Kelembagaan e-Government
Sebagai Pendukung Smart Governance
Irfani Ahmad Balai IPTEKnet
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta, Indonesia
irfan@iptek.net.id
Marini Wulandari Balai IPTEKnet
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta, Indonesia
marini@iptek.net.id
Abstrak— Sejak dimunculkannya Inpres 03/2003 tentang
penyelenggaraan e-Government di instansi pusat dan daerah, hingga saat ini, belum ada regulasi tentang ketatausahaan atau kelembagaan penyelenggaraan e-Government. Berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, bahwa urusan komunikasi dan informasi (Kominfo) yang tadinya berada dalam kelompok urusan perhubungan, maka saat ini sudah menjadi urusan wajib pemerintah daerah propinsi dan Kabupaten / Kota. Penyelenggaraan sistem elektronik pemerintah (e-Government) sebagai salah satu unsur utama dalam urusan wajib kominfo sudah selayaknya disusun regulasi ketatausahaannya. Salah satu komponen Smart City adalah pengembangan Smart Governance, Penyelenggaraan e-Government yang bagaimana untuk mendukung Smart Governance adalah bagaimana menyusun kelembagaan e-Government yang efektif dan efisien yang sejalan dengan kebijakan ortala pemerintah daerah. Diharapkan dari tulisan ini pemerintah daerah mempunyai gambaran mengenai kelembagaan penyelelenggaraan e-Government untuk mendukung terwujudnya Smart Governance.
Keywords—e-Government, kelembagaan.
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan TIK saat ini sudah dilakukan oleh berbagai pihak, swasta maupun pemerintahan. Saat ini smart city yang sedang ditekuni oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Saat ini beberapa kota besar di Indonesia tengah berusaha mengusung konsep smart city dalam pembangunannya, misalnya saja Jakarta, Bandung dan Surabaya. Berbagai inovasi dilakukan untuk mewujudkan smart city di kota tersebut[6].Smart City merupakan idaman masyarakat perkotaan dengan berbagai fasilitas dan manfaat yang ditawarkannya. Untuk mewujudkannya, 6 aspek smart city perlu dipenuhi untuk mewujudkan kota cerdas, diantaranya adalah, smar economy, smart people, smart
governance, smart mobility, smart environment dan smart living[4]. Pada penelitian kali ini membahas tentang
mendukung terwujudnya smart governance sebagai salah satu komponen pembangun smart city. Smart Governance memperhatikan bagaimana tata kelola yang cerdas disuatu kota dengan pelayanan publik, transparansi dan pengambilan keputusan yang mendukung berbagai program pemerintahan
untuk membangun smart city. Terdapat 8 fokus area untuk mendukung smart governance, salah satunya adalah dengan e-government[1]. E-Government adalah pemanfaatan TIK untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif, efisien dan transparan. Kesuksesan pelaksanaan e-Government, salah satunya dengan adanya kelembagaan yang khusus mengelola pengembangan e-Government. Namun saat ini belum terdapat suatu pedoman/arahan dari Pemerintah Pusat bagaimana membentuk kelembagaan e-Government yang efektif dan efisien. Pada penelitian ini akan dibahas bagian/unit/bidang apa saja yang dibutuhkan dalam mewujudkan kelembagaan e-Government yang efektif dan efisien. Dengan membentuk kelembagaan e-Government yang efisien dan efektif diharapkan akan membantu sebuah kota dalam mendukung mewujudkan kotanya dengan lebel smart city pada karakteristik smart governance.
II. DASAR TEORI
A. Smart City
Smart City yang biasa dikenal kota cerdas merupakan kota yang cerdas dalam mengelolanya dan memanfaatkan TIK didalam pengelolaan kota. Terdapat 6 karakteristik yang membentuk sebuah kota mewujudkan smart city, diantaranya [4,6] :
1. Smart Economy. Sebuah kota dapat dikatakan smart
city apabila kota tersebut dapat menjadi tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Produktivitas yang tinggi dan semanat berinovasi yang tinggi untuk mewujudkan smart city.
2. Smart People. Smart city tidak hanya diwujudkan
3. Smart Governance. Pemerintahan juga memegng
peranan penting untuk mewujudkan konsep smart city. Transapransi dan keterbukaan menjadi kunci pemerintahan yang mengusung smart city. Selain itu, akses pelayanan public juga harus sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya dan tidak menyulitkan masyarakat.
4. Smart Mobility. Smart city selalu berkaitan dengan
kemajuan teknologi. Salah satu kriteria smart city adalah adanya keersediaan infrastruktur TIK dan system transportasi yang aman serta inovatif.
