• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KENTANG di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KENTANG di"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

STRATEGI DAN PENGATURAN PRODUKSI

HORTIKULTURA (PNA 4642)

Strategi Pengembangan Produksi Kentang

Oleh:

Nefid Rifki Nur P. A1L113005 Iqbal Trisakti Saputra A1L113008

Nurlana Rahayu A1L113009

(2)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya, sehingga penulisan makalah Strategi dan Pengaturan Produksi

Hortikultura berjudul “Strategi Pengembangan Produksi Kentang” berhasil

diselesaikan. Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh

karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Saparso M.P. dan Ir. Eko Dewanto, M.Si. selaku dosen

pengampu mata kuliah Strategi dan Pengaturan Produksi Hortikultura yang

telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan

makalah ini.

2. Semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Meskipun

demikian, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Purwokerto, 2 April 2016

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA...ii

DAFTAR ISI...iii

I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Tujuan...2

II. PEMBAHASAN...3

A. Botani dan Manfaat Kentang ...3

B. Prospek Pengembangan Kentang di Indonesia...5

C. Upaya Pengembangan Kentang ...14

III. PENUTUP... ...47

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di

mata dunia Internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

menjanjikan. Hortikultura yang termasuk di dalamnya antara lain tanaman

buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat, merupakan komoditas

yang sangat prospektif untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan

pasar dan juga untuk mengatasi ketahanan pangan Bangsa Indonesia. Bangsa

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa pada saat ini,

pengadaan pangan merupakan masalah yang sangat serius untuk ditangani.

Ketahanan pangan (food security) sangat erat kaitannya dengan stabilitas

ekonomi, biaya produksi dan stabilitas sosial politik nasional. Ketahanan pangan

tidak hanya menyangkut kuantitas yaitu menyangkut aspek penyediaan jumlah

pangan yang selalu meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, dan

peningkatan pendapatan, tetapi kualitas dan keanekaragaman bahan pangan juga

harus dipenuhi untuk mengantisipasi perubahan preferensi konsumen yang

semakin peduli pada masalah gaya hidup, kesehatan dan kebugaran. Sehingga

masalah ketahanan pangan dapat teratasi dengan baik (Tambunan, 2003).

Salah satu komoditas hortikultura yang menguntungkan adalah kentang.

Kentang (Solanum Tuberosum) merupakan salah satu komoditi pangan yang

penting di dunia. Di Indonesia kentang dikonsumsi sebagai sayur dan belakangan

(5)

french fries atau potato chips sebagai makanan ringan. Kentang memiliki potensi

dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi pangan dalam

rangka ketahanan pangan berkelanjutan.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Mengetahui botani dan manfaat kentang.

2. Mengetahui prospek dan pemasaran kentang.

(6)

II. PEMBAHASAN

A. Botani dan Manfaat Kentang

Menurut Soelarso (2008), Tanaman kentang (Solanum tuberosum L)

memiliki sitematika sebagai berikut:

Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genum : Solanum

Species : Solanum tuberosum L

Daun tanaman kentang merupakan daun majemuk yang terdiri dari, tangkai

utama (rachis), anak daun primer (pinnae), dan anak daun sekunder (folioles)

yang tumbuh pada tangkai daun utama diantara anak daun primer. Memiliki akar

utama dan akar halus. Akar utama tidak terlalu panjang, dan akar halus (serabut)

dapat menyebar 60 cm, dan kedelaman akar sekitar 20 cm. Batang tanaman

kentang berada diatas permukaan tanah berwarna hijau polos, hijau kemerahan,

atau ungu tua. Batang berbentuk bulat, berbentuk semak dan panjang batang

50-120 cm. Bunga kentang adalah zygomorp (mempunyai bidang simetris), berjenis

kelamin dua (hemaprodus) warna mahkota bunga (corolla) putih, merah jambu

atau ungu. Daun kelopak (calyx), daun mahkota dan benang sari (stamen)

masing-masing berjumlah 5 buah dan satu putik (pistilus) (Soelarso, 2008).

Mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang, 5 buah benang

sari berwaerna kuning melingkari tangkai putik. Bunga kentang membuka pada

pagi hari dan menutup pada soe hari, yang berlangsung selama 3 sampai 7 hari.

(7)

bergaris tengah sekitar 2,5 cmdan berongga 2. Buah kentang mengandung 500

bakal biji dan yang berkemabng menjadi biji sekirat 10-300 biji buah kentang dpat

dipanen kira-kira 6-8 minggu setelah penyerbukan (Soelarso, 2008).

Stolon biasanya tumbuh di dekat umbi ketang, yaitu bagian batang yang

terletak di bawah permukaan tanah, memiliki daun kecil seperti sisik. Buku-bulu

(internode) yang memanjang dan melengkung pada bagian ujungnya di sebut

stolon. Ujung stolon membengkak sebagai tempat berkumpulnya zat cadangan

makanan yang disebut umbi ketang. stolon yang tidak tertutup tanah akan

berkembang menjadi batang vertikal yang memiliki daun. Tidak semua stolon

berkembang menjadi umbi kentang. Secara morfologis umbi kengatang adalah

modifikasi dari batang, organ penyimpanan makanan utama bagi tanaman

kentang. Sebuah umbi kentang mempunyai 2 ujung yaitu heel yang berhubungan

dengan stolon dan ujung lawanya disebut apical (Soelarso, 2008).

Mata dari umbi kentang merupakan buku (internode). Jumlah mata umbi

2-14 buah, tergantung pada ukuran umbi. Mata umbi tersusun dalam lingkaran spiral

pada permukan umbi dan berpusar pada ujung umbi. Bebreapa bentuk umbi yang

dikenal yaitu bulat, oval, bulat panjang, dan oval. Tunas umbi dapat digunakan

untuk identivikasi varietas yaitu dalam hal waktu, kecepatan tumbuh, dan warna

tunasnya. Waktu tumbuh tunas sekirat 3-6 bulan. Umbi mulai terbentuk setelah 25

hari setelah tunas tumbuh (Soelarso, 2008).

Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat.

(8)

0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi

(Fe) 0,5 mg dan vitamin B. Menurut Sastrahidayat (2011), kentang rata-rata

mengandung 78% air, 22% bahan kering, dan kurang dari 1% lemak. Sekitar 82%

bahan kering tersebut adalah karbohidrat terutama pati, serat, dan sedikit gula

sederhana.

B. Prospek Pengembangan Kentang di Indonesia

1. Keadaan Produksi Kentang

Kentang (Solanum Tuberosum) merupakan salah satu komoditi pangan yang

penting di dunia. Tanaman ini pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 18

dan hanya tumbuh dengan baik didataran tinggi (diatas 1000 meter diatas

permukaan laut). Konsumsi kentang di Indonesia perkapita masih relatif rendah

dibandingkan dengan standar konsumsi kentang rata-rata secara internasional,

pertumbuhan konsumsi kentang di Indonesia mengalami pertumbuhan yang

berarti. Konsumsi perkapita kentang segar rata-rata tumbuh tiap tahunnya sebesar

4,5 % antara tahun 1971 dan tahun 1998 (Fuglie, 2002).

Berikut adalah data produksi kentang dari tahun 2010 sampai 2014 dari seluruh

(9)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Kentang seluruh Provinsi di Indonesia dari tahun

ACEH 1213 11310 6842 8617 8587

SUMATERA UTARA 29232 100736 128966 123078 126203

SUMATERA BARAT 10328 44668 31302 29530 31949

RIAU 0 0 0 3 0

JAMBI 1912 75512 85536 89102 84794

SUMATERA SELATAN 900 2823 1704 1090 1161

BENGKULU 15241 12830 12612 6469 5873

LAMPUNG 769 664 561 763 842

KEP. BANGKA

BELITUNG 0 0 0 0 0

KEP. RIAU 0 0 0 0 0

DKI JAKARTA 0 0 0 0 0

JAWA BARAT 26285 258716 261966 220155 275101

JAWA TENGAH 32420 273513 252608 250404 265123

DI YOGYAKARTA 316 0 8 30 116

JAWA TIMUR 10319 189864 162039 85521 115423

BANTEN 23 0 0 0 0

BALI 1283 3226 2665 2384 4679

NUSA TENGGARA

BARAT 612 4056 6526 3755 5130

NUSA TENGGARA

TIMUR 373 301 323 162 542

(10)

SULAWESI TENGAH 230 236 192 1173 1094

SULAWESI SELATAN 2375 30295 23444 18420 7627

SULAWESI

TENGGARA 19 0 0 0 0

GORONTALO 0 0 0 0 0

SULAWESI BARAT 0 24 7 2 12

MALUKU 79 186 6 0 0

MALUKU UTARA 1 0 0 0 0

PAPUA BARAT 6 23 98 170 256

PAPUA 213 97 405 112 83

INDONESIA 136514 1124282 1094240 955488 1060805

(Sumber Badan Pusat Statistik).

