• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 14 Perhitungan Pendapatan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modul 14 Perhitungan Pendapatan Nasional"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Ace Partadiredja Halaman 14-1

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

TIK:

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasisw a memahami tentang variabel-variabel d alam ekonomi makro.

TIU:

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasisw a diharapkan mampu menganalisis pengaruh perubahan variabel ekonomi makro terhadap indikator perekonomian suatu bangsa.

Sub Pembahasan:

 Komponen Produk Nasional

 Fungsi Konsumsi

 Tabungan

 Pembentukan Mod al

 Pengeluaran Pemerintah

 Ekspor dan Impor

 Pend apatan yang Seimbang

 Pengaruh A ngka Pelipat

 Relevansinya Buat Ind onesia

PERHITUN G A N PEN D A PA TA N N A SIO N A L

Barang-barang d an jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara d apat dilihat dari 2 fihak: fihak pembeli, konsumen dan fihak penjual, prod usen. Dari fihak pembeli pend apatan uang yang diterimanya dikeluarkan kembali untuk membeli barang-barang d an jasa-jasa. Pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk konsumsi, disingkat CE.Pendapatan yang tidak

dikeluarkan untuk konsumsi ad alah tabungan, disingkat S. Dengan demikian pendapatan yang kemudian dikeluarkan lagi ini terdiri dari CE + S.

Sebagai imbangannya dari fihak penjual, produsen, barang-barang yang dibuatnya terdiri d ari barang-barang konsumsi, disingkat CP, dan

barang-barang mod al atau investasi, disingkat I. Barang-barang modal ini terdiri dari ;

(2)

Ace Partadiredja Halaman 14-2 2. mesin-mesin;

3. barang konsumsi persediaan, baik yang sudah jadi, setengah jadi (masih dajam proses), maupun bahan mentah.

Dengan demikian dari segi prod uksi barang-barang ini terdiri d ari : CP + I. Kalau kita gabungkan akan terlihat bahw a :

PNB = CE + S

PNB = CP + I

Kalau CE= CP maka S = I atau tabungan sama dengan investasi. Apakah

CE = CP? Bagaimana kalau yang diproduksikan, CP, lebih besar daripada

yang dibeli, CE?Barang-barang konsumsi yang terlanjur dibuat tetapi tak

dapat dijual akan tertumpuk di gudang, dan merupakan bagian dari persediaan barang jadi, masuk investasi. Dengan demikian CE = CP.

Demikian pula apa bila CElebih besar dari pada CP akan terjadi pengurasan

persediaan barang jadi, I berubah menjadi CP dengan kata lain CP

bertambah. Kecuali apabila persediaan barang jadi ini habis sama sekali maka gambarannya akan lain. Dengan demikian maka CE=CP pada setiap

waktu.

Kalau kita perluas lagi maka tabungan ini tidak hanya tabungan rumah tangga saja tetapi juga perusahaan dan pemerintah. Demikian pula investasi tidak hanya perusahaan saja tetapi juga pemerintah. Sedemikian besarnya peranan pemerintah ini sehingga disendirikan. Barang-barang yang dibeli pemerintah sebenarnya tidak hanya terdiri dari barang-barang konsumsi saja seperti alat-alat tulis, kendaraan, dan perabotan, tetapi juga barang-barang investasi seperti jalan-jalan raya, rumah-rumah dan gedung-gedung. Jadi seharusnya dipisahkan antara keduanya. Tetapi kebiasaan selalu menyatukan keduanya menjadi sektor tersendiri. Pengeluaran oleh pemerintah disingkat G, sedangkan penerimaan untuk membiayai pengeluaran ini dinamai penerimaan pemerintah, disingkat T. Dengan demikian jadilah:

PNB = CE + S + T

PNB = CP + I + G

Akhirnya apabila diperluas lagi dengan perniagaan luar negeri, dimasukkanlah impor, M, dan ekspor, X. Dari segi produsen jadilah

PNB = CP + I + I + G + (X – M).

