• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI IMPLEMENTASI ROCCA ACHIEVEMENT docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI IMPLEMENTASI ROCCA ACHIEVEMENT docx"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI IMPLEMENTASI ROCCA

ACHIEVEMENT FRAMEWORK (RAF) PADA

INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI

TESIS

Oleh :

FAHMY FERDIAN DALIMARTA

55410120001

PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCSARJANA

(2)

Pengesahan Tesis

Judul : Evaluasi Implementasi ROCCA Achievement Framework

(RAF) Pada Institusi Pendidikan Tinggi

Nama : Fahmy Ferdian Dalimarta

NIM : 55410120001

Program : Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi : Manajemen Telekomunikasi

Tanggal :

Mengesahkan Kaprodi Magister Teknik Elektro

DR.-Ing. Mudrik Alaydrus

Direktur Pasca Sarjana

Prof. DR. Didik Junaidi Rachbini

Pembimbing Utama

(3)

Pernyataan

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya

bahwa seluruh tulisan dan pernyataan dalam Tesis ini :

Judul : Evaluasi Implementasi ROCCA Achievement Framework

(RAF) Pada Institusi Pendidikan Tinggi

Nama : Fahmy Ferdian Dalimarta

NIM : 55410120001

Program : Pascasarjana Program Magister Teknik Elektro

Konsentrasi : Manajemen Telekomunikasi

Tanggal :

Merupakan hasil studi pustaka, penelitian lapangan, dan karya saya sendiri dengan

bimbingan pembimbing yang ditetapkan dengan surat Keputusan Ketua Program

Studi Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.

Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister pada program

sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data, dan hasil pengolahannya

yang digunakan, telah dinyatakan secara jelas sumbernya dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Jakarta, Juli 2014

(4)

Kata Pengantar

Puji syukur, Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya akhir (tesis) yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi pascasarjana (S2) pada prodi Magister Teknik Elekro Universitas Mercu Buana.

Penulis menyadari bahwa laporan karya akhir (tesis) ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran akan senantiasa penulis terima dengan senang hati.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa laporan karya akhir (tesis) ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak DR.-Ing. Mudrik Alaydrus selaku KaProdi Magister Teknik Elektro.

2. Bapak DR Iwan Krisnadi selaku pembimbing utama karya akhir ini.

3. Bapak dan ibu dosen pengajar Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.

4. Kedua orang tua dan istri yang telah mendukung penulis dalam segala hal. 5. Saudara dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan moral

untuk terus menyelesaikan karya akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan selalu mencurahkan hidayah serta taufik-Nya, Amiin.

Jakarta, Juli 2014

(5)

Abstrak

Dalam dunia pendidikan Indonesia, penerapan teknologi Komputasi

Awan masih sangat jarang ditemui, hal ini dikarenakan oleh banyak faktor

diantaranya adalah minimnya informasi mengenai teknologi ini, serta pemahaman

yang keliru mengenai apa itu komputasi awan. Padahal penerapan teknologi ini

diyakini akan mampu mengatasi masalah keterbatasan sumber daya pada institusi

pendidikan.

Penelitian ini meneliti keberhasilan ROCCA Achievement Framework

(RAF) dalam menguji dan menilai implementasi Roadmap for Cloud Computing

Adoption (ROCCA) di Universitas Semarang (USM). Penelitian ini dirasa perlu

karena setiap institusi pendidikan yang ingin mengaplikasikan teknologi

komputasi awan dan menggunakan ROCCA sebagai roadmap-nya harus dapat

menguji dan menilai apakah implementasi teknologi ini sudah tepat atau belum.

Hasil penelitian ini berupa modifikasi ROCCA Achievement Framework

agar sesuai dengan sektor pendidikan di Indonesia yang memiliki karakteristik

berbeda dengan sektor-sektor lain dimana ROCCA diterapkan.

(6)

Abstract

In the world of education in Indonesia, the implementation of Cloud Computing technologies are still very rare, this is due to many factors including the lack of information about this technology, as well as a false understanding of cloud computing. In fact, the application of this technology is believed to be able to copes resource limitations in educational institutions.

This study examines the success of ROCCA Achievement Framework (RAF) in examining and assessing the implementation of the Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) at the University of Semarang (USM). This study is necessary for any educational institution that wants to apply cloud computing technology and using ROCCA as its roadmap should be able to test and assess whether the implementation of this technology is feasible or not.

