INFORMASI PENGRAJIN BATIK TULIS
PEKALONGAN: STUDI KASUS DI KECAMATAN
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh:
HERTIKA ANRI FAJRIATI
NIM. A2D009007
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
ii Nama : Hertika Anri Fajriati
NIM : A2D009007
Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pengrajin Batik Tulis Pekalongan: Studi Kasus di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, 23 Agustus 2013 Yang menyatakan,
iii
Jadikanlah pengalaman baik menjadi sebuah kebiasaan, dan tetap kenang pengalaman buruk, untuk dijadikan pelajaran kedepannya..
(quote : @mushlimhs) Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
PERSEMBAHAN
Dengan terselesaikannya skripsi ini, maka penulis mempersembahkannya kepada :
1. Bapak Hermanto dan Ibu Sumiati sebagai orang tua tercinta, terima kasih atas cinta, kasih sayang, do’a perhatian, dan pengorbanan yang telah diberikan.
iv Ujian Skripsi pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Agustus 2013
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing
Dra. Sri Ati, M.Si
v
tanggal 11 September 2013
Ketua Penguji,
Prof. Dr. Sutejo K.W., M.Si. NIP. 196005151985031004
Anggota I,
Bahrul Ulumi, S.S., M.Hum. NIP. 197007231999031001
Anggota II,
Dra. Sri Ati, M.Si.
vi
dan anugerah-Nya, penulis akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pengrajin Batik Pekalongan Studi Kasus di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S-1 pada Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro Semarang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami oleh penulis, oleh karena itu banyak dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan jasa terima kasih kepada
1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
2. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
3. Ibu Dra. Ngesti Lestari, M.si selaku Dosen Wali dari penulis.
4. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dan saran dalam penulisan skrispi ini.
vii
terimakasih atas kasih sayang yang selalu tercurahkan untuk penulis, Mohamad Rohman Hakim, Herdito Fuad Agym, dan Aprilia Ghalia Fatin adik-adik dari penulis yang selalu memberikan keceriaan dikala penulis hilang semangat. 8. Simbah Sindon, Mbah Kakung, Mbah Uti, yang selalu mendoakan penulis
untuk selamat, sukses dan bahagia.
9. Abdul Munir terimakasih atas dukungan, semangat, kasih sayang dan kesabarannya menemani penulis.
10.Bapak H. Daanan, Zamroni, Sutoyo, H. Abdul Haris, dan Khaerudin, selaku informan yang telah banyak memberikan informasi, data, perhatian, dan bantuannya selama penelitian.
11.Mbul, Ndud, Mott, Cung teman-teman seperjuangan, Teddy, Jefri, Icang, Laila, Manda, Yogi, Nafsil, Dhian terimakasih atas semangat dan dukungannya selama ini.
12.Kepada semua teman-teman seperguruan ilmu perpustakaan angkatan 2009 yang telah mendukung penulis selama ini.
13.Anak-anak kost Perumda 60, Kokom, Ratih, Galuh, Jenis, Dila terimakasih untuk motivasi dan rasa kekeluargaan selama ini.
viii
dalam skripsi ini, maka peneliti memohon kritik dan saran yang membangun.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 23 Agustus 2013
ix
PERNYATAAN ...ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iv
HALAMAN PENGESAHAN ...v
PRAKATA ...vi
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
ABSTRAK ...xv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Batasan Masalah ... 4
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian ... 5
1.5. Tujuan Penelitian ... 5
1.6. Manfaat Penelitian ... 5
1.7. Kerangka Pikir ... 7
1.8. Batasan Istilah ... 8
BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Informasi ... 10
2.2. Kebutuhan Informasi ... 11
x
2.5. Penelitian Terdahulu ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 25
3.2. Subyek dan Objek Penelitian ... 26
3.2.1. Subyek dan Objek ... 26
3.2.2. Informan ... 26
3.3. Variabel dan Indikator ... 28
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
3.5. Sumber Data ... 28
3.5.1. Data Primer ... 29
3.5.2. Data Sekunder ... 30
3.5.3. Foto ... 30
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.7. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM PENGRAJIN BATIK PEKALONGAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39
4.2. Batik Pekalongan ... 44
4.2.1. Warisan Budaya Tak Benda (Cultural Heritage) ... 44
4.2.2. Sejarah Batik di Indonesia ... 45
4.2.3. Sejarah Batik Pekalongan ... 46
4.2.4. Batik Dulu dan Sekarang ... 48
4.2.5. Industri Batik Tulis ... 49
xi BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1. Informan yang Terlibat dalam Penelitian ... 59
5.2. Analisis Data ... 59
5.2.1. Awal Mula Usaha Batik Pekalongan ... 59
5.2.2. Pembatikan dan Tenaga Kerja ... 61
5.2.3. Informasi yang Dibutuhkan Informan ... 64
5.2.4. Tujuan Mencari Informasi Tentang Batik ... 67
5.2.5. Jenis Informasi ... 69
5.2.6. Bentuk Informasi ... 71
5.2.7. Sumber Informasi ... 73
5.2.8. Informasi dari Perpustakaan ... 74
5.2.9. Motif dan Ragam Hias Batik Pekalongan ... 76
5.2.9.1. Motif yang Dikenal Informan ... 76
5.2.9.2. Motif dan Ragam Hias Batik yang Diproduksi ... 78
5.2.10. Desain Batik Pekalongan ... 81
5.2.11. Tempat Mencari Informasi ... 84
5.2.12. Cara Mencari Informasi ... 86
5.2.13. Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Berdasarkan Pendidikan ... 89
5.2.14. Kendala ... 91
BAB VI. PENUTUP 6.1. Simpulan ... 93
6.2. Saran ... 95
xii
xiii
Tabel 4.1.1. Mata Pencaharian Penduduk Kec. Wiradesa ... 40
Tabel 4.1.2. Perekonomian Di Kec. Wiradesa ... 41
Tabel 4.1.3. Produk Unggulan Di Kec. Wiradesa ... 42
Tabel 5.1. Informan yang Terlibat dalam Penelitian... 59
Tabel 5.2.1. Hasil Wawancara 1 di lampiran ... 3
Tabel 5.2.2. Hasil Wawancara 2 di lampiran ... 4
Tabel 5.2.3. Hasil Wawancara 3 di lampiran ... 6
Tabel 5.2.4. Hasil Wawancara 4 di lampiran ... 7
Tabel 5.2.5. Hasil Wawancara 5 di lampiran ... 8
Tabel 5.2.6. Hasil Wawancara 6 di lampiran ... 10
Tabel 5.2.7. Hasil Wawancara 7 di lampiran ... 11
Tabel 5.2.8. Hasil Wawancara 8 di lampiran ... 12
Tabel 5.2.9.1. Hasil Wawanara 9.1 di lampiran ... 13
Tabel 5.2.9.2. Hasil Wawanara 9.2 di lampiran ... 15
Tabel 5.2.10. Hasil Wawancara 10 di lampiran ... 17
Tabel 5.2.11. Hasil Wawancara 11 di lampiran ... 19
xiv
LAMPIRAN B Reduksi Data Hasil Wawancara ... 2
LAMPIRAN C Surat Keterangan Penelitian FIB ... 22
LAMPIRAN D Dokumentasi Penelitian ... 23
LAMPIRAN E Lembar Konsultasi Skripsi ... 26
xv
Kabupaten Pekalongan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa kebutuhan informasi dan bagaimana perilaku pencarian informasi pengrajin batik Pekalongan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Adapun subjek penelitian yang dijadikan sumber dalam penelitian ini mengambil 5 (lima) informan pengrajin batik tulis Pekalongan. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa informasi yang dibutuhkan oleh sebagian besar informan (3 dari 5) menyatakan bahwa bentuk informasi yang dibutuhkan antara lain buku-buku, majalah, tabloid, dan informasi dari internet. Subjek yang mereka butuhkan dalam pengembangan usaha batik Pekalongan meliputi tentang UKM, manajemen dan pengelolaan usaha batik, cara pembatikan, informasi tentang seminar batik, pelatihan tentang motif corak ragam hias batik, serta pameran dan pelatihan tentang batik. Sebagian kecil masih mengandalkan informasi dari warisan turun temurun orang tua. Informan belum memanfaatkan informasi dari perpustakaan. Kendalanya mereka belum memperoleh hak cipta atas hasil batik yang mereka produksi. Saran yang diajukan yaitu perlu adanya perhatian dari berbagai pusat sumber informasi seperti perpustakaan dalam memberikan layanan informasi tentang motif batik dan perkembangan batik dan perlu adanya pemberian hak cipta karya batik sendiri oleh pengrajin batik tulis untuk memberi nama produk batik yang mereka produksi.