(3)

Ace Partadiredja Halaman 14-3 ekonomi. Naik turunnya komponen ini akan ikut mcnentukan naik turunnya Pend apatan nasional, berarti naik turunnya salah satu indikator kemakmuran negara, di samping indikator-indikator lain. Se-karang marilah kita lihat naik turunnya masing-masing komponen itu dalam Pend apatan Nasional Indonesia sebagai pada gambar 8. :

(4)

Ace Partadiredja Halaman 14-4 maka naik pula Pend apatan Nasional. A pabila seluruh komponen itu turun, akan turun pula Pend apatan Nasional. A pabila sebagian komponen naik dan sebagian lagi turun hasil akhirnya tergantung pada besarnya kenaikan dan penurunan komponen yang naik atau turun tersebut, atau dengan kata lain tergantung pada perimbangan kekuatan masing-masing komponen.

Uraian tersebut barulah pada tingkat elementer saja. Tidak semudah itu menentukan tingkat Pendapatan Nasional itu. Pada tingkat yang lebih lanjut akan dikenal lagi apa yang dinamai "aggregate supply" dan "aggregate demand" atau penawaran keseluruhan dan permintaan keseluruhan. Pendapatan Nasional ditentukan oleh interaksi antara permintaan keseluruhan dan penaw aran keseluruhan. Untuk tahap sekarang ini baiklah diaklmi sampai tingkat permulaan ini. Selanjutnya marilah kita bahas masing-masing komponen ini satu per satu.

FUNGSI KON SUM SI

Salah satu komponen Pend apatan Nasional adalah konsumsi. Fungsi konsumsi adalah sebuah fungsi yang menghubungkan laju pengeluaran konsumsi dengan tingkat Prod uksi Nasional atau Pend apatan Nasional. Di duga bahw a d engan bertambahnya Pendapatan Nasional akan bertambah pula jumlah konsumsi. Pengalaman sehari-hari memberi kesan demikian, apabila pend apatan kita bertambah maka pengeluaran konsumsi juga bertambah. Tentu saja pertambahan pengeluaran konsumsi ini tidak sebanyak pertambahan pend apatan, artinya tambahan pend apatan ini tidak atau belum tentu dihabiskan semua untuk konsumsi kecuali untuk orang-orang yang berpenghasilan rendah. Kalau kita belum mengalaminya sendiri mungkin sudah pernah melihat orang lain yang sudah mengalaminya. Di negara-negara lain sud ah banyak penelitian-penelitian belanja keluarga. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana belanja konsumsi ini berubah-ubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan keluarga. Penelitian yang sud ah ad a di Ind onesia ad alah perubahan proporsi belanja makanan dan bukan makanan dari seluruh jumlah uang yang dibelanjakan. Selanjutnya dari angka-angka Pend apatan Nasional juga kita dapat memperoleh gambaran perubahan konsumsi ini.

Tabel berikut memperlihatkan besarnya konsumsi setiap tahun dihubungkan dengan tingkat Pendapatan Nasional. Dengan naiknya Pend apatan Nasional atau Produk Nasional, naik pula pengeluaran konsumsi. Karena alasan-alasan itulah maka fungsi konsumsi dituliskan sebagai:

C = f(Y)

(5)

Ace Partadiredja Halaman 14-5 Tambahan dan pengurangan konsumsi ini dinamai "hasrat batas untuk mengkonsumsi” atau marginal propensity to consume, MPC, yang secara matematik ditulis sebagai , di mana Δ adalah perubahan besarnya konsumsi dan ΔY perubahan Pendapatan Nasional.

Fungsi konsumsi itu sering dituliskan sebagai suatu fungsi linier, yaitu :

C = a + bY

di mana a dan b adalah konstan. A pabila Y = 0 maka besarnya konsumsi adalah a, b merupakan lereng fungsi. Dengan demikian maka:

0 < Δ

Δ = < 1

yaitu bahw a hasrat batas untuk mengkonsumsi ad alah sebuah pecahan positif, misalnya 0,8 yang berarti setiap pertambahan pend apatan sebanyak Rp 100.000,00 akan berakibat kenaikan konsumsi Rp 80.000,00.

(6)

Ace Partadiredja Halaman 14-6 Untuk fungsi konsumsi yang linier kita dapat menggambarkannya sebagai berikut :

Fungsi konsumsi seperti itu amat bermanfaat untuk analisa penentuan Pendapatan Nasio -nal, karena itu hendaknya difahami benar-benar.

