat kepercayaan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian skripsi sebelumnya,
dimana belum ada yang meneliti tingkat kepercayaan terhadap partisipasi
politik di level lokal (desa), Nasib demokrasi di level lokal sejauh ini
bergantung pada partisipasi politik dari masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi
masukan bagi Kabupaten Pesawaran khususnya Kepala Desa Sukajaya
Lempasing berkaitan dengan Tingkat Kepercayaan kepada Kepala Desa
Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Desa dengan memberikan
semangat dengan cara lebih mendekatkan diri dengan masyarakat untuk
dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan
desa Sukajaya Lempasing,
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Semakin Tinggi Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan
Partisipasi politik juga tinggi maka kegiatan demokrasi akan aktif
2. Semakin Rendah Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan
Partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif (tidak
F. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka diketahui bahwa
penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh tingkat
kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik (studi
pada masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran), maka dibutuhkan adanya tinjauan pustaka yang akan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab sebelumnya telah membahas latar belakang masalah tentang tingkat
kepercayaan terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Sukajaya Lempasing
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, pada bab ini peneliti akan
mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka dalam beberapa teori seperti:
Putnam tentang Trust (Kepercayaan), Conway tentang partisipasi politik dan Held tentang Demokrasi. Bab ini akan diawali dengan teori Trust dan Partisipasi, Hubungan Trust dan Demokrasi, Hubungan Partisipasi Dan Demokrasi, selanjutnya tentang Pemerintahan Desa.
A. Trust dan Partisipasi Politik
Tokoh yang paling sering disebut memperkenalkan konsep modal sosial
adalah Robert Putnam. Putnam menjabarkan modal sosial sebagai
seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang
mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap
produktivitas suatu masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial
meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan (trust) (Putnam 1993: 7).
Penekanan modal sosial adalah membangun jaringan dan adanya
pemahaman norma bersama. Namun perlu disadari pemahaman norma
ada yang tidak.Konsep modal sosial (social capital) diperkenalkan Putnam (1993: 8) sewaktu meneliti Italia pada 1985. Masyarakatnya, terutama di
Italia Utara, memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi karena tiap
indvidu punya minat besar untuk terlibat dalam masalah publik. Hubungan
antarmasyarakat lebih bersifat horizontal karena semua masyarakat
mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Menurut Putnam (1993: 8), modal sosial adalah kemampuan warga untuk
mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown
(2002: 17) mengatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan
yang melancarkan interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan
bersama masyarakat dapat diselenggarakan dengan mudah.
Modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial (jaringan, norma dan
kepercayaan) yang medorong partisipan bertindak bersama secara efektif
untuk mencapai tujuan bersama. Penjelasan dari ketiga konsep modal
sosial mengenai jaringan, norma dan kepercayaan:
a. Konsep Jaringan
Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di
dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi
bagian dari jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya.
Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan
sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, tetapi
disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya
13
b. Konsep Norma
Pengertian norma yaitu memeberikan pedoman bagi seseorang untuk
bertingkah laku dalam masyarakat. Kekuatan mengikat norma-norma
tersebut sering dikenal dengan empat pengertian antara lain ialah cara
(usage),kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) (Soekanto, 2010: 174).
c. Konsep Kepercayaan
Uslaner dalam Handbook of Social Capitalmembedakan kepercayaan menjadi dua, yaitu kepercayaan moralistik dan kepercayaan strategis.
Kepercayaan moralistik adalah pernyataan tentang bagaimana orang
harus bersikap. Sementara itu kepercayaan strategis mencerminkan
harapan kita tentang bagaimana orang akan berperilaku (Castiglone,
2007: 103).
Sikap saling percaya antar sesama warga ( interpersonal trust) merupakan modal sosial yang sangat penting (Putnam, 1993:170). menyatakan bahwa
ketidakpercayaan warga terhadap otoritas atau pemerintahan merupakan
hal yang sangat krusial dalam demokrasi, guna memberi tekanan kepada
pemerintahan tersebut, dan agar demokrasi berjalan dengan baik.
Ketidakpercayaan terhadap otoritas bahkan lebih krusial lagi dalam proses
transformasi politik dari otoritarianisme menuju demokrasi (Inglehart
Ketidakpercayaan terhadap pemerintahan juga menjadi karakteristik dari
warga negara yang kritis dalam konsolidasi demokrasi, yang tidak
melemahkan demokrasi itu sendiri. Namun demikian, ketika demokrasi
telah mulai berjalan, diperlukan dukungan dari warga dan dukungan ini
akan lebih berarti jika warga negara dapat mencari penyelesaian atas
problem yang terkait dengtan aksi kolektif. Dalam hal ini, sikap saling
percaya antar sesama warga mendukung pemecahan atas problem tersebut.