The results of this study are modifications of ROCCA Achievement Framework to fit the education sector in Indonesia, which has different characteristics with other sectors where ROCCA could be applied.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL LUAR ……….. i

JUDUL DALAM ……….. ii

PENGESAHAN TESIS……….. iii

PERNYATAAN………. iv

KATA PENGANTAR ………. v

ABSTRAK ………. vi

ABSTRACT ………. vii

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR ISTILAH ………. xii

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……… 1

1.2 RUMUSAN MASALAH………. 2

1.3 BATASAN MASALAH……….. 3

1.4 TUJUAN PENELITIAN……….. 4

1.5 MANFAAT PENELITIAN……….. 5

1.6 METODOLOGI PENELITIAN……….….. 5

(8)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……… 8

2.1 CLOUD COMPUTING……… 8

2.2 ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION ………… 13

2.3 ROCCA ACHIEVEMENT FRAMEWORK (RAF)……… 20

2.4 PERATURAN PERUNDANGAN PENGELOLAAN TIK ……… 21

BAB III. HASIL DATA ……… 24

3.1 DATA PENILAIAN RAF UNIVERSITAS SEMARANG ………

3.2 DATA PERBANDINGAN ALTERNATIF PENILAIAN RAF …

3.3 DATA ASUMSI KOEFISIEN PEMBOBOTAN ………

3.4 DATA ASUMSI SKALA POIN PENILAIAN………

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .………..

4.1 ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN RAF ………

4.2 ANALISIS KOEFISIEN PEMBOBOTAN ………

4.3 ANALISIS SKALA POIN PENILAIAN ………

4.4 USULAN MODIFIKASI RAF ………

BAB V. PENUTUP ………

5.1 KESIMPULAN ………

5.2 SARAN………

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi (ICT) semakin hari semakin pesat

dan pemanfaatannya di berbagai aspek penunjang kegiatan manusia semakin

meningkat. Tidak terkecuali dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Banyak

alasan yang membuat aplikasi teknologi informasi diharapkan untuk diterapkan

pada dunia pendidikan Indonesia, penelitian Cenka et al. (2012) menyebutkan

beberapa diantaranya adalah harapan penyediaan informasi pendidikan yang

setara dalam kualitas, serta ekonomis dalam kemudahan memperolehnya.

Salah satu teknologi informasi yang kini sedang berkembang di

Indonesia adalah teknologi komputasi awan (cloud computing), teknologi ini

merupakan pengembangan dari teknologi Grid Computing yang memaksimalkan

penggunaan sejumlah perangkat teknologi informasi sekaligus menurunkan

konsumsi energi (Shuai et al, 2010).

Hamzah (2012) dalam penelitiannya mengatakan cloud computing akan

merubah paradigma investasi infrastruktur komputasi suatu institusi. Tanpa cloud

computing, investasi di bidang infrastruktur komputasi hanya dipandang sebagai capital expenditures (Capex), namun setelah adanya cloud computing maka

investasi komputasi dapat dipandang sebagai sebuah operational expenditures

(Opex) dalam hal ini layanan (services).

Shimba (2010) dalam disertasinya mengungkapkan bahwa perbedaan

(10)

kebijakan operasionalnya terkait dengan biaya pengadaan dan aspek keuangan

lainnya. Jika tanpa menggunakan sistem berbasis komputasi awan biaya investasi

infrastruktur akan relatif besar, sementara dengan menggunakan sistem berbasis

komputasi awan, biaya investasi akan cukup kecil dan bahkan dapat ditekan

mendekati angka nol.

Aplikasi teknologi komputasi awan tentunya harus dengan sistematika

yang tertata dengan rapi, dan analisa serta aturan tahapan proses yang tepat. Salah

satu model adopsi yang dapat digunakan sebagai acuan adalah Roadmap for

Cloud Computing Adoption (ROCCA). Masih menurut Shimba (2010) model ini

adalah model generik yang dapat diaplikasikan pada organisasi atau institusi

apapun.

Setelah proses implementasi komputasi awan ini selesai, maka proses

selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi. Shimba (2010)

mengusulkan sebuah kerangka kerja (framework) yang disebut ROCCA

Achievement Framework (RAF). Tujuan utama dari kerangka kerja ini adalah

sebagai alat ukur dalam menentukan seberapa tepat tahapan-tahapan ROCCA

diikuti dalam proses adopsi komputasi awan sehingga projek ini dapat dikatakan

berhasil atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah

Implementasi komputasi awan pada sebuah institusi khususnya institusi

pendidikan harus disertai dengan kegiatan penilaian dan pengujian setelah

(11)

implementasi komputasi awan ini telah sesuai dengan model adopsi ROCCA,

sehingga dapat dikatakan sukses atau tidak. Metode penilaian dan pengujian yang

ada saat ini adalah RAF.