TABUNGAN

(7)

Ace Partadiredja Halaman 14-7 Tingkah laku tabungan ini diduga berhubungan erat dengan suku bunga dan Pendapatan Nasional. Tetapi belum teruji benar. Dilukiskan secara matematik tabungan ini ada-lah sebagai berikut:

S = f ( r , Y)

di mana S adalah tabungan, r suku bunga dan Y Pendapatan Nasional. Perubahan tabungan akibat perubahan Pendapatan Nasional dinamai "hasrat batas untuk menabung" atau marginal propensity to save, MPS. A pabila pendapatan bertambah sebagian digunakan untuk konsumsi sebagian lagi ditabung. Dengan demikian

0 < Δ

Δ < 1

dengan Δ sebagai perubahan tabungan d an Δ perubahan pendapatan. Jadi dihubungkan d engan tambahan konsumsi

−ΔΔ + Δ

Δ = 1

Digambarkan dalam bentuk grafik tabungan itu adalah sebagai berikut :

(8)

Ace Partadiredja Halaman 14-8 kanannya tabungan positif.

PEM BEN TUKA N M O D A L

Investasi atau pembentukan modal adalah tambahan pada barang-barang modal, investasi netto adalah tambahan modal dikurangi penyusutan barang-barang modal atau konsumsi modal. Pembentukan modal ini dimungkinkan karena masyarakat tidak mengkonsumsi semua barang yang diproduksi, atau tidak semua barang yang dihasilkan itu berw ujud barang konsumsi.

Kita ingat bahw a tidak semua pendapatan itu dibelanjakan untuk keperluan konsumsi, melainkan sebagian ditabung. Untuk investasi ini diperlukan tabungan. Tabungan dan investasi ini tidak dikerjakan oleh orang yang sama, tabungan oleh Rumah Tangga dan Perusahaan, sedang investasi oleh sektor Perusahaan. Sebagian investasi dibiayai oleh tabungan perusahaan itu sendiri, tetapi sebagian lagi bahkan mungkin sebagian besar, dibiayai oleh tabungan Rumah Tangga lew at pinjaman dari Bank.

Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya investasi ini banyak sekali: Pertama, Pendapatan Nasional. Makin tinggi Pendapatan Nasional makin tinggi pula pengeluaran konsumsi. Pengeluaran konsumsi yang makin tinggi memerlukan produksi barang -barang konsumsi yang lebih banyak. Produksi barang-barang konsumsi yang lebih banyak memerlukan barang-barang modal yang lebih banyak pula. Lain daripada itu kenaikan Pendapatan Nasional akan membangkitkan harapan (expectation) pengusaha untuk memperoleh untung dari kenaikan volume usaha. Harapan ini pula yang mendorong pengusaha untuk menambah modal. Harapan pengusaha akan kenaikan kegiatan perekonomian inilah yang merupakan faktor dinamis yang sukar diramalkan dan karena itu amat mudah berubah. Investasi yang dirangsang oleh pertambahan Pendapatan Nasional ini dinamai investasi yang dirangsang atau induced investment; sedang investasi yang tidak ditentukan oleh Pendapatan Nasional, melainkan faktor lain yang mempengaruhi harapan pengusaha dinamai investasi yang otonom atau autonomous investment.

Seringkali harapan ini dihubungkan dengan suku bunga. Apabila harapan keuntungan misalnya 24 % dari investasi lebih tinggi daripada bunga investasi misalnya 10% maka pengusaha akan berani memperluas usahanya dengan menambah modal. Terlihat di sini bahwa harapan itu dikuantifikasi. Dirumuskan dalam bentuk fungsi, investasi itu adalah sebagai berikut:

I = f (r, Y)

(9)

Ace Partadiredja Halaman 14-9

Δ

Δ > 0

kenaikan pendapatan disertai dengan kenaikan investasi, dan

Δ

Δ < 0

kenaikan bunga disertai dengan penurunan investasi dan sebaliknya. Hubungan antara bunga dengan investasi ini sebenarnya belum teruji benar, masih dugaan atau hipotesa.