5. Smart Environment. Smart city tidak hanya
mengutamakan kemajuan teknologi. Sebuah kota yang pintar adalah kota yang dapat menyeleraskan kemajuan teknologi tanpa merusak lingkungan. Salah satu ciri dari smart city adalah tingkat populasi yang rendah. 6. Smart Living. Kesehatan dan pendidikan menjadi salah
satu factor majunya sebuah kota. Oleh karena itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan menjadi salah satu syarat untuk mewujudkan smart city.
B. Smart Governance
Smart Governance atau tata kelola pemerintahan yang
cerdas adalah salah satu dimensi terwujudnya Smart City. Smart Governnce adalah bagaimana tata kelola pemerintah dikelola dengan cerdas meliputi partisipasi pengambilan keputusan, tata kelolanya, serta pelayanan publik. Beberapa focus area pada smart governance diantaranya [1]:
1. Pembiayaan/pengendalian/ealuasi. 2. E-Government.
3. Keamanan dan aman.
4. Infrastructure dan Ubiquitous high-speed connectivity 5. Mobilitas elektrik.
6. Partisipasi dan Kolaborasi. 7. Data yang terbuka
8. Pemerintahan yang transparan dan dipercaya.
C. E-Government
E-Government adalah pemanfaatan TIK untuk mewujudkan pemerintah yang efektif, efisien dan transparan. Dalam implementasi e-Government terdapat faktor-faktor pendukung yang menjamin kesuksesan pelaksanaannya, yaitu :
a. Adanya dukungan kelembagaan dalam bentuk unit organisasi yang khusus mennganai keseluruhan tahap pengembangan e-Government.
b. Adanya penyesuaian struktur, tugas pokok dan fungsi unit organisasi untuk memudahkan koordinasi dan kelancaran administrasi.
c. Adanya perubahan standar mengenai prosedur operasi pertukaran data dan informsi yang dahulunya berbasis kertas menjadi berbasis elektronik
d. Adanya kerjasama sinergis antara pemerintah dan pihak swsta dalam pelayanan public berbentuk kemitraan.
e. Adanya pendanaan dalam pengelola e-Government di semua tingkat pemerintah. Dalam pendanaan keiatan operasioanal dibebankan dalam pendanaan rutin. Dalam poin a dan b diatas memperlihatkan bahwa pentingnya eksistensi kelembagaan e-Government di setiap instansi pemerintah dalam mendukung keberhasilan e-Government. Untuk itu diperlukan kebijakan yang mengatur standarisasi kelembagaan unit pelaksana e-Government di semua tingkat pemerintah. Standarisasi yang dimaksud meliputi unit pengelola e-Government, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur dan Kewenangan. Hal tersebut pun di jelaskan pada Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI), bahwa indikator kesuksesan e-Government salah satunya adalah dimensi kelembagaan[2]. Dimensi kelembagaan terkait erat dengan keberadaan organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengembangan dan pemanfaatan TIK dengan indikator [2]:
a. Keberadaan organisasi struktural yang lengkap sehingga dapat menjalankan fungsi Chief Information Officer (CIO), dukungan teknis dan fungsi lain dengan baik.
b. Adanya dokumen yang memberikan rumusan yang jelas mengenai tugas pokok dan fungsi.
c. Adanya Sistem dan Prosedur Kerja yang lengkap dan terdokumentasi untuk melaksanakan hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan TIK. d. Adanya kelengkapan unit dan aparatur untuk
mendukung pemanfaatan dan pengembangan TIK yang memadai dari segi jumlah, kompetensi, jenjang karir maupun status kepegawaian.
e. Adanya program pengembangan Sumber Daya Manusia TIK yang terencana dan terlaksana.
III. PENELITIAN
Penelitian kali ini membahas bagaimana kelembgaan e-Government dapat berjalan dengan efektif dan efisien, dan juga dapat sebagai pedoman pelaksanaa e-Government.
Pertama, pelaksananaan e-Government membutuhkan unit pengelola khusus pengembangan e-Government.
Kedua, Unit pengelola e-Government memiliki tugas pokok dan fungsi yang jelas. Contohny sebagai berikut :
1. CEO (Walikota/ Bupati)
• Bertangggung jawab dalam implementasi TIK di daerah kota/kabupatennya.
• Ikut serta mendukung implementasi di daerahnya dengan mengarahkan pemerintahan berbasis TIK, dapat dituangkan dalam visi misi pembangunan daerah.