Menilik dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah implementasi RAF dapat dilakukan secara textbook atau mutlak

pada insitusi pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk modifikasi yang diperlukan apabila implementasi

tersebut ternyata membutuhkan penyesuaian tambahan dalam

penerapannya di institusi pendidikan Indonesia?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diterapkan pada Universitas Semarang (USM).

2. Penelitian ini menggunakan model adopsi Roadmap of Cloud Computing

Adoption (ROCCA).

3. Penelitian ini hanya menggunakan ROCCA Achievement Framework

(RAF) sebagai kerangka kerja pengujian.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor

subjektifitas mempengaruhi gambaran keadaan adopsi cloud pada formulir

(12)

2. Untuk mengetahui perlunya penjabaran dan penjelasan setiap poin fase

pada mekanisme penilaian RAF.

3. Untuk mengetahui ketepatan penentuan koefisien pembobotan di tiap

formulir RAF.

4. Untuk membuat suatu aturan penjelasan poin penilaian RAF dan

menentukan skala baku koefisien pembobotan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu institusi pendidikan yang

mengaplikasikan ROCCA, melakukan penilaian dan pengujian kelayakan

cloud computing menggunakan kerangka kerja RAF secara objektif.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi rekomendasi pada saat

institusi/organisasi melakukan pengujian dan penilaian adopsi ROCCA

menggunakan kerangka kerja RAF.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi utama dalam penelitian ini adalah dengan analisa yakni

untuk menentukan ketepatan dan keefektifan kerangka kerja RAF dalam menguji

dan menilai implementasi ROCCA pada institusi pendidikan. Dalam hal ini

adalah implementasi cloud computing di Universitas Semarang.

Pertimbangan-pertimbangan dilakukan dalam hal memaksimalkan kelebihan dan peluang

infrastruktur teknologi di Indonesia secara umum, kemudian meminimalkan

(13)

subjektivitas penilaian, maupun dampak atas implementasi ROCCA terhadap

struktur, infrastruktur keamanan, proses, budaya organisasi, dan biaya. Analisis

SWOT juga dimungkinkan untuk digunakan untuk menilai manfaat dan risiko

yang akan dihadapi atas modifikasi ini.

Untuk menguatkan analisa maka penulis mengumpulkan data-data primer

maupun sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data yang dijadikan sebagai

sumber analisa utama pada penelitian ini. Sedangkan data sekunder adalah data

yang menjadi pelengkap dari data primer.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara terhadap

narasumber yang merupakan peneliti implementasi ROCCA sekaligus dosen di

Universitas Semarang, serta survei ke 105 anggota masyarakat dalam bentuk

quisioner. Adapun respondennya terdiri dari kalangan masyarakat dalam dunia

pendidikan dengan berbagai profesi agar data yang terkumpul merupakan data

yang mendekati sama dengan keadaan sebenarnya di institusi pendidikan. Data

wawancara dan survei ini dijadikan sebagai data primer, sedangkan data sekunder

yang dimaksud yaitu data yang bersumber dari referensi-referensi yang

didapatkan dari buku, laporan tahunan, paparan publis, penelitian-penelitian

sebelumnya, sebagai contoh jurnal Internasional seperti IEEE, Jurnal Nasional

melalui GARUDA Dikti, prosiding dari seminar nasional seperti Seminar

(14)

1.7 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari 5 bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metodologi

penelitian, hasil dan analisis, dan kesimpulan serta saran.

Bab 1. Pendahuluan, berisi latar belakang dan alasan dari penelitian. Menunjukan

mengapa penelitian ini dilakukan. Apa permasalahan yang tengah dihadapi, dan

apa manfaat yang dapat diperoleh atas solusi atau masalah ini. Bab berisi rumusan

masalah serta tujuan penelitian. Pembatasan masalah juga disampaikan pada bab

ini.

Bab 2. Kajian Pustaka, berisi tentang sumber-sumber teori yang dijadikan acuan

dalam penulisan tesis yang memuat uraian sistematis tentang informasi hasil

penelitian yang disajikan dalam pustaka dan menghubungkannya dengan masalah

penelitian yang sedang diteliti.

Bab 3. Hasil Penelitian, secara khusus berisi bagaimana tujuan penelitian akan

dicapai. Termasuk uraian yang cukup detail mengenai sampel, alat yang

digunakan, tempat/ruang penelitian, dan data yang akan dikumpulkan. Juga

mencakup bagaimana data akan diolah dan dianalisis, serta uji-uji statistic yang

akan dilakukan.

