PROFIL DAN ANALISIS KOTA JAMBI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Besar Mata Kuliah Perencanaan Kota (TKP 344)
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Nany Yuliastuti, MSP
Ir. Ragil Haryanto, MSP
Dr. Ing Asnawi, ST
Landung Ersanti, ST, MPS
Disusun oleh :
Kelompok 7 B
Abid Affandi Wedatama 21040114120028
Martha Rosdiana Utami 21040114120034
Sheilla Lutfi Hanida
21040114120038
Novi Kartika Dewi
21040114120056
Intan Hapsari S.P
21040114130080
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan Identifikasi Karakteristik Kota Jambi ini dengan baik.Kami
mengucapkan terima kasih pada Ibu Dr. Ir. Nany Yuliastuti, MSP, Ir. Ragil
Haryanto, MSP, Dr. Ing Asnawi, ST, Landung Ersanti, ST, MPS selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Perencanaan Kota (TKP 344) Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami menerima segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun.
Semarang, Mei 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR GA6
DAFTAR TABEL...6
DAFTAR
6
BAB I
7
PENDAHULUAN...7
1.1Latar Belakang... 7
1.2Aspek yang Dibahas... 7
1.3Tujuan dan Sasaran... 8
1.4Ruang Lingkup... 8
1.5Sistematika Pembahasan...9
BAB II
11
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH KOTA...11
2.1 Sejarah Kota Jambi... 11
2.2. Struktur dan Bentuk Ruang Kota...12
2.3 Aspek Fisik... 13
2.3.1 Topografi... 13
2.3.2 Litologi... 14
2.3.3 Klimatologi... 14
2.3.4 Hidrologi... 15
2.3.5 Bahaya Geologi... 15
2.3.6 Penggunaan Lahan... 15
2.3.7 Infrastruktur... 16
2.3.8. Sistem Pengelolaan Drainase Kota...22
2.3.9. Kesimpulan Aspek Fisik...24
2.4 Aspek Non Fisik... 25
2.4.1 Demografi... 25
2.4.2 Distribusi Penduduk...27
2.4.3 Proyeksi Penduduk...28
2.4.4. Struktur Penduduk...29
2.4.7.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...35
2.4.7.2. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita...36
2.4.7.3. Struktur Ekonomi...36
3.1.Pengembangan Wilayah Berdasarkan RTRW dan RDTRK...43
3.2.Konstelasi Wilayah... 45
3.3.5.Pemberdayaan Masyarakat memalui Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya. 49 3.3.6.Prioritas Pulau Pandan dan Danau Sipin...49
3.4. Tinjauan Visi dan Misi... 51
3.4.1.Visi... 51
Potensi dan Permasalahan Sumber Daya Alam...57
Potensi dan Permasalahan Permukiman...58
Potensi dan Permasalahan Ketersediaan RTH...59
Potensi dan Permasalahan Infrastruktur dan Kondisi Fisik Kota...60
4.2.Analisis Potensi dan Permasalahan Non-Fisik...65
4.2.1 Potensi dan Permasalahan Ekonomi...65
4.3.Analisis SWOT... 66
DAFTAR GA
DAFTAR TABEL
DAFTAR
DAFTAR GRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara demografis, kota merupakan suatu tempat di mana terdapat pemusatan atau konsentrasi penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Sedangkan secara sosial ekonomis, kota merupakan suatu lingkungan dengan kegiatan perekonomian dan kegiatan usaha yang beragam dan didominasi oleh kegiatan usaha bukan pertanian yaitu jasa, perdagangan, perangkutan dan perindustrian. Kawasan perkotaan adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Secara fungsional suatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil atau desa-desa yang mempunyai sifat saling bergantung dengan kota-kota induknya.
Menurut Willson, terdapat tiga pengertian perencanaan. Pertama, perencanaan sebagai sebuahanalisis, yaitu kupasan data, proyeksi / perkiraan untuk masa depan yang bertitik tolak dari keadaan masa kini. Kedua, perencanaan sebagai sebuah kebijaksanaan (policy), yakni pemilihan rencana yang baik untuk pelaksanaan, meliputi pengetahuan mengenai maksud dan kriteria untuk menelaah alternatif-alternatif rencana. Dan ketiga, perencanaan sebagai suatu rancangan atau desain, yaitu rumusan dan sajian rencana. Perencanaan kota berorientasi ke masa depan, bersifat terus menerus, berkelanjutan, tergantung pemahaman fakta baik primer maupun sekunder, bersifat komprehensif (menyeluruh dan terpadu), memberi kesempatan tindakan koordinasi, dan memaksimalkan peluang bagi setiap orang untuk hidup layak, bahagia dan berkecukupan. Terjadinya suatu pertumbuhan ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif dam terjadinya suatu perkembangan ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk sehingga terjadi peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan.
1.2 Aspek yang Dibahas
Kebijakan pemerintah dalam mengembangkan potensi yang ada dan menangani masalah di Kota Jambi
Potensi maupun masalah yang ada di Kota Jambi Analisis SWOT serta matriks SWOT Kota Jambi
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mencari potensi dan masalah yang ada di Kota Jambi dilhat dari aspek fisik seperti aspek pembangunan dan pengembangan kota, serta aspek non-fisik yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Sehingga dapat dirumuskan sebuah rekomendasi atau strategi pembangunan Kota Jambi yang berkelanjutan.
Berikut adalah tahapan sasaran yang ditentukan untuk mencapai tujuan : Melakukan identifikasi karakteristik wilayah dengan kondisi eksisting baik
aspek fisik maupun non-fisik Kota Jambi untuk impresi awal wilayah studi. Melakukan peninjauan kebijakan pemerintah Kota Jambi
Melakukan identifikasi potensi dan masalah Kota Jambi Melakukan analisis SWOT serta pembuatan matriks SWOT
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup yang digunakan dalam laporan ini mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan wilayah yang digunakan sebagai objek perencanaan, sedangkan ruang lingkup materi mencakup materi-materi yang akan digunakan dalam analisis perencanaan pembangunan Kota Jambi.
a. Ruang Lingkup Wilayah
Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi. Sedangkan Provinsi Jambi sendiri terletak di pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatera. Meskipun demikian, Kota Jambi tidak memiliki wilayah pesisir atau pantai. Kota Jambi terdiri dari delapan kecamatan dan enam puluh dua kelurahan. Kota Jambi mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut:
Dari keterangan batas-batas administrasi tersebut dapat diketahui bahwa Kota Jambi dikelilingi oleh Kabupaten Muaro Jambi. Berikut ini peta batas administrasi dari Kota Jambi:
Sumber: Bappeda Kota Jambi, 2011
Peta 1. 1 Batas Administrasi Kota Jambi
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi mencakup kajian mengenai sejarah dan perkembangan kota, konstelasi wilayah kota, struktur kota, karakteristik Kota Jambi, tata guna lahan, zonasi pelayanan di Kota Jambi, analisis potensi dan kendala, serta analisis SWOT Kota Jambi.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam laporan Strategi Pembangunan Kota Jambi terdiri dari 4 bab, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KOTA JAMBI
Bab ini berisi tentang kondisi eksisting dari Kota Jambi, meliputi kondisi fisik Kota Jambi, sejarah Kota Jambi, kondisi kependudukan, perekonomian dan kodisi infrastruktur yang ada di Kota Jambi, penjelasan mengenai pengembangan wilayah sesuai dengan RTRW dan RDTRK serta penjelasan mengenai permasalahan yang ada di Kota Jambi.
BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAERAH
Bab ini berisikan dengan kebijakan-kebijakan daerah Kota Jambi yang dapat dijadikan acuan ataupun dasar pertimbangan dalam membuat strategi pembangunan Kota Jambi. Adapun kebijakannya meliputi strategi pembangunan, strategi dasar, kebijakan umum, visi misi Kota Jambi, tujuan, struktur ruang kota, pembagian wilayah perencanaan, dan pengembangan pusat pelayanan.