2. Keadaan Pasar Kentang di Indonesia

Untuk mengkaji perdagangan dalam negeri yaitu dengan melihat

perkembangan harga nasional kentang di tingkat produsen, tingkat konsumen dan

di sentra produksi. Perkembangan rata-rata per tahun harga kentang di tingkat

produsen dan konsumen di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir yaitu tahun

1997 sampai 2007 menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata

pertumbuhan per tahun masing-masing sebesar 19,77% harga tingkat produsen

dan 18,68% harga tingkat konsumen (Pusat Data Infomasi Pertanian, 2009).

(11)

Apabila dilihat harga rata-rata di tingkat produsen selama sepuluh tahun dari

tahun 1997-2007 maka terjadi peningkatan harga yang cukup tajam pada tahun

1998 s/d 2000, dimana pada tahun 1997 harga produsen rata-rata kentang sebesar

Rp 721/kg kemudian pada tahun 1998 menjadi Rp 1.100/kg atau meningkat

sebesar 52,54% dan terus meningkat hingga tahun 2000 harga kentang di tingkat

produsen mencapai Rp 2.255/kg dan selanjutnya pertumbuhan relatif stabil. Harga

produsen kentang tahun 2007 menjadi Rp 3.939/kg atau meningkat 11,26 %

dibandingkan tahun 2006. Sementara perkembangan harga konsumen kentang

memiliki pola yang fluktuatif dengan pertumbuhan yang cukup tajam terjadi pada

tahun 1998 s/d 1999 masing-masing naik 94,68 %dan 36,49% dan kemudian di

tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 12,96 %dan selanjutnya naik kembali

hingga akhirnya tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 20,31

% atau menjadi Rp 6.089/kg atau merupakan margin terbesar selama sepuluh

tahun terakhir yaitu mencapai Rp 2.130/kg (Pusat Data Infomasi Pertanian, 2009).

Apabila dilihat harga konsumen dan harga produsen kentang di provinsi

sentra tahun 2007, maka harga tertinggi di tingkat konsumen terdapat di provinsi

Sulawesi Utara yaitu Rp 4.979/kg, dan harga terendah terdapat di provinsi Jawa

Tengah yaitu Rp 4.316/ kg. Demikian pula harga tertinggi di tingkat produsen juga

terdapat di provinsi Sulawesi Utara dengan harga Rp 3.978/kg dan harga terendah

terdapat di provinsi Sumatera Utara dengan harga Rp 3.089/kg (Gambar 2). (Pusat

(12)

Gambar 2. Harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra tahun 2007.

3. Keadaan Pasar Kentang di Dunia Internasional

Untuk mengkaji kinerja perdagangan kentang luar negeri yaitu dengan

melihat neraca perdagangan kentang yang merupakan pengurangan antara

volume/nilai ekspor dengan volume/nilai impor kentang baik segar, beku maupun

olahan. Pada periode tahun 2004 –2008 terlihat bahwa baik volume maupun nilai

perdagangan kentang mengalami defisit yang berarti bahwa volume impor

kentang lebih besar bila dibandingkan dengan volume ekspornya kecuali pada

tahun 2006 volume neraca perdagangan mengalami surplus yang sangat besar

sementara nilai neraca perdagangannya justru defisit, hal ini dapat dilihat pada

(13)

Tabel 2. Perkembangan neraca perdagangan kentang Indonesia, tahun 2004- 2008.

No Uraian 2004 2005 2006Tahun 2007 2008 Pertumbuhan (%)2004-2008 1 Ekspor

Surplus yang sangat tinggi terjadi pada volume neraca perdagangan tahun

2006 yaitu sebesar 54.686 ton, dimana volume ekspor kentang jauh lebih besar

bila dibandingkan dengan volume impornya. Volume ekspor kentang tahun 2006

mencapai 86.442 ton dengan nilai sebesar US$ 6,29 juta sementara volume

impornya 31.756 ton dengan nilai US$ 23,22 juta. Rata-rata pertumbuhan volume

neraca perdagangan dari tahun 2004 –2008 mengalami penurunan defisit 129.74%

per tahun dengan rata-rata pertumbuhan volume ekspor surplus 94,37 % per tahun

dan rata-rata pertumbuhan volume impornya surplus 7,69 % per tahun. Sementara

rata-rata pertumbuhan nilai neraca perdagangannya mengalami surplus 11,68 %

per tahun dengan rata-rata pertumbuhan nilai ekspor surplus 1,23 % per tahun dan

rata-rata pertumbuhan nilai impornya surplus 15,44 % per tahun (Gambar 3)

(14)

Gambar 3. Perkembangan neraca perdagangan kentang Indonesia tahun

2004-2008.

Indonesia dalam pasar Internasional mengekspor kentang dalam bentuk

segar. dimana berdasarkan volume ekspor tahun 2008 sebesar 93,34% kentang

segar, 4,86% kentang beku dan 1,4% kentang olahan (Pusat Data Informasi

Pertanian, 2009).

Gambar 4. Persentase ekspor dan impor kentang segar, beku dan olahan Indonesia

(15)

Berdasarkan negara tujuan ekspor kentang segar Indonesia tahun 2008,

Singapura merupakan negara tujuan ekspor kentang segar Indonesia yang terbesar

yaitu mencapai 81,15% atau senilai US$ 1, 90 juta disusul Malaysia sebesar

18,38% atau US$ 430 ribu (Pusat Data Informasi Pertanian, 2009).

Gambar 5. Negara tujuan ekspor kentang segar Indonesia, tahun 2008.

Sementara berdasarkan negara asal impor kentang Indonesia tahun 2008,

pada Gambar 6. terdapat 5 (lima) negara asal impor terbesar kentang Indonesia

yaitu USA sebesar 35,91% dari total nilai impor kentang Indonesia, kemudian

diikuti oleh Canada sebesar 24,33 %, German 11,71%, Netherland 6,48 %,

Australia sebesar 5,47 % dan negara lainnya sebesar 16,10% (Pusat Data

(16)

Gambar 6. Negara asal impor kentang Indonesia, tahun 2008.

Amerika Serikat merupakan negera terbesar asal kentang Indonesia, sebesar

43,78% atau senilai US$ 5,55 juta dalam wujud kentang olahan, kemudian dalam

wujud kentang beku sebesar 30,40 %atau senilai 3.685 ton dengan US$3,86 juta,

dalam wujud kentang irisansebesar23 %atau US$ 2,92juta, wujud pati kentang

sebesar 2,11 % atau nilai US$ 268 ribu dan kentang segar hanya 0,71 % atau US$

91 ribu. Sementara dari Canada, Indonesia juga lebih banyak mengimpor dalam

bentuk kentang olahan sebesar 68,53 % atau US$ 5,89juta dan selebihnya dalam

wujud kentang segar, bibit dan pati kentang (Pusat Data Informasi Pertanian,

2009).

4. Sentra Produksi

Pusat produksi ada di Jawa (70%) dan diluar Jawa sebesar 30%. Daerah

penghasil utama kentang di Indonesia adalah Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Akhir-akhir ini daerah Sulawesi Utara menjadi pilihan

(17)

lebih dari 25 % dari total output petani kentang nasional (Adiyoga, 1999). Dataran

tinggi Dieng menjadi pusat produksi untuk daerah Jawa Tengah disamping

beberapa area di lereng gunung Slamet, gunung Merapi, dan daerah Tawang

Mangu.

Gambar 1. Provinsi sentra produksi kentang berdasarkan rata-rata produksi tahun

2004 – 2008 (Sumber BPS diolah oleh Pusdatin).

C. Upaya Pengembangan Produksi Kentang

1. Pertumbuhan penangkar benih benih bermutu

Menurut Setiadi (2009), benih atau bibit kentang adalah bagian tanaman

berupa umbi dan bukan berupa biji botani yang digunakan untuk memperbanyak

dan atau mengembangbiakan tanaman kentang. Umbi yang akan ditanam perlu

diseleksi dahulu, dipilih yang sehat, dan berasal dari tanaman yang bebas hama

dan penyakit. Pengelompokkan ukuran benih menurut Direktorat Jenderal

Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen

(18)

 Ukuran LL bobot lebih dari 120 gram.

 Ukuran L2 bobot 90-120 gram

 Ukuran L1 bobot 60-90 gram

 Ukuran M bobot 30-60 gram

 Ukuran S bobot 10-30 gram

 Ukuran SS bobot kurang dari 10 gram

Menurut Drs. H. Hendro Sunarjono, ukuran umbi untuk benih yang biasa ditanam

adalah

 Kelas I, bobot 30-45 gram; diameter 35-45 mm.

 Kelas II, bobot 45-60 gram; diameter 45-55 mm.

 Kelas III, bobot 60-80 gram; diameter 55-65 mm.

