• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KULIAH KE-11

(2)

OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP

Jumlah pajak yang masih harus dibayar

STP

SKPKB

SKPKBT

Tambahan jumlah

pajak yang masih

harus dibayar

SK Pembetulan SK Keberatan

Putusan Banding Putusan PK

yang tidak dibayar oleh

Penanggung Pajak

sesuai dengan jangka waktu

ditagih

dengan

Surat

Paksa

tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran

tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo penundaan

pembayaran

tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak

(3)

PENANGGUNG PAJAK

orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 28)

a. badan oleh pengurus;

b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; c. badan dalam pembubaran oleh orang atau

badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan;

d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; e. suatu warisan yang belum terbagi oleh

salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau

f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau pengampunya.

(Pasal 32 ayat 1 UU KUP)

kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak

mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.

(4)

CONTOH

Udin (WP orang pribadi) menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun 2008 tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10 Oktober 2009 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak yang terutang sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. SKPKB diterbitkan dengan penghitungan sebagai berikut :

1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00 2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00

3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00

4. Bunga 10 bulan =2% X 10 X Rp1.000.000,00 Rp 200.000,00 5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.200.000,00

harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 November 2009.

Apabila sampai dengan tanggal 9 November 2009 SKPKB tersebut belum dilunasi oleh Penanggung Pajak maka

(5)

CONTOH

Apabila sampai dengan tanggal 25 Januari 2010 SKPKB tersebut belum dilunasi oleh PT ABC maka dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb:

Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00

Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00 Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00

(6)

BUNGA PENAGIHAN

Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang

tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari

tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

(7)

CONTOH

Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2009.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb:

Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00

Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00

Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00

SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2009.

Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00

(8)

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.

dilakukan apabila

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu;

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau

yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;

c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau

memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau

e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

(9)

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 20 ayat 3 UU KUP)

UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

(10)

HAK MENDAHULU

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.

Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.

Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.

ayat (1)

ayat (2)

Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau

c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

ayat (3)

Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan

pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.

ayat (3a)

(11)

DALUWARSA HAK MENDAHULU

Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau

Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

ayat (4)

Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:

a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau

persetujuan angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir

penundaan diberikan.

ayat (5)

(12)

DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk

bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa

penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak tanggal

penerbitan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan

(13)

TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:

Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut.

Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara

mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam

hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena WP melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak tersebut.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah pajak yang harus

Terdapat pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan

(1) Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah pajak yang harus

Ketentuan ayat ini memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untuk dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang telah disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Surat Keputusan Keberatan

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah