• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visibilitas Transman Indonesia dan Media (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Visibilitas Transman Indonesia dan Media (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

“I Post Therefore I am”

Sebuah Kajian Budaya Populer tentang Social Media

dan Visibilitas Transgender Female to Male (Transman) di Ruang Publik oleh Vania Sharleen Setyono - 50160022

“Just be yourself! Let people see the real, imperfect, flawed, weird, beautiful, magical person that you are” - Mandy Hale Abstrak

Media sosial merupakan salah satu produk budaya populer yang tidak asing di masyarakat modern saat ini. Kemudahan teknologi dan internet membuat setiap orang dari berbagai golongan dan usia dapat menggunakan media sosial. Penelitian ini akan melihat bagaimana media sosial digunakan oleh kelompok minoritas, transman di Indonesia pada tahun 2016. Penelitian ini menghasilkan bahwa media sosial tidak hanya sekedar hiburan tetapi media yang dapat membentuk identitas dan meningkatkan visibilitas di ruang publik. Identitas transman yang awalnya samar-samar menjadi semakin dikenali oleh masyarakat luas. Secara teologis, media sosial tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang baik atau buruk tetapi bagaimana kita menggunakannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.

Keyword: transman, media sosial, facebook, instagram, Indonesia, budaya populer, uses and gratification theory

1. Pendahuluan

Dewasa ini, masyarakat Indonesia sangat familiar dengan social media. Tetapi seringkali masyarkat menerima begitu saja kehadiran media sosial ini (taken for granted) tanpa menyadari bahwa media sosial memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, kajian mengenai

media sosial menjadi sesuatu hal yang urgent bagi masyarakat masa kini. Media sosial sendiri lahir dan berkembang ketika internet mulai digunakan oleh masyarakat untuk berbagi informasi dan

berkomunikasi. Sejarah penggunaan internet terus berkembang dan teknologi internet menjadi

inklusif, dapat digunakan oleh siapapun dari berbagai latar belakang dan usia. Penggunaan media

sosial pun dipermudah dengan hadirnya smartphone dengan berbagai spesifikasi yang mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya.

Di Indonesia, pengguna internet sampai saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial , 48 persen diantaranya 1

merupakan pengguna internet harian. Untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna

facebook aktif. Berdasarkan data paling terkini, dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

h t t p s : / / k o m i n f o . g o . i d / i n d e x . p h p / c o n t e n t / d e t a i l / 3 4 1 5 / K o m i n f o +

1

%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker, diakses Desember 2016

(2)

(APJII), pengguna internet di Indonesia telah mencapai 88,1 juta. Dari jumlah pengguna internet

aktif ini berbanding lurus dengan jumlah pengguna media sosial, sekitar 79 juta . Ada sekitar 30 2

persen penduduk Indonesia yang menjadi pengguna aktif media sosial. Ada perbedaan antara data

Kominfo dan APJII. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pesat pengguna internet di Indonesia

(25 juta). Berdasarkan data yang dihimpun We Are Social, kenaikan pengguna internet Indonesia selama setahun, mulai dari Januari 2015 sampai Januari 2016 meningkat sebanyak 15 persen.

Pengguna media sosial bertambah sekitar 10 persen dari Januari tahun lalu. Selain itu, pengguna 3

media sosial di perangkat mobile pun turut naik sekitar 6 persen dari tahun sebelumnya.

Media sosial juga menyebabkan perubahan sosial (social change) , memfasilitasi masyarakat untuk 4 mengekspresikan pemikiran dan opini mereka serta membagikannya dengan khalayak ramai. Segala

golongan dapat memanfaatkan media sosial untuk membentuk opini publik. Dalam tulisan ini, saya

mencoba untuk memaparkan hasil penelitian saya tentang bagaimana transgender female to male atau transman memanfaatkan media sosial. Lewat penelitian ini, saya ingin melihat bagaimana kelompok minoritas di Indonesia menggunakan serta memanfaatkan sosial media. Berdasarkan

pengalaman pribadi, istilah transman pun saya pelajari dari pengamatan di media sosial, terkhusus instagram dan facebook. Transman merupakan istilah yang belum ramah di telinga masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, saya terlebih dahulu akan menjelaskan tentang transgender, dimana transman juga termasuk didalamnya

2. Transgender - Sebuah Realitas yang Tak Terelakkan

Di Indonesia, isu transgender sebenarnya bukan isu yang baru. Beberapa artis Indonesia sudah coming out kepada publik sebagai transgender, seperti contohnya Dorce Gamalama, Tata Liem, dan Renaldy Rachman (Dena Rachman). Meskipun terdapat pro-kontra terhadap eksistensi transgender,

masyarakat Indonesia tetap menerima keberadaan mereka sebagai selebriti. Transgender dikotakkan oleh masyarakat indonesia di bidang kesenian. Seperti contohnya di Jogjakarta ada Cabaret Show -

Oyot Godhog di Mirota Batik setiap sabtu, dimana para waria menampilakan lipsync dengan busana yang bagus mirip selebritis ternama. Hal ini menunjukkan bahwa sudah sejak lama transgender

http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-pengguna-internet-di-indonesia, diakes

Varinder Taprial & Priya Kanwar, Understanding Media sosial, (London: Ventus Publishing ApS, 2012)

4

hlm 6

(3)

dianggap sebagai bagian dari budaya industri seni Indonesia. Barulah ketika Indonesia digemparkan

oleh isu same sex marriage di Amerika pada 2015 silam, masyarakat Indonesia mulai mempertanyakan eksistensi hakiki transgender: apakah dosa, penyakit yang dapat disembuhkan, menular. Selama ini, transgender yang dipahami oleh masyarakat Indonesia lebih kepada waria,

yaitu laki-laki yang memilih identitas untuk menjadi perempuan. Waria hanyalah salah satu bagian

dari payung transgender. Selanjutnya saya akan mencoba menjelaskan apa itu transgender dan variasinya.

