• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Regulasi Terhadap Pendidikan J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pandangan Regulasi Terhadap Pendidikan J"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pandangan Regulasi Terhadap Pendidikan Jarak Jauh dan M-Learning

,

REGULASI DAN HUKUM ICT

Manajemen Telekomunikasi, Universitas Mercu Buana Mata Kuliah Regulasi dan Hukum ICT

Oleh :

Selamet Kurniawan

55416110013

(2)

Pandangan Regulasi Terhadap Pendidikan Jarak Jauh dan M-Learning

Abstrak

Tuntunan teknologi telekomunikasi dan teknologi internet merupakan teknologi yang paling digemari di seluruh dunia. Dalam perkembangan teknologi ini memungkinkan terobosan baru dalam belajar secara mobile menggunakan perangkat IT genggam atau disebut mobile learning (m-learning). M-Learning

memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah kemampuan belajar “kapan-pun di mana-pun” terhadap akses telekomunikasi yang tinggi menjadi alasan penggunaan internet terutama M-Learning sebagai media untuk pembelajaran yang tak terbatas ruang dan waktu. Untuk mengatasi hal tersebut dipilih teknologi komunikasi 3G karena memiliki kapasitas yang lebih besar dibanding teknologi sebelumnya. Pendidikan Jarak Jauh Sesuai UU SISDIKNAS pasal 31 ayat 2 “ meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. Melalui e-learning, para siswa/mahasiswa dimungkinkan untuk tetap dapat belajar sekalipun tidak hadir secara fisik di dalam kelas (Robso, 2003). Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para siswa/mahasiswa.

Kata kunci : M-Learning, Pendidikan Jarak Jauh, Internet

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning

ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning

di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industry

Akses internet bisa dinikmati tanpa tergantung jaringan PSTN (Public Switching Telephone Network) untuk dial-up dari rumah atau kantor, dalam keadaan bergerak (mobile) atau nirkabel (wireless) pun bisa dilakukan cukup dengan menggunakan notebook

(3)

di dalam kelas (Robso, 2003). Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para siswa/mahasiswa.

Gambar 1 Model adopsi M-Learning ( Barker, 2005 )

(4)

Gambar 2 Skema dari bentuk m-Learning

Mobile learning merupakan interseksi dari mobile computing dan e-learning yang menyediakan : sumber daya yang dapat diakses dari manapun, kemampuan sistem pencarian yang tangguh, interaksi yang kaya, dukungan yang penuh terhadap pembelajaran yang efektif dan penilaian berdasarkan kinerja. Model alternatif pembelajaran yang memiliki karakteristik tidak tergantung lokasi dan waktu. Selain hal tesebut, model alternatif tersebut juga diharapkan mampu menyediakan fasilitas knowledge sharing dan visualisasi pengetahuan sehingga pengetahuan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami. Konsep tersebut di harapkan dapat mendorong terwujudnya suasana pembelajaran yang baru dan dapat memotivasi semangat belajar siswa dan guru.memberikan manfaat,

1. Pengertian M-Learning

Mobile learning didefinisikan oleh Clark Quinn (Quinn, 2000) sebagai: The intersection of mobile computing and e-learning: accessible resources wherever you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for effective learning, and performance-based assessment. ELearning independent of location in time or space. Berdasarkan definisi tersebut maka mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning.

(5)

konvensional, M-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi dan berinteraksi secara informal diantara pembelajar.

Istilah mobile learning (M-Learning) mengacu kepada penggunaan perangkat teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, laptop dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Mobile Learning (M-Learning) merupakan bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning). Beberapa kemampuan penting yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran ICT Literacy M-Learning adalah adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer), kemampuan menyajikan informasi pembelajaran dan kemampuan untuk merealisasikan komunikasi bilateral antara pengajar dan pembelajar. M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong motivasi pembelajar kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, M-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan berinteraksi secara informal diantara pembelajar.

(6)

2. Pengertian Pendidikan Jarak Jauh

– proses pendidikan yang terorganisasi yang menjembatani keterpisahan antara siswa dengan pendidik dan dimediasi oleh pemanfaatan teknologi, dan pertemuan tatap muka yang minimal.

– Pendidikan jarak jauh ditawarkan lintas ruang dan waktu sehingga siswa memperoleh fleksibilitas belajar dalam waktu dan tempat yang berbeda, serta menggunakan beragam sumber belajar.