Bab 4. Analisis Data, melakukan analisis terhadap penilaian RAF pada kondisi

lingkungan penelitian dengan implementasi ROCCA di institusi pendidikan,

selanjutnya melakukan perancangan modifikasi RAF yang akan kemudian akan

digunakan pada proses implementasi. Langkah berikutnya penyajian informasi

(15)

rasional tentang masalah penelitian. Pembahasan terhadap hasil penelitian yang

diperoleh disajikan dalam bentuk uraian teoritik.

Bab 5. Penutup berisi kesimpulan berdasarkan dari uraian-uraian yang diperoleh

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cloud Computing

2.1.1 Definisi

Cloud Computing atau yang populer di Indonesia disebut sebagai

Komputasi Awan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST)

-Departemen Perdagangan Amerika Serikat, diartikan sebagai suatu model untuk

menciptakan kenyamanan dalam akses jaringan sesuai keperluan ke dalam wadah

bersama sumber daya komputasi (jaringan, server, penyimpanan, aplikasi dan

layanan) yang dapat dikonfigurasi dengan cepat dan dirilis dengan upaya

manajemen yang minimal atau minimal interaksi antar-penyedia jasa manajemen

(NIST, Special Publication 800-145, 2011).

Sedangkan menurut Berkeley RAD, definisi Cloud Computing adalah

kesatuan antara: 1) Aplikasi yang dikirimkan sebagai layanan melalui jaringan

Internet; 2) Hardware serta software dalam pusat data yang menyediakan layanan

tersebut. Layanan sering kita sebut sebagai Software as Service (SaaS), dan

hardware serta software di pusat data kita sebut sebagai Cloud. Ketika Cloud ini

dihadirkan kepada publik dengan metode pay-as-you-go maka sistem cloud ini

kita sebut dengan Public Cloud, dan nilai jualnya terletak pada komputerisasi

utilitas. Terdapat juga istilah Private Cloud, ini merujuk pada cloud yang hanya

ditujukan sebagai pusat data dari institusi tertentu dan tidak dibuka untuk publik.

(17)

demikian dapat menjadi pengguna atau penyelenggara SaaS, ataupun menjadi

pengguna atau penyelenggara komputerisasi utilitas (Armbrust et al., 2009, h6).

Beberapa fitur yang dimiliki oleh Cloud Computing menurut

Stanoevska-Slabeva dan Wozniak (2009, h50) dapat disimpulkan sebagai berikut :

Cloud Computing merupakan paradigma komputasi baru.

Sumber daya infrastruktur (hardware, penyimpanan, dan software) dan

aplikasi dapat disediakan dengan cara X-as-a-Service. Ketika jenis

layanan seperti ini ditawarkan oleh penyedia jasa Cloud kepada

pelanggan eksternal maka model bisnis yang lazim digunakan adalah

pay-per-use.

Fitur utama dari Cloud adalah virtualisasi dan skalabilitas yang dinamis

sesuai permintaan pengguna.

Komputerisasi utilitas dan SaaS disediakan secara terpadu, meskipun

terkadang komputasi utilitas lebih sering digunakan secara terpisah.

Layanan Cloud digunakan baik melalui peramban situs (web browser)

atau melalui API tertentu.

2.1.2 Arsitektur Cloud Computing

NIST (National Institute of Standards and Technology) adalah sebuah

institusi terkemuka di Amerika Serikat dan telah diakui dunia sebagai salah satu

lembaga yang kredibel dalam bidang teknologi informasi, arsitektur Cloud

Computing menurut NIST dijabarkan dalam 5 karakteristik penting, 3 model

(18)

Gambar 2.1. Arsitektur cloud computing oleh NIST (Cloud Security Alliance,

2009, h14)

5 Karakteristik Penting Cloud Computing

Seperti ilustrasi di atas, terdapat 5 karakteristik utama yang dapat

menjelaskan keterkaitan dan perbedaan antara Cloud Computing dan komputasi

tradisional.

On-Demand-Self-Service

Seluruh pengguna dapat menentukan dengan bebas untuk menggunakan

layanan jasa ini atau tidak, tanpa harus menghubungi perusaahaan

penyedia jasa layanan setiap saat.

