• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIH MENGAMBANG DAN

PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN

PARTAI POLITIK

15-25 MEI 2011

Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528

(2)

Latar belakang

 Pemilu atau Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR masih sekitar 3 tahun lagi.

 Masih sangat terbuka terhadap berbagai kemungkinan.

 Partai-partai yang ada sekarang, yang punya kursi di DPR, mungkin secara umum makin menguat, stabil, atau melemah dalam menarik masa pemilih.

 Mungkin terlalu dini untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada Pemilu 2014.

(3)

Latar belakang

 Tiga kali Pemilu menghasilkan tingkat partisipasi yang terus merosot.  Tiga kali Pemilu menghasilkan tiga partai berbeda yang mendapat

suara terbanyak (PDIP 1999, Golkar 2004, dan Demokrat 2009); juga menghasilkan jumlah partai yang semakin banyak yang punya suara di atas 3%: 5 partai pada 1999, 7 partai pada 2004, dan 9 partai pada 2009. Ini artinya pelaksanaan pemerintahan menjadi semakin rumit karena melbatkan semakin banyak dan kompleknya kekuatan politik elite.

 Ini semua mengindikasikan bahwa hubungan partai dan pemilih sangat lemah. Ini indikasi bahwa pemilih pada umumnya mengambang.

 Pertanyaannya seberapa lemah? Apakah akan muncul partai baru dan akan hilang sejumlah partai yang ada dalam Pemilu 2014 nanti?

 Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dideteksi dari sekarang lewat sejumlah indikator: pilihan partai bila diadakan sekarang, tingkat

komitmen untuk memilih partai tertentu, dan ikatan psikologis pemilih dengan partai tertentu.

3

(4)

Tingkat Partisipasi Memilih dalam Pemilu

dan Pilpres, 1999-2009 (%)

Sumber: KPU

93.3

1999 2004 2009

DPR

(5)

Perolehan suara partai, 1999-2009 (%)

Sumber: KPU

34

PDIP Golkar PKB PPP PAN PKS PD Gerindra Hanura Lain-lain

1999 2009

5

(6)

Perubahan, 1999

2009 (%)

(7)

Latar belakang

 Perubahan dukungan pada partai 1999-2009 pada tingkat agregat adalah selisih perolehan suara partai-partai pada dua Pemilu tersebut. Ada yang mendapat selisih positif, ada ada yang negatif.

 Perubahan dukungan pada partai politik dari Pemilu 1999 ke Pemilu 2009 ternyata sangat besar.

 Kalau dilihat perubahan pada partai 5 besar Pemilu 1999 (PDIP, Golkar, PKB, PPP, dan PAN), perubahan rata-rata sekitar 9% pada masing-masing partai dalam 10 tahun.

 Karena perubahannya negatif, artinya semua dari 5 partai tersebut mengalami penurunan, maka tidak tertutup kemungkinan ada di

antara partai-partai itu yang akan hilang (tidak lolos treshold) dalam Pemilu 2014 bila tidak ada upaya untuk mengentikan penurunan suara itu.

 Hilangnya suara mereka bisa karena pindah ke partai lain, atau partai baru, atau menjadi Golput.

 Kemungkinan perubahan itu terlihat dari sentimen pemilih pada partai bila pemilihan anggota DPR dilaksanakan sekarang.

7

(8)

Metodologi

• Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

• Sampel: Jumlah sampel sekitar 1.220 Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.

• Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden

• Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

• Waktu wawancara lapangan 10-25 Mei 2011.

(9)

Prosedur Multistage Random

Sampling dalam pemilihan sampel

 Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi.

 Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.

 Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%).

9

(10)

Lanjutan…

 Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan

secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan, di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst.

(11)

Lanjutan…

 Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi

keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2

keluarga.

 Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka.

 Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah

responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.