2.1. Transgender

Transgender adalah orang yang mengidentifikasikan dirinya berbeda dengan apa yang ditentukan saat lahir (assigned gender). Transgender sendiri bukanlah orientasi seksual. Seseorang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai transgender dapat mempunyai orientasi seksual heteroseksual, homoseksual, biseksual ataupun aseksual. Banyak masyarkat belum mengetahui perbedaan antara

transgender, lesbian dan gay. Masyarakat cenderung menyamakan ketiga istilah ini. Untuk lebih jelasnya, skema gender bread person 5dapat memperjelas perbedaan antara ketiganya ini. 6

http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/03/the-genderbread-person-v2-0/#sthash.Ya9qGXJo.dpbs,

5

diakses Desember 2016

Genderbread person yang dijelaskan pada paper ini adalah versi 2.0. Perkembangan genderbread person

6

sudah sampai ke versi 3. Saya menggunakan versi 2.0 karena pembahasan akan hanya berfokus kepada perbedaan orientasi seksual dan identitas gender. Kalau menggunakan versi 3.0 maka perlu kajian yang lebih mendalam dan tidak terlalu relevan dengan keseluruhan pembahasan yang terdapat pada paper ini. Lih. http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/01/the-genderbread-person/, diakses Desember 2016

(4)

Masyarakat hanya mengerti gender binary (laki-laki dan perempuan) yang sudah terkonstruksi sejak bayi lahir. Dari gambar diatas, kita dapat memahami bahwa ada empat aspek seksualitas yang

terdiri dari spektrum. Ada empat garis yang sebenarnya merupakan sebuah spektrum yang terdiri

dari titik-titik yang tidak terhitung jumlahnya. Setiap orang tidak harus berada di pojok kanan atau

kiri karena garis ini merupakan sebuah spektrum seksualitas manusia. Berikut ini penjelasan singkat

masing-masing garis:

1. Biological Sex atau jenis kelamin merupakan aspek biologis yang ditetapkan sejak manusia lahir: jika lahir dengan organ biologis female (kromosom XY, rahim, vagina) maka ia akan disebut perempuan. Diantara laki-laki dan perempuan ada jenis kelamin lainnya, yaitu intersex. 2. Gender Identity merupakan bagaiamana seseorang memandang dirinya. Ini menyangkut dengan

konsep diri. Pembahasan mengenai transgender berada pada spektrum ini.

3. Sexual Orientation merupakan penjelasan kepada siapa seseorang tertarik. Apakah ia tertarik kepada perempuan, laki-laki, keduanya atau tidak kepada siapapun. Pada spektrum inilah,

seseorang dapat mengidentifikasi dirinya sebagai homoseksual, biseksual, heteroseksual

ataupun aseksual.

4. Gender Expression berkaitan dengan bagaimana seseorang menampilkan atau mengekpresikan dirinya: feminime, maskuline atau androgyne. Kebanyakan transmen berpenampilan maskulin guna mengukuhkan identitasnya sebagai transman atau laki-laki. Sehingga mereka memilih

untuk tampil maskulin di publik, guna mendapatkan penerimaan di tengah masyrakat.

Melihat spektrum yang terdapat dalam genderbread person diatas, dapat dipahami bahwa persoalan transgender merupakan sesuatu yang kompleks, menyangkut banyak aspek. Seperti yang telah dijelaskan diatas, masyarakat Indonesia sudah familiar dengan keberadaan waria dalam dunia

hiburan maupun waria yang menjadi pengamen di jalanan atau di dunia kecantikan seperti salon.

Tetapi pada paper kali ini, saya memutuskan untuk membahas transmen, sebuah fenomena yang belum begitu banyak dibahas oleh masyarakat Indonesia. Baru sekitar dua tahun belakangan ini,

beberapa transmen coming out di publik maupun media sosial.

2.2. Transgender Female to Male atau Transman

(5)

transgender female to male, yang juga relevan dengan fenomena transgender female to male. Dalam bukunya ini, ia meneliti dan menemukan ada 6 tahapan yang dialami oleh individu

transgender : 7

Pertama, perasaan cemas yang terus menerus karena merasa tidak nyaman dengan tugas gendernya.

Ia merasa bahwa identitasnya tidak cocok dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Contohnya

adalah masyarakat menganggap transman adalah perempuan maka ia harus dapat memasak, menikah dengan laki-laki, melahirkan seorang anak, dll. Kedua, adalah tahap pencarian, dimana

mereka mulai belajar dan mencari tahu serta menyadari bahwa transisi gender itu memungkinkan.

Ketiga, mereka menyangkal bahwa identitas tersebut dapat berlaku bagi mereka, sehingga mereka

melakukan “penjernihan dan penundaan”. Keempat, setelah menunda akhirnya mereka menerima

dirinya sebagai trans. Kelima, mereka mulai melakukan sex reassignment. Barulah tahap terakhir, keenam, mereka meraih “invisibility” sebagai individu yang ditugaskan sebagai laki-laki.

Sedangkan Henry Rubin (2003) dalam bukunya yang berjudul Self-made men: Identity and Embodiment among Transsexual Menuses Sociologist menemukan bahwa ada empat tahap dalam mengembangkan identitas trans. 8 Pertama, merasa atau mengalami secara subjektif adanya perbedaan. Kedua, menemukan kategori yang tepat untuk menempatkan perasaan yang berbeda

dengan makna yang tepat. Ketiga, menerima kategori sebagai pengalaman pribadi. Ketiga kategori

ini mirip dengan yang dipaparkan Lewin, berkutat pada persoalan kecemasan, penemuan dan

penerimaan. Keempat, mencari komunitas untuk menggambarkan pengalaman individu FTM.

Rubin berhenti pada “membuat pilihan transisi”. Hal ini menceriminkan model transman lain yang juga mengakui pilihan-pilihan berebda dalam memutuskan bagaimana mereka akan hidup di

masyarakat.

2.3. Konteks Transmen di Indonesia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arus Pelangi, kelompok transgender mendapatkan kekerasan lebih besar dibandingkan kelompok lesbian, gay ataupun bisexual. Hal ini dikarenakan ekspresi gender mereka yang terlihat jelas di masyarakat. Angka kekerasan fisik mencapai 64%,

Lih. Frank William Lewins, Transexualism in Society: A Sociology of Male-to-Female Transsexuals.

7

(Australia: Macmillan Education, 1995)

Henry Rubin, Self-made Men: Identity, Embodiment and Recognition among Transsexual Men, (USA:

8

Vanderbilt University Press, 2003)

(6)

sementara rata-rata kekerasan yang diterima LGB umumnya 34%. Angka kecendrungan untuk

bunuh diri adalah 40%. 9

Di tengah kondisi penindasan seperti ini, para FTM merasa perlu untuk membentuk sebuah support system, sebuah komunitas. Sehingga kurang lebih dua tahun lalu muncul komunitas bernama Transmen Indonesia. Pergerakan mereka dapat dilihat dan diamati dari media sosial instagram dengan nama akun @TranshitionID. Mereka tidak menyembunyikan identitas mereka di ruang

publik, justru malahan meningkatkan visibilitas lewat media sosial. Ini adalah fenomena yang

menarik untuk diamati.