Menurut Suryana (2013), benih kentang bermutu diproduksi melalui

beberapa generasi, diantaranya plantlet, G0, G1, G2, G3 sampai dengan G4.

Plantlet atau Pre-nuclear didapat dari pemurnian varietas kentang dengan teknik

kultur jaringan yang dilakukan di laboratorium. Plantlet yang ada distek dan

ditanam dalam screen house A untuk menghasilkan benih kentang G0 atau

Nuclear, hasil panen yang berupa benih G0 disimpan di dalam gudang untuk

kemudian ditanam lagi di screen house B untuk menghasilkan Elite Seed atau

benih G1. Benih G1 kemudian ditanam lagi di lapangan untuk menghasilkan

benih dasar G2 dan hasil panen disimpan dalam gudang. Selanjutnya diperbanyak

kembali di lapangan untuk menghasilkan benih pokok G3 dan ditanam lagi agar

menghasilkan benih sebar G4. Benih G4 inilah yang digunakan petani sebagai

(19)

Pertumbuhan penangkar benih bermutu di Indonesia harus digalakkan. Tata

cara menjadi penangkar benih kentang menurut Pitojo (2004) yaitu pemohon dan

permohonan sertifikasi. Pemohon yang diperkenankan untuk menjadi penangkar

benih bina atau benih yang telah dilepas oleh pemerintah adalah perorangan,

badan hukum, atau instansi pemerintah. Pemohon sertifikasi harus mengajukan

permohonan menjadi penangkar, yang ditandatangani perseorangan atau bersama.

Pemohon harus memenuhi ketentuan, yaitu menguasai lahan penangkaran benih,

memiliki benih sumber, mampu memelihara dan mengatur lahan dan

pertanamannya, mempunyai fasilitas penangkaran, bersedia mematuhi petunjuk,

serta bersedia membayar biaya pemeriksaan dan sertifikasi.

Permohonan sertifikasi ditujukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi,

yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

di wilayah kerjanya. Permohonan sertifikasi dapat dialamatkan pada instansi yang

telah memiliki izin penyelenggaraan sertifikasi. Pengajuan permohonan dilakukan

paling lambat sepuluh hari sebelum tanam, dengan menggunakan formulir

permohonan sertifikasi yang telah ditentukan, dilampiri dengan label benih

sumber. Khusus untuk benih penjenis harus dilampiri keterangan dari pemulia

tanaman.

2. Pola produksi

Indonesia memiliki berbagai jenis topografi dengan beragam jenis cuaca

yang cocok untuk pengembangan produksi kentang. Sastrahidayat (2011)

(20)

akan berhenti tumbuh bila suhu dibawah 10oC dan diatas 30oC, sedangkan untuk

mendapatkan hasil umbi yang optimal dibutuhkan suhu rata-rata hariannya antara

18-20oC. Oleh karena itu, saat tanaman kentangpun berbeda-beda ditinjau dari

kondisi iklimnya. Daerah beriklim dingin biasanya ditanam pada awal musim

semi, akhir musim dingin (winter) untuk daerah subtropis, sedangkan untuk

wilayah subtropis kentang ditanam selama musim dingin.

Di indonesia tanaman kentang dibudidayakan di daerah pegunungan dengan

ketinggian tempat lebih dari 1000 m dpl. Diantara dataran tinggi tersebut, antara

lain: Pengalengan-Bandung (Jawa Barat), Pegunungan Dieng-Wonosobo (Jawa

Tengah), Pegunungan Tengger dan Batu-Malang (Jawa Timur), Brastagi

(Sumatera Utara) dan lain-lain.

Penanaman kentang harus mengikuti tata cara yang tepat dan benar dalam

(21)

bulan Oktober, November, Desember dan Mei perlu diperhitungkan secara matang

karena bulan-bulan tersebut memasuki musim raya tanam kentang dan curah

hujan mulai meninggi. Curah hujan yang tinggi-tingginya berada pada bulan

Januari yang sekaligus menjadi peluang bagi petani untuk menanam kentang

namun memerlukan input yang besar. Bulan April, Juni, Juli dan September

merupakan musim kemarau dimana petani tidak banyak menanam kentang karena

masalah persediaan air. Hal ini memberikan solusi penanaman kentang diperlukan

rotasi tanaman agar terhindar dari patogen. Petani di Pengalengan menyarankan

setiap selesai panen kentang, lahan sebaiknya tidak ditanami (diberakan) sampai

musim tanam kentang berikutnya. Hai ini untuk mencegah datangnya biang hama

dan penyakit yang masuk ke tanaman kentang lewat tanaman lain (Setiadi, 2009).

Penanaman kentang harus menggunakan varietas yang banyak diminati

konsumen. Varietas kentang yang laku dipasaran dan memiliki nilai ekonomi

tinggi antara lain varietas cipanas, varietas cosima, varietas Segunung, varietas

Cattela, varietas French Fries, varietas Desiree, varietas Diamant, varietas Alpha,

varietas Granola, varietas Agria, varietas Kondor, dan varietas Ajax. Selain

varietas-varietas tersebut yang sesuai untuk ditanam di daerah dataran tinggi, telah

ditemukan varietas baru yang sesuai untuk daerah dataran medium (300-700 m

dpl). Misalnya, varietas DTO-28 yang menghasilkan 31,1 ton/ha di Bali, DTO-33

yang dapat menghasilkan 29, 9 ton/ha di Magelang dan Berolina, introduksi dari

Jerman yang dapat menghasilkan 28 ton/ha di Magelang (Samadi, 2007).

(22)

dan dapat dikembangkan di dataran rendah adalah cipanas, DTO-28, LT-1,

cosima, dan DTO-33. Lahan dataran rendah untuk produksi kentang harus

memenuhi beberapa syarat agar bisa ditanami kentang. Syaratnya adalah:

 Jenis tanah latosol atau alluvial

 Suhu malam hari 20-27oC

 Terdapat angin sepoi-sepoi yang menjadikan lingkungan menjadi dingin

dan sejuk

 Tersedia air pengairan yang cukup, tetapi tidak kebanjiran

 Bukan bekas tanaman Solanaceae atau tanaman pisang

Selain pengaturan musim tanam dan varietas, benih kentang dapat

diperbanyak melalui teknik aeroponik. Kelebihan teknik ini antara lain: dapat

dilakukan sepanjang tahun, tidak terpengaruh musim karena dilakukan di dalam

rumah kaca, rasio perbanyakan benih yang dihasilkan lebih tinggi daripada

dengan teknik konvensional (stek buku tunggal), benih bebas patogen.

Ketersediaan inovasi teknologi yang dihasilkan melalui program Balitbangtan,

yang meliputi varietas unggul, teknik budidaya, pengendalian OPT, penyediaan

benih, yang saling terkait tersebut, diharapkan dapat mendukung penyediaan

karbohidrat melalui komoditas kentang (Julianto, 2014).

Menurut Suryono dan Ratna (2012), keunggulan teknologi aeroponik

adalah: (1) dapat menghasilkan umbi kentang yang banyak (10 kali lipat

dibandingkan cara konvensional yang hanya sekitar 3-5 knol/tanaman), (2)

mengurangi penggunaan pestisida, umbi sehat dan bersih, (3) mudah dipanen dan

(23)

dan (6) nutrisi dapat diatur sesuai perkembangan tanaman. Sistem produksi benih

kentang dengan aeroponik mulai dicoba oleh Balitbang Provinsi Jawa Tengah

tahun 2011 dengan tenaga ahli dari Fakultas Pertanian Unsoed yang dimotori oleh

Dr Ir Saparso MP, yaitu memanfaatkan pengaruh formula larutan nutrisi dan jarak

tanam terhadap pertumbuhan dan hasil pembibitan kentang dalam sistem

aeroponik. Hasil yang diperoleh adalah jumlah umbi per rumpun mencapai

rata-rata 44 buah.

Titik utama aplikasi aeroponik di lapang adalah tekanan yang dihasilkan

oleh pompa harus tinggi dan kesesuaian desain instalasi. Tekanan tinggi pada

selang saluran akan menghasilkan butiran air berbentuk kabut. Permasalahan di

lapangan untuk teknik aeroponik pada umumnya adalah tekanan yang dihasilkan

pompa kurang tinggi sehingga terkreasi butiran air kasar bukan kabut sehingga

jumlah oksigen butiran air menurun. Semakin kecil butiran air, maka permukaan

butiran air semakin luas. Semakin luas permukaan butiran air, maka

persinggungan dengan udara semakin banyak. Semakin banyak persinggungan

dengan udara, maka kemungkinan penambatan oksigen oleh butiran air semakin

besar (Suryono dan Ratna, 2012).

Oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar

merupakan kunci keunggulan aeroponik. Selama perjalanan dari lubang sprinkler

hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara sehingga

jumlah oksigen dalam butiran meningkat dan baik untuk perkembangan tanaman.