1
1.1. Latar belakang
Batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah
mendunia dan menjadi brand image kebudayaan Indonesia yang telah
terdaftar dan diakui oleh UNESCO dan memperoleh hak cipta sebagai salah
satu dari warisan budaya kekayaan Indonesia. Tanggal 2 Oktober 2009
dijadikan Hari Batik Nasional sejak UNESCO menetapkan batik
sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Dengan
penetapan ini, Indonesia diminta untuk melestarikan motif hias khas yang
ada sejak zaman dulu kala. Indonesia pun memiliki kebanggaan sebagai
pewaris kebudayaan batik yang diakui dunia. Menilik etimologinya, kata
batik berasal dari kata "amba" dan "titik", yang berarti "menulis titik". Ada
juga yang berpendapat bahwa batik secara hipotesis berasal dari akar kata
Proto-Austronesian, yaitu "beCik" yang berarti "melakukan tato". Kata ini
sendiri kemudian tercatat pertama kali secara resmi dalam bahasa Inggris
di Encyclopedia Britannica pada 1880, dengan tulisan "battik".
Batik dalam kemajuan pengetahuan dan teknologi semakin dikenal
dan dijadikan sebagai icon penting ciri khas bangsa Indonesia. Saat ini
peminat batik bukan hanya sebagian masyarakat tertentu saja, melainkan
menjalar ke semua lapisan masyarakat Indonesia dan semakin
instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang menetapkan hari batik
pada setiap karyawan dan karyawan suatu instansi harus menggunakan batik
pada hari tersebut. Ini menunjukkan bahwa batik sangat diminati oleh semua
kalangan. Batik pun kini tidak lagi dianggap tradisional dan kuno, tetap bisa
dipadu-padankan dengan fashion modern, dan tidak ada alasan untuk malu
untuk berbatik.
Kota Pekalongan merupakan kota batik. Sudah diakui oleh bangsa
Indonesia bahwa pusat produksi batik adalah di Kota dan Kabupaten
Pekalongan, walaupun banyak kota – kota di Indonesia yang juga terkenal
dengan produksi batik seperti di Solo, Yogyakarta, dan lain sebagainya,
tetapi di Pekalongan sudah terkenal dengan batiknya dan ada pusat
perbelanjaan khusus batik yaitu di International Batik Center (IBC). Di kota
batik banyak sekali pengrajin batik yang menggeluti usaha dengan berbagai
variasi batik dan mengikuti trend yang berkembang saat ini. Usaha batik
kini telah menjamur di semua lapisan masyarakat, usaha ini sangat
berkembang dengan pesat dan tumbuh menjadi bagian dari usaha
melestarikan warisan budaya bangsa. Banyak dari mereka yang
memproduksi semua jenis dan motif khas Pekalongan dengan semua kreasi
masa kini dan mengikuti mode yang berkembang dengan pesatnya.
Banyaknya pengrajin batik yang menjamur di kota batik ini otomatis
menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat dan persaingan untuk
memberikan layanan terbaik baik dari segi koleksi batik dan berbagai
lain. Persaingan mendorong para pengrajin batik tulis untuk memperoleh
informasi yang lebih banyak dan informasi terkini untuk menghadapi
persaingan dan perkembangan mode dan motif yang sangat variatif dan
menarik perhatian konsumen.
Menurut teori Belkin dalam Suwanto (1997: 19) dinyatakan bahwa
kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi dapat dipengaruhi
oleh bermacam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial budaya,
pendidikan, tujuan yang ada dalam diri manusia tersebut, serta lingkungan
sosialnya. Selanjutnya Suwanto (1997: 19) menerangkan juga bahwa
kebutuhan informasi muncul karena adanya kesenjangan antara kebutuhan
seseorang akan informasi dan ketersediaan informasi yang dimilikinya.
Kesenjangan tersebut dapat dihilangkan dengan bertanya, menghasilkan ide,
dan/atau melakukan penelitian, sehingga pada saat seseorang merasa masih
kurang atas pengetahuan yang dimilikinya maka akan terdorong keinginan
menambah informasi mereka untuk melengkapi pengetahuannya, dari itu
mereka melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan dengan mulai
melakukan pemilihan informasi secara tepat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa karena ada kesenjangan dalam diri seseorang, maka
muncul kebutuhan informasi. Kesenjangan dalam pikiran seseorang tersebut
disebut dengan situasi problematik atau masalah. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, manusia akan berusaha mencari dan menggunakan
Oleh karena itu perlu diketahui informasi apa yang dibutuhkan oleh
para pengrajin batik tulis Pekalongan dan bagaimana memenuhi kebutuhan
informasi pengrajin batik tulis tersebut, maka penelitian ini sangat penting
dilakukan agar dapat mengetahui kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi para pengrajin batik tulis di Pekalongan. Peneliti sangat tertarik
untuk mengadakan penelitian kebutuhan dan pencarian informasi pengrajin
batik dan membatasi daerah penelitian dengan mengambil daerah
Kecamatan Wiradesa sebagai pusat perkembangan batik Pekalongan. Untuk
itu peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul penelitian “Kebutuhan
dan Perilaku Pencarian Informasi Pengrajin Batik Tulis Pekalongan: Studi
Kasus di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan tersebut di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji adalah:
1. Apa saja informasi yang dibutuhkan para pengrajin batik tulis
Pekalongan di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan ?
