TINJAUAN REGULASI 5G DI INDONESIA
HUKUM & REGULASI ICT
Oleh
MARDIYAN DAMA 55416110021
Dosen
DR. IR. IWAN KRISNADI, MBA.
PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
Latar Belakang
Pengembangan teknologi telekomunikasi seluler terus berlanjut. Dimulai dari teknologi generasi
pertama (1G) yang diperkenalkan pada era 1980-an, dilanjutkan dengan generasi kedua (2G) dan
ketiga (3G), yang masing-masing pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 dan 1999, dan saat
ini kita sudah berada pada era generasi keempat (4G), sebuah standar telekomunikasi seluler yang
memungkinkan kita untuk menikmati layanan video high definition (HD), audio, berselancar di
dunia maya, bersosial media, dan melakukan banyak hal serupa lainnya. Namun demikian, hal
tersebut disinyalir tidak akan berlangsung lama sebelum akhirnya kita memerlukan kecepatan akses
yang lebih tinggi yang mampu mendukung layanan video 2K/4K, virtual reality, enhanced reality,
telemedicine, dan layanan lainnya. Sebagai contoh, virtual reality membutuhkan kecepatan data
sebesar 1Gbps untuk menjamin pemenuhan quality of experience (QoE). Cisco memprediksi, traffic
data pada jaringan mobile di Indonesia akan mencapai 816,3 Petabyte per bulan pada tahun 2020.
Jumlah tersebut meningkat 11,5 kali lipat dibandingkan trafik pada tahun 2015 yang hanya sebesar
71 Petabyte per bulan (Cisco VNI, 2016). Salah satu penyebab dari ledakan traffic adalah
peningkatan penetrasi telepon cerdas yang berlangsung dengan cepat. Pada tahun 2016, standar
teknologi 4,5G atau LTE-A Pro, yang merupakan standar 3GPP R13, telah dinyatakan final. 4,5G
menawarkan kapasitas rata-rata satu site tunggal sebesar 600 Mbps, sekitar 6 kali dibanding
kapasitas site tunggal berbasis teknologi 4G.
Perkembangan selanjutnya adalah teknologi 5G. Berbeda dengan konsep improvement yang
dilakukan pada teknologi 4G dibandingkan dengan 3G, teknologi 5G diperkirakan bukan
merupakan peningkatan atau penyempurnaan dari teknologi sebelumnya. 5G Public Private
Partnership (5G PPP) mendefinisikan visi dari 5G sebagai teknologi kunci untuk dunia digital
dengan ultra-high band infrastructure yang akan mendukung proses transformasi ekonomi di segala
sektor dan meningkatkan permintaan pasar (5G PPP, 2015). Diskusi GSMA menyimpulkan dua
sudut pandang mengenai teknologi 5G. Pertama, 5G merupakan penggabungan teknologi 2G, 3G,
4G, Wifi dan inovasi lain yang bermuara pada peningkatan cakupan dan kehandalan (coverage and
always-on reliability). Sudut pandang kedua, 5G adalah teknologi yang berorientasi pada kecepatan
pertukaran data dan minimalisasi end-to-end latency (GSMA, 2014). Berdasarkan timeline ITU,
pada tataran global, direncanakan 5G akan masuk pasar komersial mulai tahun 2020. Standar
spesifikasi radio access network (RAN) 5G akan tersedia pada Juni 2018. Meskipun standar teknis
belum tersedia, visi teknologi 5G secara jelas menargetkan bahwa 5G mampu menawarkan
perbaikan yang bersifat revolusional terkait kapasitas (capacity), kualitas (quality), ketersediaan
(availability), dan keandalan (reliability) dibandingkan yang ditawarkan teknologi pendahulunya.
Untuk dapat memetik manfaat yang optimal dari adopsi 5G, diperlukan banyak persiapan oleh
semua stakeholder yang melibatkan industri manufaktur perangkat, industri jaringan, industri
konten, industri aplikasi, pemerintah, dan masyarakat.