(24)

produksi umbi kentang mini konvensional. Teknik budi daya dengan aeroponik

dapat memperoleh laba 33%/m2 sampai 67%/m2(Suryono dan Ratna, 2012).

Usaha pembibitan tersebut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Oleh

karena itu, untuk mendorong percepatan innovation driven economy, pada 2012

hingga 2013 Balitbang Provinsi Jateng bekerja sama dengan Unsoed dan adanya

pendampingan dari Dinas Pertanian (Ir. Suhari) dan Intermediator Teknologi

Kemenristek (Ratna Sari Dewi S.TP) berusaha mendorong pengembangan

pembibitan kentang mutu unggul (bersertifikat). Rumah aeroponik bantuan

teknologi dari Balitbang berukuran 4 x 8 m2 dengan kapasitas 21 m2 terletak di

Desa Grogol, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Rumah konstruksi

aeroponik dapat dibangun sesuai kebutuhan dan ketersediaan dana. Rumah

tanaman dengan biaya konstruksi rendah memilki ciri antara lain strukturnya

sederhana dengan konstruksi dari bahan lokal yang tersedia di kawasan yang

beriklim setempat (Suryono dan Ratna, 2012).

Bambu dan kayu adalah bahan yang banyak digunakan di Indonesia, karena

biaya relatif murah. Untuk jangka waktu pemakaian lebih dari 10 tahun, sebaiknya

rumah tanaman dibangun dengan rangka besi. Untuk pemakaian kurang dari 5

tahun, sebaiknya digunakan rangka bambu. Ventilasi alamiah sebaiknya

dimanfaatkan secara maksimum sehingga tidak diperlukan peralatan khusus untuk

mengendalikan kondisi lingkungan dalam rumah tanaman. Untuk kawasan

beriklim tropis, orientasi rumah tanaman sebaiknya memanjang ke timur dan

barat, sehingga atap rumah tanaman menghadap ke utara dan selatan. Hal ini

(25)

sepanjang hari. Laju ventilasi alamiah sangat bergantung dengan kecepatan udara

di luar rumah tanaman, sehingga rumah tanaman dapat dibuat lebih optimum

dengan informasi kondisi iklim setempat (Suryono dan Ratna, 2012).

3. SOP berbasis GAP

Strategi pengaturan cara budidaya kentang perlu dilakukan untuk

memperoleh mutu tanaman kentang yang baik. Mutu produk komoditas

hortikultura diperoleh dengan meningkatkan produkuktivitas dan kualitas produk

yang sesuai dengan standar kemanan pangan, dinamika prefensi konsumen, dan

memiliki daya saing. Kegiatan peningkatan mutu prosuk hortikulturan akan

difokuskan pada penarapan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good

Handling Practices (GHP), registrasi kebun, fasilitasi budidaya, pascapanen,

implementasi teknologi budidaya yang ramah lingkungan. Penerapan GAP

melalui SOP yang spesifik lokasi, spesifik komoditas dan spesifik sasaran pasar

dimaksudkan agar meningkatkan prosuktifitas, kualitas produk, ramah lingkungan

dan memiliki daya saing tinggi dengan produk padananya dari luar negeri.

Penerapan GAP di Indonesia di dukung dengan peraturan mentri pertanian No.

48/Permentan/OT.140/10/2009 tentang perdoman Budidaya buah dan sayur yang

baik.

Tujuan dari penerapan GAP diantaranya:

a. Meningkatkan produksi dan produktifitas

b. Meninkatkan mutu hasil dan menjamin keamanan pangan

(26)

e. Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan, dan sistem

produksi yang berkelajutan

f. Mengembangkan sikap mental pada petani yang bertanggung jawabm ,

terhadap kesehatan, kemanaan diri dan lingkungan

g. Meningkatkan penerimaan oleh pasar internasional

h. Memberi jaminan kepada konsumen

(Draft petunjuk Umum Hortikultura, 2014)

Menurut Pergub Jabar80 tahun 2014 pasal 16 tentang tanaman pertanian.

Penerapan GAP meliputi:

a. Persiapan lahan

b. Pengaturan jarak tanam sesuai anjuran

c. Penggunaan benih unggul

d. Penggunaan pupuk sesuai anjuran

e. Pengaturan pengairan sesuai kebutuhan tanaman

f. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

g. Penerapan GHP untuk memenuhi pangsa pasar yang tersedia.

Standar operasional pelaksaaan (SOP) pada budidaya tanaman kentang

berbeda-bede sesuai dengan kelembagaan petani atau perusahan yang memiliki

lahan. Menurut Direktorat BTSB, (2006), untuk memenuhi kebutuhan tanaman

kentang di dalam negeri maupun luar negeri dengan kualitas dan kuantitas yang

memadai perlu pola produksi sesuai norma budaya yang baik dan benar seperti

Stanandar Operasional Porosedur (SOP) yang digunakan sebagai acuan petani

(27)

Target merupakan acun dalam menyusun SOP yang diterapkan dikebun

sesuai kebutuhan pasar. Taget budaidaya kentang yaitu produktifitas > 20 ton/ha,

tingkat kehilangan hasil , 10 %, kualitas umbi yang dihasilkan sesuai standar pasar

mencapai 90%. Kegiatan selanjutnya dalah pemilihan lokasi sesuai syarat tumbuh

tanaman kentang, agar dihasilkan kentang sesuai standar mutu yang ditetapkan,

dan tidak merusak lingkungan. Dilihat dari aspek tanah perlu top solum yang

cukup, ketersediaan sumber air, bukan sumber penyakit tular tanah, drainase baik,

tidak menyalahi kaideh konservasi tanah dan air. Alat yang digunakan dalam

menentukan lokasi yaitu altimeter, untuk mengukur ketinggian lokasi, pH meter,

Abney level untuk mengukur kemiringan lahan, alat tulis (Direktorat BTSB,

2006).

Prosedur pelaksanaan:

a. Mengukur tinggi lokasi dan kemirngan lahan

b. Mengukur pH tanah

c. Melakukan pemetaan lokasi lahan

Sasaran:

a. Diperoleh dneah rencana tata guna (desain) Lahan.

b. Diperoleh lokasi dengan kondisi

 Ketinggian tempat tumbuh misal 100 mdpl

 Kemiringan anjuran 5-20 0

 Tanah berstruktur gembur, subur, dengan pH 55-6,5, berdrainase baik

(28)

 Gamber lokasi lahan

Penentuan waktu tanam, berguna menentukan waktu tanam yang tepat bagi

pertumbuhan tanaman. Alat dan bahan yang digunakanan, data curah hujan

bulanan, dan ketersediaan air untuk mengatur waktu tanam sesuai daerah, dan

alat tulis (Direktorat BTSB, 2006).

Prosedur pelaksanaan

a. Lakukan pengkajian untuk mengetahui saat air tersedia secara alami di lahan

(mengetahui awal dan akhir musim hujan)

b. Lakukan pengamatan terhadap kebiasaan petani setempat dalam budidaya

tanaman di lokasi tersebut

c. Tentukan waktu tanaman yang tepat

d. Lakukan pencatatan sesuai format yang ditentukan

Sasaran yaitu diperoleh waktu tanam yang tepat.

Penyiapan lahan, yaitu membersihkan lahan dari sesuatu yang dapat

menggangu pertumbuhan tanaman agar kentang bebas dari gangguan fisik dan

biologis.

Alat dan bahan

a. Parang

b. Cangkul

c. Herbisida

d. Keranjang

e. Alat tulis, dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

(29)

a. Bersihkan lahan dari bebatuan, gulma, semak yang dapt menghalangi

pertumbuhan tanaman

b. Buang kotoran dan sisa bahan yang dibersihkan

c. Bongkar tanaman atau bagian tanaman yang dapat menjadi sumber penyakit

d. Kubur sisa gulma dan semak belukar

e. Lakukan pencatatan

Sasaran yaitu lahan bebas bebatuan, gulma, semak belukar, tersedia lahan

untuk pertanaman (Direktorat BTSB, 2006). Kegiatan budidaya (Direktorat

BTSB, 2006), yaitu:

a. Penyiapan lahan, yaitu pengolahan tanah, pembuatan parit dan garitan. A;at

yang digunakan seperti traktor, meteran, tali, bambu , alat tulis, blanko. Lahan

di bajak hingga kedalaman 30 cm, dan biarkan sealama 15 hari. Garitan dibuat

dengan kedalaman 10 cm, jarak antar garitan 80 cm. Pada lahan lereng dibuat

penanaman pohon pengat pematang.

b. Pembuatan jarak tanam, dan gunakan jarak tanam yang optimal. Alat yang

digunaka, tali, meteran, dan alat tulis. Ukur talidengan jarak 30-40 cm, untuk

menentukan titik tanam. Pada jarak tertentu tandai dengan bambu, lakukan

pencatatan.