Broad Network Access

Memiliki kemampuan untuk bekerja pada jaringan dan diakses

(19)

Resource Pooling

Sumber daya (resource) komputasi dari penyedia jasa layanan ditampung

(pooled) untuk kemudian melayani banyak konsumen. Sistem ini dikenal

dengan model multi-tenant, sistem kerjanya adalah dengan mengerahkan

berbagai sumber daya fisik dan virtual yang dimiliki untuk melayani

permintaan pengguna secara dinamis sesuai permintaan.

Rapid Elasticity

Layanan dapat digunakan secara cepat dan fleksibel.

Measured Service

Cloud Computing secara otomatis mengontrol dan mengoptimalkan

penggunaan sumber daya dengan menyediakan kemampuan pengukuran

terhadap semua jenis layanan (misalnya penyimpanan, pengolahan,

bandwidth, atau account pengguna yang aktif) (Cloud Security Alliance,

2009, h15).

3 Model Layanan Cloud Computing

Terdapat 3 model layanan cloud computing dan ketiganya ini lazim

disebut sebagai model SPI yakni singkatan dari Software, Platform, Infrastructure

as a service.

Cloud Software as Service

Model ini adalah model layanan dimana pengguna dapat menggunakan

(20)

Cloud Platform as Service

Model ini adalah model layanan dimana pengguna dapat mengunggah

dan meluncurkan aplikasi yang dibuat sendiri oleh pengguna tersebut.

Aplikasi tersebut dapat dibuat dengan menggunakan bahasa

pemrograman tertentu atau menggunakan alat yang disediakan oleh

penyedia jasa layanan pada infrastruktur cloud-nya.

Cloud Infrastructure as Service

Model yang terakhir ini adalah model layanan dimana pengguna diberi

keleluasaan untuk mengatur resource pada cloud yang disewanya.

Pengaturan ini dapat meliputi sistem pengolahan, penyimpanan data,

jaringan dan resource lain. Pengguna juga tentunya dapat mengunggah,

meluncurkan perangkat lunak seperti sistem operasi dan aplikasi. (Cloud

Security Alliance, 2009, h16).

4 Model Distribusi Cloud Computing

Public Cloud

Merupakan jenis infrastruktur cloud yang tersedia untuk umum.

Private Cloud

Merupakan jenis infrastruktur cloud yang tersedia hanya untuk satu

(21)

Community Cloud

Dalam model distribusi ini, infrastruktur cloud dibagi oleh beberapa

organisasi/institusi untuk mendukung komunitas tertentu dengan tujuan

yang sama.

Hybrid Cloud

Merupakan jenis infrastruktur cloud yang merupakan gabungan dari dua

atau lebih infrastruktur cloud yaitu private, community atau public

(Cloud Security Alliance, 2009, h17)

2.2 Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA)

Cakupan implementasi Cloud Computing tidak hanya mengenai

peningkatan kemampuan pusat data (datacenter) secara teknis, tetapi juga

mencakup bagaimana teknologi ini diaplikasikan dan digunakan (Creeger 2009,

h50). Setiap institusi/organisasi harus mempertimbangkan aspek manfaat, aspek

kerugian dan efek lain dari implementasi Cloud Computing pada perusahaan atau

institusi mereka. Dan untuk dapat mengetahui hal-hal tersebut tentunya diperlukan

percobaan (trial) sebelum benar-benar mengadopsi dan menggunakan Cloud

Computing secara total (Khajeh-Hosseini et al., 2010b, h2).

Pada hampir setiap institusi, proses adopsi Cloud Computing sangat

bergantung pada kematangan tiap-tiap organisasi dalam menjalankan seluruh

proses manajemennya, serta budaya yang tertanam di institusi tersebut (Fellowes,

2008). Bahkan beberapa pakar memprediksi bahwa adopsi Cloud Computing tidak

(22)

hingga 10 sampai 15 tahun sampai dikatakan berhasil mengadopsi (Sullivan,

2009, h1).

Roadmap of Cloud Computing Adoption (ROCCA) adalah sebuah

gagasan model adopsi cloud computing yang merupakan hasil riset Faith Shimba

kemudian dituangkan pada disertasinya yang berjudul Cloud Computing:

Strategies for Cloud Computing Adoption pada tahun 2010. Shimba mengusulkan

ini setelah mengetahui proses adopsi yang tidak mudah seperti yang sudah

dituliskan di atas. Shimba menemukan beberapa tantangan dalam proses adopsi

teknologi cloud computing di dalam sebuah institusi. Beberapa diantaranya adalah

terkait keamanan, aspek hukum, proses penyesuaian, dan juga tantangan

organisasi/institusi itu sendiri, tetapi satu tantangan yang paling mendasar adalah

faktor kepercayaan antara pengguna dan penyedia jasa layanan. Tatkala, faktor

kepercayaan ini berhasil dibangun dan ditata dengan baik, maka faktor yang lain

akan dengan mudah mengikuti.

