• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM_06748de473_Cover,Kata PengantarBAB I PENDAHULUAN.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM_06748de473_Cover,Kata PengantarBAB I PENDAHULUAN.pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur yang merupakan

cita-cita yang digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025, akan dapat tercapai dengan melaksanakan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan dan salah satunya adalah melalui program permukiman tanpa kumuh.

Kawasan pemukiman tanpa kumuh akan dapat terwujud dengan tersedianya sarana dan

prasarana infrastruktur yang memadai, berkualitas dan meski dikelola secara profesional,

kredibel, mandiri, dan efisien. Disamping itu, pembangunan di sektor air minum dan

sanitasi juga diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan juga merupakan sebuah upaya

untuk pengentasan kawasan kumuh pada suatu kawasan (Amanat RPJPN 2005-2025 &

RPJMN 2015-2019). Hal ini ditekankan kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN 2015 -2019) yang menyatakan bahwa salah satu arahan

kebijakan dalam pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan

aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai.

Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait dengan pembangunan infrastruktur

permukiman merupakan amanah sekaligus tanggung jawab bersama pemerintah

kota/kabupaten sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan

Pemerintahan daerah Kota/Kabupaten dijabarkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota

berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya,

sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas

pembangunan infrastruktur fisik di Indonesia. Hal ini senada dengan prinsip kebijakan

desentralisasi yang berlaku di indonesia, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih

berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat sehingga dapat

memberikan manfaat yang sebesar - besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu

(2)

mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah

pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan

Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan dan

standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah

kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya

yang diberi nama Rencana Terpadu Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang

Cipta Karya. RPIJM ini dikembangkan sebagai upaya dalam melaksanakan pembangunan

infrastruktur secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu,

efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

seluruh masyarakat. Dan penyusunan dokumen RPIJM perlu mempertimbangkan

kemampuan keuangan, kelembagaan daerah serta dampak pembangunan infrastruktur

terhadap lingkungan daan kondisi sosial daerah setempat. Dengan adanya

Penyusunan Review RPIJM, diharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat

menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan

pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan

pencapaian sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya serta mereview dan

mengevaluasi program /kegiatan yang telah diusulkan pada penyusunan RPIJM

tahun-tahun sebelumnya namum belum ada realisasi pencapaiannya.

1.2 PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya/ RPIJM

Bidang Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur

bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada

rencana tata ruang, serta ditujukan untuk menjamin keberlangsungan kehidupan

masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya

yang berkelanjutan. Dokumen RPIJM disusun pada tiap-tiap Kota/Kabupaten dan bersifat

multi sektoral, multi stakeholder dan multi pendanaan. Penyusunan RPIJM bersifat

multisektor diartikan bahwa RPIJM meliputi berbagai sektor di lingkungan Cipta Karya

(3)

Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan. Penyusunan RPIJM bersifat

multistakeholder k a r e n a d a l a m p e n y u s u n a n R P I J M m e l i b a t k a n b e b e r a p a

s t a k e h o l d e r t e r k a i t b a i k i t u p e m e r i n t a h k o t a / k a b u p a t e n , p e m e r i n t a h

p r o p i n s i d a n p e m e r i n t a h s e r t a m a s y a r a k a t d a n d u n i a u s a h a l a i n n y a

s e s u a i d e n g a n k e w e n a n g a n d a n p e r a n a n n y a m a s i n g - m a s i n g . S u m b e r

p e m b i a y a a n R P I J M tidak hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia usaha dan masyarakat,

atau dapat dikatakan bahwa sumber pembiayaan untuk pendukung kegiatan RPIJM

bersifat multi pendanaan.

RPIJM Sebagai sebuah dokumen teknis meski menampung aspirasi pemangku

kepentingan lokal /aspirasi masyarakat, berpegang pada kebijakan spasial dan sektoral

yang berskala nasional, provinsi dan daerah, sehingga dalam penyusunan dan pelaksanaan

program kegiatan yang tertuang di dalam RPIJM terdapat sinkronisasi dan integritas

antara program yang ada di daerah dan pusat guna mewujudkan keterpaduan

pembangunan yang layak dan berkelanjutan. Disamping itu, yang tidak kalah penting

adalah dalam penyusunan RPIJM juga meski memperhatikan kebijakan dan strategis

perkotaan nasional dan kebijakan strategis perkotaan yang ditetapkan pada daerah

kota/kabupaten, sehingga RPIJM yang disusun dapat menjadi sebuah dokumen teknis

operasional pembangunan infrasturktur di bidang cipta karya yang telah sesuai dengan

dokumen rencana yang ada dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai dengan

kebutuhan dan kapasitas daerah. Dengan demikian RPIJM yang disusun akan sesuai

dengan sistem perencanaan daerah dan sistem perencanaan pembangunan yang ada di

(4)

Gambar 1.1

Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Dari gambar 1.1 diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penyusunan RPIJM

Bidang Cipta Karya dan bidang ke- PU an selain mengacu pada rencana spasial dan arah

pembangunan nasional/pusat, namun juga terintegrasi dengan rencana sektoral bidang

cipta karya seperti Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategis

Sanitasi Kota (SSK) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk

mewujudkan keterpaduan antara pembangunan yang layak dan berkelanjutan.