c. Penyiapan benih, agar diperoleh benih yang seragam. Alat yang dibuthkan

kerangjang, alat tulis. Pilih benih yang bertunas 1-2 cm

d. Pemumukan Dasar dan penanaman. Usahakan menggunakan pupuk oerganik

(30)

e. Pemupukan susulan dan Pembubunan, berguna menambah kebuthan hara dan

perakaran dan umbi kentang tumbuh optimal. Alat yang digunakan seperti

cangkul, skop, ember, dan pupuk. Dilakukan pada tanaman berumur 30 Hari

Setelah Tanam (HST), dan 40 HST.

f. Pengairan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dan penyerapan unsur

hara oleh tanaman. Alat yang digunakan pompa air, sumber air, bak air, selang

air. Air dapat langsung sialiran kel alahn atau dipompa menggunakan pompa

air.

g. Pemasangan ajir/ turus, dibuat dnegan panjang ajir 70 cm, lebar 2-3 cm. Ajir

ditancapkan 5 cm dari tanaman.

h. Penyiangan dan saniatasi, dilakukan pada tanaman berumur 30 hari ,

sersasmaan kegiatan pembumbunan tanaman.

i. Pengendalian orgenisme panggangu tumbuhan, untuk menekan OPT sehingga

mempertahankan produksi dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

j. Penentuan saat panen, dengan melihan keadaan fisik tanaman, agar diperoleh

mutu dan produksi umbi yang optimal. Biasanya dipanen pada umbur 120 hst.

Pengujian tingkat ketuan dengan menggesekan kullit umbi kentang dengan

kentang lainnya.

k. Panen yaitu penggambilan umbi kentang dari dalam tanah. Kentang yang telah

dipanen dimasukan kedalam keranjang.

(Direktorat BTSB, 2006)

(31)

Menurut Duriat et al. (2006), masalah dalam dalam budidaya kentang salah

satunya yaitu keberadaan organisme pengganggu tanaman (OPT). CIP-Balitsa

(1999) dalam Duriat et al (2006), telah terinventarisasi OPT pada kentang

sebanyak 72 jenis yang terdiri atas 4 jenis bakteri patogen, 13 jenis cendawan

patogen, 15 jenis virus patogen, 1 jenis mikoplasma patogen, 8 jenis penyakit

fisiologi (abiotik), dan 31 jenis hama. Jumlah OPT yang sebanyak ini merupakan

kompilasi dari berbagai daerah atau negara penghasil kentang.

Di setiap negara atau daerah terdapat OPT utama sesuai dengan faktor–

faktor pendukung seperti jenis dan varietas tanaman yang diserang serta keadaan

lingkungan. Jadi belum tentu OPT yang penting di suatu wilayah menjadi sama

pentingnya dengan OPT di wilayah lain. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh

beberapa OPT penting pada tanaman kentang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis hama dan penyakit penting tanaman kentang

Nama umum Nama ilmiah/

(32)

daun Chrysodeixis,

1. busuk daun layu Phythoptora

infestans, Ralstonia

2. Bercak kering Alternaria solani D T

-3. Kaki hitam Erwinia spp. B+U T

-Keterangan: *) D= daun, U=umbi, C= cabang, S=sistemik, A= akar **): M= Muda, T=Tua

Sumber: Duriat et al (2006)

Pertanaman kentang di musim hujan seringkali mengalami serangan berat

penyakit busuk daun, sebaliknya pada musim kemarau hama sering menimbulkan

masalah. Untuk mengatasi hal ini umumnya petani hanya melakukan

pengendalian secara konvensional, yang hanya menekankan pada penggunaan

(33)

mencapai 40% dari biaya produksi. Disadari bahwa penggunaan pestisida yang

berlebihan akan memberikan dampak yang merugikan. Oleh karena itu

pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bahwa setiap program perlindungan

tanaman dilaksanakan dengan pendekatan konsepsi PHT.

Dasar hukum PHT tertera pada Inpres 3/1986 yang kemudian lebih

dimantapkan lagi melalui Undang-undang No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman. Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian semakin mantap, 2)

penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan

tanaman karena serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak

merugikan, dan 4) pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan

pestisida (Untung 1993). Penerapan PHT menurut Duriat dkk (2006) adalah

sebagai berikut:

A. Penggunaan Varietas yang sesuai

Bibit sebaiknya menggunakan varietas yang cocok. Varietas yang cocok

untuk dataran tinggi yaitu hampir semua jenis/varietas kentang dapat digunakan.

Dataran medium verietas kentang yang digunakan yaitu varietas Berolina,

DTO-33, Desiree, Red Pontiac dan lain-lain. Klon CIP 387.315-15 merupakan varietas

harapan untuk dilepas yang hasilnya tinggi dan memiliki rasa yang sama dengan

Granola (Setiawati et al. 1999, dalam Duriat et al, 2006). Selain dari penggunaan

varietas yang cocok, bibit harus bermutu dan bersertifikat serta memiliki

penampakan fisik yang baik. Bibit kentang bersertifikat resmi diberi label. Label

(34)

bibit kentang yang ideal yaitu umbi mulus, panjang tunas umbi 1-3 cm. Bibit asal

biji (TPS) sehat dan mulus dengan 4-5 helai daun sejati.

B. Kultur teknis yang tepat

1. Pra tanam

a. Pemilihan bibit

Bibit selama berada di gudang penyimpanan harus diketahui kondisi umbi

bibitnya yang akan menentukan tindakan pencegahan OPT di gudang. Kondisi

umbi bibit yang ideal adalah:

 Umbi bibit dipilih yang sehat (mulus dan tidak cacat) lalu dikelompokkan

sesuai dengan ukurannya, yaitu A (>60-80 g), B (>45-60 g), C (>30-45 g),

D (>20-30 g).

 Pengaturan cahaya dalam gudang. Bila gudang gelap tunas cepat tumbuh,

lemah dan pucat. Bila gudang terang pertumbuhan tunas tumbuh lambat

dan pendek namun kekar dan warnanya lebih tua.

 Suhu optimal gudang 14-18 °C. Suhu rendah (3-5 °C) memperlambat

pertunasan, sedangkan kondisi di atas suhu kamar mempercepat

pertunasan.

 Kelembaban optimal 75-90%. Kelembaban <70% menyebabkan bobot

umbi cepat susut. Kelembaban rendah dapat diatasi dengan menyimpan

kain/karung basah di beberapa tempat.

 Sirkulasi udara yang baik. Lubang-lubang ketat serangga di dinding

gudang bagian bawah (± 40 cm di atas lantai) memudahkan udara dingin

(35)

 Bibit ditempatkan dalam peti yang ditumpuk atau diletakkan di atas rak

yang disediakan. Perhatikan kondisi yang mudah untuk melakukan

kontrol, pembuangan umbi-umbi yang terinfeksi atau terserang OPT.

Pencegahan OPT digudang dapat dilakukan melalui pengamatan OPT yang

sering menyerang. Hama-hama gudang yang sering menyerang yaitu ulat

penggerek umbi (Phthorimaea operculella), kutu daun dan hama putih.

Sedangkan penyakit yang sering berkembang di gudang adalah penyakit-penyakit

yang terbawa umbi yang mengerluarkan eksudat inokulum (bakteri layu) atau

berspora (cendawan). Sedangkan penyakit virus tidak dapat diamati pada umbi

kentang secara visual. Untuk mencegah OPT gudang dilakukan seleksi atau

pemilihan umbi sehat (tidak terserang salah satu atau gabungan OPT).

Pemantauan yang dilakukan setiap minggu untuk menyeleksi dan memusnahkan

umbi bibit sakit di gudang sangat dianjurkan. Hal ini akan mencegah penyebaran

OPT ke umbi-umbi yang lain atau terbawa ke pertanaman musim berikutnya.

Perlindungan terhadap OPT di gudang dilakukan dengan cara:

 Pencegahan terhadap infeksi serangan penggerek umbi digunakan 5 kg

BiaRIV-1 per 1 ton bibit kentang. BiaRIV-1 adalah insektisida berbahan aktif

virus PoGV produksi Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran).

 Cara lain untuk mencegah penggerek umbi, yaitu menutup umbi dengan

daun saliara kering (Lantana camara) setebal 2 cm, atau memasang

perangkap feromonoid seks PTM1 + PTM2 sebanyak dua perangkap/10

(36)

 Umbi bibit yang memperlihatkan gejala penyakit (busuk bakteri layu,

bercak kering fusarium, atau bercak lainnya) dimusnahkan, dengan cara

dibakar atau dikubur dalam tanah. Jarak tumpukan umbi rusak paling atas

ke permukaan tanah kurang lebih 1 meter.

b. Pemilihan lahan

Lahan dipilih yang tanahnya gembur, di dekat sumber air (untuk musim

kemarau) dan bukan bekas pertanaman keluarga Solanaceae (kentang, tomat,

cabai, terung), serta bukan daerah endemik OPT kentang. Pengolahan tanah

berupa

 Tanah dicangkul sedalam 20-35 cm dan dibalik 2-3 kali. Sisa-sisa tanaman

sebelumnya dikumpulkan dan dimusnahkan. Rerumputan jangan dibiarkan

bertumpuk karena akan menjadi sarang ulat tanah.