2. Bagaimana cara para pengrajin batik tulis Pekalongan mencari
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka ?
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini akan membahas tentang kebutuhan dan perilaku
pencarian informasi pengrajin batik tulis Pekalongan di Kecamatan
batik tulis dalam penelitian ini adalah orang atau pengrajin batik Pekalongan
yang memproduksi batik tulis.
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan dengan pemetaan para pengrajin batik tulis di daerah
Pekalongan yang sudah terdaftar secara resmi. Waktu penelitian
berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Mei – Juli 2013.
1.5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa kebutuhan
informasi dan bagaimana perilaku pencarian informasi pengrajin batik tulis
Pekalongan.
1.6. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
a. Peneliti dapat mengetahui cara melakukan kajian terhadap
kebutuhan informasi.
b. Peneliti dapat mengetahui cara melakukan kajian terhadap
perilaku informasi para pengusaha batik tulis.
c. Peneliti dapat mengembangkan bidang keilmuannya di dunia
perpustakaan.
d. Peneliti dapat memberikan referensi baru mengenai kebutuhan
2. Bagi Pengrajin
a. Pengrajin batik tulis dapat mengetahui sumber-sumber
informasi yang diperoleh oleh para pengrajin lain dan
dijadikan referensi sendiri dalam memvariasi motif batiknya.
b. Pengrajin batik tulis dapat mengembangkan usahanya dalam
mendalami motif-motif batik yang ada di Pekalongan.
3. Bagi Masyarakat Umum
a. Masyarakat dapat mengetahui berbagai motif batik yang ada di
Pekalongan.
b. Lebih variatif dalam pemilihan produk batik yang telah ada di
kota Batik ini.
c. Masyarakat mengetahui berbagai informasi dan
membendaharai pengetahuan tentang batik Pekalongan itu
1.8. Batasan Istilah
1. Informasi: Informasi menurut KBBI berarti penerangan, pemberitahuan,
kabar atau berita tentang sesuatu.
Informasi dalam penelitian ini adalah informasi yang dibutuhkan para
pengrajin batik tulis tentang seni batik dan informasi yang mendukung
perkembangan batik Pekalongan.
2. Kebutuhan informasi: Kebutuhan menurut KBBI adalah butuh, sangat
perlu menggunakan, memerlukan.
Kebutuhan informasi dalam penelitian ini berarti kebutuhan informasi
para pengrajin batik Pekalongan untuk mengembangkan produksi
batiknya.
3. Perilaku pencarian informasi: Perilaku menurut KBBI adalah tanggapan,
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Pencarian
menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan mencari, pekerjaan dan
sebagainya yang menjadi pokok penghidupan.
Perilaku pencarian informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perilaku atau cara mencari informasi dari para pengrajin batik di
Pekalongan untuk menggali motif batik yang ada dan perkembangannya.
4. Batik: Menurut KBBI batik adalah kain bergambar yang pembuatannya
secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu,
kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
5. Batik Tulis: Menurut KBBI batik tulis adalah batik yang ditulis dengan
tangan, tidak dicetak. Batik tulis dalam penelitian ini adalah batik tulis
asli Pekalongan.
6. Pengrajin Batik: pengrajin menurut KBBI adalah orang yang bersifat
rajin, orang yang pekerjaannya (profesinya) membuat barang kerajinan.
Pengrajin batik yang dimaksud adalah para pengrajin batik tulis di
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1. Informasi
Informasi adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia, dan menjadi kebutuhan bagi pengrajin batik tulis Pekalongan.
Dalam hidup bermasyarakat mereka tidak dapat terlepas dari pentingnya
informasi yang dapat diperoleh dari berbagai media, baik media cetak,
elektronik, maupun dari kecanggihan internet. Informasi adalah penerangan,
keterangan, pemberitahuan, kabar atau berita. Informasi juga merupakan
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau
kesimpulan. Menurut Chih chih dan Peter Heron dalam Lallo (2002: 14)
informasi merupakan keseluruhan dari pengetahuan, ide, fakta dan kerja
imajinatif dari pikiran yang dikomunikasikan secara formal dan/atau
nonformal dalam berbagai bentuk. Newman dalam Suwanto (1997: 17)
mengungkapkan bahwa informasi berisi data kasar dan fakta, pengetahuan
yang meliputi organisasi, klasifikasi, perbandingan dan pemikiran yang
membawa kepada suatu pendapat tentang konsep-konsep dan generalisasi.
Suwanto (1997: 17) juga mengungkapkan bahwa informasi berisi data, fakta
dan pengetahuan yang bermakna yang dapat membantu individu untuk
memberi makna terhadap situasi yang dialaminya. Informasi merupakan arti
dan sama dengan cara konvensi yang diketahui dari representasi yang
digunakan (Sulistyo-Basuki, 1993: 87). Informasi merupakan sesuatu
stimulus yang mampu menghilangkan ketidakpastian. Maksudnya bahwa
dengan seseorang memperoleh informasi, maka orang tersebut akan
memperoleh pemahaman. Pemahaman yang dimiliki seseorang akan mampu
membuat seseorang menjadi lebih yakin.
Dari beberapa definisi tentang informasi di atas, maka informasi dapat
secara singkat dijelaskan bahwa informasi merupakan keseluruhan data,
fakta dan pengetahuan yang diterima oleh seseorang atau kelompok dan
telah diproses sedemikian rupa kemudian dikomunikasikan secara formal
atau tidak formal dan dalam berbagai bentuk sehingga memiliki makna bagi
penggunanya.
2.2. Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi terjadi dimana seseorang merasa ada
kekosongan informasi atau pengetahuan sebagai akibat desakan informasi
yang makin berkembang atau sekedar ingin tahu. Kekurangan ini perlu
dipenuhi dengan informasi baru sesuai dengan kebutuhannya. Pemenuhan
informasi ini yang mendorong seseorang berinteraksi atau berkomunikasi
dengan berbagai sumber informasi untuk mendapatkan informasi yang
sesuai dengan kebutuhannya (Yusup, 2010: 68).
Kebutuhan informasi adalah sesuatu yang sebaiknya seseorang miliki
Kebutuhan informasi merupakan permintaan seseorang akan suatu
informasi.
Berdasarkan teori Kuhlthau dalam Suwanto, (1997: 19), kebutuhan
informasi muncul karena adanya gap (kesenjangan informasi) antara
informasi yang dimiliki oleh seseorang dengan informasi yang seharusnya
dimiliki oleh orang tersebut untuk mendukung kegiatannya sehari-hari
memunculkan kebutuhan informasi.