Hubungan antara investasi dengan pendapatan Nasional 1971—1977 terlihat pada tabel berikut:

(10)

Ace Partadiredja Halaman 14-10 PENGELUARAN PEMERINTAH

Pengeluaran pemerintah sebagai suatu komponen yang makin besar ditentukan oleh atau fungsi dari politik pemerintah sendiri. Politik pemerintah hampir semata-mata terletak di luar bidang ekonomi. Karena itu pengeluaran pemerintah ini diramalkan dari tindak tanduk pemerintah sendiri.

EKSPO R D A N IM PO R

Besarnya ekspor sebagian ditentukan oleh permintaan luar negeri dan sebagian lagi oleh keadaan di dalam negeri seperti tingkat harga dibandingkan dengan barang yang sama dari negeri lain, hubungan dagang dan politik, politik perniagaan luar negeri, mutu barang, dan perangsang-perangsang ekspor. Demikian pula besarnya impor dari luar negeri.

PEN D A PA TA N YA NG SEIM BA N G

(11)

Ace Partadiredja Halaman 14-11 pendapatannya dengan prod usen yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.

Kita ketahui bahw a dari segi konsumen yang membelanjakan pendapatannya, pendapatan itu dapat dikeluarkan untuk membeli barang-barang konsumsi atau ditabung. Jadi:

Y = CE + S

dengan CE adalah konsumsi yang ditentukan oleh pendapatan, dan S adalah

tabungan yang juga ditentukan oleh pendapatan. Dari segi produsen barang-barang yang dihasilkan terdiri dari barang-barang konsumsi dan barang-barang investasi. Jadi:

Y = CP + I

dengan Cp adalah jumlah barang-barang konsumsi yang dihasilkan, dan I adalah barang-barang modal. Perekonomian akan mengalami suatu keseimbangan apabila jumlah barang-barang konsumsi yang benar-benar dihasilkan sama dengan jumlah yang ingin dibeli oleh konsumen. A pabila ini terjadi, maka jumlah uang yang ditabung akan sama dengan investasi, dan tidak akan ada kelebihan tabungan. Kalau CP > CE, sejumlah

barang-barang konsumsi tidak akan terjual, dan tabungan akan lebih banyak daripada investasi; dengan kata lain akan ada kelebihan tabungan. Penjualan akan lebih kecil daripada yang diduga pengusaha dan persediaan barang-barang yang sebenarnya tidak diinginkan akan makin bertumpuk. Jadi pedagang akan mengurangi pesanannya, pengusaha produsen akan mengurangi produksinya, dan Pendapatan Nasional akan menciut kembali. Penciutan ini akan mengurangi tabungan dan investasi bersama-sama sehingga ked uanya akan sama kembali, asalkan tabungan berkurang lebih cepat daripada investasi. Dengan demikian keseimbangan akan tercapai kembali di mana jumlah barang-barang konsumsi yang diproduksikan sama dengan jumlah yang dibeli konsumen dan Pendapatan Nasional tidak akan berubah lagi.

Sebaliknya apabila Cp < CE; penjualan barang-barang akan lebih

cepat dari dugaan semula, persediaan barang-barang akan berkurang. Pedagang akan memesan barang-barang lebih banyak, produsen akan menghasilkan barang-barang lebih banyak, dan Pendapatan Nasional akan naik menuju ke tingkat yang seimbang. Kembali tabungan akan sama dengan investasi. Dengan demikian jelas bahw a tidak akan terjadi pengembangan atau penciutan Pendapatan Nasional kalau Cp = CE? . Kalau

Cp = CE , maka I = S. Kesimpulannya ad alah bahw a bila terjadi kesamaan

(12)

Ace Partadiredja Halaman 14-12 Pada gambar tersebut Y adalah tingkat Pendapatan Nasional yang seimbang. Setiap kali ada gerakan yang membuat S dan I tidak sama sehingga merubah Y maka terjadi serentetan gerakan yang menuju ke titik keseimbangan.