BAB IV ANALISIS POTENSI DAN MASALAH
BAB II
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH KOTA
2.1 Sejarah Kota Jambi
Jambi berasal dari kata Jambe yang dalam bahasa Jawa berarti “Pinang” dikarenakan pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari sehingga nama itu dipilih oleh masyarakat terdahulu untuk mempermudah keseharian mereka ketika berada di Jambi. Residen Jambi yang pertama di masa Republik adalah Dr. Asyagap sebagaimana tercantum dalam pengumuman Pemerintah tentang pengangkatan residen, Walikota di Sumatera dengan berdasarkan pada surat ketetapan Gubernur Sumatera tertanggal 03 Oktober 1945 No. 1-X. Pada tahun 1945 tersebut sesuai Undang-undang no.1 tahun 1945 wilayah Indonesia terdiri dari Provinsi, Karesidenan, Kewedanaan dan Kota. Tempat kedudukan Residen yang telah memenuhi syarat, disebut Kota tanpa terbentuk struktur Pemerintahan Kota. Dengan demikian Kota Jambi sebagai tempat kedudukan Residen Keresidenan Jambi belum berstatus dan memiliki pemerintahan sendiri. Kota Jambi baru diakui berbentuk pemerintahan ditetapkan dengan ketetapan Gubernur Sumatera No. 103 tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dengan sebutan Kota Besar dan Walikota pertamanya adalah Makalam. Mengacu pada Undang-undang No. 10 tahun 1948 Kota Besar menjadi Kota Praja. Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1965 menjadi Kota Madya dan berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 Kota Madya berubah menjadi Pemerintah Kota Jambi sampai sekarang.
2.2. Struktur dan Bentuk Ruang Kota
Kota Jambi memiliki bentuk struktur ruang kota Metropolitan dimana membentuk satu kesatuan sistem dimana Kota Jambi sebagai pusat dari Ibu Kota Provinsi Jambi. Sehingga beberapa wilayah menuju ke Kota Jambi untuk menunjang aktivitas keseharian. Terdapat beragam aktivitas penduduk di dalamnya yang mempengaruhi struktur ruang Kota Jambi. Struktur ruang sebuah kota berperan dalam kondisi sosial dan lingkungan. Dilihat dari struktur dan bentuk ruangnya KOta Jambi memiliki bentuk Sector Theory (Homer Hoyt). Dilihat dari persebaran beberapa aktivitas yang ada di Kota Jambi seperti Bandara, permukiman, kawasan perdagangan. Kawasan Perdagangan seperti Cafe, outlite, toko, mall, dan pasar. Serta kawasan permukiman kelas atas, menengah dan rendah .
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) Kota Jambi tahun 2011-2031, Kota Jambi dibagi menjadi 6 Bagian Wilayah Kota (BWK) pelayanan yang meliputi pengembangan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat lingkungan yang terbagi atas:
a. BWK I yaitu pusat Kegiatan Perdagangan dan jasa skala regional dan nasional
b. BWK II yaitu Kawasan cagar budaya atau wisata, Kawasan industri atau pergudangan dan lindung
c. BWK III yaitu Kegiatan industri atau pergudangan, Permukiman dan bandar udara
d. BWK IV yaitu Pusat pemerintahan Kota Jambi, Pertambangan, Perdagangan dan jasa dan Permukiman
e. BWK V yaitu Kegiatan simpul transportasi regional, Pertambangan, Permukiman, Pusat pelayanan kesehatan skala kota, Perdagangan dan jasa f. BWK VI yaitu Pusat pemerintahan Provinsi Kota Jambi, Perdagangan dan jasa,
Pendidikan
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Peta 2. 1 Peta Hirarki BWK Kota Jambi
2.3
Aspek Fisik
2.3.1 Topograf
daerah rawa terdapat disekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.740 Km, dari danau Atas hingga Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 Km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai ini berhulu pada Danau Atas di provinsi Sumatera Barat dan bermuara di pesisir timur Sumatera pada kawasan Selat Berhala.
Sumber: Bappeda Kota Jambi, 2011
Peta 2. 2 Peta Topograf Kota Jambi
2.3.2 Litologi
Kondisi tanah berdasarkan topografi bagian timur Kota Jambi umumnya merupakan rawa-rawa sedangkan wilayah barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Jenis tanah yang potensial untuk pertanian secara umum didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah lainnya adalah Latosol dan Regosol sekitar 18,67%.
2.3.3 Klimatologi
35,40 C terjadi pada bulan Maret dan suhu minimum 20,80 C terjadi pada bulan Februari dan Maret dengan kelembaban udara berkisar antara 78-87%. Hujan terjadi sepanjang tahun dengan musim penghujan terjadi antara bulan Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari hujan/bulan, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai September dengan rata-rata 16 hari hujan/bulan. Curah hujan sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata 191,34 mm/bulan). Kecepatan angin tiap bulan hampir merata antara 9 knots hingga 23 knots.
2.3.4 Hidrologi
Kota Jambi mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.740 Km, dari danau Atas hingga Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 Km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai ini berhulu pada Danau Atas di provinsi Sumatera Barat dan bermuara di pesisir timur Sumatera pada kawasan Selat Berhala.
2.3.5 Bahaya Geologi
Wilayah Provinsi Jambi, delapan Potensi Kota Jambi dalam hal bencana alam termasuk dalam kelas risiko sedang. Kota Jambi berisiko terkena bencana letusan gunung berapi karena Gunung kerinci, gunung berapi tertinggi berada di wilayah Provinsi Jambi. Kemudian ancaman bencana lainnya seperti banjir karena Kota jambi dilewati sungai Batang Hari yang merupakan sungai terbesar di Provinsi Jambi.
2.3.6 Penggunaan Lahan
Sebagian besar lahan pertanian di Kota Jambi adalah lahan bukan sawah yaitu sebesar 4.403 Ha. Sementara sisanya adalah lahan sawah yaitu 1.676 Ha, dan sebagian besar berlokasi di Kecamatan Danau Teluk (545 Ha) dan Pelayangan (425 Ha).
Tabel 2. 1 Luas Lahan Pertanian Menurut Kecamatan
No Kecamatan Lahan
Sawah (Ha)
Selatan
3. Jelutung 0 625
4. Pasar Jambi 0 7,5
5. Telanaipura 232 1.729
6. Danau Teluk 545 266
7. Pelayangan 425 364
8. Jambi Timur 383 1.360
Sumber : Jambi dalam Angka, 2015
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa luas lahan pertanian di beberapa kecamatan sangat minim. Di Kota Jambi lebih banyak didominasi oleh lahan bukan lahan sawah. Misalnya di Kecamatan Kota baru tidak memiliki lahan pertanian sama sekali, di kecamatan ini didominasi oleh lahan bukan sawah, misalnya perkebunan.
Sumber: Bappeda Kota Jambi, 2011
Peta 2. 3 Peta Tata Guna Lahan Kota Jambi
2.3.7 Infrastruktur
Infrastruktur
Tabel 1 Jumlah Fasilitas Perekonomian di Kota Jambi
Toko, kios, Los dan Pedagang di Pasar Milik
Pemkot Jambi
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015Pada tahun ajaran 2013/2014 terdapat 844 sekolah di Kota Jambi,
dimana sebagian besar sekolah tersebut adalah tingkat TK sebanyak 46%
atau 390 unit, diikuti oleh tingkat SD & MI sebanyak 31% atau 262 unit,
SMTP/Sederajat sebanyak 12% atau 98 unit dan SLTA sebanyak 11% atau
94 unit. Idealnya, semakin tinggi tingkat pendidikan akan diikuti dengan
semakin berkurangnya beban jumlah murid yang diajar.
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Tabel 2. 2 Standar Sarana Pendidikan
Sumber : SNI
Jika dilihat berdasarkan standar SNI, jumlah fasilitas pendidikan yang ada
di Kota Jambi baik TK,SD,SMP,SMA belum dapat memenuhi standar minimal
pelayanan fasilitas pendidikan di Kota Jambi. Kota Jambi memiliki jumlah
penduduk sebanyak 568.062 jiwa pada tahun 2014 (Kota Jambi Dalam
Angka,2014).
