• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada era Orde Baru, ekonomi merupakan tujuan utama mekanisme

kebijakan pemerintah. Titik sentral pada faktor ekonomi didukung oleh

perkembangan sektor formal dengan berbagai pengembangan industri di

berbagai bidang. Namun pada kenyataannya industrialisasi memicu urbanisasi

yang kemudian melahirkan problem ketenagakerjaan. Urbanisasi sebagai

gejala yang sangat menonjol di Indonesia, tidak hanya mendatangkan dampak

positif, tetapi juga dampak negatif. Sebagian tenaga kerja telah tertampung di

sektor formal, namun sebagian lainnya yang tidak punya bekal ketrampilan

(non skills) tidak dapat tertampung dalam lapangan kerja formal yang tersedia.

Tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor formal pada umumnya tetap

berstatus mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan apa saja untuk

menopang hidupnya (Harsiwi, 2002:1). Sektor formal yang tumbuh dengan

pesat tidak mampu menampung banyaknya tenaga kerja. Inilah yang menjadi

titik balik lahirnya sektor informal.

Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung terhadap

pengembangan industrialisasi dan program-program pemerintah, namun juga

(2)

commit to user

pembangunan ekonomi. Masyarakat ekonomi sektor informal merupakan

masyarakat yang masuk dalam kelompok usaha sendiri dengan jenis

kesempatan kerjayang kurang terorganisir, tidak terdaftar secara resmi.

Definisi sektor informal sendiri menurut Sethurman (dari ILO) adalah sebagai

berikut : sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang

menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok

menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dan dalam

usahanya itu sangat dihadapkan oleh berbagai kendala, seperti faktor modal,

baik fisik maupun manusia (ilmu pengetahuan) dan ketrampilan. Sementara

Todaro (2000:322) mengungkapkan karakteristik khas sektor informal sangat

bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit

produksi dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan

tenaga kerja (padat karya) dan teknologi yang digunakan relatif sederhana.

Para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya

mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal

kerja. Oleh karena itu, produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih

rendah dari kegiatan bisnis yang ada di sektor formal.

Penelitian Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008)

menyatakan bahwa, sektor informal meskipun banyak kekurangannya namun

keberadaannya diperlukan dan mampu berbicara banyak di dalam aspek

perekonomian. Dari segi keamanan sektor informal dapat berfungsi sebagai

(3)

commit to user

memberikan kesibukan kerja.Pada umumnya sektor informal sering dianggap

lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha yang lain.

Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau

tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan

lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya. Menurut penelitian

Rosetyadi Aristyan dan Fitrie Arianti (2013), faktor yang paling berpengaruh

dalam sektor informal khususnya berdagang adalah modal, lama usaha, dan

jam kerja. Ketiga variabel ini dinilai sebagai variabel yang paling mendasar

dalam hal berdagang dan indikator dalam menentukan keberhasilan suatu

sektor usaha perdagangan.

Lapangan kerja formal merupakan prioritas utama bagi para tenaga

kerja. Namun karena krisis ekonomi yang melanda sehingga banyak terjadi

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada sektor ini. Untuk itu perlu

dikembangkan lapangan kerja informal yang justru menjadi penyelamat bagi

masalah ketenagakerjaan yang dihadapi. Salah satu kota yang mempunyai

mobilitas cukup tinggi adalah kota Surakarta. Banyak sekali pembangunan

infrastruktur dan fasilitas untuk masyarakat, seperti ; gedung perkantoran,

mall, taman kota, dan ruang publik yang memungkinkan terjadinya sosialisasi

antar masyarakat. Sehingga menjadikan masyarakat kota Surakarta

mempunyai mobilitas yang tinggi baik di bidang formal maupun informal.

Berikut adalah tabel mata pencaharian penduduk per kecamatan di Kota

(4)

commit to user

Tabel 1.1 Penduduk per Kecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009

Mata

sendiri, buruh tani, pengusaha, buruh bangunan, pedagang, dan

angkutan/transportasi dengan jumlah 119.651 orang, lebih besar dari dari

jumlah penduduk yang menggeluti sektor formal yaitu buruh industri dan

PNS/TNI/POLRI dengan jumlah 96.458 orang. Dapat diartikan bahwa pada

tahun 2009 bahwa penduduk Kota Surakarta yang bekerja di sektor informal

(5)

commit to user

bahwa masyarakat Surakarta banyak yang menggantungkan hidupnya di

sektor informal. Sektor perdagangan mempunyai andil besar yaitu dengan

jumlah 33.526 orang. Hal ini juga menggambarkan bahwa keberadaan sektor

perdagangan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta.

Sektor perdagangan juga berperan besar terhadap pertumbuhan usaha

kecil dan menengah yang banyak dijalankan masyarakat bermodal kecil

seperti yang akan digambarkan dalam tabel dibawah. Berikut adalah tabel

jumlah UKM dari sektor usaha Kota Surakarta.