Dengan kata lain, demokrasi menuntut adanya aksi dan koordinasi kolektif
yang didukung oleh sikap saling percaya antar sesama warga ( Warren
1999, dalam Mujani, 2007:118)
Trust atau kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang laindimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan
lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih
dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Lubis, 1994:81).
Menurut Ba dan Pavlou (2002:243) mendefinisikan kepercayaan sebagai
penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan
transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang
penuh ketidakpastian.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwakepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang
15
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana pada saat seseorang
menganggap sesuatu dengan benar. Jika kita yakin dalam satu hal maka
kepercayaan akan muncul, keyakinan dan kepercayaan sangat erat
kaitannya satu sama lain dalam hidup, contohnya adalah pada saat
kesulitan menghampiri kita maka sangat diperlukan sikap keyakinan dan
kepercayaan agar kesulitan yang kita alami dapat kita lewati. Keyakinan
dan kepercayaan sangat vital dalam hidup, jadi tidak ada salahnya
digunakan keyakinan dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa
membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
Pengukuran tingkat kepercayaan merupakan bagian dari psikometri.
Psikometri merupakan cara yang lebih berkualitas dalam mengukur
tingkat kepercayaan. Responden diberikan beberapa item pernyataan,
kemudian meminta tanggapan responden dengan skala sikap yang salah
satunya adalah skala Likert (Azwar,2007: 58). Cara lain adalah dengan
memberikan responden pertanyaan dan menafsirkan kedalam skala-Likert
dari jawaban yang diberikan responden. Setiap skala diberikan nilai,
biasanya nilai paling tinggi pada poin „setuju’dan nilai lebih rendah pada
poin yang „tidaksetuju’. Total nilai yang lebih tinggi akan menggambarkan
tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Kategori tingkat kepercayaan
dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang dan rendah
(Arikunto, 2000: 77).
Berdasarkan uraian di atas, maka tingkat kepercayaan merupakan tingkat
pada seseorang yang ditujunya dan merupakan aspek penting dalam
memberikan suatu kepercayaan pada seseorang.
Partisipasi politik dipercaya sebagai alat untuk memperoleh kebijakan
yang diharapkan (Conway 2000,dalam Mujani, 2007:254) Kaase dan
Marsh berpendapat bahwa partisipasti politik terkait dengan unsur-unsur
pemerintahan demokrasi lainnya seperti rasionalitas, kontrol, responsif
(kecepatan memberi respon), fleksibilitas, legitimiasi dan resolusi konflik.
Verbe dan Nie (dalam Mujani 2007:38) mendefinisikan partisipasi politik
sebagai kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat biasa secara sukarela
untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Partisipasi politik itu
merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi
sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.
Dinegara-negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan
baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Modernisasi
politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah. Partisipasi
bermakna sebagai keikutsertaan masyarakat dalam setiap aktivitas
pemerintahan, sebagai bentuk kepedulian rakyat terhadap pemerintah yang
telah diberikan kepercayaan oleh rakyat.
Partisipasi politik pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan
warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan
tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan
17
Menurut Budiarjo, partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Sastroatmodjo,
1995:68).
Menurut Hutington dan Nelson, bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk
mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa
bersifat individual dan kolektif, terorganisir dan spontan, mantap atau
sporadis, secara damai atau dengan kekerasan. Legal atau ilegal, efektif
atau tidak efektif (Budiarjo, 1998:3).
Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui
kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara
itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan.
Dari pengertian mengenai partisipasi politik diatas maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan
individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang
berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan
untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka
Namun konsep yang luas mengenai partisipasi kadang menempatkan
partisipasi sebagai sebuah kata yang tidak memiliki arti yang jelas bagi
setiap orang. Bentuk partisipasi politik seorang tampak dalam
aktivitas-aktivitas politiknya. Bentuk patisipasi politik yang paling umum dikenal
adalah pemungutan suara (voting) entah untuk memilih calon wakil rakyat atau untuk memilih kepala negara (Maran, 2001:148).