Jumlah Eksisting Fasilitas Jumlah Fasilitas Pendidikan
Berdasarkan kondisi eksisting mengenai jumlah fasilitas pendidikan Kota
Jambi masih jauh pada kata terpenuhi jika dihitung dari SNI. Jika dilihat
perbandingan pada tabel diatas diperlukan penambahan fasilitas pendidikan
baik TK, SD, SMP, SMA.
Sumber : GIS Dukcapil.go.id
Gambar 2. 3 Sebaran Fasilitas Pendidikan Kota Jambi
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) dipilih oleh 42,36 persen
atau hampir sepertiga penduduk Kota Jambi sebagai tempat berobat jalan
ketika sakit. Hal ini mengindikasikan bahwa puskesmas dan pustu adalah
fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau masyarakat karena jumlahnya lebih
banyak dari pada rumah sakit dan lebih dekat dari rumah. Selain itu, biaya
berobat di puskesmas atau pustu dirasa relatif ringan oleh masyarakat pada
umunya, apalagi dengan semakin mudahnya akses yang ditanggung oleh BPJS.
Tabel 2. 3 Standar Sarana Kesehatan
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk
Pendukung (jiwa)
Puskesmas
120.000
BALAI PENGOBATAN (KLINIK),
Puskesmas Pembantu,
polindes, poskesdes
30.000
Praktek Dokter dan Praktek
Bidan
5.000
Tabel 2. 4 Fasilitas Kesehatan Kota Jambi
Kecamatan
Ruma
h
Sakit
Puskesm
as
Puskesma
s
Pembantu
Posyan
du
Kota Baru
3
5
7
98
Jambi Selatan
4
5
7
89
Jelutung
1
1
4
49
Pasar Jambi
3
1
1
17
Telanaipura
3
3
8
90
Danau Teluk
0
1
3
14
Pelayangan
0
1
3
12
Jambi Timur
3
3
6
84
Total
17
20
39
453
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Berdasarkan standar SNI mengenai sarana kesehatan, Kota Jambi dapat
dikatakan sudah memenuhi standar SNI karena jumlah fasilitas kesehatan yang
ada baik Puskesmas, Balai Pengobatan dan Praktek Dokter/Bidan telah melebihi
standar yang ada. Hal ini dapat dikatakan bahwa pelayanan fasilitas kesehatan
sudah tersebar secara merata sehingga masyarakat Kota Jambi tidak kesulitan
untuk mendapatkan fasilitas kesehatan.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Fasilitas tempat ibadah paling banyak di Kota Jambi adalah Masjid,
Langgar dan Mushola. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Jambi
mayoritas memeluk agama islam jika dilihat dari banyaknya fasilitas tempat
ibadah yang tersedia. Jika dilihat dari tabel, ketersediaan fasilitas masyarakat
muslim di Kota Jambi sekitar 70% lebih banyak dari fasilitas yang lainnya.
Tabel 2 Fasilitas Peribadatan di Kota Jambi
Kecamata
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Berdasarkan standar SNI, ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Jambi
sudah terpenuhi. Jumlah fasilitas peribadatan yang ada sudah melebihi dari
batas minimal. Hal ini artinya bahwa masyarakat Kota Jambi dapat dengan
mudah melakukan aktivitas keagamaan karena jumlahnya sudah melebihi dari
standar minimal.
2.3.8. Sistem Pengelolaan Drainase Kota
barat ke timur adalah Sungai Kenali Kecil, Sungai Kenali Besar, Sungai
Kambang, Sungai Sri Sudewi, Sungai Telanai, Sungai Asam, Sungai Tembuku
dan Sungai Selincah. Ke semua sungai-sungai inilah saluran-saluran drainase
yang lebih kecil mengalir, sehingga membentuk sistim drainase Kota Jambi.
Ada empat danau di Kota Jambi, dua di Jambi Kota, yaitu danau Teluk
Kenali dan danau Sipin, serta dua lagi di Kota Seberang, yaitu danau
Penyengat dan danau Teluk. Danau Sipin, Penyengat dan Teluk mengalir ke
Sungai Batanghari, sedangkan danau Teluk Kenali mengalir ke danau Sipin.
Pembagian Blok Drainase
Sistim drainase Kota Jambi dibagi dalam beberapa daerah aliran
sungai, yaitu
Sungai Kenali Kecil merupakan sungai paling barat di kota Jambi, mengalir
ke danau Kenali. Dari danau Kenali ada pengaliran menuju danau Sipin, dan
dari danau Sipin mengalir ke Sungai Batanghari.
Sungai Kenali Besar dengan catchment area di sebelah timur Sungai Kenali
Kecil, mengalir masuk ke sungai Kenali Kecil sebelum yang terakhir ini
bermuara ke danau Teluk Kenali.
Sungai Kambang merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang lebih
kecil dibandingkan dengan Sungai Kenali Kecil atau Sungai Kenali Besar,
mengalir langsung ke danau Sipin.
Sungai Sri Sudewi dan Sungai Telanai, dua sungai yang pendek dengan
daerah aliran yang kecil, mengalir ke danau Sipin.
Sungai Asam mengalir dari selatan ke utara, kurang lebih di bagian pusat
kota Jambi, merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang terbesar,
mengalir ke Sungai Batanghari. Sungai ini sudah dilengkapi dengan pintu air
untuk menghalangi luapan dari Sungai Batanghari masuk ke dalam sistim
drainase kota.
Sungai Tembuku di bagian timur kota Jambi, mengalir ke arah utara ke
sungai Batanghari.
2.3.9. Kesimpulan Aspek Fisik
Aspek fisik yang Kota Jambi yang dilihat meliputi topografi, litologi, klimatologi, hidrologi, bahaya geologi, penggunaan lahan, infrastruktur, sistem pengelolaan drainase. Topografi Kota Jambi berada pada ketinggian rata-rata 10 sampai 60 meter
diatas permukaan laut. Topografi wilayah Kota Jambi sebagian besar datar (0-2%) dengan luas 11.236 Ha, bergelombang (2-15%) dengan luas 8.081 Ha, dan sedikit curam (15-40%) dengan luas 41 Ha. Kondisi tanah Kota Jambi umumnya merupakan rawa-rawa sedangkan wilayah barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata-rata minimum berkisar antara 26,3 – 28,30C. Kota Jambi mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.740 km. Wilayah Provinsi Jambi, delapan Potensi Kota Jambi dalam hal bencana alam termasuk dalam kelas risiko sedang. Sebagian besar lahan pertanian di Kota Jambi adalah lahan bukan sawah yaitu sebesar 4.403 Ha. Sementara sisanya adalah lahan sawah yaitu 1.676 Ha, dan sebagian besar berlokasi di Kecamatan Danau Teluk (545 Ha) dan Pelayangan (425 Ha). Perkembangan infrastruktur Kota Jambi sudah cukup baik, sarana prasarana cukup memadai dan mencukupi pelayanan bagi masyarakat Kota Jambi.
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Jambi , 2008- Pemerintah Daerah Kota Jambi
2.4
Aspek Non Fisik
2.4.1 Demograf
Tabel 2. 5
Jumlah Penduduk Kota Jambi tahun 2011-2014
No Kecamatan Tahun
2011 2012 2013 2014
1 Kotabaru 145.788 150.469 155.116 159.572 2 Jambi Selatan 127.916 130.057 132.073 133.841
3 Jelutung 60.845 61.247 61.674 62.064
4 Pasar Jambi 12.727 12.691 12.661 12.622 5 Telanaipura 93.150 94.038 94.966 95.844 6 Danau Teluk 11.840 11.877 11.920 11.955
7 Pelayangan 12.944 13.047 13.155 13.255
8 Jambi Timur 77.983 78.288 78.623 78.909 Jumlah 543.193 551.714 560.188 568.062 Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Tabel 2. 6 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Jiwa
No Kecamatan
Luas Daerah
(km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadata n (Jiwa/km2
)
Kotabaru 77,78 159.572 2052
2 Jambi Selatan 34,07 133.841 3928
3 Jelutung 7,92 62.064 7836
4 Pasar Jambi 4,02 12.622 3140
5 Telanaipura 30,39 95.844 3154
6 Danau Teluk 15,7 11.955 761
7 Pelayangan 15,29 13.255 867
8 Jambi Timur 20,21 78.909 3904
Jumlah 205,38 568062 2766
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Peta 2. 5 Peta Kepadatan Penduduk Kota Jambi
2.4.2 Distribusi Penduduk
penduduk. Sehingga dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kota Jambi
berjenis kelamin laki-laki. Namun di beberapa kecamatan, memiliki penduduk
yang penduduknya lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu Kecamatan
Pasar Jambi, Kecamatan Telanaipura, dan Kecamatan Danau Teluk.