Beberapa standar yang diterapkan Shimba dalam memastikan

kepercayaan ini terbangun antara lain:

ISO/IEC 27001

ISO/IEC 27001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem

Manajemen Kemanan Informasi (SMKI) sebagian besar sebelumnya

diangkat berdasarkan BS 7799 yang umum digunakan sejak tahun 1995

mengenai pengelolaan keamanan informasi. ISO/IEC 27001

menyediakan kerangka kerja untuk netralitas penggunaan tehnologi,

(23)

suatu organisasi memastikan bahwa pengukuran keamanan informasi

adalah efektif. Hal ini termasuk kemampuan mengakses data secara

berkelanjutan, adanya kerahasiaan dan integritas atas informasi yang

dimilikinya dan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan demikian

pula dengan kesesuaian hukum. Penerapan ISO/IEC 27001 sebagai

jawaban atas persyaratan hukum dan kemungkinan besar ancaman

keamanan seperti : 1) Perusakan/terorisme; 2) Kebakaran; 3) Kesalahan

penggunaan; 4) Pencurian; 5) Serangan yang diakibatkan oleh virus.

ISO/IEC 27002

ISO/IEC 27002 adalah standar keamanan informasi yang menyediakan

rekomendasi praktek terbaik dalam manajamen keamanan informasi

untuk digunakan oleh pihak yang bertanggung jawab untuk inisiasi,

implementasi atau merawat Sistem Manajemen Keamanan Informasi

(SMKI) yang didefinisikan oleh standar ini dalam konteks C-I-A:

confidentiality (kerahasiaan), integrity (integritas), dan availabity (ketersediaan).

Control Framework for Information and Related Technology (COBIT)

COBIT adalah kerangka panduan tata kelola TI dan atau bisa juga

disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan untuk

menjembatani gap antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan

pemenuhan kebutuhan tersebut dalam suatu organisasi. COBIT

memungkinkan pengembangan kebijakan yang jelas dan sangat baik

(24)

kualitas dan nilai serta menyederhanakan pelaksanaan alur proses sebuah

organisasi dari sisi penerapan IT.

The Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

ITIL adalah suatu rangkaian dengan konsep dan teknik pengelolaan

infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi IT. ITIL

memberikan deskripsi detil tentang beberapa praktik IT penting dengan

daftar cek, tugas, serta prosedur yang menyeluruh yang dapat disesuaikan

dengan segala jenis organisasi.

Shimba merumuskan hasil yang diperoleh dari adopsi ROCCA adalah 5

langkah strategis adopsi cloud computing seperti yang diilustrasikan pada gambar

2.2. Penjelasan dari masing masing tahap tersebut adalah sebagai berikut :

Tahap Analisis

Seperti layaknya setiap projek perangkat lunak, tahap paling awal adalah

memahami kebutuhan atas penggunaan. Hal ini dilakukan untuk

menentukan apakah proyek tersebut layak dijalankan atau tidak.

Beberapa titik acuan yang harus diteliti adalah kondisi awal, syarat

pengadaan, kelayakan, lingkup proyek, biaya dan rencana yang akan

dikembangkan.

Dalam tahapan ini, dilakukan pengembangan studi kasus yang bertujuan

untuk memaksimalkan potensi kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities) yang dapat terjadi, dan meminimalisir kelemahan

(25)

Gambar 2.2 Strategi adopsi cloud computing (Shimba, 2010, h77)

Tahap ini juga berguna untuk menilai dampak implementasi cloud

computing terhadap budaya organisasi, proses, dan struktur serta

pengaruh lainnya terhadap Service Level Agreement (SLA). Selain itu

analisis ini diperlukan untuk dapat mengetahui berapa laba atas investasi

yang dapat diperoleh dan biaya yang harus dikeluarkan untuk

(26)

Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini, proses benchmarking atas keamanan, aspek hukum dan

kepatuhan yang terdentifikasi dalam tahap analisis di atas dilakukan.

Hasil benchmark merupakan cerminan metode kerja, kebijakan, dan

standar industi yang diterapkan pada internal organisasi/institusi.

Selain itu, benchmark ini akan menjadi cerminan aspek hukum dan

kepatuhan dalam organisasi yang dapat dipertahankan pada saat seluruh

sistem nantinya bermigrasi dari komputasi tradisional ke cloud

computing.