– Biasanya berbentuk pendidikan massif

Pendidikan Jarak Jauh berevolusi dari bentuk pendidikan koresponden sampai pendidikan melalui e-learning lintas ruang dan waktu.

Berdasarkan UU 12/2012 Tentang pendidikan tinggi bagian ketujuh pendidikan jarak jauh pasal 31 sebagai berikut :

1. Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.

2. Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:

a) memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok Masyarakat yang tidak dapat mengikuti Pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan

b) memperluas akses serta mempermudah layanan Pendidikan Tinggi dalam Pendidikan dan pembelajaran

3. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

(7)

Gambar 3 Karakteristik PJJ

Ruang Lingkup Penyelenggaraan PJJ :

1. Program studi tatap muka sejenis yang terakreditasi A dapat menyelenggarakan program studi pendidikan jarak jauh di wilayah Indonesia dan internasional.

(8)

Gambar 5 Prinsip Manajemen Industri dalam pengelolaan PJJ

Sistem operasional PJJ mempersyaratkan keluwesan terhadap berbagai segmen pasar dengan beragam kebutuhan dalam suatu jaringan kerja yang berdaya jangkau luas lintas ruang dan waktu, dan didasarkan pada sistem penjaminan kualitas akademik yang akuntabel

3. PENUTUP

Penerapan mobile learning memang sangat cocok untuk pembelajaran, namun ada juga materi ajar yang tidak cocok mengadopsi konsep mobile learning antara lain: materi

yang bersifat ”hands-on”, keterampilan sebagai mana dokter gigi, seni musik khususnya mencipta lagu, interview skills, team work seperti marketing maupun materi yang membutuhkan pengungkapan ekspresi seperti tarian. Mempertimbangkan hal hal tersebut diatas maka penerapan mobile learning lebih baik pada jenjang pendidikan tinggi.

Konsep mobile learning pada jenjang Pendidikan Tinggi yang diusulkan adalah sebagai berikut:

(9)

b) Teknologi yang diadopsi sebaiknya efektif secara pedagogi dan dinilai sebagai sebuah sebuahpembaharuan. Selain itu teknologi yang dipilih sebaiknya mudah di akes dan tersedia dengan distrubusi yang merata di lingkungan siswa maupun guru.

REFERENSI

[1] Kebijakan Pendidikan Jarak Jauh dan E-Learning di Indonesia http://kopertis3.or.id/v2/wp-content/uploads/Paulina-Pannen-Kebijakan-PJJ-dan-E-Learning.pdf

[2] Model pembelajaran ICT Literacy M-Learning untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs. Brawijaya Mojokerto,Muhammad Budi Arif a*

[3] Analisa performansi mobile learning dengan konten multimedia pada jaringan wireless – studi kasus pada fakultas ilmu computer Universitas Mercu Buana, Riad Sahara

[4] Perancangan layanan streaming multimedia pada M-Learning, Samuel Kristiyana , Gatot Santoso

Gambar

Gambar 1 Model adopsi M-Learning ( Barker, 2005 )
Gambar 2 Skema dari bentuk m-Learning
Gambar 3. Evolusi PJJ To E-learning
Gambar 3 Karakteristik PJJ
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang dilakukan hanyalah sebuah pemahaman pembacaan kode semiotik Roland Barthes yang sangat dangkal terhadap bangunan arsitektur dengan langgam post-modern, kode yang

Dalam rangka upaya peningkatan kinerja Inspektorat Utama yang berorientasi pada hasil (outcome) perlu ditetapkan rumusan Arah Kebijakan Pengawasan Tahun 2015-2019 sebagai pedoman

PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROFIL GAYA ORANG LAIN Tip-tip Menghadapi Pemimpin/Pelopor.. KECEPATAN

Peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa keempat prinsip tersebut digunakan dalam proses pengelolaan keuangan sekolah yang dimulai dari perencanaan, realisasi penerimaan dan

(a) Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Daerah, berdasarkan dengan Perda Nomor 17 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Toksik : bahaya efek serius yang tidak  dapat dipulihkan melalui penghirupan, kontak d engan kulit dan jika tertelan. S-phrases: 36/37-45 Gunakan pakaian pelindung dan sarung

Seraya menantikan penelitian lebih lanjut, para penulis memberi kesan bahwa limfosit total dapat berguna dalam tempat terbatas sumber daya sebagai alat pemantauan non-spesifik

Untuk mencerminkan upaya pelayanan publik yang baik sebagai bentuk reformasi birokrasi dalam pengelolan data dan informasi di bidang kesehatan, selanjutnya