3. Social Media

Media sosialtelah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup keseharian manusia. Masyarkat

di berbagai kalangan dan usia menggunakannya. Ketika orang mendengar media socialmaka orang

akan dengan mudah memahaminya. Secara sederhana Taprial dan Kanwar mengatakan, “media sosial is the media that allows one to be social, or get social online by sharing content, news, photos etc with other people”. Untuk lebih jelasnya, saya akan memaparkan berbagai definisi dari 10 media sosial.

According to the Merriam-Webster dictionary online,

Media sosial is de ned as “forms of electronic communication (as Web sites for social networking and microblogging) through which users create online communities to share information, ideas, personal messages, and other content (as videos).”

According to Wikinvest, “Media sosial describes websites that allow users to share content, media,

etc. Common examples are the popular social networking sites like Friendster, Facebook, MySpace, etc. Media sosial also includes YouTube, Photobucket, Flickr, and other sites aimed at photo and video sharing. News aggregation and online reference sources, examples of which are Digg and Wikipedia, are also counted in the media sosial bucket. Micro- blogging sites such as twitter can

also be included as media sosial.” (Varinder Taprial & Priya Kanwar, 2012, p. 8)

Media sosial berkembang dan berubah bentuk mulai dari The Preakhing Era (1950-1990), The World Wide Web - WWW (1991), IRC and Instant Messenger (1983-1996), Social Bookmarking (1996-2003), Blogs (1994-1999). Perkembangan dan perubahan wujud media sosial mempunyai sejarah yang sangat panjang. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan fenomena media sosialdari 10

tahun terkahir. Pada 2008 dan sampai detik ini, media sosial ditemukan dalam bentuk yang

Data ini diambil dari hasil penelitian yang dilakukan di Arus Pelangi, sebuah lembaga advokasi HAM

9

LGBT di Jakarta. Lih. King Oey (ed), Menguak Stigma, Kekerasan & Diskriminasi pada LGBTQ di

Indonesia - Studi Kasus di Jakarta, Yogyakarta dan Makasar. (Jakarta : Arus Pelangi, 2013)

Varinder Taprial & Priya Kanwar, hlm 8

10

(7)

dinamakan real-time & location-based social networking, seperti contohnya: Twitter ; Facebook, 11 dan Foursquare.

Pada dasarnya, orang tertarik dalam berjejaring dan berkoneksi dengan teman-teman, berbagi

konten, mengirimkan pesan, berkolaborasi dengan yang lain dalam kenyataan, mengumpulkan

informasi, atau hanya mengunduh dan mengunggah file (film, lagu, foto) di internet. Sekarang ini,

media sosial secara substansial mengubah cara berogranisasi, komunitas dan individu dalam

berkomunikasi dnegan yang lain . Situs media sosial sangat murah dan terlebih lagi dapat 12

digunakan secara gratis. Di Indonesia sendiri, mayoritas konsumsi internet adalah untuk 13

mengakses media sosial, seperti Facebook dan Instagram. 14

3.1. Facebook

Facebook merepresentasikan kekuatan dari media sosial di dunia maya. Meski banyak jenis media

sosial yang beredar, Facebook memiliki keuikan dan kekuatannya tersendiri yang mampu menyedot

perhatian pengguna internet (media sosial user). Dari segi jumlah pengguna, dalam sekala internasional, pengguna aktif Facebook per bulannya mencapai 1,79 milliar, meningkat 16 % dari

tahun ke tahun (monthly active user). Sementara itu, per September 2016, sekitar 1,18 milliar orang log in dalam Facebook account per harinya (daily active user). Rata-rata orang mengakses 15 Facebook selama 20 menit per hari dan setiap 60 detik terdapat 510 komentar, 293.000 status

terbaru dan 136.000 postingan foto. Penelitian menunjukkan bahwa 50% orang berumur 18-24

tahun segera mengakses Facebook ketika mereka bangun di pagi hari. 16

Twitter merupakan micro-blogging site, yang diciptakan oleh Jack Dorsey pada Maret 2006. Twitter

11

menyediakan penggunanya untuk mengirim dan membaca postingan berbasis text (text-based posts) sampai 140 karakter, yang dikenal sebagai tweets. Popularitas Twitter mendunia, penggunanya 300 juta sampai dengan tahun 2011. Ini mirip dengan “SMS” dalam dunia internet. Lih. Varinder Taprial & Priya Kanwar, hlm 23-24

Varinder Taprial & Priya Kanwar, hlm 28

12

Anita Whiting dan David Williams, Why People Use Media sosial: A Uses and Gratifications Approach,

13

dalam Qualitative Market Research: An International Journal, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 16 No. 4, 2013,hlm 363

Tempo, Mayoritas Konsumsi Internet di Indonesia Untuk Media Sosial, April 2016, dari https://

14

m.tempo.co/read/news/2016/04/29/172766923/mayoritas-konsumsi-internet-di-indonesia-untuk-media-sosial, diakses Desember 2016

Facebook, Third Quarter 2016 Financial Highlights, 2016, dari https://investor.fb.com/investor-news/

15

press-release-details/2016/Facebook-Reports-Third-Quarter-2016-Results/default.aspx, diakses Desember 2016

Zephoria, The Top 20 Valuable Facebook Statistics - Updated December 2016, dari https://zephoria.com/

16

top-15-valuable-facebook-statistics/, diakses Desember 2016

(8)

Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), jumlah

pengguna internet di Indonesia di tahun 2013 mencapai 63 juta orang dan 95% dari jumlah ini

menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Adapun situs jejaring sosial yang paling

banyak diakses salah satunya adalah Facebook. Indonesia menempati peringkat ke 4 pengguna

Facebook terbesar setelah USA, Brazil dan India. Menjelang akhir tahun 2016, jumlah pengguna 17

akif bulanan Facebook telah mencapai 88 juta. Sebanyak 94% orang Indonesia mengakses

Facebook dari gadget mobile. 18

3.2. Instagram

Di samping Facebook, Instagram juga merupakan ragam media sosial yang banyak digunakan.