1.3 KETERKAITAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA DENGAN RPIJM BIDANG PEKERJAAN UMUM

RPIJM adalah rencana program dan kegiatan pembangunan infrastruktur tahunan

dalam rentang periode antara tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan dan

(5)

dilaksanakan dan dibiayai pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah daerah,

maupun oleh masyarakat/dunia usaha dan berorientasi pada beberapa sektor

pembangunan di bidang cipta karya. Arah kebijakan, rencana dan indikasi program

kegiatan terkait dengan bidang cipta karya yang tercantum dalam RTRW, RPJMD,

RPIJM-PU dan Perda Bangunan Gedung merupakan acuan dasar integrasi rencana

pembangunan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Keterkaitan antara RPIJM

Bidang Cipta Karya dang RPIJM-PU dapat dilhat pada Gambar 1.2 berikut ini :

Gambar 1.2

Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM

Bidang Pekerjaan Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah

Dari Gambar 1.2 diatas dapat disimpulkan bahwa RPI2JM Bidang Cipta Karya

merupakan sebuah dokumen teknis yang meski berintegrasi dan sinkron dengan arah

kebijakan pengembangan permukiman yang ada pada skala daerah dalam bentuk

rencana induk pada beberapa sektor (RISPAM, SSK, RTBL) dan tetap mengacu pada dokumen RPIJM Pekerjaan Umum. Seluruh dokumen yang terkait dan digunakan sebagai

acuan dasar dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya meski memuat rencana

(6)

usaha/swasta, swadaya masyarakat dan bentuk pembiayaan lainnya. Semua rencana

investasi yang tertuang dalam dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya dalam bentuk

rencana program dan kegiatan juga memperhatikan aspek lingkungan, sosial,

kelembagaaan dan kapasitas keuangan daerah dan kemudian disusun dalam matrik

program lima tahunan dan selanjutnya dibagi dalam rencana tahunan.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

RPI2JM sebagai sebuah dokumen teknis yang berisi rencana progam dan kegiatan

jangka menengah di bidang cipta karya. Adapun maksud dan tujuan disusunnya dokumen

RPI2JM ini adalah untuk :

a. Maksud penyusunan dokumen RPIJM

1. Untuk mewujudkan kemandirian pemerintahan kota dalam penyelenggaraan

pembangunan infrastruktur permukiman yang layak dan berkelanjutan;

2. Untuk dapat menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras

dengan tujuan pembangunan nasional.

b. Tujuan penyusunan dokumen RPIJM

Tujuan disusunnya dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya adalah sebagai sebuah

dokumen yang dapat dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran

serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai

sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun

sumber pendanaan lainnya.

1.5 PRINSIP PENYUSUNAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah :

a. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk

rencana investasi yang disusun.

b. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan

permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan

(7)

pengembangan sistem drainase kota, peningkatan kualitas kawasan kumuh

dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan

kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan

penataan bangunan gedung.

c. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan

pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber

pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD

Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah

Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk

barang dan jasa.

d. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta

sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPI2JM maupun pada

saat pelaksanaan program.

e. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah

(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up). Dengan adanya 5 (lima) prinsip penyusunan RPIJM Bidang Cipta karya seperti

diuraikan diatas, diharapakan kemandirian daerah dapat terwujud sehingga pembangunan

infrastruktur secara efektif dan efisien dapat tercapai. RPIJM yang bersifat dinamis,

dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPIJM, sehingga dihasilkan rencana pembangunan

infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan daerah.

1.6 MUATAN DOKUMEN RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

Secara substansi muatan RPIJM Kabupaten/Kota terdiri 8 (Delapan) bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, prinsip penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

(8)

Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisikan arahan konsep perencanaan Bidang Cipta Karya, antara lain

amanat pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, MP3EI, MP3KI, KEK, dan

Direktif Presiden), amanat peraturan perundangan terkait Pembangunan Bidang

Cipta Karya, serta amanat internasional.

Bab 3 Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota

Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP Nomor 26 Tahun 2008), RTRW

Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi

program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi,

maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan

pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini

juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus,

antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota

tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).

Bab 4 Profil Kabupaten/Kota

Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas

administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi,

klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah.

Bab 5 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen

rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Kawasan Permukiman (RP2KP), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),

Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK),

serta penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana Pembangunan pada

(9)

Bab 6 Aspek Teknis Per Sektor

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi

infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman,

rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem

penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP).

Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan

tantangan daerah; analisis kebutuhan; serta usulan program dan pembiayaan

masing – masing sektor.

Bab 7 Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas

Bagian ini merupakan pengelompokan dari usulan aspek teknis per sektor pada

Bab 6 menjadi usulan berdasarkan entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, dan

lingkungan. Khusus untuk entitas kawasan, pemilihan kawasan harus pada

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) sesuai dengan amanat RTRW

Kabupaten/Kota.

Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting

lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta

perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca

pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

Bab 9 Aspek Pembiayaan

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil

investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta

strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

Bab 10 Aspek Kelembagaan Kota

Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan bidang Cipta Karya di

daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek

(10)

analisis permasalahan dan rencana pengembangannya.

Bab 11 Matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPI2JM Kabupaten/Kota dan matriks

keterpaduan program investasi RPI2JM Kabupaten/Kota.

1.7 MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

Mekanisme penyusunan dan penilaian RPI2JM Bidang Cipta Karya diklasifikasikan

dalam 3 (tiga) bagian, yakni : (1) hubungan kerja penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya,

(2) langkah penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, dan (3) Penilaian Kelayakan RPIJM

Bidang Cipta Karya.

1.7.1 HUBUNGAN KERJA PENYUSUNAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya melibatkan

pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah

pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak sebagai pembina, pemerintah provinsi

berperan sebagai fasilitator, dan pemerintah kabupaten/kota merupakan penyusun dari

dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya. Mekanisme penyusunan RPIJM Cipta Karya dapat

dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini :

Gambar 1.3

(11)

Dari Gambar 1.3 diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan melibatkan

seluruh stakeholder pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, diharapkan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat berjalan dengan efisien dan efektif

dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

1.7.2 LANGKAH PENYUSUNAN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya harus mengacu pada dokumen

perencanaan yang ada, baik dokumen pembangunan nasional, perencanaan sektoral,

maupun perencanaan spasial. Langkah-langkah dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta

(12)

Gambar 1.4

Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa seluruh anggota Satgas, baik di tingkat Pusat,

Provinsi, maupun Kabupaten/Kota memiliki peran penting dalam penyusunan RPIJM

Bidang Cipta Karya. Prinsip bottom up planning cukup kental pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ini, agar rencana yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan

infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah, dengan tetap mengacu pada kebijakan

nasional.

1.7.3 PENILAIAN KELAYAKAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Kelayakan suatu dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya perlu dinilai untuk

meningkatkan kualitas substansi dokumen tersebut. Penilaian kelayakan tersebut

menggunakan metode skoring, dimana masing - masing kriteria kelayakan telah

ditetapkan bobot/nilainya. Indikator Penilaian Dokumen RPIJM dinilai dari beberapa

kriteria yaitu:

a. Kelengkapan Dokumen

Penilaian kelengkapan dokumen dilihat dari legalisasi dokumen RPIJM oleh

Bupati/Walikota, dan outline dokumen yang sesuai dengan buku pedoman

penyusunan RPIJM.

b. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota dan Kawasan

Penilaian terhadap kelayakan rencana dilihat dari keterpaduan strategi yang tertuang

pada dokumen perencanaan pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, peraturan

perundangan Bidang Cipta Karya), perencanaan spasial (RTRWN, RTR Pulau,

RTRWP, RTRW KSN, dan RTRW Kabupaten/Kota), dan perencanaan pengembangan

kawasan khusus (MP3EI dan KEK).

c. Kelayakan Program

Penilaian terhadap kelayakan program dalam rencana program investasi sektor

pengembangan permukiman, rencana program investasi sektor PBL, rencana

(13)

d. Kelayakan Lingkungan dan Sosial

Penilaian terkait aspek perlindungan sosial dan lingkungan dalam pembangunan

infrastruktur bidang Cipta Karya.

e. Kelayakan Pendanaan

Penilaian kelayakan dan kesesuaian anggaran untuk program/kegiatan RPI2JM serta

pemanfaatan multi sumber pendanaan.

f. Kelayakan Kelembagaan

Penilaian kelayakan kelembagaan dilihat dari kesiapan kelembagaan untuk menyusun

dan mengelola implementasi RPIJM di daerah.

g. Matriks Program

Penilaian kelayakan kegiatan dilihat dari penetapan prioritas program dan matriks

Gambar

Gambar 1.1Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Gambar 1.2Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM
Gambar 1.3Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Bila secara perhitungan astronomis, rencana penyatuan zona waktu Indonesia tidak mempunyai implikasi yang serius terhadap perhitungan awal waktu salat, maka akan ada

Disamping itu minimnya kontak yang bisa dilakukan dengan anak mengakibatkan setelah terapi bermain hanya sedikit komponen yang bisa berubah, kendala lain dalam

1) Untuk mengetahui variabel tingkat kecerdasan intelektual yang dimiki karyawan berpengaruh pada kinerja karyawan dalam perusahaan. 2) Untuk mengetahui variabel tingkat

Anggapan ini menyebabkan individu retardasi mental yang sebenarnya menyadari penarnpilan dirinya dan berusaha mengembangkan minat heteroseksual, tidak mendapat bimbingan

Tujuan dalam mesin pengupas kulit kelapa muda ini adalah untuk mempercepat produksi untuk mengupas kulit kelapa muda dengan penampilan hasil pengupasan yang lebih menarik saat

Yang dimaksud dengan kontraktor dalam peraturan dan syarat-syarat adalah yang diserahi tugas pelaksanaan pekerjaan, yang disebut sebagai pihak kedua dalam surat

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif untuk menolak perilaku

hubungan yang signifikan antara persepsi karyawan terhadap PKB dengan motivasi. berprestasi