Perlu dikemukakan bahw a meskipun pendapatan yang seimbang ini sudah tercapai dalam masyarakat, belum tentu semua karyaw an terkerjakan dan semua mesin beserta pabrik-pabrik terpakai penuh. Dengan kata lain mungkin saja pada tingkat Pendapatan Nasio nal yang seimbang ini terdapat pengangguran alat-alat dan manusia, yang berarti pendapatan itu masih dapat ditingkatkan, dengan menaikkan investasi, konsumsi atau cara lain. Pada gambar di atas mungkin sekali pendapatan yang seimbang terletak pada Y sedangkan pendapatan dengan penggunaan alat-alat dan orang-orang pada kapasitas penuh adalah pada P. Pendapatan seimbang pada kapasitas penuh dan kurang dari penuh ini merupakan bahan pertikaian yang ramai antara para ahli ekonomi klassik dengan ahli ekonomi Keynesian, sebagaimana dapat kita ikuti dalam sejarah pemikiran ekonomi dari zaman ke zaman.

(13)

Ace Partadiredja Halaman 14-13 Pada gambar 13 garis diagonal 45° adalah garis yang menunjukkan Y = C + I + G. Setiap titik yang terletak di luar garis ini berarti C + I + G, yang lebih besar atau lebih kecil daripada Y. Sedang garis C + I + G menunjukkan jumlah-jumlah konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah yang direncanakan untuk berbagai tingkat Y. Pad a titik pertemuan antara C + I + G d engan Y Pendapatan Nasional akan seimbang, setiap ada gerakan yang merubah hingga Pendapatan Nasional bergoyang naik atau turun, maka Pend apatan Nasional ini akan kembali ke titik keseimbangan, asalkan besarnya konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah yang direncanakan tidak berubah, atau d engan kata lain asalkan garis- garis C, I dan G tidak berubah.

Pada tingkat pelajaran yang lebih lanjut akan diketahui bahw a garis 45° ini adalah "aggregate supply" dan garis C, I dan G ditambah dengan kegiatan ekspor dan impor (X - M) adalah "aggregate demand".

PEN G A RUH A N G KA PELIPA T

(14)

Ace Partadiredja Halaman 14-14 A ngka untuk melipat pertambahan ini dinamai pelipat (multiplier). A pabila pemerintah menaikkan investasi sebanyak Rp 100 juta terus menerus setiap saat (mungkin di Ind onesia ini misalnya setiap tahun) maka Pendapatan Nasional akhirnya akan bertambah empat kali lipat, yaitu sebanyak Rp 400 juta. Demikian juga apabila konsumsi dan pengeluaran pemerintah itu naik. Pad a gambar 14 kita umpamakan pend apatan yang seimbang terletak pad a Y, dengan rencana konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah setinggi C + I + G. Dengan suatu program pembangunan kalangan sw asta menambah investasi, atau pemerintah menaikkan pengeluarannya terus menerus hingga dari C + I + G naik ke C' + I' + G' sebanyak jarak A B pada gambar 14. Kita lihat bahw a Y telah naik dari Y ke Y' yang besarnya berlipat kali A B. Kenaikan pendapatan akibat kenaikan konsumsi atau investasi, atau pengeluaran pemerintah ini tergantung pad a lereng garis C + I + G. Makin curam lereng itu makin besar pelipatnya. Cobalah melukis sendiri! Kita mengetahui bahw a lereng ini ad alah hasrat batas untuk mengkonsumsi, MPC yang sama d engan lereng garis investasi d an garis pengeluaran pemerintah, apabila besarnya tidak berubah pada berbagai titik Y. MPC ini berupa suatu pecahan misalnya 0,75, berarti setiap pertambahan Y sebanyak Rp 1.000.000 akan (direncanakan) menaikkan konsumsi sebanyak Rp 750.000. A pabila MPC = 0,75 maka MPS, hasrat batas untuk menabung adalah 1 — 0,75 = 0,25. A pabila sw asta atau pemerintah menaikkan pengeluaran sebanyak Rp 1.000.000 maka penerima pendapatan tambahan ini akan membelanjakannya lagi sebanyak Rp 750.000, dan penerima yang Rp 750.000 ini akan membelanjakannya sebanyak 0,75 x Rp 750.000 = Rp 562.500 dan demikian seterusnya. A pabila terjadi terus menerus maka jumlah pend apatan d ari mula sampai akhir adalah 4 x Rp 1.000.000 = Rp 4.000.000. A ngka 4 sebagai pelipat ini berasal dari:

1

1− =

1

(15)

Ace Partadiredja Halaman 14-15 kali lipat. Yang dimaksud d engan saat di sini tidaklah pasti, mungkin satu tahun, enam bulan, lima tahun, d an sebagainya, tergantung pad a kecepatan anggota masyarakat itu untuk membelanjakan kembali pend apatan yang diterimanya. Makin cepat pend apatan yang diterimanya itu dibelanjakan kembali makin pendek w aktu yang diperlukan untuk menaikkan pend apatan, d an makin lama orang memegang uang makin lama pula kenaikan pend apatan seimbang yang baru akan tercapai. Bagaimanapun juga proses menerima pend apatan d an mengeluarkannya kembali makan w aktu tertentu, sehingga untuk mencapai Pendapatan Nasional seimbang yang baru juga makan w aktu.

Konsep pelipat atau multiplier ini mempunyai implikasi yang penting bagi kebijaksanaan negara. Setiap kali pemerintah mengeluarkan uang untuk konsumsi (kertas tulis, alat-alat kantor), investasi (dam, jaringan irigasi, jalan raya, bangunan) maka pendapatan masyarakat akan bertambah berlipat ganda. Misalnya pemerintah mengeluarkan uang untuk program subsidi desa sebanyak Rp 350.000,00 per tahun maka pendapatan masyarakat akan naik beberapa kali asalkan syaratnya terpenuhi. Tidak hanya pendapatan pembuat bata merah, ped agang pasir dan batu saja yang naik, tetapi mungkin juga ped agang pakaian, radio, sepeda dan lain-lain yang menerima pendapatan dari, penerima yang pertama.

(16)

Ace Partadiredja Halaman 14-16 membelanjakan kembali uang yang diterimanya. Kalau mereka menahannya, berhenti pulalah proses pengembangan pendapatan ini, sekurang-kurangnya diperlambat w aktunya. Ked ua, apabila uang yang diterima ini dibelanjakan pada barang buatan dalam negeri. Kalau dibelanjakan pada barang luar negeri, proses penambahan pend apatannya akan terjadi di luar negeri pula. Proses pemind ahan ke luar negeri inilah yang dalam literatur ekonomi disebut kebocoran (leakage), Jadi agar proses pelipat gandaan pendapatan ini terjadi di dalam negeri tidak boleh ada kebocoran. Tetapi untuk negara yang terbuka, artinya yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri kebocoran ini tidak dapat dan tidak perlu dihindarkan. Seorang pegaw ai yang menerima kenaikan gaji mungkin menggunakannya untuk membeli lemari es buatan Jepang, sehingga yang untung adalah pengusaha lemari es di Jepang. Demikian pula sebaliknya pengusaha di Jepang yang memperoleh pendapatan tambahan karena usahanya maju akan membeli jagung hasil produksi petani Indonesia, mudah-mudahan petani Ind onesia untung. Ketiga, proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan kembali tidak berubah, misalnya tetap sebanyak 0,75. Kalau proporsinya ini mengecil akan mengecil pula pelipatnya dan akan kecil pula tambahan pendapatan dari itu. Nampaknya proporsi pendapatan yang dibelanjakan kembali ini berbeda-beda untuk tiap keluarga. Bagi keluarga-keluarga miskin sebagian besar atau seluruh pendapatannya ini akan dibelanjakan kembali. Tetapi bagi golongan kaya sebagian pend apatannya akan ditabung. Dari sini dapat ditarik pelajaran bahw a anggaran yang dikeluarkan bagi golongan miskin akan mempunyai efek pelipat yang lebih besar daripada yang dikeluarkan bagi golongan kaya.