Berbeda dengan Facebook, fitur Instagram hanya mementingkan postingan foto dan video. 19

Desember 2016, Instagram melaporkan bahwa jumlah penggunanya (Instagrammers) mencapai 600 juta orang. Sekitar 100 juta orang merupakan pengguna baru dalam 6 bulan terakhir. Instagram 20

cukup populer dikalangan remaja dan dewasa muda. Setengah dari pengguna Instagram berumur

18-29 tahun (konteks Amerika) dan secara global berumur 24 tahun atau lebih muda. Sebanyak 95 21

juta foto dan video diposting setiap hari diiringi dengan 4,2 milliar likes per harinya. Di Indonesia sendiri, terdapat 22 juta pengguna aktif Instagram. 22

3.3. Kaitan antara Transman dan Media sosial - Hasil penelitian sebelumnya

Pada dasarnya, media sosial dibuat untuk mempublikasikan kehidupan kepada khalayak ramai

(public). Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya dan media 23 sosial merupakan salah satu fasilitas yang mendukung aktualisasi diri seseorang. Yang menjadi

Kominfo, Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang, 2013, dari https://kominfo.go.id/

17

Instagram, FAQ, dari https://www.instagram.com/about/faq/, diakses Desember 2016

19

Instagram, 600 Million and Counting, 15 December 2016, dari http://blog.instagram.com/post/

20

154506585127/161215-600million, diakses Desember 2016

Statista, Number of monthly active Instagram users from January 2013 to June 2016 (in millions), 2016,

(9)

menarik adalah bahwa posisi transman sendiri menjadi semakin rawan ketika secara sengaja “mempublikasikan” keberadaannya.

Bahasan tentang kaitan antara identitas gender dan media sosial terlebih dahulu dibahas oleh Stein,

Nisiforou dan Laghos Stein membahas mengenai transmen yang memutuskan untuk 24 go public mengenai transformasi tubuh mereka sedangkan Nisiforou dan Laghos membahas mengenai efek 25

dari identitas gender terhadap penggunaan media sosial. Meski tidak membahas mengenai

transmen, penelitian yang dilakukan oleh Nisiforou dan Laghos menunjukkan bahwa perbedaan identitas gender membawa dampak yang meskipun tidak signifikan di antara perempuan dan

laki-laki. Oleh karenanya, penelitian sederhana kali ini menjadi menarik sebab membahas mengenai

identitas gender lainnya yaitu transmen.

3.4. Uses and Gratification Theory (UGT)

Uses and Gratifications Theory (UGT) berasal dari jajaran ilmu komunikasi. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Katz dan Blumerdan telah diaplikasikan ke banyak penelitian dalam berbagai

jurusan akademis. Komunikasi jelas memainkan peranan penting dari dunia media sosial karena

melalui media sosial, orang berkomunikasi dengan ribuan bahkan jutaan orang lainnya di berbagai

belahan dunia. Teori komunikasi ini merupakan pendekatan yang positivistik, bersumber pada

Judul Penelitian Author Persamaan Perbedaan

Arlene Stein, Transitioning Out Loud and Online, dalam Contexts, American Sociological Association, Vol

24

15, No 2, 2016, hlm 40-45

Efi A. Nisiforou dan Andrew Laghos, Examining the Effect of Gender Identity on the Use of Media sosial

25

Technology: A Higher Education Approach, dalam Journal of Arts and Humanities, Vol. 4 No. 4, (2015)hlm

16-32

(10)

tradisi komunikasi sosiologis-psikologis dan berfokus pada komunikasi pada skala media massa.

Pertanyaan yang menggerakan UGT adalah: “Why do people use media and what do the use them for?”. Teori ini berasumsi bahwa audience bukanlah konsumer media yang pasif tetapi audience yang mempunyai kekuatan terhadap media yang mereka gunakan. Argumen dasar yang diajukan

oleh UGT adalah: manusia atau individual akan menggunakan media untuk memenuhi berbagai

macam kebutuhan mereka yang dimana hal pemenuhan kebutuhan ini mengarah kepada kepuasan

seutuhnya pribadi tersebut (ultimate gratifications). Tujuh tema dalam teori Uses and Gratification dalam kaitan dengan penggunaan media sosial adalah: 26

1. Social interaction

Menurut Blumer dan Katz, salah satu tujuan orang menggunakan media sosial adalah untuk

berinteraksi secara sosial, untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Motivasi dari

interaksi sosial dan durasi penggunaan media sosial menjadi faktor yang berpengaruh dalam tema

pertama ini. Contoh motivasi dapat berupa “apakah hanya ingin bertemu dengan orang yang

memiliki kesamaan bidang minat (interests)” atau “apakah hanya supaya tidak ketinggalan berita terbaru sehingga harus sering berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan.”

2. Information seeking

Tujuan lain penggunaan media sosial adalah untuk mencari informasi atau untuk mengedukasi diri

sendiri (self-educate). 3. Pass time

Media sosial digunakan untuk mengisi waktu agar tidak bosan. Dalam tema ini, orang yang

menggunakan media sosial untuk mengisi waktu luang dapat menyatakan: “I use the social media when I have nothing better to do” and “to occupy my time.”

4. Entertainment

Media sosial digunakan demi memperoleh hiburan (entertainment) maupun enjoyment. Korgaonkar dan Wolin (1999) mengkaitkan tema ini dengan faktor dari penggunaan internet yang mereka sebut

dengan istilah escapism. Mereka mendefinisikan escapism sebagai sebuah hal yang menyenangkan, menggembirakan dan membuat nyaman (pleasurable, fun, and enjoyable).

Anita Whiting dan David Williams, Why People Use Social Media: A Uses and Gratifications Approach,

26

dalam Qualitative Market Research: An International Journal, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 16 No. 4, 2013,hlm 363- 365

(11)

5. Relaxation

Maksud dari penggunaan media sosial disini adalah sebagai penghilang stress (day-to-day stress). Beda relaksasi (relaxation) dan entertainment adalah relaksasi bertujuan menghilangkan stress dan menciptakan kelegaan akibat berkurangnya stress tersebut sedangkan entertainment hanya fokus kepada kegembiraan (enjoyment).

6. Communicatory utility

Media sosial didefinisikan sebagai sebuah fasilitas berkomunikasi dan penyedia informasi kepada

orang lain. Bedanya dengan media sosial sebagai interaksi sosial adalah bahwa dalam tema ke-6 ini,

media sosial membantu memfasilitasi jalannya komunikasi dan bukan sekedar menjadi jalur

interaksi sosial.

7. Convenience utility

Media sosial digunakan sebab keberadaannya membuat segalanya menjadi lebih nyaman. Media

sosial dipandang sebagai penyedia keamanan atau membuat sesuatu hal menjadi lebih mudah dan

berguna bagi individu. Ko et al. (2005) menyebutkan contoh dari hal ini adalah peranan interactive advertising yang mengutamakan kenyamanan bagi konsumennya. Selain itu, Korgaonkar dan Wolin (1999) memberikan contoh lain berupa kenyamanan yang ditawarkan oleh online shopping sebagai salah satu pengukur mengapa orang menggunakan media sosial (enjoy the convenience of shopping on the web).