 Dibuat garitan sedalam ±10 cm selebar cangkul, dengan jarak antar garitan

60-70 cm (tergantung pada ukuran bibit dan varietas kentang), lalu

diamparkan pupuk kandang matang disebar sepanjang garitan.

 Jika ditemukan akar tanaman atau gulma yang berbintil (bengkak) oleh

serangan nematoda atau jika ditemukan 300 ekor Meloidogyne dalam 1 kg

tanah maka dilakukan pemberian nematisida. Nematisida yang dianjurakan

adalah Carbofuran 3G (1-3 kg b.a kg/ha) yang diberikan pada waktu

memasang pupuk kandang di sepanjang garitan.

Jenis dan dosis pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang matang antara 20-30 t/ha

(37)

adalah pupuk majemuk NPK (15-15-15) sebanyak 100 kg/ha atau pupuk tunggal

yang terdiri atas TSP atau Super fosfat 250-300 kg, Urea 200-300 kg, ZA 300-400

kg dan KCl 200-300 kg. Semua pupuk buatan dicampur dan diberikan sekaligus

pada waktu tanam diletakkan di antara umbi bibit. Garitan yang telah diberi pupuk

dan ditanami kentang ditutup dengan tanah, lalu disiram 4.5.

2. Penanaman

Penanaman bibit kentang harus dipilih umbi bibit yang mulus dan sehat.

Bibit diletakkan di antara pupuk buatan dengan mata tunas menghadap ke atas,

dengan jarak tanam 25-30 cm, semakin besar ukuran umbi, semakin lebar jarak

tanam. Garitan yang sudah ditanami ditutup dengan selapis tanah yang diambil

dari kiri kanan garitan, lalu disiram air.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kentang agar menghasilkan produktivitas yang

optimum maka harus dilakukan yaitu penyiraman, penyiangan, pengguludan,

pemupukan dan pemberian mulsa jerami. Penyiraman, dilakukan bila tidak ada

hujan atau sesuai dengan kebutuhan. Tanaman muda memerlukan air yang cukup,

tetapi tidak menggenang. Penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dan

dilakukan tanpa mengganggu sistem perakaran. Di dataran tinggi penyiangan

dilakukan 2-3 kali dan di dataran rendah 1-2 kali. Pengguludan dilakukan setelah

penyiangan, dengan cara menaikkan tanah di sekeliling tanaman. Pada musim

hujan guludan dibuat lebih tinggi menjadi sekitar 40-50 cm.

(38)

semua dosis P. Pupuk susulan adalah 1/3 dosis ZA + Urea + KCl, yang diberikan

pada saat tanaman berumur 30-45 hari. Untuk pupuk majemuk (NPK) pemupukan

pertama 2/3 dosis, dan susulan 1/3 dosis. Di dataran medium, diperlukan mulsa

jerami sebanyak 20 t/hektar yang disebar merata setelah pengguludan terakhir. Di

dataran tinggi, dengan penggunaan mulsa plastik perak, pertumbuhan tanaman

menjadi lebih baik dan infestasi OPT berkurang.

C. Eradikasi Tanaman Terserang dan Penggunaan Bahan Kimia sesuai Ambang

Pengendalian

1. Pengamatan OPT

Pengamatan OPT merupakan suatu komponen penting dalam PHT, karena

hasil pengamatan merupakan dasar tindakan pengendalian selanjutnya.

Pelaksanaannya tidak perlu dilakukan pada setiap tanaman yang ada, cukup pada

satuan luas contoh saja yang dapat mewakili seluruh pertanaman yang ada. Bagian

tanaman yang diamati sesuai dengan penyerangan masing-masing OPT pada

tanaman. Selain pengamatan tanaman maka dilakukan pula pengamatan OPT.

Pengamatan OPT penting terdiri dari OPT langsung dan OPT tidak langsung.

OPT langsung (direct pest) adalah hama atau penyakit yang secara langsung

berpengaruh / merusak terhadap hasil panen. Untuk OPT langsung penghitungan

tingkat kerusakan sebagai berikut :

P= ab x100%

Dimana : P = tingkat kerusakan tanaman atau hasil tanaman

a = jumlah tanaman atau bagian tanaman yang rusak

(39)

Contoh OPT langsung antara lain ulat penggerek umbi, penyakit layu bakteri, layu

fusarium atau penyakit virus.

OPT tidak langsung (indirect pest) adalah hama atau penyakit yang tidak

secara langsung merusak atau berpengaruh terhadap hasil panen.

P=Σ

(

n x v NV

)

x100

Dimana : P = tingkat kerusakan tanaman

n = Jumlah tanaman dengan kategori serangan yang sama

v = Nilai (skor) pada tiap kategori serangan

N = Jumlah tanaman yang diamati

V = nilai (skor) tertinggi

Pengamatan OPT akan menghasilkan nilai (skor) pada tiap kategori

serangan OPT atas dasar kerusakan.

Tabel 2. Nilai kategori serangan OPT

Nilai (Skor) Penyakit Hama

0 Tidak ada serangan Tidak ada serangan

1 1-10% >0-20%

2 >10-20% >20-40%

3 >20-40% >40-60%

4 >40-70% >60-80%

5 >70%-tanaman mati >80%

2. Pengambilan keputusan pengendalian OPT berdasarkan ambang

pengendalian.

Pengamatan OPT perlu dilakukan sepanjang hidup tanaman, mengingat jenis

(40)

Dalam PHT, penggunaan pestisida dilakukan apabila populasi OPT/ tingkat

kerusakan tanaman sudah sampai pada level yang harus dikendalikan. Ada

beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai dasar pengendalian secara

kimiawi.

Tabel 3. Ambang pengendalian OPT penting pada tanaman kentang

No OPT penting Nilai ambang

1 Penggerek umbi (Phthorimaea operculella) 25 ngengat/ perangkap feromonoid seks pada MK

20 larva/tanaman contoh 2 Kutu daun (Myzus persicae) 7 ekor nimfa/ 10 daun

contoh

3 Trips (Thrips palmi) 100 ekor nimfa/ 10 daun contoh

4 Busuk daun (Phytopthora infestans) 1 bercak aktif/ 10 tanaman 5 Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) 1 tanaman/ 100 tanaman 6 Virus (PLRV, Mosaik) 10% tanaman muda Sumber: Duriat et al (2006)

a. Tindakan pengendalian hama

 Ulat tanah dikumpulkan dari sekitar tanaman yang terpotong atau rusak

kemudian dimusnahkan.

 Daun yang terserang penggerek umbi dipetik, dikumpulkan dalam kantung

plastik kemudian dimusnahkan (dikubur atau dibakar bersama plastiknya).

Ulat pemakan daun dikumpulkan dan dimusnahkan.

 Tanaman yang terserang penyakit layu cendawan atau bakteri dicabut

bersama umbi dan tanahnya dimasukkan ke dalam kantung/karung plastik,

kemudian dimusnahkan.

 Tanaman yang terserang virus daun menggulung dan virus mosaik apabila

(41)

kutudaun rendah, maka tanaman sakit sebaiknya dicabut dan

dimusnahkan. Apabila serangan virus sudah mencapai lebih dari 10% dan

populasi kutudaun tinggi, sebaiknya dibiarkan saja, karena tindakan

apapun tidak akan mengurangi serangan.

 Apabila tanaman terserang pengorok daun Liriomyza, bentangkan kain

kuning (lebar 0,9 m x panjang sesuai kebutuhan atau 7 m, untuk setiap

lima bedengan memanjang) berperekat di atas tajuk tanaman kentang

(Baso et al. 2000). Goyangan pada tanaman membuat lalat dewasa

beterbangan dan terperangkap pada kain kuning.

 Jika populasi larva P. operculella telah mencapai ambang kendali (25

ngengat / trap pada MH, 100 ngengat / trap pada MK atau 20 larva / 10

tanaman contoh), tanaman kentang disemprot dengan insektisida yang

efektif dan selektif, antara lain Atabron 50 EC, Orthene 70 SP serta

Curacron 500 EC dan Agrimec 18 EC yang digunakan secara bergantian.

Peninggian guludan untuk menutupi umbi kentang yang terbuka di

permukaan tanah akan menghindari peletakan telur pada umbi oleh

ngengat (Duriat et al. 1994). Telur ngengat yang terbawa umbi

menyebabkan hama ini berkembang di gudang.

 Jika populasi M. persicae mencapai ambang kendali (7 nimfa / 10 daun

contoh) pertanaman kentang disemprot insektisida bijaksana seperti

Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Agrimec 10 EC, dan lain-lain.