Partisipasi politik masyarakat dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu :
aktifnya masyarakat dalam kegiatan pemilihan kepala desa, dialog yang
dilakukan secara rutin dalam kegiatan di desa, masyarakat mau untuk
menyampaikan aspirasinya kepada pemerintahan desa, masyarakat peduli
pada kegiatan desa, masyarakat sukarela memberikan dukungan, dalam
pelaksanaan kegiatan tidak unsur paksaan, kesadaran akan pentingnya
partisipasi masyarakat, dilaksanakannya hak dan kewajiban masaryakat
dalam politik, masyarakat dalam pengembangan diri dalam partisipasi
politik, masyarakat mencari informasi baru tentang kondisi politik,
masyarakat berkomitmen dalam memajukan proses politik, masyarakat
peduli dengan kondisi desa, masyarakat sadar akan perannya di desa,
masyarakat sadar akan pentingnya suara mereka dalam proses demokrasi
19
Tabel 1. Indikator partisipasi politik
Unsur
Partisipasi Politik
Item
a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa
b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa
c. Menyampaikan aspirasi
d. Peduli pada kegiatan desa
e. Sukarela memberikan dukungan
f. Tidak ada paksaan pada masyarakat
g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat
h. Hak dan kewajiban dalam politik
i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik
j. Informasi baru kondisi politik
k. Komitmen memajukan proses politik
l. Peduli dengan kondisi desa
m. Sadar akan peran di desa
n. Sadar akan pentingnya suara
o. Semangat dalam kegiatan desa
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi
sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik yang
ditunjukkan dengan pengambil bagian pada kegiatan politik.
1. Hubungan Trust dengan Partisipasi Politik
Tingkat kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang meliputi: legitimasi (legitimacy), tanggung gugat (accountability), dan kualitas layanan (public service quality. Partisipasi dan transparansi akan menjadi perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
pada pemerintah (Lubis, 1994: 181-190).
Legitimasi sendiri dipahami sebagai pengakuan dan dukungan dari rakyat.
Akuntabilitas menjadi indikator kemampuan pemerintahan memperoleh
perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada
pemerintah. Ketidakpercayaan menimbulkan antipati terhadap
kepemimpinan dalam pemerintahan dan berakibat tidak adanya kepatuhan
masyarakat untuk menjalankan peraturan yang telah diputuskan
pemerintah (Lubis, 1994: 181-190).
Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih
keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia
percaya dari pada yang kurang dipercayai, dengan indikator:
1. Legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat,
seperti masyarakat mempercayakan kepemimpinan kepada kepala desa
dan Kepala desa dianggap mampu mewakili kepentingan kepala desa.
2. Tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang
meimbulkan kerugian, dengan indikator masyarakat percaya kepala
desa mampu bertanggung jawab pada kerja yang dilakukan,
Masyarakat percaya kepala desa tidak akan melakukan penyelewangan
kekuasaannya sebagai kepala desa.
3. Kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara
pelayanan publik seperti masyarakat percaya bahwa kepala desa dapat
menampung aspirasi masyarakat desa.
Secara teoritis partisipasi dapat dipengaruhi oleh kepercayaan atau trust, tingkat kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
21
konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan
lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih
dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai, dengan indikator:
legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat Desa
Sukajaya Lempasing, tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada
hal-hal yang meimbulkan kerugian pada masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing serta kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik pada masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing.
Hilangnya kepercayaan terhadap suatu otoritas pemerintahan akan
berakibat rusaknya tatanan hukum dan aturan yang menjadi prasyarat bagi
suatu kedaulatan negara. Kepemimpinan yang stabil hanya dapat terjadi
pada masyarakat yang memiliki disiplin dan patuh pada aturan yang telah
disepakati. Krisis yang terjadi saat ini sering disebut sebagai krisis
kepercayaan terhadap pemegang kekuasaan yang berakibat lunturnya
kedaulatan pemerintah untuk mengharuskan anggota masyarakat
mematuhi hukum dan aturan. Sehingga hampir setiap keputusan atau
kebijakan pemerintah selalu mendapat tantangan dalam proses
penerapannya di masyarakat (Lubis, 1994:181-190) .
