• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI id. docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.

Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Definisi Kepemimpinan

Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna menyelidiki fenomena kepemimpinan.

(2)

Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins. Menurut Mullins, kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut.

Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua. Menurut mereka, kepemimpinan adalah “... the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change.” Bagi Lussier and Achua, proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”

Definisi kepemimpinan juga diajukan Yukl, yang menurutnya adalah “ ... the process of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared objectives.” “... proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui apa yang harus dilakukan sekaligus bagaimana melakukannya, termasuk pula proses memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama.”

Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu “ ... is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.” “ ... adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna mencapai tujuan bersama.” Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:

1. kepemimpinan merupakan sebuah proses; 2. kepemimpinan melibatkan pengaruh;

(3)

4. kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.

1. LEVEL KEPEMIMPINAN

John C. Maxwell dalam bukunya “The 360 Degree Leader” mengatakan ada 5 Level Kepemimpinan. Konsep tentang kepemimpinan sebenarnya begitu kaya dan rumit tetapi dapat disederhanakan menjadi 5 tingkatan. Dimulai dari :

1. Level 1 – Kepemimpinan dasar (Rights/hak) : Maksudnya adalah orang mau mengikuti Anda karena mereka memang harus melakukan hal tersebut atau lebih mudahnya dapat disebut sebagai pemimpin yang hanya mengandalkan jabatannya.

Note : Semakin lama Anda bertahan disini, semakin tinggi perputaran karyawan dan semakin rendah semangat juangnya.

2. Level 2 – Perkenanan (Relationships/hubungan ) : Orang mau mengikut Anda karena mereka ingin melakukan hal tersebut.

Note : Orang akan mengikuti Anda hingga melampaui wewenang yang ditetapkan kepada Anda. Di level ini, mungkin pekerjaan akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Tetapi semakin lama Anda bertahan disini, Anda dapat membuat orang-orang disekitar Anda yang bermotivasi tinggi menjadi gelisah.

3. Level 3 – Produktivitas (Results/hasil) : Orang mau mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk organisasi tersebut.

Note : Di level ini biasanya kesuksesan sudah bisa dirasakan oleh sebagian besar orang. Mereka menyukai Anda dan mereka juga menyukai apa yang telah Anda lakukan.

4. Level 4 – Mengembangkan orang lain (Reproduction/reproduksi) : Disini orang mau mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk mereka.

(4)

5. Level 5 – Puncak kepemimpinan (Respect/rasa hormat) : Orang mau mengikuti Anda karena siapa Anda dan apa yang Anda representasikan.

Note : Di level ini biasanya pemimpin sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk mengembangkan orang lain dan organisasi. Hanya sedikit yang berhasil, tetapi mereka yang berhasil adalah orang-orang yang mengagumkan.

2. PERILAKU KEPEMIMPINAN

Teori-Teori Perilaku Kepemimpinan

Sulitnya mendefinisikan kepemimpinan efektif hanya berdasarkan karakter memicu minat untuk melihat perilaku pemimpin dan bagaimana perilaku tersebut dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan mereka dilakukan dengan beberapa metode penelitian antara lain:

A. Studi Universitas Iowa

Salah satu eksplorasi formal yang pertama dari kedua gaya dilakukan oleh Kurt Lewin dan koleganya di University of Iowa, pada 1930-an - saat teori sifat masih didominasi 'peneliti perhatian yang besar. Lewin menggunakan istilah:

1. Otokratis - di mana staf yang hanya melakukan seperti yang diperintahkan.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

2. Demokratis - di mana staf memiliki beberapa mengatakan atas apa yang terjadi di tempat kerja mereka.

Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.

(5)

Teori kepemimpinan perilaku benar-benar datang ke dalam tahun 1940, dan 1950-an ketika dua kelompok terpisah peneliti dari University of Michigan, dan Ohio State University mulai sistematis melihat perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin yang efektif.

Pekerjaan yang dilakukan oleh University of Michigan, di bawah pengawasan Rensis Likert, yang disebut gaya kepemimpinan seorang manajer sebagai salah satu:

1. Produksi berorientasi - dengan memungkinkan hanya mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dan dilakukan dengan baik sikap.