(42)

500 SC, Mesurol 50 WP, serta Curacron 500 EC dan Agrimec 18 EC yang

diaplikasikan secara bergantian.

 Jika populasi hama penggorok daun tidak berkurang dengan sapuan kain

kuning, tanaman disemprot dengan insektisida Neem azal T/S

Azadirachtin 1% (Baso et.al. 2000) atau insektisida kimia seperti Trigard

75 WP, Agrimec 18 EC (Novartis 1998).

b. Tindakan pengendalian penyakit antara lain:

 Penyakit virus dan bakteri

Tanaman kentang yang memperlihatkan gejala serangan virus atau layu

bakteri dicabut lalu dimusnahkan. Tanaman kentang yang terserang virus atau

layu tidak boleh digunakan bibit. Sampai saat ini belum ditemukan produk

yang betul-betul efektif untuk mengendalikan kedua penyakit ini. Salah satu

alternatifnya adalah pemilihan bibit yang baik, rotasi tanaman, tata air, yang

baik disekitar tanaman serta mengendalikan vector virus (kutudaun) dengan

insektisida selektif.

 Penyakit busuk daun

Jika penyakit busuk daun P. infestans pada pengamatan pertama

ditemukan satu bercak aktif / 10 tanaman contoh, maka tanaman disemprot

fungisida sistemik seperti Ridomil MZ 8/64 WP, Ridomil Gold MZ 4/64 WP,

Topsin M 70 WP, Delsene MX 200, Previcur N, Pruvit PR 10/56 WP. Pada

pengamatan-2 tidak ada bercak aktif tidak perlu disemprot. Bila ditemukan

(43)

WP, Daconil 70 WP, Dithane M45 80 WP, Phycosan 70 WP, Polyram 80 WP,

Vondozeb 80 WP, Menzate 200.

Pengamatan-3 bila tidak ada bercak aktif tidak perlu disemprot. Ada

bercak aktif semprot dengan fungisida sistemik. Pada pengamatan-4 ada

bercak aktif semprot dengan fungisida kontak. Pada pengamatan-5 ada bercak

aktif semprot dengan fungisida sistemik. Pada pengamatan-6 dan seterusnya

bila ada bercak aktif hanya menggunakan fungisida kontak saja. Penggunaan

fungisida sistemik dalam satu musim tidak lebih dari 3 kali.

5. Penguatan Kelembagaan

Upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

kesejahteraan petani dan keluarga, tentulah tidak mudah untuk mencapainya.

Dalam mencapai tujuan pengembangan usaha kentang menuju kelembagaan

ekonomi petani banyak masalah yang harus dilewati antara lain; a). Berusaha tani

berbagai komoditas telah dilalukan, b). Fluktuasi harga yang sangat tajam dari

berbagai komoditas yang dipermainkan oleh tengkulak, c). Petani berusaha

mencari usaha lain yang menguntungkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

berdasarkan pengalaman petani di Desa Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa

Tengah dalam pengembangan usahatani menuju kelembagaan ekonomi petani

dapat diuraikan sebagai berikut:

 Berbagai komoditas yang diusahakan seperti bertanam tembakau,

sayur-sayuran dan tanaman hias belum dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi

(44)

ini disebabkan kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam

menerapkan inovasi teknologi di wilayah tersebut.

 Dalam pemasaran hasil produksi dari berbagai komoditas masih

mengalami fluktuasi harga yang disebabkan petani masih menjual

produksinya secara perorangan, ada permainan harga dari tengkulak, belum

menjalin kemitraan dan belum melakukan Kelompok Usaha Bersama (KUB).

 Dari berbagai masalah usahatani yang dihadapi dan keteguhan petani di

Desa Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah akhirnya mencoba

memilih komoditas kentang sebagai andalan usahataninya.

Dasar-dasar penentuan komoditas kentang sebagai andalan dalam

pengembangan usahatani menuju kelembagaan ekonomi petani adalah :

 Di desa Kledung mempunyai kondisi lahan dan iklim yang cocok untuk

pengembangan komoditas hortikultura khususnya kentang.

 Telah didirikan Kebun Bibit Hortikultura (KBH) komoditas kentang milik

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah.

 Adanya kegiatan FMA.

Dasar-dasar tersebut dengan cepatnya masyarakat tani dapat memanfaatkan

peluang untuk pengembangan usahatani kentang, adapun pemanfaatan peluang

usaha tani kentang tersebut dengan cara sebagai berikut:

 Petani segera melakukan konsultasi dengan petugas Kebun Bibit

Hortikultura (KBH) tentang cara budidaya tanaman kentang dengan

(45)

 Membentuk kelompok tani, menyusun rencana kerja kelompok,

selanjutnya menetapkan topik pembelajaran FMA Desa/Kelompok.

 Melakukan pembelajaran FMA Kelompok dengan materi budidaya

kentang

Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut didapatkan bawah pembelajaran

FMA dan usaha kentang menguntungkan, namun dari beberapa anggota kelompok

tani ada isu-isu lain yang menjanjikan keuntungan lebih besar lagi yaitu dengan

menjual dalam bentuk benih kentang. Isu-isu tersebut ditangkap dengan cepat oleh

pengurus lalu disosialisasikan ke anggota dan anggota sangat respon/antusias

untuk mencari informasi mengenai teknologi usaha pembibitan kentang.

Selanjutnya kelompok menyusun dan mengajak anggotanya untuk mengikuti

pembelajaran FMA inovasi teknologi budidaya benih kentang berkualitas.

Pengembangan usaha kentang menuju kelembagaan ekonomi petani didasari

dengan sejalannya tujuan pemerintah adanya program pembangunan desa yang

mempunyai visi “Mewujudkan Desa Kledung sebagai Pusat Pembibitan Kentang

berkualitas (PPKB)” dukungan masyarakat terhadap program pemerintah daerah

tersebut serta meningkatnya permintaan akan benih kentang maka alumni

pembelajaran FMA Desa Kledung dengan gesitnya menanggapi secara cepat,

tanggapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

 Membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan nama “KUB” Maju

(46)

 Mengembangkan program usaha benih kentang tersebut ke wilayah desa

lain dan telah disambut dengan dukungan yang sangat baik oleh 5 desa

sekitarnya.

Sejalan dengan perkembangan usaha dan banyaknya permintaan benih

kentang maka para petani memperkuat posisi dengan jalan membangun

kemitraan dengan pedagang besar dan perbankan. Selain itu untuk memperkuat

kualitas dan mutu benih kentang asosiasi dan para perwakilan petani menyusun

dan membentuk lembaga ekonomi petani yang berbadan hukum, yang bertujuan

untuk memperkuat tawar kelembagaan tersebut kuat dan bisa terlindungi dari sisi

hukum. Usaha tersebut tidaklah sia-sia pada tanggal 9 Juli 2012 telah terbentuk

Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT. Kledung Agri Lestari.

PT. Kledung Agri Lestari untuk memperlancar usahanya, perusahaan dalam

memberikan pelayanan benih sumber kentang dan memberikan permodalan

kepada petani yang mau bermitra. Dalam mewujudkan pengembangan usahatani

menuju kelembagaan ekonomi petani PT. Kledung Agri Lestari akan melakukan

pendampingan penerapan teknologi sesuai dengan SOP budidaya benih kentang

dan membeli hasil usahatani benih kentang sesuai dengan kesepakatan harga.

Program-progran PT. Kledung Agri Lestari tersebut ternyata telah menarik

dan disambut dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Temanggung. Badan

usaha tersebut diresmikan oleh Bupati sebagai model Badan Usaha Milik Petani

(BUMP). Dukungan pemerintah terhadap program PT. Kledung Agri Lestari

(47)

 Melakukan kegiatan penangkaran benih kentang bekerjasama dengan

petani mitra di lima desa dengan luas lahan 10 ha.

 Perusahaan akan melakukan diversifikasi usaha dengan memanfaatkan

kentang yang tidak masuk kriteria sebagai benih untuk dibuat aneka olahan

makanan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

6. Pengembangan Kemitraan

Kemitraan dapat diartikan sebagai suatu bentuk kerjasama antara usaha kecil

dengan usaha menengah atau dengan usaha besar yang disertai pembinaan dan

pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan

memperhtikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan (UU No. 9, 1995). Penerapan pola kemitraan agribisnis bertujuan

untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani

kecil, peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran. Namun pada

kenyataannya penerapan kemitraan tersebut sering menghadapi masalah, baik

yang bersumber dari petani mitra maupun dari pihak perusahaan yang

menyebabkan kemitraan yang dibangun tidak dapat berkelanjutan. Melihat potensi

dan tantangan penerapan pola kemitraan sebagai suatu inovasi dalam peningkatan

kinerja petani kecil, maka penting menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhinya penerapan pola kemitraan agribisnis dan merumuskan strategi

kemitraan yang berkelanjutan (Purnaningsih, 2007).