RELEVANSIN YA BUA T INDONESIA

Analisa pendapatan yang seimbang dan hubungannya dengan pengangguran dan pengerjaan (employment) mendapat perhatian sarjana ekonomi negara-negara maju. Mereka tertarik pada stabilitas perekonomian. Untuk mengetahui perekonomian yang stabil ini mereka mencari faktor-faktor apa yang kiranya akan mengganggu. Lain dari itu perhatian mereka tertuju juga pad a pengangguran d an pengerjaan. A pakah pendapatan yang seimbang ini lebih rendah d ari pend apatan pad a pengerjaan penuh (full employment) ataukah malah sud ah melampauinya, yang akan berarti inflasi. Pengangguran dan inflasi merupakan hantu yang menakutkan bagi mereka. Tetapi ternyata bahw a pad a saat ini dua hantu ini telah menjelma di beberapa negara yang sudah maju. Perekonomian mengalami stagnasi dan inflasi meland a d engan hebat, inilah yang dinamai kead aan stagflasi (stagflation).

(17)

Ace Partadiredja Halaman 14-17 puntung rokok atau membantu di saw ah dan lad ang. Sanak keluarga mereka juga masih bersedia menampung meskipun sama-sama melarat berkat sistem sosial Indonesia.

Sarjana ekonomi di negara-negara yang berkembang tid ak hanya tertarik pad a Pendapatan Nasional yang seimbang tetapi juga dan terlebih-lebih lagi pad a pertumbuhan eko nomi. Sekali sudah memperhatikan pertumbuhan ekonomi faktor non-ekonomis yang biasanya tid ak diperhatikan itu dimasukkan ke dalam pertimbangannya. Karena itu ahli-ahli ekonomi di negara-negara berkembang sangat memperhatikan ekonomika pembangunan.

(18)

Ace Partadiredja Halaman 14-18 LATIHAN

1. "Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh yang lebih besar atas investasi daripada tingkat bunga." Berilah penjelasan!

2. Pengeluara pemerintah ditentukan oleh faktor-faktor politik, tetapirumus yang ham-pir lengkap adalah:

Y = C + S + G

dengan demikian apakah + = 1 masih berlaku?

3. A pakah keuntungan perusahaan tahun ini dapat digunakan untuk meramalkan tingkat investasi di masa yang akan datang?

4. A pa yang terjadi bila CE < CP?

5. Terangkan pentingnya konsep "hasrat batas untuk mengkonsumsi" dan "hasrat batas untuk menabung.”

6. Dalam analisa diketahui bahwa dalam keadaan keseimbangan pendapatan S = I dan Y = C + I. Buktikanlah bahwa keduanya menunjukkan kondisiyang sama!.

7. Apabila pendapatan naik dengan Rp 100 juta konsumsi yang direncanakan juga naik dengan Rp 80 juta. Umpamakan fungsi konsumsi linier, berapakah pendapatan seimbang baru apabila konsumsi turun Rp 80 juta? Berapakah pelipatnya?

8. Umpamakan C = 30 + 0,8 Y I = 10

G = 20

dan pendapatan yang seimbang adalah : Y = C + I + G. Kalau pendapatan seimbang pada pengerjaan penuh (full employment) terletak pada Y = 400, berapakah pemerintah harus menambah/ mengurangi pengeluarannya? Umpamakan pelipat pengeluaran pemerintah sama dengan pelipat konsumsi.

Referensi

Dokumen terkait

Diantara beberapa karya Adam Smith diatas, “An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of Nations” atau lebih sering disingkat dengan “The Wealth of Nations” yang

• Menurut Smith, hubungan antara nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang memiliki nilai guna yang tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar ( tidak bisa ditukarkan

[r]

Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja

Gambar 2 Diagram Alat Pendeteksi Debu Saat start (saklar on) maka akan menginitial LCD 16x2 ada perintah LOOP maka akan terjadi delay jika tombol ditekan dan berfungsi

GIRSANG, S.IK TOTOK PRASETYO. RESOR

Hal ini juga dipengaruhi dengan cara mereka menemukan koleksi bahwa pemustaka yang sudah terbiasa datang ke perpustakaan mencari informasi dengan menggunakan OPAC

Selain itu, tanggal yang fontnya paling besar mendominasi poster tersebut, tanggal tersebut sangat berisi pesan untuk memberitahukan kapan acara tersebut diselenggarakan serta