2. Dewan TIK
Dewan TIK merupakan dewan yang berfungsi dalam mengawasi, mengontrol dan memberikan masukan saran dalam implementasi TIK. Berikut diantaranya peran dan tugas Dewan TIK :
• Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap rencana implementasi TIK yang telah ditetapkan • Memberikan masukan kepada pemerintahan
kota/kaupaten dalam mengimplementasikan TIK • Mendorong terwujudnya tata kelola TIK
3. CIO (Kepala Kominfo, bisa juga ditambah kepala seksi pengembangan sistem informasi)
ÆKepala Dinas
CIO menurut Detiknas, yaitu bertugas mengkoordinasikan perencanaan, realisasi, operasional harian dan evaluasi internal TIK institusinya serta bekerja sama dengan satuan kera yang menggunakan TIK lainnya
CIO menurut COBIT 5, yaitu bertanggungjawab dalam pemanfaatan IT dan strategi bisnis dan juga bertanggungjawab dalam merencanakan, memberdayakan dan mengelola penggunaan pelayanan IT dalam mendukung tujuan perusahaan.
Peran dan tugas :
• Mengarahkan implementasi TIK dengan membuat visi misi TIK Kota sesuai visi misi pembangunan Kota/kabupaten
• Berkoordinasi dengan dewan TIK untuk implementasi TIK di daerah kota dan kabupaten • Memastikan implementasi TIK berjalan dengan
lancar
• Mendukung sosialiasi implementasi sampai end user
4. Bagian Jaringan Teknologi Informasi
a. Jaringan : Jaringan transmisi dan Jaringan local Peran dan tugas :
• Mengelola akses jaringan internet seluruh SKPD sampai dengan tingkat kelurahan dan puskesmas
• Mengelola pengaturan domain email di lingkungan pemerintahan kota/kabupaten • Mengelola IP address dan bandwith • Mengelola jaringan LAN setiap unit kerja • Menentukan kebijakan pengunaan media
transmisi data
• Mengawasi lalu lintas data yang digunakan.
b. Pengelola data center dan Hardware Peran dan tugas :
• Pemeliharan ruangan data center
• Memastikan tersedianya hardware penunjang implementasi TIK tersedia
c. Keamanan informasi Peran dan tugas :
• Menetapkan pendekataan kemanan informasi bagi organisasi
• Membuat dan melaksanakan SOP mengenai keamanan fisik maupun logic
5. Bagian Aplikasi
a. Tim Aplikasi Developer : Programer , database administrator
b. Businnes Analyst : Mengetahui kebutuhan sistem, menggali user requirement
c. Sistem Analyst : termasuk database designer dan arsitektur aplikasi designer
d. Pengembangan aplikasi sistem informasi
• Pengelolaan dan pengembangan website pemerintah kota/kabpaten
• Integrasi aplikasi sistem informasi yang saling berkaitan penggunn datannya
• Mengendalikan pengadaan dan pemanfaatan aplikasi sistem informasi
6. Bagian administrasi
Kepegawaian , keuangan dan Umum 7. Bagian Tata Kelola implementasi TIK
Peran dan tugas :
• Berkoordnisasi dengan CIO dalam menetapkan perencanaan implementasi TIK secara terpadu dan berkesinambungan.
• Menetapkan regulasi dan prosedur implementasi IT (aplikasi dan jaringan) dengan berkoordniasi dengan seksi aplikasi dan jaringan
• Koordinasi dengan SKPD aampai kelurahan dalam implemetasi TIK
• Sosisalisasi implementasi TIK, dapat dengan cara melakukan bombingan eknologi
• Mengevaluasi implementasi TIK secara internal Ketiga, Unit pengelola e-Government wajib mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berkembang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana membentuk kelembagaan e-Government yang efektif dan efisien, untuk mendukung terwujudnya smart governance.
Saran untuk penelitian yang lebih lanjut unttuk membahas beberapa karakteristik smart city yang nantinya berkolaborasi untuk mewujudkan kota cerdas yang seutuhnya.
[1] Scholl, J Hans dan Margit C. Scholl. “Smart Governance : A Roadmap for Research and Practice” . 2014. iConference 2014 Proceedings(p.163-167).
Doi:10.99776/14060
[2] Pemeringkatn e-Government Indonesia (PeGI). Kementrian Komunikasi dan Informatika.
[3] United Nations in collaboration with the Government Summit. “Smart Cities: Regional Prespectives” . 2015
[4] “Smart cities Rangking of European medium-sized cities”. Final Report Vienna University of Technology, University of Ljubljana dan Delft University of Technology. October 2007.
[5] Mishra, Mukesh Kumar. “Role of Technology in SMART governance : Smart City, Safe City”. 2013. Krityanand UNESCO Club. India.
[6] Fadhilah, Nurul. “Smart City : Konsep Kota yang Sedang Naik Daun”. 2015. Pada
website :
https://www.selasar.com/kreatif/smart-city-konsep-kota-yang-sedang-naik-daun. Diakes pada Minggu, 20 September 2015.