Proses pemilihan platform dan infrastruktur yang akan digunakan untuk

sistem dan aplikasi juga ditentukan pada fase ini. Selain itu juga aspek

pendanaan antara lain rencana pengelolaan dana serta aspek kepastian

keamanan, regulasi dan kepatuhan terhadap standar industri turut

ditentukan.

Satu tahapan penting lainnya dalam fase ini adalah persiapan adopsi atau

roll-out. Hal ini penting dilakukan untuk memutuskan apakah institusi

akan melakukan percobaan layanan cloud atau langsung menerapkannya

tanpa percobaan terlebih dahulu.

Tahap Adopsi

Fase ini adalah tahap persiapan untuk migrasi yang sesungguhnya dari

sistem dan/atau aplikasi terpilih untuk diunggah ke infrastruktur platform

cloud yang dipilih. Dalam tahap ini, integrasi sistem/aplikasi dilakukan

(27)

akan dapat bekerja sama dengan aplikasi internal yang tidak dimigrasi ke

cloud. Kemudian setelah itu, dilakukanlah proses outsourcing yang

ditentukan melalui mekanisme benchmark pada tahap perencanaan, hal

ini digunakan untuk mengukur kemampuan penyedia jasa layanan dalam

menyediakan layanan yang tidak mengganggu kinerja organisasi dan

bisnis yang sedang berjalan.

Kerjasama antara institusi/organisasi dengan penyedia jasa layanan

menjadi sangat penting dalam upaya membangun perjanjian Service

Level Agreement (SLA) dan security policy yang menguntungkan bagi

kedua belah pihak.

Tahap Migrasi

Pada tahap ini, persiapan migrasi ke platform cloud sudah makin matang

dan proses migrasi dapat dilanjutkan. Modifikasi projek dapat dilakukan

pada tahap ini, yakni dengan mengurangi sebagian atau meningkatkan

beberapa aspek untuk memenuhi kebutuhan institusi/organisasi.

Proses aplikasi dan migrasi data dapat dilanjutkan pada tahap ini,

sekaligus memberikan layanan dukungan (support service) kepada

institusi/organisasi.

Tahap Manajemen

Pada tahapan ini, seluruh projek harus telah beroperasi secara penuh di

cloud, tetapi kontrak dan manajemen penyedia jasa layanan, pengujian

dan pemeliharaan, serta dukungan pengguna dan review harus terus

(28)

penuh. Proses benchmark yang dilakukan pada tahap 2 di atas dapat

digunakan sebagai indikator keberhasilan projek, diantaranya untuk

mengetahui standar keamanan, SLA, regulasi, tata kelola TI. Satu hal

akhir yang harus dilakukan adalah dengan mendokumentasikan segala

aktivitas yang terkait dengan projek ini. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan komunikasi antara institusi/organisasi dengan seluruh

pemangku kepentingan (stakeholders).

2.3 ROCCA Achievement Framework (RAF)

ROCCA Achievement Framework (RAF) adalah usulan kerangka kerja

(framework) yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat pencapaian

berdasarkan roadmap ROCCA. Tujuan utama dari kerangka kerja ini adalah

sebagai alat untuk menganalisis projek yang dilakukan berdasarkan pada

roadmap. Penggunaan kerangka kerja ini haruslah mampu membantu organisasi/institusi dalam menentukan seberapa dekat acuan-acuan roadmap

diikuti dan diterapkan dalam proses adopsi cloud computing. Karena roadmap

ROCCA merupakan hasil penelitian atas tantangan dan hasil dalam mengadopsi cloud computing, maka saat sebuah projek adopsi cloud computing diuji dan

dinilai dengan kerangka kerja ini kemudian menghasilkan nilai yang tinggi, maka

besar peluangnya projek ini akan berhasil.

Kerangka kerja ini terbagi atas lima bagian, sesuai dengan lima

fase/tahap ROCCA yang dibahas pada bagian 2.2. Setiap bagian berisi serangkaian

(29)

yang rendah atas implementasi dan nilai 5 respon berarti sangat sesuai dengan

implementasi di lapangan. Setiap respon kemudian dikalikan dengan nilai

koefisien weight factor. Bobot koefisien weight factor ini ditentukan oleh tim

manajemen projek. Tiap projek yang berbeda memiliki bobot koefisien weight

factor yang berbeda pula. Besaran koefisien ini didasarkan dari dampak yang

dirasakan dari respon terhadap keberhasilan proyek secara keseluruhan.