2. Karyawan berorientasi - mengambil kepentingan pribadi dalam staf mereka dan secara aktif mencari untuk memelihara comerarderie kuat.

Kesimpulan dari para peneliti asli karyawan yang berorientasi pemimpin mencapai tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas kerja, dan memiliki staf yang lebih puas daripada pemimpin berorientasi produksi. Namun, lain berpendapat [6] bahwa upaya penelitian untuk

mengidentifikasi satu universal gaya terbaik, telah lemah yang terbaik - peneliti terkemuka untuk menemukan pentingnya situasi dalam menentukan gaya yang akan bekerja terbaik.

3. Ohio State Univerity Studi

Studi Ohio, yang dilakukan pada waktu yang sama seperti yang di Michigan di bawah arahan Ralph Stogdill, disebut dua cara utama sebagai:

1. Memulai struktur - di mana manajer menentukan dan ketat struktur pekerjaan staf.

2. Pertimbangan - mana manajer memelihara rasa saling percaya dan hubungan intepersonal kuat.

Namun, penelitian ini unik karena mereka tidak melihat dua dimensi kepemimpinan untuk menjadi eksklusif gaya bersama, di mana seorang manajer adalah tugas baik atau hubungan terfokus.

4. Model Leadership Continuum

Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan : 1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling). 2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling). 3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.

4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah. 5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan

(consulting).

(6)

7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :

1. Berorientasi kepada pemimpin. 2. Berorientasi kepada bawahan.

3. MODEL KEPEMIMPINAN

1. Model Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)

Model kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.

Terdapat 3 ( tiga ) sifat situasi yang berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan, yaitu: a. Hubungan antara pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam

menentukan situasi yang menguntungkan.

b. Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua yang sangat penting untuk situasi yang menguntungkan.

c. Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, adalah dimensi sangat kritis yang ketiga dari situasi.

2. Model 3 Dimensi Kepemimpinan (Reddin)

Model 3 Dimensi Kepemimpinan atau yang juga dikenal dengan sebutan 3-D model karena menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yaitu:

a. Kelompok gaya dasar, terdiri dari gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu. b. Kelompok gaya efektif, terdiri dari gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan

eksekutif.

(7)

3. Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)

Model ini berpendapat bahwa ada tiga factor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin dalam memilh gaya kepemimpinan yang akan dilakukan. Ketiga factor tersebut, yaitu:

a. Kekuatan pimpinan, misalnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, latar belakang kehidupan pribadi, pengalaman, kecerdasan, dsb.

b. Kekuatan bawahan, hal ini menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila bawahan sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan.

c. Kekuatan situasi, hal ini mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti suasana organisasi, tekanan waktu, kelompok kerja khusus, dan faktor lingkungan lainnya.

4. Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam Pembuatan Keputusan (Vroom-Yetton)

Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara lain :

a. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan b. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan

5. Model Kontingensi Lima Faktor (Farris)

Dalam model ini, pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu sendiri atau dari bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua pihak tersebut. Ketepatan jenis perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu:

a. Wewenang pengawasan terhadap masalah yang ada b. Wewenang anggota kelompok terhadap masalah

c. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan terhadap pimpinan d. Pentingnya penerimaan keputusan terhadap anggota kelompok e. Tekanan waktu

(8)

a. Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas.

b. Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang mengutamakan hubungan antar orang.

7. Model Kepemimpinan “path-goal” (Evans dan House)

Pendekatan model kepemimpinan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan dan mencoba memprediksi bagaimana perbedaan tipe imbalan dan perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.

8. Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen)

Model kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” ini disebut juga dengan model “Vertical Dyadic Theory” oleh Martin J. Gannon. Model kepemimpinan jenis ini menitikberatkan pada “dyad” yaitu hubungan antara pemimpin dengan tiap bawahannya secara bebas. Pendekatan ini berusaha memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan. Tiap pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada bawahannya.