Gambar 1.Source: Rec. ITU-R M.2083-0
Sebagaimana disajikan pada Gambar, Teknologi 5G memiliki target cakupan layanan yang lebih
luas dibanding teknologi pendahulunya, tidak hanya sekedar komunikasi suara dan komunikasi data
pitalebar yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan gaya hidup digital manusia, tetapi juga
layanan yang diperuntukkan bagi benda-benda yang berada di sekitar manusia. Perluasan cakupan
ini akan memperkaya ekosistem industri yang terlibat di dalamnya, sehingga akan terjadi pergeseran
model bisnis dan akan berimbas pula tehadap perlunya penyesuaian regulasi yang sudah ada, serta
kebutuhan akan ditetapkannya regulasi baru.
Rumusan Masalah
Inovasi teknologi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama adalah Sustaining Technology,
yaitu perkembangan teknologi yang berkembang secara evolutif, perubahan atau perbaikan
perubahan dari suatu teknologi yang sangat radikal. Mengacu pada konsep tersebut, 5G dianggap
sebagai sebuah inovasi yang bersifat disruptif. Pembuat kebijakan akan menghadapi sebuah
tantangan baru dalam mengawal implementasi 5G. Pemerintah perlu mengidentifikasi
perubahan-perubahan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kehadiran teknologi tersebut untuk
kemudian menuangkannya dalam bentuk standardisasi dan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran,
sehingga kestabilan industri tetap terjaga, dampak negatif teknologi dapat ditekan, dan manfaatnya
dapat diperoleh secara lebih optimal.
Tujuan Penelitian
Manfaat dari studi ini adalah tersedianya gambaran terkait dengan kebutuhan regulasi baru dan perubahan regulasi guna menyongsong era 5G
Metodologi Penelitian
Pendeketan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan inventarisasi regulasi terkait yang sudah ada dan
perubahan yang diperlukan, serta kebutuhan regulasi baru berdasarkan hasil identifikasi
mengenai fitur-fitur baru dan disruptive technology yang ditawarkan oleh teknologi 5G.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan Focus Groud Discussion (FGD).
Dampak ekonomi 5G dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi sektor-sektor yang
kemungkinan akan terdampak oleh kehadiran 5G untuk kemudian mengkuantifikasi besarnya
dampak terhadap masing-masing sektor tersebut.
Sumber Data
Data yang dibutuhkan untuk studi ini adalah data-data yang bersumber dari:
Operator dan vendor jaringan telekomunikasi
Akademisi
Regulator
Industri yang berpotensi akan terdampak oleh kehadiran teknologi 5G
Studi Pustaka
Teknik Analisa
Terkait kebutuhan regulasi baru dan penyesuaian regulasi, analisis dilakukan secara kualitatif
dengan melakukan reduksi data, penyajian data, serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan
Tiga sektor utama yang perlu peningkatan untuk pengembangan industri pendukung
telekomunikasi dalam negeri adalah kapasitas industri, kapasitas teknologi dan ekosistem
industry. Pergeseran teknologi menuju 5G dimungkinkan tidak menimbulkan lonjakan biaya
baik dari segi pengguna maupun operator Karena adanya bridging technology antara teknologi
sebelumnya dengan teknologi kedepannya (seamless).
Regulasi yang dapat diusulkan adalah:
a). Event nasional seperti PON 2020, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu etalase/showcase
hasil pengembangan 5G-IoT di Indonesia
b). Roadmap pengembangan 5G di Indonesia meliputi Roadmap 5G-IoT dengan pendekatan
vertikal dan horisontal, dan Roadmap Riset Teknologi Inti 5G diinisiasi oleh akademisi
c). Agar membentuk konsorsium nasional multi stake holder untuk penelitian, pengembangan
dan produksi 5G di Indonesia
d). Agar mengkaji ulang regulasi - regulasi yang dapat mendukung dan menghambat