Pada pelaksanaanya, mekanisme pembobotan nilai ini memungkinkan

terjadinya penilaian subjektif dalam menentukan bobot. Shimba kemudian

menyarankan agar semua pertanyaan terkait keamanan, hukum dan kepatuhan

diberi bobot tidak kurang dari 0,8 dan maksimal 1. Pertanyaan yang terkait

dengan pemahaman atas persyaratan tidak kurang dari 0,5. Dan penilaian atas

kinerja sistem diberi bobot minimal 0,7, pendanaan 0,7 dan SLA 0,6.

2.4 Peraturan Perundangan ITE dan Pengelolaan TIK Pendidikan

Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan undang-undang No 11/2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan peraturan pemerintah No.

82/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Seluruh

penyelenggara dan proses penyelenggaraan sistem elektronik saat ini harus

mengikuti dan taat pada dua aturan tersebut di atas.

Teknologi cloud computing serta rangkaian proses di dalamnya termasuk

dalam penyelenggaraan sistem elektronik yang diatur dalam dua peraturan tadi,

(30)

penyelenggara sistem agar dapat melindungi hak pengguna teknologi ini sesuai

dengan yang diamanatkan undang-undang :

Pasal 5 Kewajiban pendaftaran bagi Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) pelayanan publik

Pasal 6 Kewajiban Sertifikasi Kelaikan Hardware

Pasal 7 Kewajiban didaftarkannya Software bagi PSE Pelayanan Publik.

Pasal 10 Ketentuan tentang Penggunaan Tenaga Ahli

Pasal 12 Kewajiban-kewajiban dalam tata kelola Sistem Elektronik (SE)

Pasal 13 Penerapan manajemen risiko penyelenggaraan SE Pasal 14 Kewajiban memiliki kebijakan tata kelola dan SOP

Pasal 15 Kewajiban dan ketentuan tentang pengelolaan kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan Data Pribadi

Pasal 16 Pemenuhan persyaratan tata kelola bagi PSE untuk Pelayanan Publik

Pasal 17

Penempatan Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana serta mitigasi atas rencana keberlangsungan kegiatan Penyelenggaraan SE

Pasal 18 - 29 Pengamanan Penyelenggaraan Sistem Elektronik

Pasal 30 - 32 Kewajiban Sertifikasi Kelaikan Sistem bagi PSE Pelayanan Publik

Tabel 2.1. Pasal kewajiban Penyelenggaraan Sistem Elektronik

Selanjutnya, pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Departemen

Pendidikan Nasional telah menerbitkan Rencana Strategis Departemen Pendidikan

(31)

menyebutkan bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar

kebijakan pendidikan nasional, yaitu:

1. Perluasan dan pemerataan akses.

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing.

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk

mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel, murah, merata dan

terjangkau rakyat banyak.

Renstra Depdiknas 2010-2014 juga menyatakan peran strategis TIK untuk pilar

pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai

media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu,

relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam

pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola,

akuntabilitas dan citra publik, peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi

Gambar

Gambar 2.1. Arsitektur cloud computing oleh NIST (Cloud Security Alliance,
Gambar 2.2 Strategi adopsi cloud computing (Shimba, 2010, h77)
Tabel 2.1. Pasal kewajiban Penyelenggaraan Sistem Elektronik

Referensi

Dokumen terkait

kewajiban ini tidak dapat dilakukan selain dengan komitmen terhadap manhaj yang dipegang oleh salaf dalam memahami Al- Qur’an dan hadis, karena kewajiban mengikuti mereka

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penanggungjawab perencanaan perlu diterapkan prinsip biaya departemen langsung, atas dasar prinsip ini

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

Sebagaimana yang telah penulis jelas- kan di atas, bahwa keluarnya putusan MK Nomor 71/PUU-XIV/2016 memunculkan implikasi yang kurang positif terhadap upaya pencegahan tindak

Gangguan Imunitas, gangguan pernafasan, peredaran darah, keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mengganggu kesejahteraan bayi bahkan dapat menimbulkan kematian

Ancaman dari barang pengganti kuat ketika barang pengganti sudah siap tersedia dan memiliki harga yang menarik dan relatif lebih rendah dari barang yang sudah ada dan terjangkau

12 Berbeda dengan te- ori tersebut, berdasarkan hasil survey, plastik merupakan bahan dasar yang pal- ing dominan yang terdapat di lokasi penelitian (87,18 %) Sebagian

Menurut peneliti mengikuti trend busana muslimah atau modis, berbusana syar’i atau pun tidak syar’i dengan prilaku adalah hal yang berbeda, menutup aurat dengan