Tabel 2. 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempua
n Total
1 Kotabaru 80.035 77.613 157.648
2 Jambi Selatan 67.189 67.041 134.230
3 Jelutung 31.377 31.304 62.681
4 Pasar Jambi 6.274 6.593 12.867
5 Telanaipura 48.102 48.414 96.516
6 Danau Teluk 6.015 6.099 12.114
7 Pelayangan 6.942 6.427 13.369
8 Jambi Timur 40.355 39.551 79.906
Jumlah 286.289 283.042 569.331
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
2.4.3 Proyeksi Penduduk
2011 2015 2020 2025 2030 2035 2040 0
200000 400000 600000 800000 1000000 1200000
543193 614573
695333 786705
890085
1007049
1139384
Proyeksi Penduduk Kota Jambi
tahun 2011 - 2040
Tahun
A
x
is
T
it
le
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Gambar 2. 5 Proyeksi Penduduk Kota Jambi 2011-2040
2.4.4.
Struktur Penduduk
Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk Kota Jambi
Sumber: Kota Jambi dalam Angka Tahun
2015
Dari tabel
jumlah penduduk
Kota
Jambi
berdasarkan
jenis kelamin
dapat diketahui
bahwa jumlah
penduduk
laki-laki
dan
perempuan
hampir sama.
Hanya memiliki
selisih
yang
sedikit. Untuk
lebih jelasnya
untuk
mengetahui
komposisi
penduduk Kota
Jambi
dapat
dilihat
dari
piramida
0 - 4 Tahun 26.000 24.839 50.839 5 - 9 Tahun 23.353 24.515 47.868
0 - 4 Tahun
40,000 30,000 20,000 10,000 0 10,000 20,000 30,000 40,000
Piramida Penduduk Kota Jambi 2014
Laki-Laki Perempuan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Gambar 2. 6 Piramida Penduduk Kota Jambi
Piramida penduduk untuk Kota Jambi adalah bentuk piramida stasioner dengan bagian bawahnya besar semakin ke puncak makin sempit. Hal ini menggambarkan bahwa penduduk dalam keadaan tumbuh, jumlah kelahiran dan hampir sama dengan jumlah kematian. Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian relatif rendah sehingga pertumbuhan penduduknya tidak terlalu besar. Berdasarkan piramida penduduk Tahun 2014, dapat diketahui bahwa komposisi penduduk Kota Jambi masih didominasi oleh penduduk usia 20 sampai 24 tahun. Hal ini menandakan bahwa di Kota Jambi didominasi oleh usia produktif. Pada kelompok umur 5 – 19 tahun ke bawah menunjukkan tren penurunan. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa laju pertumbuhan penduduk dalam 20 tahun terakhir relatif mengalami penurunan. Namun, pada kelompok umur 0 – 4 tahun kembali mengalami kenaikan.
2.4.5. Ketenagakerjaan
Tabel 2. 9 Statistik Ketenagakerjaan Kota Jambi Ketenagakerjaan 2013 2014
Bekerja 230.243 235.722 Pengangguran 18.518 26.569 Angkatan Kerja 248.761 262.291 Bukan Angkatan
Sumber: Statistik Daerah Kota Jambi, 2015
Dari tabel mengenai statistik ketenagakerjaan Kota Jambi tahun 2013-2014 dapat diketahui bahwa sebanyak 62,39 persen dari jumlah penduduk termasuk angkatan kerja. Kemudian sebanyak 10,13 persen merupakan pengangguran terbuka. Sedangkan sisanya bukan angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja yang melakukan kegiatan selain bekerja, yaitu sekolah, mengurus rumah tangga. Berikut ini diagram mengenai presentase penduduk usia kerja Kota Jambi menurut lapangan usaha:
28%
Sumber: Statistik Daerah Kota Jambi, 2015
Dari diagram presentase penduduk usia kerja Kota Jambi berdasarkan lapangan usaha tahun 2014 dapat diketahui bahwa sebagian besar bekerja di lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makna, dan Hotel. Sektor perdagangan, rumah makan , dan hotel di Kota Jambi mampu menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan sektor lain. Hal ini dikarenakan Kota Jambi mempunyai 10 wisata alam, 15 tempat wisata buatan dan 5 tempat wisata sejarah budaya. Sehingga sektor tersebut seolah menjadi fasilitas penunjang berlangsungnya kegiatan pariwisata di Kota Jambi.
2.4.6. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Penduduk Miskin merupakan salah satu indikator dari suatu kota. Semakin banyaknya penduduk miskin, menggambarkan bahwa Kota tersebut memiliki permasalahan di bidang kesejahteraan sosial.
Tabel 2. 10 Jumlah Penduduk Miskin, Prosentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan
Grafk 2. 1 Jumlah Penduduk Miskin Kota Jambi 2005-2014
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 0
50.7 52.5 50.8 54.3 50.1 50.9
Jumlah Penduduk Miskin Kota Jambi
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Peta 2. 6 Peta Sebaran Kemiskinan di Kota Jambi
rata-rata adalah 9% dari jumlah penduduk Kota Jambi secara keseluruhan. Jumlah penduduk miskin Kota Jambi paling tinggi terdapat pada tahun 2008 yaitu sebanyak 54.900 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin Kota Jambi paling rendah ada pada tahun 2007 yaitu 23.200 jiwa. Adapun dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin yang sangat drastis. Jumlah penduduk miskin Kota Jambi pada tahun 2014 sebanyak 50.900 jiwa, sedangkan untuk garis kemiskinan Kota Jambi berada pada angka Rp 359,686/kapita tiap bulannya. Adapun secara keseluruhan, tingkat kemiskinan di Kota Jambi tergolong cukup sedang.
2.4.7 Ekonomi
2.4.7.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan, sehingga terbebas dari pengaruh inflasi. PDRB perkapita yang dihitung dengan cara membagi PDRB ADHB dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan mencerminkan tingkat produktivitas tiap penduduk. Pada tahun 2014, PDRB perkapita Kota Jambi sebesar Rp. 34,5 Juta Rupiah, naik dari tahun 2013 (29,6 Juta Rupiah). Artinya, pada tahun 2014 rata-rata tiap penduduk Kota Jambi menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 34,5 Juta Rupiah.
Tabel 2. 11 Perkembangan PDRB Kota Jambi tahun 2012-2014
2.4.7.2. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita
Pendapatan penduduk adalah salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan. Penduduk Kota Jambi berada pada golongan pengeluaran >999.999 perkapita tiap bulannya. Terdapat 26,74 persen penduduk Kota Jambi yang pengeluaran perkapita tiap bulannya antara Rp. 500.000- Rp. 749.000. sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kota Jambi berada pada tingkat pengeluaran lebih dari > Rp 999.999 tiap bulannya.
Tabel 2. 12 Presentase Penduduk Menurut Golongan
Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan
Presentase
150.000-199.999 0
20.000-299.999 1,57
300.000-499.999 21,12 500.000-749.000 26,74 750.000-999.999 19,47
>999.999 31,1
Sumber : BPS Kota Jambi, 2015
2.4.7.3. Struktur Ekonomi
2.4.8. Analisis Sektor Basis/LQ
Adalah kuosien Lokasi (Location Qoutient) yang dapat disingkat dengan LQ yakni digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari garis perhitungan adalah berada pada kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 ≥ LQ > 1. Semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap
perekonomian wilayah tersebut.