Strategi penerapan pola kemitraan agribisnis antara petani dan perusahaan,

(48)

kegiatan untuk efisiensi, dan wadah kerjasama pemerintah dan swasta dalam

penyelenggaraan penyuluhan pertanian (Purnaningsih, 2007). Alasan petani

bermitra antara lain pemasaran terjamin, tersedia bibit/benih, produktivitas lebih

tinggi, adanya kegiatan pendampingan dalam prosedur bermitra dan teknik

budidaya serta tersedia jenis tanaman tahan OPT.

Konsep bermitra, atau penerapan pola kemitraan, adalah melakukan proses

kerjasama antar pelaku agribisnis dalam berbagai pola, dari yang sangat informal

sampai yang formal, dari yang berbentuk kelompok kecil sampai organisasi yang

komplek. Beberapa alasan mengapa harus bermitra antar para pelaku agribisnis

dijelaskan pada bagian berikut.

a. Konsekuensi dari Agribisnis di Era Kebutuhan Masyarakat yang Semakin

Kompleks.

Kemitraan yang pada intinya adalah proses kerjasama merupakan proses

pengorganisasian banyak kegiatan yang saat ini dirasakan sebagai suatu

kebutuhan karena karakteristik petani yang semakin kompleks

menghadapi kebutuhan masyarakat non petani yang juga semakin banyak dan

kompleks. Perlu upaya-upaya dari para pelaku agribisnis untuk menghadapi

kebutuhan masyarakat non petani akan produk pertanian khususnya sayuran,

agar membanjirnya produk sayuran luar negeri dapat dihadapi.

Fungsi-fungsi pengorganisasian kegiatan dalam pola kemitraan

merupakan strategi agar seluruh sub sistem agribisnis dapat berjalan,

menghasilkan produk dan pelayanan dengan mutu yang lebih baik dibanding

(49)

satu sub sistem maupun antara sub sistem, sehingga berbagai masalah yang

bersumber dari keterbatasan-keterbatasan yang saat ini banyak dialami oleh

para petani dapat diatasi.

b. Spesialisasi Kegiatan untuk Efisiensi.

Dengan bermitra, maka akan terjadi pembagian kegiatan dalam sistem

agribisnis sesuai dengan kekuatan dan keterbatasan para pelaku. Hal ini

dalam jangka panjang akan meningkatkan kemampuan khusus yang

berbeda-beda (spesialisasi) sehingga lebih efisien. Kelemahan petani secara umum

adalah: teknologi terbatas sehingga bekerja mengikuti musim, lahan

terbatas, keahlian terbatas, jaringan pemasaran terbatas, modal terbatas.

Kelemahan ini diminimalisir dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh

perusahaan, koperasi, maupun pedagang ngumpul. Kekuatan-kekuatan tersebut

antara lain: penggunaan teknologi baik, pengorganisasian kegiatan baik,

ada dukungan tenaga kerja sesuai bidangnya, akses terhadap lembaga

keuangan, luas dalam jaringan pemasaran.

c. Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam Penyelenggaraan Penyuluhan.

Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur agar proses

penyelenggaraan penyuluhan yang dilakukan oleh para petugas pendamping

dari perusahaan, koperasi, maupun oleh pedagang pengumpul dapat berjalan

dengan baik, dan sejalan dengan program pemerintah. Pola kemitraan

memberikan peluang kerjasama antara petani pengusaha, pedagang, dan

(50)

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kentang atau potato atau irish potatoes sudah lama dikenal dan ditanam di

berbagai negara. Menurut literatur, tanaman kentang berasal dari Amerika

Selatan dan Amerika Tengah. Kentang diklasifikasikan yaitu: Divisi

(Spermatophyta), Subdivisi (Angiospermae), Kelas (Dicotyledonae), Ordo

(Tubiflorae), Famili (Solanaceae), Genus (Solanum), Spesies (Solanum

tuberosum L.). Bagian-bagian atau organ-organ penting tanaman kentang

adalah daun, batang, akar, bunga, dan umbi. Melihat kandungan gizinya,

kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan

pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100

gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram,

karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe)

0,5 mg dan vitamin B.

2. Indonesia mengekspor kentang sekitar 21.000 ton per tahun dengan nilai

devisa sekitar 10 juta dollar AS. Indonesia memiliki prospek yang baik

untuk budidaya tanaman kentang. Seharusnya, ekspor tanaman kentang

Indonesia tidak hanya kentang segar saja, namun olahan lainnya dari

kentang agar pendapatan Indonesia meningkat.

3. Produksi kentang Indonesia setiap tahun bisa mencapai sekitar 850.000

ton. Jumlah ini dihasilkan dari luasan lahan sekitar 60.000 hektar. Peluang

(51)

terutama di wilayah dataran tinggi luar Jawa, seperti di Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Utara, dan Papua. Produktivitas kentang rata-rata nasional baru

mencapai 15 ton per hektar umbi. Upaya yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan produktivitas kentang yaitu dengan memperbanyak

penangkar benih, tata cara budidaya yang tepat, dalam tata cara budidaya

teknik aeroponik yaitu dapat dilakukan sepanjang tahun tidak terganggu

pergantian musim, Penanaman kentang harus menggunakan varietas yang

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-26.

Agromedia. 2007. Budidaya Kentang di Lahan Dataran Rendah. Artikel (On line),

http://www.agromedia.net/kabar-agromedia/review/budi-daya-kentang-di-lahan-dataran-rendah.html, diakses 2 April 2016.

Direktorat Bidayata Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2006, Prosedur

Operasional Standar Bidaua Kentang Varietas Granola (Solanum tubersum L), kabupaten bandung , jawa barat, , dierktorat jenendral hotikultura.

Duriat, Srie Ati, Oni Setiani G., dan Neni G. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang. Monograf Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 28.

Draf Petunjuk Umum Hortikulturan, 2014, program peningkatan produksi dan Produktivitas holtikultura Ramah Lingkungan Tahun 2015, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian.

Fuglie, Keith O. 2007. Priorities for Potato Research in Developing Countries: Results of a survey. American Journal of Potato Research, vol. 84, issue 5: 353-365.

Idawati, Nurul, 2012, Pedoman Lengkap Bertanam Kentang , Langkah Mudah Budidaya Kentang dan Kiat Bisnis Olahan Kentang, Pustaka Baru Press

Julianto. 2014. Kentang Siap Bersaing. Artikel Tabloid Sinar Tani (On line),

http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news %5D=1443&cHash=3768243ee4667ea0f987aa1c3e29a8af diakses pada 2 April 2016.

--- Pengembangan Unit Usaha Kenang Milik Petani. Tabloid Sinar Tani (On line), http://tabloidsinartani.com/content/read/pengembangan-unit-usaha-kentang-milik-petani/, diakses pada 1 April 2016.

Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 80 Tahun 2014 tentang Peningkatan Produksi pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

(53)

Purnaningsih, Nunik. 2007. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 1(3): 393-416.

Pusat Data Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2009. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian. 1(1).

Samadi, Budi. 2007. Kentang. Kanisius. Yogyakarta.

Sastrahidayat, Rochjatun Ika. 2011. Tanaman Kentang: Pengendalian dan Hama Penyakitnya. Universitas Brawijaya Press. Malang.

Setiadi. 2009. Budi Daya Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiadi, dan Surya Fitri Nurulhuda, 2007, Ketang: Varietas dan Pembudidayaan, Penebar Swadaya.

Soelarso, R. Bambang, 2008, Budidaya Kentang Bebas Penyakit, Kanisius, Yogyakarta.

Suryana, Dadan. 2013. Budidaya Kentang: Cara menanam kentang. Paper Back.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Kentang seluruh Provinsi di Indonesia dari tahun
Gambar 1. Perkembangan rata-rata harga produsen dan konsumen kentang tahun1997 -2007.
Gambar 2. Harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra tahun 2007.
Tabel 2. Perkembangan neraca perdagangan kentang Indonesia, tahun 2004- 2008.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat ditunjukkan dari frekuensi karyawan mengakses sistem alih informasi/intranet yang tersedia di setiap komputer karyawan ketika waktu luang, sedangkan

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan kebudayaan dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri yang disebabkan oleh .... inovasi,

Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Biro Kesra ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis SWOT, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang

serta membatasi bit rate (laju bit) dan bandwidth. Untuk mengantisipasi dan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan oleh keterbatasan serat optik, maka sebelum menggunakan

Sistem informasi Manajemen kepegawaian yang ada di Kecamatan Natarbora Timor-Leste pengolahan dan penyimpanan datanya yang masih menggunakan sistem manual atau

Kalau sekiranya ada perselisihan yang berlarut-larut, yang semestinya tidak demikian, maka yang dipersalahkan adalah pihak anak boru-nya, mereka harus benar-

Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan

Penerapan program pelatihan yang telah dirancang telah dilakukan di sekitar lokasi kandang sapi kelompok tani Sari Utama di desa Sraya Timur Kabupaten