Berbicara partisipasi politik dari sisi model Menurut Ramlan Surbakti
(1992:144) Partisipasi politik apabila didasarkan pada faktor kepercayaan
kepada pemerintah (sistem politik), dapat dilihat dalam tabel sebagai
Tabel 2. Faktor kepercayaan dan partisipasi politik
Tingkat Kepercayaan
Rendah
Tingkat kepercayaan Tinggi
Partisipasi Politik
Rendah Cenderung Pasif (Apatis) Tidak Aktif Partisipasi Politik
Tinggi Cenderung Militan-Radikal Aktif
dibedakan menjadi empat model.:
a. Apabila seseorang memiliki kepercayaan pada pemerintahyang tinggi,
partisipasi politik cenderung aktif.
b. Apabila kepercayaan kepada pemerintah rendah, partisipasi politik
cenderung pasif tertekan (apatis).
c. Apabila kepercayaan terhadap pemerintah rendah tetapikesadaran
politik tinggi, partisipasi politik cenderung militan-radikal.
d. Apabila kepercayaan terhadap pemirintah sangat tinggi tetapi
kesadaran politik sangat rendah maka partisipasi politik cenderung
tidak aktif (pasif).
B. Trust dan Demokrasi Partisipatif
1. Demokrasi Partisipatif
Semua orang tahu bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Tetapi, penjabaran dan pemaknaan pemerintahan
rakyat itu masih sangat problematik. Demokrasi partisipatif adalah proses
menekankan partisipasi luas dari konstituen dalam arah dan pengoperasian
sistem politik. demokrasi perwakilan tradisional cenderung membatasi
23
sebenarnya kepada para politisi. Held (1987: 58) memunculkan
model-model demokrasi yang sangat variatif. Model-model-model ini mengaitkan antara
penentuan pemimpin masyarakat (pemimpin politik) dengan tipe
pembuatan keputusan. Keterkaitan antara dua variabel tersebut
memunculkan empat model demokrasi, yakni: demokrasi delegatif,
demokrasi representatif, demokrasi deliberatif, dan demokrasi
partisipatoris.
Demokrasi perwalian (delegatif) ditandai oleh mekanisme pemilihan
melalui musyawarah dan pembuatan keputusan melalui sistem perwakilan.
Demokrasi perwakilan ditandai dengan penentuan pemimpin melalui
pemilihan secara langsung dan pembuatan keputusan dengan sistem
perwakilan. Demokrasi deliberatif ditandai dengan penentuan pemimpin
dengan musyawarah dan pembuatan keputusan secara langsung
(partisipatif). Demokrasi langsung (partisipatoris) berarti penentuan
pemimpin dilakukan melalui pemilihan secara langsung dan pembuatan
keputusan secara partisipatif yang melibatkan sebanyak mungkin warga
masyarakat.
Selama ini, dalam praktik berdemokrasi di Indonesia umumnya,
pemahaman tentang demokrasi masih berkisar pada level prosedural. Hal
ini tidak terlepas dari kuatnya hegemoni tradisi demokrasi liberal, baik
dalam ranah konseptual-akademik maupun ranah praktis dengan didukung
oleh klaim universal dan pengaruhnya bersifat global. Para pendukung
Schumpeter, bahwa demokrasi mencakup tiga hal pokok: kompetisi,
partisipasi, dan liberalisasi (jaminan hak sipil dan politik antar warga
negara). Secara prosedural, demokrasi yang mencakup tiga indikator itu
dilembagakan melalui arena pemilihan umum dan dua lembaga politik
utama, yakni parlemen dan partai politik. Inilah yang mendasari lahirnya
model demokrasi perwakilan (refresentatif). Pemilihan umum (dan juga
pilkada langsung) merupakan arena kompetisi untuk menentukan para
pemimpin atau wakil rakyat melalui partai politik yang menjadi wadah
artikulasi, agregasi dan partisipasi rakyat (Mariana dan Paskrina. 2008:
54).
2. Hubungan Trust dengan demokrasi
Menurut Effendi(2013: 41) urgensi trust dalam mendukung demokrasi Sangat penting. Tanpa trust, demokrasi tidak mungkin bisa diterapkan secara substansial. berbicara ihwal demokrasi dari sudut prosedur-prosedur
untuk menempatkan seseorang guna menduduki pelbagai jabatan publik.
Tapi tanpa trust, tanpa adanya habit untuk mempercayai seseorang, sistem, struktur, atau infrastruktur yang tersedia, bangunan demokrasi itu akan
sangat rapuh.
Syadzily (2002: 51) mengungkapkan memang tidak mudah untuk
membangun saling percaya (interpersonaltrust) di antara warga. Karena berbicara tentang budaya berarti menyangkut dengan mentalitas yang
terkait dengan sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat
25
aspek bagaimana budaya tersebut diterima dan ditrasmisikan ke dalam
struktur berpikir masyarakat dan itu sangat bersifat askriptif, yakni suatu
proses pembelajaran yang didapat sesorang melalui yang 'dipaksa'. Dan ini
terkait dengan aspek pendidikan, baik formal maupun informal.