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016 Gambar 2. 8 Distribusi PDRB
Tabel 2. 13 Rata-rata LQ Kota Jambi tahun 2006-2010 1.37%
4.82% 12.07% 0.15% 0.28% 9.33%
24.41% 12.38%
2.33% 4.10% 6.34% 2.55% 2.83% 8.44%
5.64% 2.30% 0.67%
Dari tabel perhitungan LQ di atas, dapat ditentukan sektor basis dan sektor non basis dengan aturan sebagai berikut:
a. LQ > 1 artinya sektor tersebut menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, sektor terebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan di Kota Jambi saja tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah
b. LQ = 1 artinya sektor tersebut tergolong sektor basis. Produksinya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kota Jambi saja dan tidak mampu untuk diekspor ke luar wilayah.
c. LQ < 1 artinya sektor tersebut juga termasuk ke dalam sektor non basis. Produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kota Jambi sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
Dari perhitungan LQ yang sudah dirata-rata, dapat diketahui bahwa di Kota Jambi, Provinsi Jambi terdapat sektor basis yang lebih dominan dari pada sektor non basisnya. Kota Jambi memiliki 7 macam sektor basis yakni : industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa, dan hanya memiliki 2 macam sektor non basis yakni : pertanian peternakan kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian. Setelah diketahui, maka sektor basisnya dapat diutamakan sebagai peningkatan produksi pada sektor basisnya.
2.4.9.Analisis Shift-share
Tabel 2. 14
Nilai KPP Kota Jambi
NO SEKTOR
KPP
KETERANGAN + /
-1 Pertanian 3,72%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH CEPAT
2
Pertambangan
& Penggalian 36,58%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH CEPAT
3 Industri 158,86%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH CEPAT
4
Listrik, Gas &
Air Minum -31,06%
5 Konstruksi -27,62%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH LAMBAT
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran -33,18%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH LAMBAT
7
Transportasi &
Komunikasi -51,43%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH LAMBAT
8 Keuangan 65,78%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH CEPAT
9 Jasa – Jasa -54,31%
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA NASIONAL TUMBUH LAMBAT
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Dari tabel analisis shift share diatas dapat diketahui masing-masing sektor yang memiliki spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat adalah sektor pertanian, pertambangan dan Penggalian, indutsri, dan Keuangan. Maka dapat disimpullkan bahwa sektor-sektor tersebut secara nasional bisa tumbuh cepat . Sedangkan sektor yang tumbuh lambat yaiutu sektorlistrik,gas dan air minum, konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi serta jasa-jasa secara nasional tumbuh lambat .
Tabel 2. 15 KPPW Kota Jambi
SAING
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016.
Dari tabel diatas nilai KPPW semuanya bernilai negatif,sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor tidak mempunyai keunggulan komparatif atau tidak memiliki daya saing. Maksudnya adalah sektor tersebut kurang bisa untuk berdaya saing di cakupan yang lebih besar, yaitu di Provinsi Jambi.
Tabel 2. 16 Nilai Pergeseran Bersih Kota Jambi
N
1 Pertanian 3,72% -134,01% -130,29% MUNDUR
2 Pertambangan & Penggalian
36,58% -89,00% -52,42% MUNDUR
3 Industri 158,86% -296,10% -137,24% MUNDUR
4 Listrik, Gas & Air Minum
-31,06% -49,52% -80,58% MUNDUR
5 Konstruksi -27,62% -112,95% -140,57% MUNDUR 6 Perdagangan,
8 Keuangan 65,78% -207,85% -142,07% MUNDUR
9 Jasa – Jasa -54,31% -5,03% -59,33% MUNDUR
Nilai KPP setiap sektor menunjukkan spesialisasi dalam sektor mana saja yang secara nasional tumbuh lambat dan tumbuh cepat. Sedangkan Nilai KPPW menunjukkan sektor yang mempunyai dan dan tidak mempunyai keunggulan komparatif/daya saing. Berdasarkan kedua nilai tersebut, dapat ditampilkan tipologi seperti Gambar
2.5.6.
Tipologi Sektor Ekonomi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 7B Perencanaan Kota, 2016
Berdasarkan tipologi Nilai KPP dan KPPW, terdapat tiga sektor yang tumbuh cepat dan tidak berdaya saing yaitu sektor listrik, sektor gas dan air minum, sektor konstruksi, sektor perdagangan,hotel dan restoran , sektor transportasi dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Pada tipologi sektor ekonomi yang tumbuh cepat dan tidak berdaya saing terdapat Sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri serta sektor keuangan.
2.4.10 Kearifan Lokal
Kota Jambi merupakan kota di Provinsi Jambi yang juga masih kental dengan budaya tanah melayu. Dalam tradisi Jambi banyak tersirat ragam nilai tentang menjaga keharmonisan dari generasi ke generasi. Berkembang secara turun temurun, seloka daerah Jambi yang mengandung adat dan kebiasaan serta tingkah laku dan kepercayaan masyarakatnya. Seloka merupakan bentuk kearifan lokal yang berbentuk sastra lisan yang erat kaitannya dengan tradisi suatu masyarakat. Biasanya seloka dibawakan saat ada upacara adat seperti pernikahan dan lain sebagainya. Lebih dari
TUMBUH LAMBAT TIDAK BERDAYA SAING
TUMBUH CEPAT TIDAK BERDAYA SAING
yang lebih dimana seloka mengandung pesan atau nasihat moral maupun etika. Seloka juga dianggap sebagai alat kontrol sosial, bermasyarakat bahkan dalam politik dan juga keserasian dengan alam sekitar. Banyak masyarakat yang mengambil nilai-nilai dari seloka untuk menjadi pandangan hidup dikarenakan kandungan seloka yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Bahkan, lebih dari sekedar pandangan, tak sedikit masyarakat yang menjadikan seloka sebagai tuntunan hidup yang diwariskan turun-temurun dalam silsilah kekeluargaannya.
Selain Seloka, kearifan lokal masyarakat Jambi tercermin dari sungai yang membelah sebagian kota Jambi dimana masih banyak kita jumpai masyarakat yang tinggal di rumah panggung sepanjang Sungai Batanghari. Selain beradaptasi dengan kehidupan perkotaan, masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai ini juga masih erat dengan hasil sungai dan mempertahankan adat serta ke aslian rumah panggung.
Setiap daerah di kota Jambi memiliki potensi dan kearifan lokal tersendiri dalam pengolahannya. Meskipun demikian tidak ada istilah pembangunan tidak merata yang sampai pada titik ekstrem, karena kondisi ekonomi masyarakat Jambi secara keseluruhan di dukung oleh sektor yang berbeda namun memiliki potensi yang sama kuat. Dan perbedaan konstruksi, tata ruang dan infra struktur di Jambi bukanlah karena adanya diskriminasi pembangunan, melainkan karena sikap dan pemahaman masyarakat Melayu Jambi yang kuat memegang adat dan budaya nenek moyangnya.
2.4.11. Kesimpulan Aspek Non Fisik
mampu menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan sektor lain. Jumlah penduduk miskin di Kota Jambi mengalami fluktuasi dalam 9 tahun terakhir. Berdasarkan tipologi Nilai KPP dan KPPW, terdapat tiga sektor yang tumbuh cepat dan tidak berdaya saing yaitu sektor listrik, sektor gas dan air minum, sektor konstruksi, sektor perdagangan,hotel dan restoran , sektor transportasi dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Pada tipologi sektor ekonomi yang tumbuh cepat dan tidak berdaya saing terdapat Sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri serta sektor keuangan. Masyarakat Kota Jambi masih menjunjung tinggi kearifan lokal budaya setempat.