4. Penelitian

Pada poin ini, saya akan membahas hasil penelitian beserta analisis dari perspektif budaya populer,

yaitu kajian tentang media sosial - instagram dan facebook - menggunakan Uses and Gratification Theory. Berbagai teori yang telah dipaparkan diatas akan digunakan dalam melakukan analisis.

4.1. Rumusan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan besar pertanyaan penelitian ini adalah: Bagaimana

transman Indonesia menggunakan social media? Pertanyaan ini akan di-break down kepada pertanyaan-pertanyaan operasionalisasi . 27

Lih. Lampiran 1

27

(12)

4.2. Batasan Penelitian

Mengingat keterbatasan waktu dan paper ini dibuat dalam rangka tugas akhir mata kuliah - bukan

skripsi atau thesis - maka penelitian ini mempunyai batasan penelitian. Saya membatasi untuk

membahas media sosial spesifik pada facebook dan instagram. Kedua jenis media sosial ini dipilih

dengan pertimbangan karena kedua media sosial ini yang digunakan paling sering oleh transman dan juga merupakan media sosial dengan tingkat penggunaan tertinggi di Indonesia.

4.3. Metodologi Penelitian

Konsep pemikiran mengenai penggunaan media sosial berupa facebook dan instagram oleh

transman tentu menjadi wacana yang menarik untuk diteliti dalam skala yang lebih luas. Namun mengingat keterbatasan waktu dan halaman maka saya hanya akan mewawancarai (in-depth interview) dua orang transman, yang merupakan aktivis gerakan LGBT di Indonesia yang terlibat aktif dalam NGO. Mereka berdua merupakan pionir dan penggerak komunitas transman di Indonesia. Dengan alasan ini, saya memilih mereka berdua untuk menjadi informan dengan harapan

mereka dapat merepresentasikan jawaban dari pertanyaan penelitian saya.

Selain melakukan wawancara mendalam, saya juga menggunakan metode digital etnography. Etnografi merupakan pendekatan yang holistik terhadap masyrakat dan suatu budaya, yang dapat

memberikan kontribusi untuk pengetahuan masa kini. Etnografi sendiri bukanlah metode yang baru

digunakan. Peneliti di bidang sosial seringkali menggunakan metode etnografi. Tetapi digital etnography masih merupakan suatu metode baru dalam penelitian. Digital etnography merupakan pendekatan untuk menangkap bentuk dan natur dari praktek komunikasi. Saya mencoba untuk 28

menelusuri gambar atau status yang diposting oleh kedua informan di media sosial , baik facebook

maupun instagram. Hasil telusuran atas media sosial ini akan saya kombinasikan dengan hasil

wawancara yang akan dibahas pada poin analisis.

4.4. Hasil Penelitian dan Analisis

4.4.1. Informan

Seperti yang telah dijelaskan diatas, saya akan melakukan penelitan terhadap dua orang transman. Kedua transman ini cukup lama menggunakan media sosial dan sangat gadget-able. Kedua informan tersebut bernama: Abhipraya Ardiansyah Muchtar dan Cesariano Abrisam Julivandy.

Piia Varis, Digital Ethnography, (Tilburg University, 2014), hlm 2

28

(13)

Pertama, Abhipraya A. Muchtar atau biasaya dipanggil Erky merupakan seorang pegawai swasata. 29

Erky berusia 25 tahun dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi negeri di Jogjakarta. Ia sudah

menghidupi identitas transman lebih dari 2 tahun. Erky terlahir di kelurga Muslim yang kental dengan adat jawa. Sejak kecil, Erky sudah ditamkan peraturan-peraturan sebagai perempuan Jawa

dan Muslim. Sewaktu kecil, Erky tidak nyaman dengan tubuhnya (harus menggunakan rok, dilarang

pergi ke Masjid bersama teman laki-laki, tidak bisa buang air kecil berdiri). Penemuan jati diri

sebagai transman dimulai ketika Erky kuliah, jauh dari orang tua. Erky takut memiliki payudara dan

vagina. Pada awalnya, Erky menerima label sebagai butch (lesbian maskulin). Tetapi ia menolak identitas peremuan karena merasa diri laki-laki. Beberapa kali ia menyakiti dirnya sendiri hingga

mencoba bunuh diri. Ketika usia 21 tahun, Erky menemukan identitas yang bisa menjelaskan

dirinya, transgender. Erky memulai terapi hormon pada 10 Juni 2014.

Kedua, Cesariano Abrisam Julivandy atau biasa dipanggil Sam merupakan seorang freelance di Jakarta. Sam berusia sama seperti Erky dan juga sama-sama lulusan perguruan tinggi negeri, tetapi

Sam merupakan lususan salah satu PTN di Bandung. Sam mulai menerima diri sebagai transman pada 3 Desember 2013. Sewaktu kecil, Sam sudah merasa bahwa dirinya adalah laki-laki dengan

penis yang belum tumbuh. Sampai mulai masuk pendidikan (les ngaji, TK, SD, dst), Sam bingung

mengapa ia harus menggunakan rok. Ia mulai semakin stress ketika masuk masa puber. Menstruasi

adalah hal yang paling menakutkan. Pada tahun 2012, Sam menerima dengan berat hati bahwa

dirinya adalah perempuan yang suka perempuan, berorientasi lesbian. Meskipun demikian, Sam

merasa dirinya hetero, katanya “gue suka sama cewe tp gue bukan lesbian”. Awalnya ketika Sam searching informasi di internet, ia berpikir bahwa transgender merupakan waria. Sam tidak menyadari kalau transmen itu ada. Lalu Sam menemukan forum yang terdiri dari LGB. Sam sendiri tidak nyaman berada di komunitas lesbian karena mereka menganggap Sam aneh. Lama kelamaan

Sam jenuh berada di forum ini dan akhirnya membuka postingan di bagian Transgender dan banyak postingan tentang Transmen. Sejak saat itu, Sam merasa bahwa grup ini lebih cocok dengan dirinya dan lebih bisa mendeskripsikan dirinya. Sejak saat itu, Sam mulai mengamati teman-teman

transmen. Meskipun identitasnya cocok tetapi perspektifnya belum sepenuhnya cocok karena masih terlalu maskulin dan heteronormatif saat itu. Sampai akhirnya sekarang Sam lebih bisa untuk

mendefinisikan sendiri soal konsep “menjadi laki-laki.” Jika mengacu pada teori yang diajukan oleh

Data diperoleh dari proses wawancara dan penelusuran internet bersumber:

http://melela.org/abhipraya-29

ardiansyah/, diakses Desember 2016

(14)

Lewins diatas, Sam sudah masuk ke dalam tahap yang ke-enam, yaitu mencapai “invisibility” untuk menjadi laki-laki di tengah masyrakat.