11

(12)

Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional

Desa/kelurahan di tingkat

Provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional

Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK

Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan

Laki-laki Perempuan

Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random

(13)
(14)

PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN

KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS

Laki-laki 50.0 50.0 Islam 88.8 88.2 Perempuan 50.0 50.0 Katolik/Protestan 8.1 8.9

Lainnya 3.2 2.9 Pedesaan 59.8 59.4

Perkotaa 40.2 40.6 Jawa 40.1 41.6

Sunda 17.6 15.4

Melayu 5.8 3.4

Madura 3.0 3.4

Bugis 3.8 2.5

Betawi 1.7 2.5

Minang 2.8 2.7

Lainnya 25.1 28.5

ETNIS AGAMA GENDER

(15)

DEMOGRAFI NASIONAL

Survei Nasional (Mei_11)

15

KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS

NAD 1.5 2.0 BALI 2.1 1.5

SUMATERA UTARA 5.4 5.8 NTB 2.1 2.0

SUMATERA BARAT 2.4 2.1 NTT 1.3 2.0

RIAU 2.4 2.2 KALIMANTAN BARAT 1.6 1.9

JAMBI 1.5 1.3 KALIMANTAN TENGAH 0.9 0.9

SUMATERA SELATAN 3.2 3.3 KALIMANTAN SELATAN 1.6 1.5

BENGKULU 0.8 0.8 KALIMANTAN TIMUR 1.6 1.4

LAMPUNG 3.2 3.3 SULAWESI UTARA 0.7 1.0

BANGKA BELITUNG 0.8 0.5 SULAWESI TENGAH 0.7 1.1

KEPULAUAN RIAU 0.7 0.6 SELAWESI SELATAN 4.0 3.4

DKI JAKARTA 3.3 3.3 SULAWESI TENGGARA 0.7 0.9

JAWA BARAT 17.3 17.2 GORONTALO 0.7 0.4

JAWA TENGAH 14.8 14.8 SULAWESI BARAT 0.7 0.5

DI YOGYAKARTA 1.6 1.5 MALUKU 0.6 0.6

JAWA TIMUR 16.4 16.4 MALUKU UTARA 0.6 0.5

BANTEN 4.1 4.1 PAPUA 0.6 1.2

IRJABAR 0.0 0.3

(16)

Partai atau calon dari partai yang akan dipilih bila pemilihan anggota DPR dilakukan sekarang, awal Mei 2011 (%)

(17)

17

Trend Suara Partai (3 teratas) (%)

(18)
(19)

4

Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 Ags'10 Okt'10 Des'10 Mei'11

Hanura Gerindra

19

Survei Nasional (Mei_11)

(20)

Temuan

 Di antara 9 partai yang bersaing, yang terlihat dinamis (positif ataupun negatif) adalah Demokrat, PDIP, PKS, dan Gerindra.

 Partai-partai lain kurang menunjukan dinamika, dan tidak menunjukan tanda-tanda kenaikan.

 Golkar sebagai partai besar belum menunjukan

kemajuan, menyamai dan apalagi melampaui hasil

Pemilu 2009 (14.4%) meskipun terlihat paling banyak melakukan sosialisasi.

(21)

Pemilih partai 2009 yang kembali memilih partai yang sama sekarang (%)

77.5

(22)

Temuan

 Pemilih Golkar paling stabil, dan pemilih Demokrat dibanding partai besar seperti PDIP dan Golkar paling tidak stabil.

 Namun demikian Golkar tidak mampu menarik pemilih baru karena secara keseluruhan Golkar tidak mengalami kemajuan, malah

menurun dibanding hasil 2009.

 Yang seperti Golkar juga terlihat pada PPP.

 PDIP lebih mampu menjaga pemilih lamanya, dan mampu menarik pemilih baru.

 Sementara pemilih Demokrat, PKS, PAN, dan Gerindra kurang stabil, kalau dilihat pada sentimen mereka sekarang dibanding 2009, dan belum mampu menarik pemilih dari partai lain. Karena itu kecenderungannya sekarang menurun, dan tidak stabil.

(23)

Pemilih Partai berlatar belakang

pendidikan SLTA atau lebih tinggi

(%)

(24)

Temuan

 Proporsi pemilih berpendidikan SLTA ke atas lebih banyak pada pemilih partai-partai yang kurang stabil seperti Demokrat, PKS, Gerindra, dan PAN dibanding pada partai-partai lain. Pemilih ini nampaknya

menghitung dan menunggu waktu.