BAB III
TINJAUAN KEBIJAKAN DAERAH
3.1. Pengembangan Wilayah Berdasarkan RTRW dan RDTRK
Sumber : Pemerintah Kota Jambi, 2016
Gambar 3. 1 Peta Tata Ruang Wilayah Kota Jambi
Dalam Sistem Infrastruktur berdasarkan RTRW Nasional tersebut, beberapa arahan untuk Kota Jambi adalah sebagai berikut:
A. Bandara yang terdapat di Kota Jambi merupakan bandara pusat penyebaran tersier. Bandara ini mengalami tahap pengembangan.
B. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dengan trase Indralaya – Betung (Simpang Sekayu) – Tempino – Jambi. Pengembangan jalan ini akan dirancanakan perwujudannya pada program jangka menengah tahap II
C. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan jalur Jambi – Rengat yang akan diwujudkan pada program jangka menengah tahap III
Sementara arahan berdasarkan tata ruang provinsi, Kota Jambi diarahkan untuk meningkatkan fungsi Kota Jambi menjadi Kota Metropolitan dengan strategi :
A. Menetapkan kota-kota yang mendukung system Kota Metropolitan Jambi
B. Meningkatkan keterkaitan system jaringan transportasi yang menghubungkan kota-kota dalam system Metropolitan Jambi
D. Pengembangan dan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut dan udara dalam rangka menunjang kegiatan koleksi dan distribusi barang/penumpang di Pelabuhan Laut Kuala Tungkal dan Muara Sabak serta di Bandar Udara Sultan Thaha
3.2. Konstelasi Wilayah
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi nomor 10 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi tahun 2013-2033, Kota Jambi termasuk ke dalam wilayah pusat pengembangan wilayah. Kota Jambi melakukan penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan Jambi sesuai kriteria dan peraturan perundang-undangan. PKN berfungsi sebagai kawasan perkotaan untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.
3.3. Strategi Pembangunan
3.3.1.Pembangunan Infrastruktur
Sumber : beritaku, 2016
Gambar 3. 2 Kondisi Perbaikan Drainase di Kota Jambi
3.3.2.Green city and Smart city
Sumber :ahmadfauziansori.com, 2016
Gambar 3. 3 Konsep Smart City Kota Jambi
3.3.3.Layanan Kesehatan yang merata
Sumber : https://puskesmastanjungpinang
Gambar 3. 4 Kondisi RSUD H.Abdul Manap Kota Jambi
3.3.4.Pendidikan gratis dan berkualitas
Untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia di sekolah Pemerintah Kota melarang semua pemungutan liar dalam bentuk apapun. Untuk masyarakat kurang mampu juga telah tersedia sekolah gratis, yang tidak hanya gratis SPP saja tapi juga diberikan secara Cuma-Cuma baju seragam, tas sekolah, sepati hingga alat tulis. Pemerintah kota jambi juga akan meningkatkan kompetensi guru dengan berbagi pelatihan.
Sumber : http://jambikota.go.id
3.3.5.Pemberdayaan Masyarakat memalui Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya
Selain berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan, Pemkot juga tetap memprioritaskan pemberdayaan masyarakat melalui Program "Kampung Bantar" (bersih aman dan pintar) dan program "Bangkit Berdaya", yang dinilai berhasil telah banyak memberikan dampak pembangunan di masyarakat, dan pada Desember 2014 lalu telah dinayatakan sebagai kampung percontohan tingkat nasional. Program Kampung Bantar yang diisiasinya tersebut mampu meningkatkan semangat gotong royong, mengakselerasi percepatan pembangunan, mengurangi ketimpangan serta meningkatkan kesejahteraan dan aktifitas perekeonomian dimasyarakat.
Sumber :Jambikota.go.id ,2014
Sementara guna menjawab kebutuhan masyarakat dilingkup RT yang usulannya belum dapat diakomodir pada Musrenbang Pemkot juga menyediakan program pemberdayaan "Bangkit Berdaya" (Bangun Kecamatan secara intensif dan terpadu, secara swadaya), program ini pun mampu menciptakan pembangunan yang merata berbasis kepada masyarakat diwilayah kecamatan dan kelurahan untuk dengan fokus pada pengembangan sarana/prasarana & utilitas masyarakat
3.3.6.Prioritas Pulau Pandan dan Danau Sipin
Konsep pembangunan Kampung Pulau Pandan baru yang mandiri dan kawasan Danau Sipin sebagai destinasi wisata yang menarik, akan menjadi kenyataan. Program pengembangan dan penataan kawasan
Pemerintah memperbaiki fasilitas pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, dan jalan lingkungan. Pembangunan fisik tersebut terlebih dahulu diawali dengan membuka akses Pulau Pandan dari yang selama ini tertutup menjadi terbuka diantaranya dengan membuka jalan baru serta meningkatkan kualitas dan pelebaran jalan Pembangunan lanjutan jalan rabat beton yang sudah hampir selesai 100 persen, dan tahun ini akan dilanjutkan sampai ke pinggir Danau Sipin ± 4 km dengan lebar jalan 5 meter.
Sumber : Google eart,2015
Potensi Danau Sipin sebagai objek wisata terus dikembangkan, disepanjang danau juga akan dibangun area rekreasi keluarga yang menarik, termasuk membuat jogging trex serta jalur latihan dan lomba dayung khusus untuk event Danau Sipin. Untuk penunjang kawasan wisata tersebut akan dibangun juga restoran terapung, selain dapat menampung tenaga kerja baru dari masyarakat setempat, usaha kerambah ikan yang ada pun akan menjadi supplier ikan segar di restoran tersebu.Selain itu menyadari akan kreativitas dan potensi ekonomi Pulau Pandan dan Danau Sipin, dengan karya tenunnya, maka tahun 2016 ini Pulau Pandan juga akan resmi menjadi kawasan Kampung Tenun di Kota Jambi.
Sumber : http://kfk.kompas.com
3.4. Tinjauan Visi dan Misi
3.4.1.Visi
Visi pembangunan Kota Jambi untuk jangka waktu 2013-2018 adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Kota Jambi Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis Masyarakat yang Berakhlak dan Berbudaya”
Dalam Visi Kota Jambi beberapa kata kunvi sepertipusat perdagngan dan jasa, berbasis masyarakat, berakhlak dan berbudaya. Keempat kata kunci ini memiliki makna:
A. Pusat Perdagangan dan jasa
Sesuai dengan rencana pola ruang dan rencana zonasi RTRWK pusat perdagangan dan jasa merupakan kawasan pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lokal dan regional
B. Berbasis Masyarakat
Community based merupakan suatu upaya pemberdayaa kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menelaah dan mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dilingkungannya serta bersedia untuk menerima perubahan.
C. Berakhak
Akhlak berarti perilaku, sikap, perbuatan , adat dan sopan santun. Berakhlak berarti seluruh perilaku masyarakat Kota Jambi harus bersikap sopan, santun, baik yang memberikan pelayanan maupun yang menerima pelayanan.
D. Berbudaya
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan pikiran yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan. Oleh karena itu masyarakat Kota Jambi harus memiliki etika moral, nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi
3.4.2.Analisis Visi Kota Jambi
Visi amatlah penting dalam suatu kebijakan pembangunan mengingat visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Dengan adanya visi, maka segala sumber daya dapat digunakan secara terarah, guna mewujudkan kondisi akhir yang dicitacitakan melalui serangkaian tahapan kegiatan. Oleh karena itu, visi pembangunan mempunyai berbagai fungsi diantaranya (i) sebagai arah bagi semua kebijakan pembangunan, (ii) sebagai tujuan dan sasaran akhir yang hendak dicapai oleh kebijakan pembangunan, (iii) sebagai acuan dalam penyusunan program dan anggaran pembangunan, dan (iv) sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap semua kebijakan pembangunan.
Lebih jauh, visi pembangunan dapat menjadi pranata yang berfungsi sebagai pedoman perilaku pembangunan, sebagai alat pemersatu masyarakat dalam pembangunan, dan sebagai sarana pengendali sosial dalam pembangunan. Penentuan visi pembangunan dengan misi dan strategi pencapaiannya amatlah penting, agar proses pembangunan dapat dilaksanakan dengan arah dan kebijakan yang jelas.