4.4.2. Analisis Transman dan Media sosial

Erky dan Sam menggunakan facebook dan instagram secara rutin. Total postingan Erky di

instagram sejumlah 278 gambar sejak 3 November 2013. Sedangkan Sam mengunggah 776 gambar

sejak 21 Mei 2012.

Berdasarkan teori Lewins yang sudah dijelaskan diatas, Sam dan Erky sudah sampai pada tahap

keenam, yaitu “invisibilty” di tengah masyarakat dengan menjadi laki-laki. Hal ini saya temukan dari pengalaman ketika saya membeli makanan dengan Sam dan petugas kasir bertanya, “ada

tambahan lain, Pak?”. Terapi suntik hormon selama dua tahun pun memberikan pengaruh

munculnya tanda-tanda fisik laki-laki, seperti: tumbuh jenggot, suara memberat, muncul otot. Di

tengah masyarakat, Sam dan Erky sudah terlihat dan dianggap oleh masyrakat sebagai laki-laki.

Lantas, apa yang menjadi alasan Sam dan Erky tetap menggunakan identitas transman di media sosial ? Menurut Sam:

“Tujuannya untuk menginformasikan bahwa transmen itu ada dan it’s ok dengan transmen, mereka

sama kayak manusia biasa. Gini, orang secara fisik mungkin ga menyangka gue trans. Justru itu,

gue pengen menegaskan kalau kita sama aja sama orang-orang pada umumnya.”

(15)

Selain itu, menurut Sam penggunaan media sosial sangat erat dengan konsep identitas transmen yang ingin dibangun di ruang publik. Lewat media sosial , Sam ingin meningkatkan visibilitas

identitas transmen. Hal ini ditemukan ketika Sam menjawab:

“Mengakui diri gue sebagai trans itu juga bentuk penerimaan diri gue. Walau pengen dianggap dan

gender gue laki-laki, gue akan menjelaskan laki-laki seperti apa sih gue itu ya laki-laki trans”

Oleh karena itu, dalam postingannya di instagram, ia menggunakan berbagai hashtag - #ftm,

#transmanofinstagram, #transman, #thisiswhattranslookslike, #transisbeautiful, #ftmindonesia,

#selfmademan, #transmenindonesia - untuk mengukuhkan identitasnya sebagai transman.

Selanjutnya dari hasil penelitian dengan metode digital etnografi, saya menemukan bahwa menelusuri postingan Erky lebih mudah ketimbang Sam. Hal ini karena dari segi kuantitas,

postingan Erky lebih sedikit daripada Sam. Postingan Erky juga dapat dikategorikan. Saya mencoba

untuk mengklasifikasikan postingan Erky menjadi tiga jenis: pengukuhan identitas transman melalui physical things (gym, workout, shaving, foto dengan binder - semi topless, menunjukkan otot), keikutsertaan dalam acara-acara LGBT (baik nasional maupun internasional) dan makanan. Dari keseluruhan postingan Erky, hanya 25 postingan yang tidak berhubungan dengan identitasnya

sebagai transman, yaitu foto yang berkaitan dengan makanan. Meskipun ada beberapa postingan makanan yang berkaitan dengan identitasnya sebagai transman (makanan diet sehat khusus transman).

Terkait dengan alasan penggunaan media sosial , Erky merasa bahwa media sosial digunakan untuk

mencari informasi dan networking. Menurut UGT, Erky menggunakan media sosial untuk tujuan pertama dan kedua, social interaction dan information seeking. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai tujuan menggunakan instagram, Erky menjawab:

mancing ikan di laut. hahahaha. Ada niat juga untuk sharing informasi, karena gw tau banyak

yang bernasib seperti gw beberapa tahun yang lalu di luar sana, bingung, frustasi ingin mati saja”

Dari jawaban Erky diatas, saya menyimpulkan bahwa Erky memang menggunakan instagramnya

untuk mengukuhkan identitasnya sebagai transman dan mencoba untuk berbagi informasi dengan transmen lainnya. Dari UGT, Erky menggunakan instagram dengan tujuan communicatory utilty. Tetapi ketika digali lebih dalam, sebagai seseorang transman yang memposting banyak tentang kehidupan transman, Erky tidak menyadari bahwa dirinya dilihat dan dijadikan tokoh figur oleh

(16)

transmen lainnya di Indonesia. Erky tidak menyadari karena selama ini, Erky membangun citra transman yang tidak friendly di media sosial . Hal ini dapat ditemukan ketika Erky mengelola dan menjadi admin @TranshitionID. Erky dan Sam berbagi peran, Erky cenderung menjadi transman yang lebih cuek sedangkan Sam yang lebih friendly.

“gue ga pernah expect jadi panutan loh. nah, di situlah gue dan Sam membagi peran sebagai malaikat dan iblis. GUE IBLISNYA. hahaha. kalo lagi ngadmin, jadilah gue malaikat. walau sarkas di beberapa titik. Tetapi kalau dari akun pribadi, gue akan galak: saya-kamu, jawab seperlunya, irit kata”

Ketika saya menelusuri instagram Erky, saya menemukan ada beberapa istilah yang dipakai olehnya

seperti: transdodol, perjaka pathetic, frog prince. Memang Erky menggunakan istilah-istilah yang

agak nyeleneh dalam kesehariannya. Erky pun telah menerbitkan sebuah buku dengan judul C O T - Confession of a Trans-dodol-ic . Erky dengan sadar ingin membangun citra 30 transman di media sosial .

“untuk lebih memperlihatkan berbagai macam perspektif transman kali ya. gue kan emang sarkas

nyinyir lambe jahara. biar anak2 pada aware kalo living as transman itu nggak seindah yg terlihat

di socmed Frog Prince ini”

“[living as a transman] ya biasa aja.. kayak orang2 pada umumnya. karena issue transmen di

indonesia yg paling hot adalah soal acceptance, gw sering posting rerumpian gw bersama temen2

straight allies. biar orang2 tahu kalau ada banyak temen yg bisa terima temennya yg trans”

Lewat media sosial , Erky ingin membangun citra kehiduapan transman. Dapat saya simpulkan bahwa media sosial dimanfaatkan oleh Erky untuk meningkatkan visibilitas dirinya sebagai

transman dan membiarkan dirinya untuk dapat ditemui oleh transmen lainnya, baik dari akun instagram miliknya atau lewat @TranshitionID.