Kebutuhan informasi seseorang memang beragam tergantung
faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti lingkungan dan kehidupan sosial
manusia. Dalam kehidupan pengrajin batik tulis misalnya, kebutuhan
informasi akan sangat beragam mulai dari pemasaran dan memvariasi corak
dan ragam hias batik Pekalongan itu sendiri, sesuai dari faktor yang
mempengaruhi. Menurut Pendit dalam Suwanto, (1997: 20), menyatakan
bahwa tindakan manusia dalam kebutuhan informasinya didasarkan pada
sebuah gambaran tentang lingkungan, pengetahuan, situasi dan tujuan yang
ada dalam diri manusia.
Jadi kebutuhan informasi adalah suatu kebutuhan seseorang akan
informasi yang baru untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya
sekarang agar dapat menempatkan diri pada individu yang mengikuti
perkembangan informasi secara berkelanjutan dan dapat bermanfaat untuk
mencapai tujuan. Pencarian informasi para pengrajin batik tulis ini
merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai
informasi pengrajin batik tulis Pekalongan juga akan mempengaruhi
bagaimana para pengrajin batik tulis Pekalongan menentukan informasi apa
saja yang menjadi kebutuhan mereka dan bagaimana mendapatkan
informasi tersebut, agar bermanfaat bagi kelangsungan hidup para pengrajin
batik tulis Pekalongan.
2.3. Perilaku Pencarian Informasi
2.3.1. Pengertian perilaku
Perilaku pada konsep kognitif terjadi dalam suatu life space atau ruang
pengalaman seseorang, yang secara relative patut pada hukum-hukum
psikologis. Menurut Yusup, perilaku yang dimaksud tersebut dapat dijejaki
melalui beberapa cara antara lain (Yusup 2009: 309) :
a) Setiap orang mempunyai kegiatan atau tindakan dan kemauan yang
jelas. Hampir tidak ada atau bahkan mungkin tidak ada orang yang
tidak berbuat atau tidak mempunyai kemauan.
b) Orang juga bisa diidentifikasi dengan adanya perubahan sikap yang
bisa dilihat hasilnya. Sikap memang bisa berubah, karena antara lain
oleh adanya terpaan informasi yang terus menerus.
c) Orang ditandai dengan adanya sikap dalam menerima perubahan nilai
tentang suatu subjek atau kegiatan.
d) Terbentuknya pola hubungan yang baru diantara dua peristiwa atau
lebih. Pola hubungan baru inilah yang dinamakan sebagai hasil belajar
Kemudahan dalam mencari, kecepatan dalam menemukan informasi,
biaya untuk mendapatkan informasi, kelengkapan informasi, dan keakuratan
informasi yang didapatkan akan sangat mempengaruhi bagaimana cara
seseorang melakukan pencarian informasi.
Menurut penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003), diungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long
lasting).
Menurut Ellis dalam Laloo (2002: 16), dikemukakan beberapa
tahapan perilaku pencarian informasi dari para peneliti, pertama-tama ia
Tahapan perilaku pencarian informasi yang dikemukakan Ellis
sebagai berikut:
a) Starting: artinya individu mulai mencari informasi misalnya bertanya
pada seseorang yang ahli di salah satu bidang keilmuan yang diamati
oleh individu tersebut.
b) Chaining: menulis hal-hal yang dianggap penting dalam sebuah
cacatan kecil.
c) Browsing: suatu kegiatan mencari informasi yang terstruktur atau semi
terstruktur.
d) Diferentiating: pembagian atau reduksi data atau pemilihan data,
mana yang akan digunakan dan mana yang tidak diperlukan.
e) Monitoring: selalu memantau atau mencari
berita-berita/informasi-informasi yang terbaru (up to date)
f) Extrating: mengambil salah satu informasi yang berguna dalam
sebuah sumber informasi tertentu. Misalnya, mengambil salah satu file
dari sebuah world wide web (www) dalam dunia internet.
g) Verifying: mengecek ukuran dari data yang telah diambil
h) Ending: akhir dari pencarian
Menurut Kuhlthau dalam Laloo (2002: 16), disebutkan bahwa
mempelajari perilaku pencarian informasi mahasiswa yang melakukan tugas
penelitian, merumuskan model yang menggambarkan pola umum dari tugas,
perasaan, pikiran dan tindakan di bagi dalam enam tahap yaitu:
b. Seleksi: untuk mengidentifikasi topik umum
c. Eksplorasi: untuk menyelidiki informasi tentang topik umum
d. Perumusan: untuk merumuskan perspektif yang difokuskan
e. Koleksi: untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan fokus
f. Persentation: untuk menyelesaikan pencarian informasi
Wilson dalam Laloo, (2002: 17), mengungkapkan dalam bukunya
yang berjudul Information Need, Information Seeking Behavior and User,
bahwa di sisi lain perilaku mencari informasi muncul sebagai konsekuensi
dari kebutuhan yang dirasakan dan diperlukan oleh pengguna informasi.
Sebab itu untuk memenuhi kebutuhannya terdapat suatu tuntutan kepada
sumber informasi formal atau informal atau jasa, yang menghasilkan
keberhasilan atau kegagalan untuk menemukan informasi yang relevan .
Jika berhasil, individu kemudian memanfaatkan informasi yang ditemukan
dan mungkin baik lengkap maupun sebagian memenuhi kebutuhan yang
dirasakan, jika ia gagal untuk memenuhi kebutuhan itu, ia harus mulai
mencari lagi.
2.4. Batik
2.4.1. Pengertian Batik
Batik menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah salah satu cara
pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada 2 hal, yaitu
yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk
penggunaan motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional), berarti kain yang digambar secara
khusus dengan cara menuliskan malam pada kain dan pengolahannya
diproses dengan cara tertentu. Menurut Doelah dalam Indrojarwo (2011)
batik adalah produk tekstil yang dibuat dengan teknik celup rintang dalam
penerapan desainnya, dengan mempergunakan bahan perintang lilin batik
dan menampilkan ragam–ragam hias khas batik ataupun ragam hias etnis
Indonesia. Kata “batik” adalah asli Indonesia, walaupun konsepnya
dipengaruhi oleh bahasa Mesir dan India. Batik dikenal selama lebih dari
satu millennium dari beberapa bukti kain yang didekorasi dengan teknik
yang sama pada abad-abad awal Masehi di beberapa daerah Afrika Barat,
Timur Tengah dan Asia.
2.4.2. Jenis Batik
Menurut sejarahnya, batik merupakan barang seni yang memiliki
kultural unik. Batik dapat memberikan kesan dan derajat seseorang yang
memakainya, pada zaman dahulu batik digunakan oleh kaum kerajaan dan
menjadi simbol keagungannya, sekarang batik bisa dipakai oleh siapa saja
Menurut Doellah (2002) dalam Maziyah (2007: 13) diungkapkan
bahwa batik memiliki beberapa jenis, baik dilihat menurut gaya desain, gaya
spesifik daerah, penggunaannya, maupun teknik pembuatannya.