Jika dilihat dari visi Kota Jambi dalam jangka waktu 5 tahun dari tahun 2013-2018 adalah “Terwujudnya Kota Jambi Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis Masyarakat yang Berakhlak dan Berbudaya”. Dari visi tersebut maka muncullah empat kata kunci yang dapat menunjang visi Kota Jambi untuk tahun 2013-2018 antara lain pusat perdagangan dan jasa, berbasis masyarakat, berakhlak dan berbudaya. Bila ditinjau dari kata kunci pertama mengenai pusat perdagangan dan jasa, Kota Jambi sendiri terdiri dari 6 BWK, dimana BWK I sendiri difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Perdagangan dan jasa skala regional dan nasional yang meliputi Kecamatan Jelutung. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa kata kunci dalam Visi Kota Jambi dalam tahap ini sudah mulai berjalan.
Kata kunci ketiga dalam visi Kota Jambi yaitu berakhlak, berakhlak berarti seluruh perilaku masyarakat Kota Jambi harus bersikap sopan, santun, baik yang memberikan pelayanan maupun yang menerima pelayanan. Untuk melihat kata kunci ketiga dalam visi Kota Jambi, dapat diketahui dari jumlah kriminalitas yang ada di Kota Jambi. Berdasarkan data dari Kepolisian, Kota Jambi sendiri termasuk dalam kota yang memiliki tingkat kriminal yang rendah. Masyarakat Kota Jambi sendiripun masih menjunjung tinggi kearifan lokal yang ada di kotanya sehingga kehidupan sosial dan masyarakat berjalan dengan tenang dan damai.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan pikiran yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan. Oleh karena itu masyarakat Kota Jambi harus memiliki etika moral, nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi pembangunan. Untuk mendukung kata kunci visi Kota Jambi yang keempat yaitu berbudaya maka sesuai dengan BWK II Kota Jambi dengan fungsi sebagai kawasan cagar budaya atau wisata yang meliputi Kelurahan Otak Kemang, Tanjung Raden, Tanjung Pasir, Legok, dll.
3.4.3.Misi
Untuk mewujudkan visi Kota Jambi 2013-2018 tersebut dapat ditempuh melalui lima misi pembangunan Kota Jambi sebagai berikut :
1. Membangun infrastruktur perkotaan yang merata dan berwawasan lingkungan
Tujuan dari misi ini meningkatkan dan mewujudkan pembangunan infrastruktur yang berkualitas, mengembangkan sarana dan prasarana yang nyaman, dan terwujudnya lingkungan hidupperkotaan yang sehat,hijau dan nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan terbangun dan terpeliharanya secara merata infrastruktur jalan,drainase dan sarana prasarana dasar lingkunfan perkotaan.Selain itu juga terbangunnya jaringan penerangan dan air bersih sampai tingkat kelurahan secara merata dan berkualitas
2. Meningkatkan perekoomian kota berbasis potensi lokal menuju kemandirian daerah
dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas UMKM, IKM, aktivitas perekonomian.
3. Mewujudkan masyarakat kota yang berkualitas, berakhlak, berbudaya dan berdaya saing
Tujuan misi ini peningkatan kualitas melalui pendidikan dan keterjangkaun yang merata ,peningktaan pelayanan kesehatan dan revitalisasi infrastruktur kesehatan, peningkatan ketentraman kehidupan beragama, pengembangan lapangan usaha dan penciptaan lapangan kerja.
4. Mewujudkan pemerintah yang profesioanal dan bersih (Clean Governance)
Tujuan misi ini menciptakan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment). Dapat dilakukan dengan pemerataan dan kualitas pelayanan publik ,peningkatan kinerja pemerintah, SDM aparatur yang berkualitas.
5. Meningkatkan kesejahteraan sosial, keamana, dan kenyamanan masyarakat dalam bingkai kearifan lokal
Tujuan misi ini peningkatan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dengan mengembangkan seni budaya serta memperhatikan kearifan lokal. Hal ini dilakukan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanganan PMKS , terwujudnya peran pemuda dan terwujudnya jumlah kunjungan wisata.
3.4.4.Analisis Misi
Selain peningkatan dibidang infrastruktur seperti peningkatan fasilitas kesehatan dan penunjang rumah sakit yang lengkap tentunya juga harus diimbangi dengan peningkatan mutu dan kualitas layanan terhadap masyarakat serta peningkatan SDM yang berkualitas. Di Kota Jambi salah satu contoh peningkatan fasiltas kesehatan yaitu Rumah Sakit Bhayangkara merupakan rumah sakit negeri Klas IV dalam peningkatan Fasilitas Kesehatan dan penunjang rumah sakit naik menjadi Klas III. Dalam hal peningkatan SDM yang berkualitas pihak Pemerintah Kota Jambi memperhatikan dua hal yaitu dibidang pendidikan dan kesehatan.
Pemerintah Kota Jambi sudah menerapkan pemerintah yang profesional dan bersih (Clean Governance). Dalam pengimplementasian e-government, Pemerintah Kota Jambi memanfaatkan berbagai sistem informasi seperti KANTAYA (Kantor Maya) dan SIMDA (Sistem Manajemen Pemerintahan Daerah). Penerapan e-government di Kota Jambi dalam mewujudkan Good and Clean Governance mengikuti prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparan, demokratis, efisien, efektif, menegakkan supremasi hukum, memberikan pelayanan prima dan diterima masyarakat. Walaupun demikian, pada layanan e-governmnent untuk dunia bisnisnya masih perlu ditingkatkan. Layanan yang diberikan Pemerintah Kota Jambi hanya sebatas bentuk layanan keterbukaan informasi, yaitu layanan yang diberikan hanya sebatas pemberian data dan informasi yang dapat diakses secara bebas melalui internet.
BAB IV
ANALISIS POTENSI DAN MASALAH KOTA
4.1. Analisis Potensi dan Permasalahan Fisik
4.1.1.Potensi dan Permasalahan Lingkungan
Potensi lingkungan yang dimiliki oleh Kota Jambi yaitu program Kota Hijau yang diluncurkan oleh pihak pemerintah Kota Jambi. Dalam rangka mewujudkan program tersebut pihak Pemerintah Kota Jambi melakukan beberapa hal antara lain:
1. Penambahan RTH dengan penyediaan lahan seluas 5 Ha untuk Taman Hutan Sejuta Cinta dan lahan seluas 1,2 hektar untuk menambah kawasan Hutan Kota.
2. Gerakan Penanaman Sejuta Pohon.
3. Program Kampung BANTAR (Bersih, Aman dan Pintar) yang bertujuan untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga lingkungan, baik kebersihan, keasrian dan keamanan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan pembangunan di Kota Jambi sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi. Kegiatan tersebut berdampak terhadap keadaan biofisik lingkungan yang semakin buruk. Masalah-masalah lingkungan yang terdapat di Kota Jambi adalah sebagai berikut:
1. Masalah Pencemaran
Masalah lingkungan hidup di Kota Jambi penting mendapat perhatian secara serius mengingat kota Jambi yang makin berkembang. Berbagai kegiatan ekonomi tentunya berdampak terhadap lingkungan hidup. Fokus perhatian adalah pada masalah pencemaran udara, tanah dan air. Untuk itu sistem pengelolaan limbah baik limbah industri maupun limbah rumah tangga harus diatur sedemikianrupa agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan kota.
2. Masalah Persampahan
Di Indonesia penanganan sampah sebenarnya sudah diatur melalui UU nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang antara lain disebutkan bahwa pengelolaan sampah merupakan kewajiban bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari keseriusan Pemkot Jambi dalam pengelolaan sampah, serta amanat UU No 18 tahun 2008, tentang pengelolaan sampah, maka Pemkot Jambi telah mengeluarkan PW No 36 tahun 2009 tentang pengelolaan sampah.