Tabel 1.2 Jumlah UKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kota Surakarta Tahun 2009

No Jenis Usaha Jumlah ( unit ) Persentase ( % )

1 Sektor Perdagangan 26.815 49,12

2 Sektor Aneka Usaha 22.390 41,02

3 Sektor Pertanian 1.248 2,29

4 Sektor Non Pertanian 4.129 7,57

Jumlah 54.582 100,00

Sumber : Dinkop UMKM Kota Surakarta

Menurut tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009

mayoritas jumlah UKM berdasar sektor usaha yang ada di Kota Surakarta

didominasi oleh sektor perdagangan dengan jumlah 26.815 unit atau 49,12%,

(6)

commit to user

Kemudian sektor non-pertanian sebanyak 4.129 unit atau 7,57%, dan sisanya

sektor pertanian sebanyak 1.248 atau 2,29%.

Salah satu aspek perdagangan yang cukup menarik di Kota Surakarta

adalah pedagang kacamata. Terdapat puluhan pedagang kacamata yang

beragam, mulai dari optik sampai pedagang kaki lima yang tentunya

menawarkan harga yang variatif. Pedagang kacamata merupakan salah satu

kelompok dari berbagai macam sektor informal di Surakarta yang perlu

dibina, dibimbing dan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidupnya dan

mampu meningkatkan pendapatannya. Pedagang kacamata mempunyai

kontribusi dalam menyediakan lapangan kerja informal selain juga

keberadaan mereka sangat diperlukan oleh masyarakat. Usaha ini memang

cukup menarik dilihat dari sudut pandang kemandirian dalam menciptakan

lapangan kerja serta menyediakan barang dan jasa dengan harga bervariatif

dalam lingkup usaha yang mencegah timbulnya persaingan usaha yang tidak

sehat dan pengangguran. Banyak faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

pendapatan pedagang, termasuk diantaranya adalah modal berdagang, jam

berdagang, lama usaha berdagang, pengambilan kredit, dan kepemilikan alat

komputer. Untuk itulah, dengan diketahuinya pengaruh dari lima variabel

tersebut terhadap pendapatan pedagang, diharapkan mereka dapat

(7)

commit to user

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dilakukan penelitian

dengan topik ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Pedagang Kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ’’

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?

2. Apakah variabel jam berdagang berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?

3. Apakah variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?

4. Apakah variabel pengambilan kredit berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?

5. Apakah variabel kepemilikan alat pengecekan mata dengan komputer

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota

Surakarta Tahun 2013 ?

6. Apakah variabel modal, jam berdagang,lama usaha, pengambilan kredit,

dan kepemilikan alat komputer berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 secara

(8)

commit to user

C. TUJUAN PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang

kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh jam berdagang terhadap pendapatan

pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang

kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh pengambilan kredit terhadap pendapatan

pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan alat pengecekan mata dengan

komputer terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta

Tahun 2013.

6. Untuk mengetahui pengaruh faktor modal, jam berdagang, lama usaha,

pengambilan kredit, dan kepemilikan alat komputer berpengaruh secara

bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta

Tahun 2013.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(9)

commit to user

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat

secara akademik. Menambah informasi, pengetahuan, dan referensi bagi

penelitian lebih lanjut di sektor informal khususnya bidang perdagangan.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat,

terutama pedagang untuk mengembangkan potensi, mengembangkan

manajemen usaha dalam rangka meningkatkan keuntungan yang diperoleh

serta mengembangkan usahanya.

3. Bagi Pedagang

Memberikan manfaat dan motivasi bagi pedagang kacamata di Kota

Surakarta untuk lebih meningkatkan usahanya dalam rangka peningkatan

pendapatan yang diperoleh serta pengembangan usaha.

4. Bagi Penulis

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat guna mencapai

gelar sarjana ekonomi, serta meningkatkan kemampuan penulis di bidang

Gambar

Tabel 1.1 Penduduk per Kecamatan Menurut Mata Pencaharian
Tabel 1.2 Jumlah UKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kota

Referensi

Dokumen terkait

Selain modal usaha menurut (Swasta, 1988) faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan yaitu lokasi berjualan. Lokasi tempat untuk berdagang akan sangat berpengaruh

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh modal usaha, lama usaha, lokasi usaha dan jam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh variabel modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, lokasi terhadap

Uji F adalah alat statistik yang digunakan untuk menentukan pengaruh secara serempak atau simultan variabel-variabel bebas yaitu modal, jam kerja dan lama usaha terhadap

Untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu modal, jam berdagang, pengalaman berdagang, sistem penjualan dan kejujuran terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pedagang

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari modal, lama usaha, lokasi usaha, tingkat pendidikan, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang

Saran penelitian ini sebaiknya dalam menghasilkan pendapatan berdagang tidak dilihat dari modal berdagang, lokasi berdagang, jam kerja pedagang, tetapi bisa dilihat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk variabel independen (modal usaha, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan) bisa digunakan untuk menentukan