Gaya desain merupakan peleburan dari penataan ornamen-ornamen dan pewarnaan yang memiliki nilai estetika, falsafah hidup, dan kealamiahan dari lingkungan tempat batik tersebut tumbuh. Ada dua desain batik yang secara garis besar membedakan batik tersebut, yaitu batik dengan desain geometris dan nongeometris. Desain geometris adalah suatu bentuk integrasi dari garis lurus, segi empat, segitiga, trapesium, garis paralel, lingkaran, dan diagonal. Contoh desain geometris meliputi desain ceplok, parang, lereng, dll. Adapun desain nongeometris terdiri dari semen, lunglungan, buketan, pinggiran, dan desain spesial. Ornamen karakteristik dari desain ini contohnya adalah gunungan, bunga dengan kupu-kupu, binatang, dan tumbuhan. (Maziyah, 2007: 14)
2.4.3. Batik sebagai Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat
Menurut Philip Kotler (1987) dalam Hasanudin (2001: 197)
menyatakan bahwa keanekaragaman corak, ragam hias dan motif, serta
temuan teknologi untuk pengembangan struktur tenun, benang dan serat, zat
perwarna dan proses penyempurnaannya, dan pengembangan fungsi, semua
itu menggambarkan bahwa kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap
produk batik berkembang sangat dinamis. Kedinamisan ini adalah
penggerak utama tata niaga batik, yang mengarah pada pemasaran yang
lebih luas. Ini sangat menentukan bahwa produksi batik dan motif yang
beragam menjadikan pengrajin batik Pekalongan berbondong-bondong
untuk mempersembahkan karya membatik yang semakin modern gaya dan
ragam hias batik agar kebutuhan masyarakat terpenuhi. Untuk itu perlu
pada khususnya untuk mengetahui berbagai motif batik Pekalongan yang
ada dan yang berkembang saat ini, sehingga selalu up to date dalam
menyajikan karya seni yang sangat unik. Sebagian masyarakat memang
menganggap batik hanyalah selembar kain yang tidak jauh halnya dengan
kain-kain produk pabrik lainnya, yang dapat dijadikan pakaian. Tetapi,
sebetulnya dalam lingkungan masyarakat tertentu, khususnya masyarakat
Jawa batik dapat mencerminkan kedudukan, keadaan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam corak dan warna batik tertentu. (Nurrohmah, 2009: 27).
Menurut Nurrohmah, (2009: 29) menuturkan bahwa perkembangan
corak batik Pekalongan tidak lepas dari faktor sosial budaya masyarakat
pendukungnya. Kebaradaan batik Pekalongan tidak hanya sebagai
kebutuhan sandang saja, tetapi sudah merambah secara luas untuk
pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan kerajinan atau produk cendera
mata.
Dalam penelitian ini akan diungkapkan informasi apa yang diperlukan
pengrajin batik untuk saling berlomba-lomba maju dalam mendapatkan
keuntungan dan ketertarikan pelanggan batik serta dalam sektor
penjualannya serta bagaimana pencarian informasinya. Hal ini diperlukan
untuk menjawab mengapa ada kebutuhan yang mendesak untuk
mempelajari kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi
2.5. Penelitian Terdahulu
1. Tesis berjudul Studi Tentang Kebutuhan dan Pencarian Informasi bagi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) dan
Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang, oleh Sri Ati
Suwanto, Program Studi Ilmu Perpustakaan UI Jakarta, tahun 1997.
Dari penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan kebutuhan dan
pencarian informasi yang dilakukan oleh Dosen FK Undip dengan
UNISULA. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan jenis
informasi, media dan sumber informasi yang digunakan oleh Dosen
FK dalam mengajar perkuliahan. Sri-Ati (1997) dalam penelitiannya
menggambarkan dan menganalisis kebutuhan dan pencarian informasi
yang digunakan untuk mengajar pada tahap pengembangan
instruksional atau tahap persiapan bagi dosen kedokteran di dua
perguruan tinggi yang berbeda. Hasil penelitian mengungkap bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kebutuhan jenis
informasi ditinjau dari latar belakang pendidikan dan tugas mengajar
dosen dan tidak ada perbedaan antara lain dari segi media informasi,
sumber informasi yang dibutuhkan, serta tidak ada perbedaan dari
strategi yang digunakan dalam pencarian dan cara perolehan
informasi.
2. Skripsi berjudul Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peneliti:
Studi kasus di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia oleh
Budaya Universitas Diponegoro Semarang, tahun 2012. Pada
penelitian ini diteliti bagaimana kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi oleh para peneliti di Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia. Diketahui dari penelitian tersebut bahwa dalam mencari
informasi dan memenuhi kebutuhan informasinya para peneliti
mencari informasi secara berulang setiap saat untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang mereka butuhkan untuk membuat makalah,
telaahan dan resume guna mendukung hasil putusan hakim
Mahkamah Konstitusi, dan melakukan pencarian informasi dengan
didukung oleh kondisi lingkungan kerja yang akan memunculkan
dorongan berupa sikap untuk mencari informasi yang dibutuhkan baik
secara aktif maupun pasif dalam melakukan pencarian informasi.
3. Jurnal berjudul Kebutuhan Informasi Siswa SMA dan Ketersediaan
Sumber Informasi pada Perpustakaan SMA di Surabaya oleh Dessy
Harisanty Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fisip Unair.
Jurnal Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Tahun 1, Nomor 1,
Juni-Nopember 2009. Pada penelitian ini diteliti bagaimana kebutuhan
informasi para siswa SMA dan bagaimana ketersediaan Sumber
Informasi pada Perpustakaan SMA di Surabaya untuk memenuhi
kebutuhan informasi siswanya. Diketahui bahwa kebutuhan informasi
siswa memiliki porsi yang berbeda-beda. Bagi siswa SMA mereka
lebih membutuhkan informasi terkait personal dibandingkan
lingkungan. Kebutuhan informasi siswa SMA tersebut perlu mendapat
respon dari perpustakaan sekolah, salah satunya melalui ketersediaan
sumber informasi. Perpustakaan sekolah dinilai baik dalam
menyediakan sumber informasi meskipun nilai rata-rata masih kurang
dari kebutuhan informasi siswa.
4. Penelitian Laloo dalam bukunya berjudul Information Need,
Information Seeking Behavior and User pada tahun 2002. Salah satu
pembahasan tentang kebutuhan informasi dan perilaku pencarian
informasi dalam bisnis.
Kegiatan yang dilakukan dalam berbisnis biasanya berupa transaksi
membeli dan menjual, perdagangan, industri dan transaksi komersial.
Mereka melibatkan wanita dalam kegiatan berbisnis dalam hal ini
juga karena wanita mengerti tentang proses bisnis dan wirausaha.
Menurut Laloo (2002: 33) informasi merupakan unsur yang sangat
penting untuk masing-masing dari bagian sektor dalam berbisnis.