 Sementara pemilih yang kurang berpendidikan cenderung loyal, meskipun rentan terhadap

mobilisasi, dan potensial bisa berpindah juga pada hari H karena mobilisasi itu. Ini terjadi pada

(25)

MENGAPA PEMILIH PARTAI

SANGAT TIDAK STABIL?

IKATAN PSIKOLOGIS DENGAN PARTAI LEMAH

(26)

Ikatan Psikologis Pemilih Dengan

Partai (Identitas Partai)

Merasa lebih dekat dengan partai tertentu

(27)

Argumen

Kontinuitas atau stabilitas pada partai politik

dapat terjadi bila pemilih mengindentikan diri

dengan partai politik, dan sebaliknya bila tidak

atau sedikit yang demikian maka kontinuitas

dukungan pada partai akan lemah (Campbell et

al 1960).

Kontinuitas dukungan pada partai akan tinggi

bila evaluasi positif (kepercayaan) pada partai

juga tinggi.

27

(28)

Pengukuran Identitas Partai

Merasa lebih dekat dengan partai tertentu? Bila

ya, partai mana? (ditunjukan daftar nama

partai sesuai urutannya dalam Pemilu 2009).

(29)

Merasa lebih dekat dengan partai

tertentu (%)

Ya, 20

Tidak, 78.8

Tidak tahu, 1.2

29

(30)

Trend Identitas Partai (%)

86

54

20 20

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(31)

Merasa lebih dekat dengan partai

(32)
(33)

Temuan

Pemilih paling loyal diperkirakan hanya sekitar

20%. Selebihnya dapat berubah setiap saat.

Pemilih inti (paling loyal) di masing-masing

partai tidak lebih dari 5%.

Ini membuat dukungan pada partai tidak

stabil.

33

(34)

Kesiapan memilih

Seberapa siap atau tidak siap memilih partai

atau calon anggota DPR bila pemilihan

diadakan sekarang?

1. Sangat siap karena sudah ada partai atau

calon yang pasti akan dipilih

2. Cukup siap karena ada partai atau calon

yang kemungkinan besar akan dipilih

3. Kurang siap karena belum tahu partai atau

calon mana yang akan dipilih

(35)

Kesiapan memilih partai atau calon anggota DPR bila Pemilihan diadakan sekarang (%)

12.6

T idak tahu

35

(36)

Temuan

 Yang menyatakan sangat siap untuk memilih hanya 12,6%, dan yang merasa cukup siap 32,5%. Kalau ini ditotal sebagai calon pemilih yang siap memilih

jumlahnya hanya 45,1%, tidak sampai separuh dari total pemilih.

 Selebihnya, mayoritas, menyatakan kurang atau sama sekali tidak siap atau tidak tahu, 54,9%.

 Ini mengindikasikan bahwa mayoritas pemilih tidak punya sikap elektoral. Mereka mengambang, mungkin menunggu waktu, menunggu partai atau calon yang lebih meyakinkan, atau mungkin tidak akan memilih.

(37)

Kesiapan memilih pada pemilih partai bila

pemilihan sekarang (%)

49.8 53.6 57.5 47.1 40 51 50 66.7

Tidak tahu

Tidak siap

Siap

37

(38)

Memilih Partai … di Seluruh Populasi Pemilih

(39)

Temuan

 Kalau dilihat dari kesiapan memilih, umumnya pemilh tidak siap. Ini juga mengindikasikan ikatan psikolgis dengan partai sangat rendah.

 Di antara pemilih masing-masing partai pada seluruh populasi pemilih tidak ada yang mencapai lebih dari 10%.

 Demokrat walaupun masih dipilih oleh paling banyak pemilih sekarang (18.6%), tapi yang betul-betul siap

memilih Demokrat kurang dari 10%. Demikian juga pada pemilih PDIP. Apalagi pada partai-partai lain.

39

(40)

Percaya lembaga-lembaga berikut dapat bekerja sebagaimana diharapkan: Sangat dan Cukup

Percaya (%)

83.9 85.7

74.2 72.2

63.5 65

2006 2011

(41)

Temuan

Umumnya warga tidak percaya pada partai

politik. Tingkat kepercayaan yang rendah ini

tidak berubah dalam lima tahun terakhir.

Keadaan ini cukup konsisiten dengan instabilitas

dukungan pada partai.