9. Model Kepemimpinan Sistem (Bass) Model Kepemimpinan Sistem terdiri dari: 1. Input

a. Organisasi yang meliputi batasan, kehangatan, kejelasan, entrope, dan lingkungan luar. b. Kelompok kerja yang meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung jawab pada kelompok.

c. Tugas yang meliputi umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri manajerial.

d. Kepribadian bawahan yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan perhatian dan pikiran pada diri sendiri.

2. Hubungan

(9)

d. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang 3. Perilaku Pemimpin

a. Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan. b. Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.

c. Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan, mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.

d. Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan bersahabat.

e. Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.

4. Output a. Prestasi

b. Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas

10. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)

Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan berdasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling pengaruh antara:

1. sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan 2. sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan

3. tingkat kematangan yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau sasaran.

4. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

(10)

Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, maka ada beberapa faktor yang berimplikasi tehadap kepemimpinan efektif, diantaranya seorang pemimpin dituntut untuk:

1. Selalu memperbaharui pengetahuannya

2. Memiliki informasi yang terbaru, cepat dan akurat

3. Memiliki kemampuan untuk meneropong dan memperkirakan apa yang akan terjadi di masa datang

4. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat

5. Memiliki kemampuan untuk menempatkan orang yang tepat pada tempatnya

6. Memiliki kemampuan menggerakkan dan mempengaruhi bawahan dalam bentuk tim

7. Mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan kondisi dimana dia berada (kontingensi)

Dalam hubungannya dengan faktor-faktor di atas Kouzes dan Posner 1995) meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Dikemukakan, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari "mutu pribadi total" ditambah "kendali mutu total" ditambah "mutu kepemimpinan". Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi, (4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan.

Adapun ciri khas manajer yang dikagumi sehingga para bawahan bersedia mengikuti perilakunya adalah, apabila manajer memiliki sifat jujur, memandang masa depan, memberikan inspirasi, dan memiliki kecakapan teknikal maupun manajerial. Sedangkan

(11)

manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.

Komitment emosional sangat berharga bagi manajemen. Untuk mendapatkan komitmen terhadap suatu strategi baru, dapat ditempuh dengan melibatkan orang-orang dalam penyusunan startegi tersebut, dan dengan mengurangi jangka waktu antara konseptualisasi strategi dan pelaksanaannya. Sedangkan mengenai believe, dikemukakan bahwa “That should be the 21st century leader’s watchword”; dan ada perbedaan mendasar antara

memerima (accepting) dan mempercayai (believing). Bertalian denga kompetensi multi skill, Chowdury memandang bahwa “twenty first century leaders will become more multi-skilled than their 20th”…”One of the important characteristics of multi-skill leader is the abality to

Referensi

Dokumen terkait

tangkapan lalat buah pada perlakuan ini diduga karna tingginya pintu masuk pada perangkap lalat buah sehingga tidak sesuai dengan jumlah sari buah yang dituangkan ke

Pada Gambar 20 menunjukan Distrbusi tegangan Von Misses dari Grtitcpne .Dapat ditemukan intesitas stress yang lebih tinggi ditemukan di bagian bawah dari gritcone

Perilaku peduli lingkungan hidup yang diamati meliputi kepedulian terhadap sumber daya air, sumber daya energi, transportasi, pengelolaan sampah, dan kepedulian rumah

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Terhadap Isu-Isu Lingkungan Hidup

4) Penelitian terdahulu yang keempat, “Faktor Yang Mempengaruhi Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan Pada PT.PLN (Persero) Rayon Manado Utara” Oleh Mawey Z. Penelitian ini

Konsep kepemimpinan beserta indikator- indikator di atas, dikumpulkan dari teori-teoti yang dianggap cocok untuk membawa organisasi pada perubahan, karena untuk

7 Secara keilmuan penelitian dapat menjadi bahan maupun sumber ilmu agar mengetahui bagaimana hadanah anak pasca perceraian dalam kompilasi Hukum Islam serta hukum

Namun demikian gaya kepemimpinan yang efektif adalah gaya kepemimpinan yang situasional di mana gaya kepemimpinan harus di sesuaikan dengan keadaan organisasi, orang yang dipimpin