Konsolidasi demokrasi tak hanya bisa dibangun dengan sejumlah
perangkat prosedur dan mekanisme pengelolaan kekuasan, seperti sistem
hubungan eksekutif-legislatif-yudikatif, sistem pemilihan umum, partai
politik dan lain-lain. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi
sejauhmana sebuah negara dapat mengkonsolidasikan demokrasi tersebut.
C. Demokrasi dan Partisipasi
1. Hubungan Demokrasi dengan Partisipasi
Budiardjo (1996:185) menyatakan dalam negara-negara demokratis
umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik.
Dalam alam pemikiran ini tingginya tingkat partisipasi menunjukkan
bahwa warga Negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin
melibatkan diri dalam kegiatan itu. Sebagai pelaksanaan nilai demokrasi,
partisipasi masyarakat dalam politik memiliki peran penting. Karena
dalam Negara demokrasi semua bersumber pada rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
Salah satu implementasi nilai demokrasi adalah partisipasi masyarakat
dalam politik, Budiardjo (2009:367) menyatakan partisipasi politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif
Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Bentuk dari pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam politik antara lain adalah partisipasi dalam pemilihan
umum dan partisipasi untuk memprotes pemerintahan.
Pada negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui
kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara
itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan.
Partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai
warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan
dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.
D. Pemerintahan Desa
1. Pengertian Desa
Mendiskusikan kembali masalah desa sebagai unit pemerintahan
mengantarkan pada pemahaman klasik tentang desa, sebagaimana
anggapan para sosiolog yang menganggap desa sebagai daerah pedesaan
(rural) maupun sebagai lingkungan masyarakat. Para ahli sejarah memandang desa sebagai sumber ketahanan desa dalam mempertahankan
27
karakteristik seperti kegotongroyongan, musyawarah, mufakat dan
kekeluargaan sehingga menimbulkan berbagai semboyan.
Menurut Mutty (dalam Labolo, 2006:133) desa sebagai suatu lembaga
pemerintahan dengan hak otonomi yang dimilikinya telah mendapatkan
pengakuan sebelum dilaksanakan pemerintahan dengan asas desentralisasi. Desa menurut Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”
menyatakan bahwa: “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”(Widjaja, 2003: 3).
Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Desa mengartikan Desa sebagai berikut: “Desa atau yang disebut nama
lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menggambarkan
itikad negara untuk mengotomikan desa, dengan berbagai kemandirian
pemerintahan desa seperti pemilihan umum calon pemimpin desa,
anggaran desa, semacam DPRD desa, dan kemandirian pembuatan
menjadi provinsi, kabupaten atau kota, dan desa. Reformasi telah
mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan dusun diramalkan akan
mendorong proses reformasi berbasis otonomi daerah bersifat hakiki.
Pengertian Desa menurut Widjaja (2003: 3)dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa di atas sangat jelas sekali bahwa Desa
merupakan self community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengurus
dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan
sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli
sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap
penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang
kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.
2. Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang pemerintahan desa
mengatur desa atau sebutan lain, desa adat atau sebutan lain, serta secara
ringan mengatur dusun. Undang-Undang 6 Tahun 2014 mengatur materi
mengenai Pemilihan Kepala Desa, Jabatan Kepala Desa dan Perangkat
Desa, Syarat Menjadi Perangkat Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa,
Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan Pembangunan
Kawasan Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa, Lembaga Kemasyarakatan
29
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menonjolkan aspek kearifan lokal
sebagai asas yang menegaskan bahwa di dalam penetapan kebijakan harus
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat Desa, karena itu
Undang-Undang amat mementingkan desa adat sebagai ulayat atau
wilayah adat adalah wilayah kehidupan suatu kesatuan masyarakat hukum
adat, dengan syarat bahwa desa adat selaras dengan perundang-undangan
NKRI, desa adat wajib mengakomodasi keberagaman dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat yang tidak boleh
mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu.
Masalah masa jabatan Kepala Desa serta proses pemilihan, pengesahan,
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, peran dan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa yang berubah menjadi Badan Permusyawaratan
Desa, pengisian jabatan Sekretaris Desa dari PNS, serta sumber
pendapatan desa yang berasal dari bagian dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota, merupakan titik-titik rawan yang tidak menutup
kemungkinan senantiasa memicu permasalahan kecil hingga menjadi
permasalahan pelik dan konflik. Permasalahan yang tentunya menjadi
hambatan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa untuk mengemban
misi mensejahterakan masyarakat.
Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lainnya yang ditunjuk (Pasal
98 ayat 1). Namun tidak dijelaskan siapa saja pejabat yang dapat ditunjuk
oleh Bupati tersebut. Kewenangan Desa mencakup kewenangan yang
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan belum dilaksanakan oleh
daerah dan Pemerintah dan tugas pembantuan dari Pemerintah, Propinsi
dan/atau Kabupaten. Tugas pembantuan tanpa disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusianya berhak
ditolak oleh desa dan wewenang Kepala Desa. Undang-Undang ini lebih
lanjut menjelaskan yang dimaksud dengan asal-usul adalah asal-usul
terbentuknya desa tersebut (Penjelasan Pasal 111 Ayat 2) namun tidak
menjelaskan kewenangan mana saja yang belum dilaksanakan daerah dan
pemerintah serta apa saja tugas pembantuan yang dimaksudkan.
Tugas dan kewajiban kepala desa adalah memimpin penyelenggaraan
Pemerintah desa, membina kehidupan masyarakat desa, membina
perekonomian dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
desa, mendamaikan perselisihan kepala desa dapat dibantu oleh Lembaga
Adat (Penjelasan Pasal 101 huruf e). Undang-Undang ini tidak
menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan memimpin, membina,
memelihara dan mendamaikan untuk mencegah terjadinya interpretasi
yang keliru dari tugastugas Kepala Desa tersebut.Dalam pelaksanaan
tugas, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan
menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa laporan tersebut ditembuskan ke Camat.
Pasal ini semakin menegaskan bahwa suara rakyat (masyarakat desa
melalui wakilnya dalam BPD) sebagai elemen utama penilaian berhasil
tidaknya seorang Kepala Desa bukan birokrat di atasnya. Kepala desa
31
sendiri, tidak lagi memenuhi syarat dan atau melanggar sumpah/janji,
berakhir masa jabatan dan telah dilantik kepala desa yang baru dan
melakukan perbuatan bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Pemberhentian kepala desa dilakukan oleh Bupati atas usul
BPD.
Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain (BPD)
berfungsi mengayomi Adat-istiadat, membuat peraturan desa (bersama
kepala desa), manampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan desa.
Anggota BPD dipilih dari dan oleh masyarakat desa yang memenuhi
syarat. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota. Tidak seperti halnya
pengaturan tentang Pemerintah Desa, pengaturan terhadap Badan
Permusyawaratan Desa ini belum mencakup masa jabatan, syarat-syarat
anggota BPD, tata cara pemilihan, pelantikan, pemberhentian dan
pengawasan BPD.
Berdasarkan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Pemerintahan Desa adalah kegiatan dari kesatuan masyarakat desa.
Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa
beserta para pembantunya, mewakili masyarakat desa guna hubungan ke
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian mengenai bagaimana pengaruh tingkat kepercayaan
kepada Kepala Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Sukajaya
Lempasing.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Lubis (1994: 81) trust atau Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang
laindimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya.
Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih
keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya
dari pada yang kurang dipercayai.
Pada negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui
kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu
dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pemimpinan.
Partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga
negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga
yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik
dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Tingkat kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
33
perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada pemerintah
(Lubis, 1994: 181-190).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diringkaskan ke dalam kerangka pikir
sebagai berikut:
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Tingkat kepercayaan kepada
a. Aktif dalam kegiatan pemilihan
kepala desa
b. Dialog secara rutin dalam kegiatan
di desa
c. Menyampaikan aspirasi
d. Peduli pada kegiatan desa
e. Sukarela memberikan dukungan
f. Tidak ada paksaan
g. Kesadaran akan pentingnya
partisipasi masyarakat
h. Hak dan kewajiban dalam politik
i. Pengembangan diri dalam
partisipasi politik
j. Informasi baru kondisi politik
k. Komitmen memajukan proses
politik
l. Peduli dengan kondisi desa
m. Sadar akan peran di desa
n. Sadar akan pentingnya suara
Gambar 2. Kerangka Penelitian Kuantitatif
Teori : Putnam tentang Trust ( Kepercayaan ), Conway tentang partisipasi politik
dan Held tentang Demokrasi
Hipotesis :
-Semakin Tinggi Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga tinggi maka kegiatan demokrasi akan aktif
- Semakin Rendah Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada kepala desa dan Partisipasi politik juga rendah maka kegiatan demokrasi akan pasif ( tidak aktif )
Variabel :
- Tingkat Kepercayaan
- Partisipasi Politik
Instrumen :