4.1.2.Potensi dan Permasalahan Keruangan
Potensi dan Permasalahan Sumber Daya Alam
Kota Jambi sebagian besar wilayahnya dilalui sungai terpanjang ke 4 yaitu sungai batang hari yang memiliki panjang 800 kilometer dengan lebar antara 200 ampai 600 meter . Beberapa sungai kecil bermuara disungai batanghari dan beberpa diantaranya embwa deposit emas yang dimanfaatkan. Sunagi Batang Hari dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan yang ramai dari banyak penjuru dunia hal ini terbukti dengan ditemukannya tembikar berglasir biru dari persia. Selain itu digunakan sebagai transportasi ,pengairan, memenuhi kebutuhn iar sehari-hari dan perikanan.
Sumber : http://www2.jawapos.com/
Sumber daya yang ada disepanjang sungai Batang Hari melimpah mulai daris ektor perikanan ,pertanian, tambang dan kehutanan. Menarik minat masyarakat untuk mengekploitasi sumber daya dengan pemilik modal. Kegiatan seperti illegal logging terus meluas. Ilegal logging akan berdampak pada fungsi pohon sebagai daya tampung air pada saat hujan, hal ini tak ayal jika musim
memanfaatkan lahan dengan berpindah-pindah kedua hal ini mengakibatkan lahan-lahan kosong yang tidak termanfaatkan.
Disektor permukiman banyak penduduk membangun rumahnya menggunakan bahan-bahan yang berasal dari pertambangan pasir disepanjang Sungai Batang Hari .Selain itu kegiatan tambang emas disepanjang sungai mengakibatkan sedientasi, longsor dan pencemaran air.
Sumber :arafandi.files.wordpress
Potensi dan Permasalahan
Permukiman
Kota Jambi dikenal debagai kota sungai karena keberadaan sungai Batanghari yang dimanfaatkan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan pola tata ruang permukiman yang terbentuk terbagi menjadi dua, yaitu pola lahan permukiman pinggiran sungai membentuk pola linier dan pola lahan permukiman pada kawasan darat berbentuk grid yang orientasi permukimannya cenderung mengarah pada jalan lingkungan. Masa dan bentuk bangunan terbagi dua yaitu pola linier yang dibentuk oleh susunan permukiman yang berkembang di pinggiran sungai Batanghari bagi masyarakat Melayu Jambi, sedangkan pola grid dibentuk oleh pengaturan deret bangunan permukiman dan pertemuan jalur-jalur sirkulasi pada kawasan darat.
Permukiman yang berada didekat sungai mengakibatkan sisa limbah sehari-hari langsung dibuang kesungai yang mengakibatkan pencemaran air. Sedangkan beberapa permukiman yang berpolagrid mengalami permasalahan drainase. Drainase tersembut oleh sampah masyarakat, yang menyebabkan air hujan meluao yang mengakibatkan lingkungan tidak sehat.
Sumber: www.Jambi.go.id
Potensi dan Permasalahan Ketersediaan RTH
Sebagian wilayah Kota Jambi adalah hutan. Adanya hutan ini menghasilkan banyak kayu dan sawit yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena pemanfaatan yang tidk terkendali maka Kota Jambi semakin tahun tidak asri lagi. Keberadaan RTH sering dianggap tidak penting dan menganggap pembangunan dan perluasan jalur transportasi lebih penting. Padahal kenyamanan bagi masyarakat yang menempati lingkungan tersebut akan merasakan dampaknya.
Sumber :
Potensi dan Permasalahan Infrastruktur dan Kondisi Fisik Kota
Perkembangan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi yang merupakan pijakan dasar dalam perencanaan pembangunan dalam tiga dekade terakhir ini pertumbuhannya cukup signifikan, dimana selama periode 1971 – 1980 mencapai 4,07 persen. Kemudian sedikit turun selama periode 1980-1990 menjadi sebesar 3,4 persen dan untuk periode 1990-2000 turun lagi menjadi 1,84 persen. Untuk ke depan, pertumbuhan penduduk rata-rata diperkirakan tetap seperti periode sebelumnya selama periode 2000-2010 kemudian turun pada periode 2010-2020 menjadi 1,44 persen dan akhirnya pada 2020-2025 tingkat pertumbuhannya menjadi 1,04 persen. Dengan pola pertumbuhan penduduk seperti di atas diperkirakan jumlah penduduk mencapai 3.509.531 jiwa pada tahun 2025, kebutuhan perumahan selama 20 tahun mendatang diperkirakan akan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah penduduk sangat erat kaitannya dengan peningkatan kebutuihan perumahan. Pada tahun
1999 kebutuhan rumah untuk
Provinsi Jambi mencapai 550.260 unit, namun pada tahun 2004 terjadi peningka tanyang cukup tajam yaitu sudah mencapai 813.335 unit dengan laju pertumbuhan 8,13 persen per tahun. Dari total kebutuhan untuk tahun 2004 tersebut yang dapat dipenuhi baru mencapai 732.477 unit yang pemenuhannya oleh perumnas 3.950 unit (0,54 persen), perorangan 696.858unit (95,14 persen) dari yang dapat dipenuhi. Permasalahan dalam hal ini adalah peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan rumah bagi masyarakat masih sangat terbatas dan sampai saat ini umumnya kebutuhan rumah sebagian besar penyediaan kebutuhan masih diusahakan sendiri(perorangan) yang mencapai 85,68 persen dari total kebutuhan perumahan.
Sampai saat ini kemampuan pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana perumahan layak dan murah bagi penduduk Jambi yang berpendapatan rendah masih sangat terbatas. Terbatasnya kemampuan pemerintah ini menjadi pemicu menurunnya kualitas kawasan perumahan yang dihuni oleh masyarakat berpendapatan rendah. Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman ini khususnya di daerah perkotaan merupakan permasalahan yang perlu diantisipasi ke depan. Hal ini disebabkan karena cakupan penanganan persampahan di kawasan perkotaan di Provinsi
Jambi masih sangat rendah. Kondisi ini menyebabkan pencemaran lingkungan akibat meningkatnya jumlah sampah dan akan berpengaruh pada kesehatan lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat.
Air merupakan kebutuhan dasar yang mutlak bagi kelangsungan kehidupan, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk pertanian. Sampai saat ini di Provinsi Jambi penyediaan air minum perpipaan untuk kebutuhan sehari-hari tidak mengalami kemajuan yang berarti. Sampai tahun 2004 tingkat
pelayanan air bersih masih rendah
dibandingkandengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk perkotaan dan perdes aan di Provinsi Jambi yang mendapatkan pelayanan air minum perpipaan baru mencapai 35 persen. Masih rendahnya pelayanan air minum ini sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat terhadap air bersih yang berkualitas sehingga berdampak pada derajat kesehatan masyarakat Jambi.
Di bidang pertanian tingkat pemanfaatan juga irigasi masih rendah dan sampai tahun 2004 baru hanya mencapai 53,28 persen. Hal ini mengindikasikan masih banyak lahan pertanian yang bersifat tadah hujan di Provinsi Jambi. Kondisi ini sangat mempengaruhi terhadap produksi dan produktivitas hasil pertanian yang sebagian besar merupakan sumber matapencarian masyarakat Jambi.
Di bidang kelistrikan, permasalahan pokok yang dihadapi antara lain masih besarnya kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan tenaga listrik karena kemampuan investasi dan pengelolaan penyediaan tenaga listrik menurun yang berakibat pada terganggunya kesinambungan penyediaan tenaga listrik termasuk listrik perdesaan. Sampai saat ini, Provinsi Jambi tingkat elektrifikasi baru mencapai 26 persen dan termasuk yang paling rendah di Sumatera. Bahkan menurut hasil perhitungan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan energi listrik perorangan penduduk Jambi baru hanya mencapai 10 watt/orang (standar 100 watt/orang), sedangkan di Pulau Jawa telah mencapai 180 watt/orang. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya efektivitas dan efiseinsi yang dalam satu dasawarsa terakhir tingkat losses masih cukup besar, masih besarnya ketergantungan pembangkit listrik berbahan bakar minyak, serta masih dominannya peralatan dan material penunjang yang di impor.