“[transmen baru nyari informasi] biasanya langsung ke socmed gw, trus gw suruh kontak ke

transhition. Saat ngadmin di Transhition, attitude gw akan sangat berbeda dengan saat anak2 baru yang tanya2 itu ngejapri langsung ke sosmed gw. Kalo di Jabodetabek, gw ajak ketemu. Dulu sebelom IG gw protect, gw sering boost hastag, dari situ mereka nemu.”

Dari hasil penelitian ini, saya melihat bahwa media sosial mempunyai peranan besar dalam

pengukuhan identitas seseorang di ruang publik. Sebuah realitas baru dapat diciptakan dan

disebarluaskan oleh sebuah media bernama media sosial , terkhusus instagram dan facebook.

Lih.

http://www.suarakita.org/2015/06/resensi-confession-of-a-trans-dodol-ic-cerita-hidup-seorang-30

transman/, diakses Desember 2016

(17)

Meskipun instagram dan facebook merupakan dua media sosial yang berbeda tetapi mereka

merupakan wadah bagi transmen meningkatkan visibilitasnya di ruang publik. Dari hasil penelitian

ini, saya menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial oleh transman bertujuan untuk: (1) pengukuhan identitas sebagai laki-laki transman, (2) meningkatkan visibilitas identitas transmen

kepada masyarakat, (3) menciptakan pertemuan dengan orang-orang yang mempunyai identitas

yang sama dan (4) sarana edukasi bagi teman-teman transmen maupun yang non-transmen.

5. Evaluasi Teologis

Dari hasil penelitian diatas, saya mencoba untuk merefleksikan fenomena transmen dan media

sosial . Bagimana sebagai orang Kristen melihat fenomena ini? Saya tidak akan berbicara tentang

transgender dari perspektif biblis. Tetapi saya mencoba melihat bagaimana selama ini masyarakat melihat media sosial hanyalah sebagai wahana hiburan yang tidak lebih baik dari hal lainnya

(seperti belajar, membaca berita, bekerja). Beberapa orang tua di gereja menjadi khawatir melihat

anaknya lebih sering memegang handphone dan laptop ketimbang belajar. Apakah fenomena ini dapat dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan?

“Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun yang mencari keuntungan sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain

1 Korintus 10: 23-24 (TB)

Ayat diatas mengandung dua unsur, kebebasan dan tanggung jawab sebagai orang Kristen. Kalimat

“segala sesuatu diperbolehkan” ditulis dua kali dan dalam sebuah kutipan. Hal ini mungkin karena 31

ini merupak slogan dari beberapa golongan yang berada di Korintus atau peribahasa di budaya

tersebut. Kota Korintus merupakan kota dengan situasi pusat komersil (32 center commercial). Di 33 era Paulus, banyak kapal besar mengirimkan muatan kepada kendaran-kendaraan darat yang akan

mengangkutnya ke Teluk Korintus, Barat dari Isthmus, Teluk Saronik, Timur dari Isthmus dan

begitu pula sebaliknya. Lokasi Korintus yang sangat strategis membawa keuntungan. Pertama 34

kali, Paulus datang ke Korintus melalui Athena. Di Korintus Paulus mengabarkan Injil dan

membangun gereja. Seiring berjalannya waktu, muncul konflik diantara gereja Korintus dan Paulus.

Bob Utley, Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary Series

31

New Testament, Vol 6, (Texas: Bible Lessons International, 2002), hlm 147

http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/VOL06.pdf

32

Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, (Sonic Light, 2016), hlm 1

33

Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 1

34

(18)

Masalah kunci antara Paulus dan jemaat di Korintus adalah mempertanyakan apa artinya menjadi

“spiritual”. 35

Sebelumnya, Paulus dalam 1 Korintus 6:12 mengangkat isu kebebasan orang Kristen dengan

mengatakan “segala sesuatu” halal baginya tetapi tidak semuanya berguna. Berguna disini berarti

bermanfaat, mendatangkan keuntungan atau profitable. Sekarang Paulus menjelaskan lebih jauh bahwa “profitable” berarti berguna untuk yang lain, tidak hanya untuk dirinya sendiri. Jemaat Korintus melihat kebebasan mereka sebagai kesempatan untuk mengejar kepentingannya sendiri.

Paulus melihatnya sebagai kesempatan untuk menguntungkan (seek the good) dan membangun (edify) orang lain. Ayat 24 ini merupakan sebuah kalimat perintah aktif (36 present active imperative), dimana kekristenan yang matang harus melakukan sesuatu demi kesejahteraan yang lain. 37

Lewat penelitian ini, saya berefleksi ternyata sebagai seorang yang berasal dari golongan minoritas,

Erky dan Sam dapat menggunakan media sosial dengan baik. Mereka menggunakan media sosial

bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga memikirkan kepentingan orang lain.

Dalam hal ini transmen lainnya yang masih belum menerima diri dan coming out, mengingat pergumulan yang dialami oleh transman tidaklah mudah. Media sosial dapat digunakan baik untuk untuk kepentingan pribadi (mencari informasi, menghabiskan waktu) tetapi juga tidak melupakan

keuntungan orang lain, sama seperti nasehat Paulus kepada jemaat di Korintus. Segala sesuatu

diperbolehkan termasuk penggunaan sosial media, asalkan kita dapat menggunakannya dengan

bijak dan demi kepentingan orang lain juga.

6. Penutup

Demikianlah tulisan singkat saya mengenai laporan hasil penelitian media sosial dan fenomena

transman. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan ini. Kiranya ada penelitian berikutnya yang memperdalam dan mengkaji media sosial dan identitas seksual secara lebih

mendalam. Semoga tulisan ini dapat memperluas cakrawala kita dalam menyikapi salah satu produk

budaya populer, media sosial. Biarlah apapun yang kita gunakan dan lakukan dapat memperluas

Kerajaan Allah di bumi. Ad Mayorem Dei Gloriam!

Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 3

35

Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 125

36

Bob Utley, Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary Series

37

New Testament, Vol 6, hlm 148

(19)

Daftar Pustaka

Anita Whiting dan David Williams. Why People Use Social Media: A Uses and Gratifications Approach, dalam Qualitative Market Research: An International Journal. Emerald Group Publishing Limited, Vol. 16 No. 4. 2013

Constable, Thomas L. Notes on 1 Corinthians. Sonic Light. 2016

Detweiler, Craig dan Taylor. A Matrix of Meanings: Findings God in Pop Culture. Grand Rapids: Brazoz Press. 2013

Dustin Kidd dan Keith McIntosh, Media Social and Social Movements, dalam Sociology Compass, 10/9 (2016)

Efi A. Nisiforou dan Andrew Laghos. Examining the Effect of Gender Identity on the Use of Media sosial Technology: A Higher Education Approach, dalam Journal of Arts and Humanities, Vol. 4 No. 4. 2015

Ibrahim, Idi Subandy. Kritik Budaya Komunikasi - Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia. Yogykarta: Jalasutra. 2011

King Oey (ed). Menguak Stigma, Kekerasan & Diskriminasi pada LGBTQ di Indonesia - Studi Kasus di Jakarta, Yogyakarta dan Makasar. Jakarta : Arus Pelangi. 2013

Lewins, Frank William. Transexualism in Society: A Sociology of Male-to-Female Transsexuals. Australia: Macmillan Education. 1995

Rubin, Henry. Self-made Men: Identity, Embodiment and Recognition among Transsexual Men. USA: Vanderbilt University Press. 2003

Romanowski, William D. Eyes Wide Open: Looking for God in Popular Culture (revised and expanded edition). Grand Rapids: Brazos Press. 2007

Stein, Arlene. Transitioning Out Loud and Online, dalam Contexts, American Sociological Association, Vol 15, No 2. 2016

Utley, Bob. Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary Series New Testament, Vol 6. Texas: Bible Lessons International. 2002

Varinder Taprial & Priya Kanwar, Understanding Media sosial, (London: Ventus Publishing ApS, 2012

Sumber Website

Facebook, Third Quarter 2016 Financial Highlights, 2016, dari https://investor.fb.com/investor-news/press-release-details/2016/Facebook-Reports-Third-Quarter-2016-Results/default.aspx

http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/01/the-genderbread-person/

(20)

http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-pengguna-internet-di-indonesia

Hani Nur Fajrina, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari Indonesia, Juni 2016, dari http://

www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-instagram-dari-indonesia/

Instagram, 600 Million and Counting, 15 December 2016, dari http://blog.instagram.com/post/ 154506585127/161215-600million

Instagram, FAQ, dari https://www.instagram.com/about/faq/

Kominfo, Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang, 2013, dari https:// k o m i n f o . g o . i d / i n d e x . p h p / c o n t e n t / d e t a i l / 3 4 1 5 / K o m i n f o +

%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker,

Oik Yusuf dan Reska Nistanto, Jumlah Pengguna Facebook di Indonesia Terus Bertambah, dari h t t p : / / t e k n o . k o m p a s . c o m / r e a d / 2 0 1 6 / 1 0 / 2 0 / 1 7 0 6 2 3 9 7 /

jumlah.pengguna.facebook.di.indonesia.terus.bertambah, Oktober 2016

http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/VOL06.pdf

Statista, Number of monthly active Instagram users from January 2013 to June 2016 (in millions), 2016, dari https://www.statista.com/statistics/253577/number-of-monthly-active-instagram-users/

Tempo, Mayoritas Konsumsi Internet di Indonesia Untuk Media Sosial, April 2016, dari https://

m.tempo.co/read/news/2016/04/29/172766923/mayoritas-konsumsi-internet-di-indonesia-untuk-media-sosial,

Zephoria, The Top 20 Valuable Facebook Statistics - Updated December 2016, dari https:// zephoria.com/top-15-valuable-facebook-statistics/

(21)

Lampiran 1

Daftar Pertanyaan:

1. Biodata Pribadi (nama lengkap, umur, pendidikan terakhir, gender, hari kelahiran transman) 2. Bagaimana proses sampai akhirnya dapat menerima diri dan coming out sebagai transman? 3. Bagaimana konteks transmen Indonesia yang ditemukan lewat media sosial? Apa dan

bagaimana terbentuknya IG @transhitionID?

4. Penggunaan Media sosial:

a) Mengapa menggunakan media sosial?

b) Media sosial apa saja yang digunakan?

c) Kenapa memilih menggunakan instagram dan facebook dan tidak menggunakan yang lain,

misalnya twitter atau trans vlog?

d) Seberapa sering menggunakan instagram dan facebook?

e) Apa tujuan menggunakan facebook?

f) Apa tujuan menggunakan instagram?

g) Bagaimana menggunakan instagram?

h) Bagaimana menggunakan facebook?

(22)

Lampiran 2

22 Gambar 2 - Tabel statistik pengguna Facebook di Indonesia berdasrkan kategori usia

(23)

Lampiran 3

23 Gambar 3.2. - Tampilan Facebook di smartphone

Gambar

Gambar 2 - Tabel statistik pengguna Facebook di Indonesia berdasrkan kategori usia
Gambar 3.1. - Tampilan Facebook di PC

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, analisis jalur ( path analysis ) adalah analisis multivariat untuk mempelajari pengaruh langsung dan tidak langsung dari sejumlah variabel yang

Berdasarkan persyaratan biskuit SNI 01-7111.2-2005 dimana kadar abu maksimal yang dipersyaratkan adalah maksimum 3,5%, maka semua perlakuan biskuit yang terbuat

Pada masa sekarang ini telah banyak orang yang melupakan atau mungkin belum mengenal Thibbun Nabawi, hal ini disebabkan karena semakin jauhnya umat Islam

Pemberian fraksi heksan ekstrak tanaman jaloh diduga dapat bersifat protektif, sedangkan fraksi etil asetat dan etanol tidak menunjukkan adanya efek protektif jaringan hati

Pn.Hjh.Ni Shafiah Bt Abdul Moin(Pengetua ) Pn.Norizan Binti Hamdan ( PK HEM ) Tn.Hj.Wan Ahmad Ridzuan Azwa Bin Wan Abdul Jalil ( PK Pentadbiran) Tn.Hj.Mohd Ariffin Bin Zainal (

Selain itu bentuk perlindungan dan dukungan berupa sarana dan prasana juga diberikan oleh pemerintah desa agar dapat berjalannya program Desa Siaga tersebut. Hal ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas komunikasi aplikasi JAIM( Jiwasraya Agency Information Management) sebagai media informasi untuk kegiatan sehari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan usaha dan kelayakan kriteria investasi unit penangkapan jaring insang hanyut di Desa Sungai Lumpur,