Berdasarkan uraian dari penelitian yang sudah dilakukan di atas,
disampaikan bahwa dalam penelitian kebutuhan informasi dan perilaku
pencarian informasi ini berbeda-beda setiap individu dan status pendidikan
serta status sosialnya, karena manusia memiliki kebutuhan informasi yang
berbeda-beda pula. Kebutuhan informasi yang diperlukan karena adanya
kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru
yang perlu dimiliki sebagai tuntutan kebutuhan informasi yang harus
Sedangkan dalam penelitian yang sudah dilakukan diatas menjelaskan
bahwa perilaku pencarian informasi setiap manusia juga berbeda-beda. Ini
dikarenakan dalam menyusuri informasi mereka mempunyai cara
sendiri-sendiri dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya. Dalam penelitian
ini mengacu pada kebutuhan dan perilaku pencarian informasi pengrajin
batik tulis Pekalongan. Untuk itu perlu adanya penelitian yang akan
dilakukan ini untuk memberikan gambaran tentang apa saja kebutuhan
informasi para pengusaha batik Pekalongan dalam menjalankan kegiatan
membatik mereka, dan bagaimana cara mereka dalam menemukan
informasi yang diperlukan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari untuk
kebutuhan membatik mereka. Apakah sama dengan penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan ataukah berbeda dalam segala bentuk informasi dan
cara mencari informasinya. Dalam penelitian ini akan diungkapkan
informasi apa yang diperlukan pengrajin batik untuk saling berlomba-lomba
maju dalam mendapatkan keuntungan dan ketertarikan pelanggan batik serta
dalam sektor penjualannya. Hal ini diperlukan untuk menjawab mengapa
ada kebutuhan yang mendesak untuk mempelajari kebutuhan informasi dan
perilaku pencarian informasi komunitas bisnis.
Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
sama-sama membahas tentang kebutuhan informasi dan perilaku pencarian
informasi. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang
sudah pernah dilakukan adalah bahwa dalam penelitian ini, peneliti akan
informan penelitian, yang akan meneliti tentang bagaimana kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi para pengrajin batik tulis Pekalongan di
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis dan desain penelitian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
desain penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan
studi kasus. Penelitian deskriptif memberikan gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti, berhubungan
dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti.
Penelitian deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, berupa bentuk, aktivitas,
karekteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara gejala
yang ditemukan.
Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
karena peneliti akan lebih menekankan analisis pada proses penyimpulan
induktif serta memperoleh deskripsi mengenai bagaimana kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi pengrajin batik tulis Pekalongan di Kecamatan
Wiradesa Kabupaten Pekalongan sehingga pembahasannya harus kualitatif
atau menggunakan uraian kata-kata. Sedangkan bentuk penelitian ini adalah
studi kasus. Menurut Santoso (2005: 30) Studi kasus adalah penelitian ini
individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat tertentu, tentang latar
belakang, keadaan sekarang atau interaksi yang terjadi di dalamnya.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengarah pada
kehidupan sehari-hari para pengrajin batik tulis Pekalongan yang dalam
kegiatannya memproduksi batik memerlukan informasi yang digunakan
dalam mendukung semua aktivitas yang berkaitan dengan mengembangan
produksi batik tulis melalui berbagai variasi ragam hias batik, dan
menampilkan gaya baru motif batik untuk mengikuti perkembangan
teknologi dan perkembangan zaman. Untuk itu penelitian ini menggunakan
desain penelitian kualitatif yang dapat secara lebih mendalam mengetahui
bagaimana kebutuhan dan perilaku pencarian informasi oleh para pengrajin
batik tulis di daerah Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1. Subjek dan Objek
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengrajin batik tulis
Pekalongan di kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Objeknya
adalah kebutuhan dan cara mereka mencari informasi yang dibutuhkan
untuk mengembangkan produksi dan memperkaya pengetahuan tentang
motif dan variasi batik Pekalongan.
3.2.2. Informan
Informan yang akan diwawancarai ada lima (5) orang pengrajin batik
tulis Pekalongan. Penelitian ini akan membahas tentang kebutuhan dan
Wiradesa Kabupaten Pekalongan, dan yang dimaksud dengan pengrajin
batik dalam penelitian ini adalah orang atau pengrajin batik Pekalongan
yang memproduksi batik tulis. Informan yang peneliti pilih ini untuk
memberikan penjelasan tentang bagaimana perkembangan informasi mereka
tentang batik tulis dan hagam hiasnya, sehingga dapat membuat suatu
keputusan untuk bagaimana mencari informasi yang dibutuhkan untuk
menjawab dari apa yang menjadi kebutuhan informasi mereka. Berikut
informan yang terlibat dalam penelitian:
3.3. Variabel dan Indikator
Variabel dalam penelitian ini adalah kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi pengrajin batik tulis Pekalongan di Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan.
Adapun indikator dari penelitian ini adalah:
a. Tujuan pengrajin batik tulis Pekalongan mencari informasi.
b. Jenis informasi.
c. Bentuk informasi.
d. Pemanfaatan informasi.
e. Media yang digunakan untuk mencari informasi.
f. Dimana mencari informasi.
g. Bagaimana melakukan pencarian informasi.
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan dengan pemetaan para pengrajin batik tulis di daerah
Pekalongan yang sudah terdaftar secara resmi. Waktu penelitian
berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Mei – Juli 2013.
3.5. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data mencakup sumber data
primer dan sumber data sekunder yang akan mendukung dalam penemuan
data di lapangan dan data yang relevan dengan penelitian ini menyangkut
sumber data dari primer dan sekunder, peneliti juga menggunakan sumber
data tambahan dari foto, karena foto yang akan ditampilkan merupakan
gambaran di lapangan yang akan menguatkan data. Sumber data utama dari
penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diteliti
dan diwawancarai, responden dalam penelitian ini adalah para pengrajin
batik tulis Pekalongan. Menurut Moleong (2011: 157) menyatakan bahwa
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman
video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.
3.5.1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber yang merupakan bagian dari atau
langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah. Sulistyo-Basuki (2006:
102).
Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau
data baru, dalam penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara kepada
informan. Dalam hal ini informan yang dimaksud adalah para pengrajin
batik tulis Pekalongan di wilayah Kecamatan Wiradesa yang merupakan
data langsung di lapangan tempat produksi batik tulis Pekalongan, dari hasil
wawancara dan dokumen yang ada. Dengan melakukan observasi secara
lebih mendalam diharapkan peneliti akan mendapatkan informasi yang
3.5.2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah bukti berupa dokumen atau rekaman
lain yang memberikan bukti mengenai atau tentang sesuatu yang telah
terjadi, misalnya notulen rapat, sinopsis diskusi, debat, laporan surat kabar,
biografi, dan sejarah yang ditulis oleh sejarahwan lain. Sulistyo-Basuki
(2006: 103).
Data sekunder ini akan mengambil dokumen dari berbagai sumber
informasi tentang batik tulis Pekalongan, serta melihat berbagai motif
batik-batik yang bervariasi dari masa kemasa, ini bisa dilihat dari museum batik-batik
Pekalongan yang sudah mengumpulkan berbagai jenis dan variasi motif
batik Pekalongan itu sendiri, sehingga diharapkan dapat membantu dalam
memenuhi kebutuhan informasi dalam penelitian.
3.5.3. Foto
Foto dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena
dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif
yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induksi. Foto digunakan
sebagai sumber data yang valid. Foto sebagai data atau sebagai pendorong
ke arah menghasilkan data, ini untuk melengkapi informasi yang ditemukan.
Foto ini akan mengambil tentang berbagai motif batik tulis Pekalongan yang
khas dan mengambil gambaran kegiatan membatik serta cara mengolah
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Wawancara, yaitu kegiatan mewawancara dengan Informan agar
mendapatkan informasi dan jawaban-jawaban dari permasalahan yang
ada, agar menjadi acuan dalam penyusunan penelitian ini. Menurut
Moleong (2011: 186) maksud mengadakan wawancara adalah untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain untuk memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain.
Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara
dilakukan untuk mengetahui tentang, (1) bagaimana perasaan
seseorang, (2) pengalaman apa yang dipunyai seseorang, (3) apa yang
diingat seseorang (4) apa motivasi seseorang, dan (5) apa alasan
seseorang melakukan sesuatu. Santoso (2005: 70). Wawancara
memerlukan syarat penting yaitu terjadinya hubungan yang baik dan
demokratis antara responden dengan penanya.
Fungsi wawancara menurut Santoso (2005: 73) adalah :
a. Mendapatkan informasi langsung dari informan.
b. Mendapatkan informasi ketika metode lain tidak dapat dipakai.
c. Menguji kebenaran dari metode observasi maupun kuesioner.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terbuka dan
tentang informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi data tentang
kebutuhan dan perilaku pencarian informasi pengrajin batik tulis
Pekalongan.
2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung ke tempat
penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka menyusun penelitian ini. Menurut Moleong, (2000: 126)
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung dengan
melihat, mengamati, mencacat peristiwa yang berkaitan. Pada waktu
observasi di lapangan peneliti akan membuat catatan lapangan yang
berguna sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dicium, dan diraba pada saat berada di lapangan tempat
penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti meneliti langsung
di tempat penelitian yaitu di daerah Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan.
3. Dokumen, yaitu melengkapi berbagai literatur yang relevan dengan
penelitian yang peneliti lakukan untuk mendukung hasil dari
penelitian ini. Dokumen yang dimaksud adalah pengumpulan data
yang diperoleh melalui literatur-literatur, dokumen-dokumen,
surat-surat yang ada hubungannya dengan topik yang akan dibahas. Metode
ini dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan pustaka yang
berkaitan dengan judul penelitian ini. Bahan-bahan pustaka tersebut
mencakup tentang batik tulis Pekalongan dengan sejarah dan
aktifitas para pengrajin batik tulis Pekalongan dalam kegiatan
sehari-hari, termasuk cara memenuhi kebutuhan informasi mereka. Foto-foto
merupakan bukti yang nyata dan falid. Dokumen-dokumen yang
diperlukan akan dicari di museum batik Pekalongan dan koleksi dari
para pengrajin batik tulis Pekalongan yang menjadi informan,
sehingga diharapkan peneliti bisa mendapatkan jawaban dari
penelitian mengenai kebutuhan dan perilaku pencarian informasi
pengrajin batik tulis Pekalongan.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dikenalkan pada semua
data yang terkumpul dan bertujuan untuk mengatasi fenomena sehingga data
menjadi rapi dan teratur. Tujuan utama analisis data adalah
mengorganisasikan data. Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan,
hasil observasi, dan hasil studi pustaka dan sebagainya. Analisis data
merupakan bagian yang sangat penting, karena dapat memberikan arti dan
makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menurut
Moleong (2011: 247) proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen
resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus
dalam penelitian ini , yaitu reduksi data, kategorisasi data, klasifikasi data,
penyajian data, dan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah membuat rangkuman yang inti, proses, dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
didalamnya, mengambil informasi yang dianggap penting dan
berkaitan dengan penelitian dan membuang kata-kata yang dirasa
tidak penting. Analisis data dimulai dengan membuat transkrip
wawancara dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara,
kemudian didengar kembali dan ditulis berdasarkan kata-kata yang
didengar dari rekaman wawancara tersebut, ditulis apa adanya sesuai
dengan hasil pembicaan informan. Menurut Moleong (2011: 288)
reduksi data adalah mengidentifikasi satuan (unit) bagian terkecil yang
ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan
fokus dan masalah penelitian. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema polanya. Dengan begitu data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila
diperlukan. Dalam penelitian ini akan mereduksi data dari hasil
wawancara para pengrajin batik tulis Pekalongan sebagai informan
yang akan memberikan informasi secara lebih mendalam tentang
batik tulis Pekalongan. Wawancara para informan akan direkam dan
akan didengarkan kembali untuk mendapatkan keterangan yang asli
tanpa direkayasa, sehingga diharapkan peneliti akan mendapatkan
hasil penelitian yang diharapkan.
2. Kategorisasi
Kategorisasi menurut Moleong (2011: 288) merupakan penyusunan
kategori. Kategori adalah salah satu tumpukan dari seperangkat
tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau
kriteria tertentu. Kategorisasi yaitu upaya memilah-milah setiap satuan
ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Setiap kategori
diberi nama yang disebut label. Selanjutnya Lincoln dan Gube
menjelaskan dalam Moleong (2011: 252) mengenai tugas pokok
kategorisasi adalah:
a. Mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam
bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan.
b. Merumuskan aturan yang menetapkan inklusi setiap kartu pada
kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan
data.
c. Menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan
lainnya mengikuti prinsip taat asas.
Dalam penelitian ini, dibagi-bagi data yang telah diperoleh tersebut
harus dipilah sesuai dengan kesamaan kepentingan, sehingga dapat
penelitian ini peneliti mefokuskan pada mengategorisasikan data
wawancara dan observasi lapangan yang akan dilakukan di tempat
penelitian dengan mengedepankan informasi tentang bagaimana
kebutuhan dan pencarian informasi oleh para pengrajin batik tulis
Pekalongan untuk mencari variasi baru tentang gaya dan trend batik
serta untuk melestarikan batik Pekalongan itu sendiri.
3. Klasifikasi
Setelah satuan diperoleh dengan kategorisasi, maka langkah
berikutnya adalah tahap klasifikasi dengan membuat koding.
Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan agar
supaya tetap dapat ditelusur data/satuannya berasal dari sumber mana
sehingga memudahkan pada saat akan menemukan kembali data
tersebut. Tahap klasifikasi ini merupakan tindakan untuk bisa
membuat perbandingan yang bermakna antara setiap bagian dari data.
Dengan memilah-milah data itu dan memadukannya kembali agar
menghasilkan sesuatu yang dapat dianalisis. Klasifikasi ini
memudahkan peneliti mengenali satuan-satuan data yang terkumpul
sehingga dapat dimanfaatkan kembali saat diperlukan. Pada penelitian
ini akan diklasifikasikan data-data yang terkumpul selama penelitian
dari transkrip wawancara dengan informan dalam hal ini pengrajin
batik tulis Pekalongan agar dapat dibedakan data satu dengan data
menjadi makna yang dapat dianalisis peneliti sesuai aturan, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan data yang akurat.