- Tingkat Kepercayaan
a. Legitimasi
b. Tanggung gugat
c. Kualitas layanan
- Partisipasi Politik
a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa
b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa
c. Menyampaikan aspirasi
d. Peduli pada kegiatan desa
e. Sukarela memberikan dukungan
f. Tidak ada paksaan kepada masyarakat
g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat
h. Hak dan kewajiban dalam politik
i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik
j. Informasi baru kondisi politik
k. Komitmen memajukan proses politik
l. Peduli dengan kondisi desa
m. Sadar akan peran di desa
n. Sadar akan pentingnya suara
35
F. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat
kepercayaan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi:
legitimasi, tanggung gugat, dan kualitas layanan. Partisipasi dan transparansi
akan menjadi perangkat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada
pemerintah. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat kepercayaan
masyarakat kepada kepala desa terhadap partisipasi politik dibutuhkan beberapa
III. METODE PENELITIAN
Pada Bab sebelumnya peneliti telah mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka
dalam beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap
partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan
metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Bab ini akan diawali dengan
uraian penjelasan tentang jenis penelitian, defisini konseptual, definisi
operasiaonal, rancangan penelitian, prosedur pengambilan atau pemilihan sampel,
teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian, pengelolaan dan analisis data
termasuk uji validitas dan uji hipotesis data yang sesuai dengan rancangan
penelitian yang diusulkan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
sesuatu keadaan. Seperti dikemukakan Arikunto (2003: 48), penilitian
penelitian kuantitatif bertujuan menggali secara luas tentang mencari
hubungan atau menjelaskan hal-hal atau sebab-sebab yang mempengaruhi
terjadinya suatu perubahan yang berdasarkan fakta-fakta yang terukur dan
37
B. Definisi Konseptual
1. Tingkat kepercayaan
Menurut Lubis (1994: 81) kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk
bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya.
Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi
seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu
keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari
orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai,
dengan indikator:
a. Legitimasi yang meliputi pengakuan dan dukungan dari masyarakat,
seperti masyarakat mempercayakan kepemimpinan kepada kepala desa
dan Kepala desa dianggap mampu mewakili kepentingan kepala desa.
b. Tanggung gugat yaitu pertanggungjawaban pada hal-hal yang
meimbulkan kerugian, dengan indikator masyarakat percaya kepala
desa mampu bertanggung jawab pada kerja yang dilakukan,
Masyarakat percaya kepala desa tidak akan melakukan penyelewangan
kekuasaannya sebagai kepala desa.
c. Kualitas layanan, mutu pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara
pelayanan publik seperti masyarakat percaya bahwa kepala desa dapat
menampung aspirasi masyarakat desa.
2. Partisipasi politik
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
ditunjukkan dengan pengambil bagian pada kegiatan politik, dengan
indikator :
a. Aktif dalam kegiatan pemilihan kepala desa
b. Dialog secara rutin dalam kegiatan di desa
c. Menyampaikan aspirasi
d. Peduli pada kegiatan desa
e. Sukarela memberikan dukungan
f. Tidak ada paksaan
g. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat
h. Hak dan kewajiban dalam politik
i. Pengembangan diri dalam partisipasi politik
j. Informasi baru kondisi politik
k. Komitmen memajukan proses politik
l. Peduli dengan kondisi desa
m. Sadar akan peran di desa
n. Sadar akan pentingnya suara
o. Semangat dalam kegiatan desa
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
39
berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian (Abdullah,
2003: 79).
Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena akan
menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan
(Notoatmodjo, 2002: 42). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang
suatu konsep pengertian.
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator Skala Alat
Ukur Hasil Ukur
Ordinal Kuisioner 1. Tinggi, bila
skor >
Ordinal Kuisioner 1. Tinggi, bila
kewajiban
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kuantitatif
dengan mengkorelasikan antara tingkat kepercayaan masyarakat kepada
kepala desa terhadap partisipasi politik masyarakat Desa Sukajaya Lempasing.
E. Objek Penelitian
1. Populasi
Menurut (Sigit, 1999: 22) bahwa populasi adalah kelompok yang diamati
dalam penelitian. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002: 42)
mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang akan diteliti. Berdasarkan kedua pendapat di atas penulis dapat
41
keseluruhan objek yang akan diteliti atau diselidiki. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Sukajaya Lempasing, sebanyak
7.254 jiwa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002:79).
Penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin yaitu
2d
d = tingkat presisi yang diinginkan: 0,1
7.254
ditentukan secara acak dari jumlah 7.254 orang yang ada di Desa Sukajaya
Lempasing dengan cara mengundi masyarakat yang akan dijadikan sampel
hingga mencapai 99 orang.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
lembar kuesioner untuk variabel tingkat kepercayaan masyarakat kepada
kepala desa dan variabel partisipasi politik. Dengan rincian untuk variabel
tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa terdiri dari 15 pernyataan
dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju
(TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, sedangkan untuk variabel
partisipasi politik terdiri dari 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban Sangat
Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak
Setuju (STS) = 1.
G. Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: penelitian Lapangan
(field research), dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner responden.
H. Uji Validitas dan Reliabitas
1. Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui bahwa instrument benar-benar
mengukur hal yang ingin diukur (Sugiono, 2001). Uji validitas alat
43
pengambilan keputusan adalah valid jika r hitung ≥ r tabel, tidak valid jika
r hitung ≤ r tabel.
2. Reliabilitas
Hasil uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
dgunakan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini item atau pertanyaan pada
kuesioner yang sudah valid, untuk mengetahui reliabel caranya adalah
membandingkan r tabel dengan r hasil. Bila r alpha > alpha cronbach,
maka pertanyaan tersebut reliable (Hastono, 2001).
I. Pengolahan Data
Data yang telah diisi responden dikumpulkan kemudian dikoreksi apakah
jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing, kegiatan dengan pengecekkan isian formulir atau kuisioner yang telah diisi oleh responden berkaitan dengan kemungkinan adanya
kesalahan dan melihat kelengkapaan, kejelasaan dan konsistensi jawaban.
b. Coding, melakukan konversi data ke dalam angka-angka sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. Pemberian kode untuk
setiap kelompok pertanyaan dalam format kuisioner yang dilakukan
peneliti yaitu dengan skor untuk setiap jawaban kuisioner.
c. Entry Data, data tersebut kemudian diolah menggunakan komputer. Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap
jawaban di masing-masing pertanyaan. Skor tersebut diolah dengan
d. Cleaning, merupakan tahap pembersihan data dan pengecekan data hingga siap diolah.
J. Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan persentase (%), hasil dari setiap variabel
yaitu: tingkat kepercayaan masyarakat kepada kepala desa dan partisipasi
politik ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakankan pada penelitian ini menggunakan
korelasi rank spearman yaitu: ∑ XY
r =
∑ X2∑ Y2
K. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan korelasi variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial menggunakan uji – t :
(Supriyanto, 2006 : 51)
Dimana :
t = Pengujian Koefisien Korelasi
r = Koefisien korelasi
45
Pengujian hipotesis dengan uji – t , untuk membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel pada taraf nyata 95 % dan α = 0,05. Daerah penolakan dan daerah
penerimaan diputuskan sebagai berikut :
a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika thitung ≥ ttabel
b. Ho diterima dan Ha ditolah, jika thitung < ttabel
L. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diketahui bahwa dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah analisis univariat digunakan persentase (%)
dan analisis bivariat menggunakan korelasi rank spearman, dimana hasil penelitian akan diuraikan pada bab selanjutnya setelah gambaran umum
IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang
dipergunakan dalam penelitian. Pada Bab ini penulis akan menggambarkan
tentang gambaran umum tempat penelitian yang meliputi Kondisi desa meliputi
sejarah desa, demografi desa, keadaan sosial desa dan keadaan ekonomi desa,
serta tentang kondisi pemerintahan desa, uraian tugas dan fungsi perangkat desa.
A. Kondisi Desa
1. Sejarah Desa
Desa Sukajaya Lempasing asal mulanya merupakan hutan belantara dengan
status tanah marga yang termasuk didalamnya pemerintahan Kebandaran
Gedong Pakuan bagian barat Kecamatan Panjang. Seiring dengan persebaran
wilayah maka diadakan pemekaran wilayah untuk membentuk sebuah
kampung oleh Hi. Ahmad dan Hi Alun. Maka diberi nama kampung
lempasing. Untuk menjadi pemerintahan atau kampung maka ditunjuklah
tokoh adat yang namanya Sai Batin dan diangkat oleh pemerintah menjadi
kepala kampung yaitu Dalom Batin Tihang tahun 1960 sampai dengan 1979.
Pada tahun 1980 menjadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi Kepala Desa Bapak Falun Rifa’i 1980 sampai dengan
1988. Pada tahun 1999 diadakan pemilihan Kepala Desa yang menjad Kepala