4. Penyajian Data
Setelah data diklasifikasi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sebagainya.
Penyajian data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan
dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya
masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber
tulisan maupun dari sumber pustaka dikelompokkan, selain itu juga
menyajikan hasil wawancara para pengrajin batik tulis Pekalongan
untuk memudahkan dalam menemukan apa kebutuhan dan bagaimana
perilaku pencarian informasi mereka.
5. Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
dalam penelitian ini akan mengungkapkan apa saja kebutuhan dan
bagaimana perilaku pencarian informasi para pengrajin batik tulis
Pekalongan, sehingga penelitian ini mampu memberikan sumbangan
39
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan secara rinci tentang karakteristik daerah
penelitian dan profil pengrajin batik tulis Pekalongan. Karakteristik daerah
penelitian meliputi lokasi dan potensi daerah. Profil pengrajin batik tulis
meliputi keluarga dan pengalaman berbisnis dalam menjalankan usaha, serta
pengetahuan informasi tentang ragam hias batik dan motif yang dipakai
dalam usaha pembatikan ini, selain itu juga akan diuraikan tentang
jenis-jenis batik yang ada.
Kecamatan Wiradesa merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Pekalongan yang terletak di jalur Pantai Utara Jawa (Pantura), yaitu pada
ketinggian 4-6 mdpl. Kecamatan Wiradesa berbatasan dengan Kecamatan
Wonokerto di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Tirto, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong, dan sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Siwalan. Luas daerah keseluruhan
kecamatan ini seluas 1.270.277 Ha. Secara administratif Kecamatan
Wiradesa memiliki 5 kelurahan dan 11 desa (Katalog Pemerintah
Kecamatan Wiradesa, 2012). Kelurahan dan Desa di Kecamatan Wiradesa,
tersebut yaitu 5 (Lima) Kelurahan meliputi Kelurahan Bener, Pekuncen,
Kemlong, Kauman, Bondansari, Kampil, Waru Lor, Waru Kidul, Wiradesa,
Kadipaten, Delegtukang, Petukangan, Karangjati.
Data resmi pemerintah Kecamatan Wiradesa (Direktori Industri
Pengolahan, Kab. Pekalongan, 2009) menyebutkan jumlah penduduk pada
tahun 2012 sebanyak 64.072 jiwa, terdiri dari 32.020 laki-laki dan 32.052
perempuan. Banyaknya kepala keluarga menurut status pekerjaan sejumlah
13.162 kepala keluarga yang bekerja, dan 1.251 kepala keluarga yang tidak
bekerja. Sedangkan sektor industri pengolahan menempati urutan pertama
sebagai mata pencaharian penduduk usia di atas 15 tahun, dengan perincian
seperti tabel berikut:
Tabel 4.1.1. Mata Pencaharian Penduduk Usia di Atas 15 Tahun di
Kecamatan Wiradesa
Sektor Ekonomi Jumlah Pekerja > 15 Tahun
Industri Pengolahan 10.417
Perdagangan 7.717
Jasa 4.902
Pertanian Pangan 2.188
Peternakan 575
Perikanan 348
Perkebunan 203
Keuangan 16
Lain-lain 6.300
Tabel 4.1.2. Perekonomian di Kecamatan Wiradesa
1. Industri
a. Industri Kecil 288 unit
Tenaga Kerja 2.588
unit
b. Industri Besar 6 unit
Tenaga Kerja 2.959
unit
c. Industri Rumah Tangga 2.674
unit
Tenaga Kerja 4.394
unit
2. Perdagangan
a. Industri Perdagangan
Menengah
435 unit
Tenaga Kerja 495 unit
b. Sarana Perdagangan
Pasar Lokal 1 buah
Pasar Regional 1 buah
Pasar Swalayan 5 buah
Pasar Grosir 2 buah
Tabel 4.1.3. Produk unggulan di Kecamatan Wiradesa adalah:
Produk Unggulan Lokasi
1. Kerajinan Batik Semua Kelurahan dan Desa
2. Pembuat Tahu Ds. Kadipaten, Ds. Wiradesa, Kel. Pekuncen
3. Pertanian Padi Ds. Kadipaten, Ds. Waru Kidul, Ds. Warulor
4. Kerajinan Rumah Ds. Kemlong (dari kantong bekas)
4.2. Batik Pekalongan
4.2.1. Warisan Budaya Tak Benda (Cultural Heritage)
Saat ini batik sudah menjadi suatu karya seni yang diakui dunia sejak
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation
(UNESCO) pada tanggal 2 Oktober 2009 telah menetapkan batik sebagai
cultural heritage yaitu warisan budaya tak benda, yang dimaksud dengan
cultural heritage adalah yang tergolong dalam monumen, kelompok
bangunan, dan situs, batik merupakan budaya tak berbenda. Yang dimaksud
dengan monumen antara lain hasil karya arsitektural, hasil karya patung dan
lukisan yang monumental. Elemen atau struktur alam yang arkeologis,
naskah, gua dan kombinasi fiturnya, dimana nilainya bersifat universal, baik
dari sudut pandang sejarah, seni sekelompok bangunan yang saling
berhubungan maupun yang terpisah, baik karena bentuk arsitekturnya,
keseragamannya dalam suatu lanskap, atau nilainya yang secara universal
sangat hebat, baik dari segi sejarah, seni maupun ilmu pengetahuan. Untuk
situs, yang tergolong di dalamnya adalah hasil karya manusia atau
kombinasi antara alam maupun karya manusia, dan area-area seperti situs
bersejarah yang nilainya secara universal tergolong hebat, baik dari segi
sejarah, estetika, etnologis maupun antropologis.
Masih menurut UNESCO (2 Oktober 2009) dalam Pesona batik 2012,
bahwa cultural heritage terdiri dari tangible cultural heritage (materiil
cultural heritage) dan Intangible cultural heritage (Immateriil cultural
yang dapat dipindahkan (lukisan, patung, koin, naskah kuno); 2) warisan
budaya yang tidak dapat dipindahkan (monumen, situs arkeologis); 3)
warisan budaya di bawah air (kapal karam, situs dan reruntuhan di bawah
air). Sedangkan Intangible cultural heritage terdiri atas tradisi lisan, seni
pertunjukan, ritual.
4.2.2 Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia
dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad
ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad
ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak
daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan
kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh
pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. (Batik Indonesia, 2012)
Seni batik adalah seni gambar di atas kain untuk pakaian yang
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan
hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka seni batik
ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing, sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari
tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanah lumpur.
4.2.3. Sejarah Batik Pekalongan
Sejarah batik pekalongan, meskipun tidak ada catatan resmi kapan
batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah
ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di
Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil
berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah
perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering
disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya
peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak
yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah
Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan
pengikutnya mengembangkan batik. Ke timur batik Solo dan Yogyakarta