Namun demikian rakyat tetap memandang partai

dan persaingan partai dalam pemilu tidak bisa

ditiadakan. Yang harus ditiadakan adalah

partai-partai yang kinerjanya buruk.

Rakyat tetap punya komitmen yang tinggi

terhadap demokrasi dan tetap pentingnya partai

dan Pemilu seperti terlihat dalam

indikator-indikator berikut.

41

(42)

Walaupun tidak sempurna, demokrasi

adalah sistem terbaik untuk negara kita,

Mei 2011 (%)

77.3

9.9 12.8

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(43)

43

7475 75

8284858581858385

778076767881 79788178 8690

Setuju+Sangat setuju

Tidak Setuju+Sangat tidak setuju Tidak tahu

2005

2004 2006 2007 2008 2009 2010

Dukungan terhadap Demokrasi:

Dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya, demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik untuk sebuah negara seperti negara kita ini (%)

(44)

.

Apakah Ibu/Bapak sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju atau sangat setuju dengan pernyataan di bawah ini? Demokrasi adalah sumber buruknya pembangunan ekonomi... (%)

Demokrasi sumber buruknya

pembangunan ekonomi?

2.1

Sangat tidak setuju

(45)

.

45

Apakah Ibu/Bapak sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju atau sangat setuju dengan pernyataan di bawah ini? Hanya ada satu partai yang ikut pemilu dan memerintah... (%)

Hanya ada satu partai yang ikut

pemilu dan memerintah?

6.8

Sangat tidak setuju

Tidak setuju Setuju Sangat setuju

(46)

.

Apakah Ibu/Bapak sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju atau sangat setuju dengan pernyataan di bawah ini? Pemilu DPR dan DPD dihapuskan sehingga pemerintah melaksanakan dan

mengawasi/mengontrol sendiri pemerintahan... (%)

Pemilu legislatif dihapuskan?

5.0

Sangat tidak setuju

(47)

.

47

Apakah Ibu/Bapak sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju atau sangat setuju dengan pernyataan di bawah ini? Pemilu DPR dan DPD dihapuskan dan meminta para ahli untuk membuat program

pemerintah atas nama rakyat... (%)

Ahli yang menentukan? Mei 2011

7.3

Sangat tidak setuju

Tidak setuju Setuju Sangat setuju

Tidak tahu/tidak

jawab

(48)

Demokrasi dapat menyelesaikan masalah

yang sedang dihadapi bangsa kita, Mei

2011 (%)

67.9

15.7

8.6

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(49)

KESIMPULAN

 Hubungan antara pemilih dengan partai sangat

lemah. Setelah 12 tahun mengalami Pemilu pemilih semakin merasa jauh dengan partai.

 Akibatnya tingkat partisipasi dalam tiga Pemilu sebelumnya menurun tajam (sekitar 20%), dan

perubahan pilihan dalam tiap Pemilu semakin besar.  Kalaupun warga memilih sekarang, pilihan mereka

mengambang, dan mudah berubah kembali, seperti dalam Pemilu 1999, 2004, dan 2009.

 Pemilih yang loyal sangat kecil (20%).

 Partai-partai yang berkuasa di DPR sekarang

terancam tidak dipilih kembali oleh sebagian besar

pemilihnya bila tidak ada langkah-langkah positif yang drastis dari partai-partai tersebut.

49

(50)

KESIMPULAN…lanjutan

 Walaupun Demokrat masih mendapat dukungan

paling besar sekarang, tapi kecenderungan sentimen pemilih terhadapnya menurun.

 Sentimen pemilih pada Demokrat sekarang di bawah hasil Pemilu 2009, dan ini tidak pernah terjadi sejak Pemilu 2004 (Sentimen di bawah hasil Pemilu).

 Sebagai partai oposisi yang paling jelas, PDIP

mendapat kenaikan dukungan sekarang bersamaan dengan menurutnya sentimen pada Demokrat.

 Parsaingan paling terlihat hanyalah antara Demokrat dan PDIP.

(51)

KESIMPULAN…lanjutan

 Besarnya pemilih mengambang sebenarnya merupakan

kesempatan untuk perubahan dan perbaikan politik,

apakah lewat penguatan kinerja partai yang ada maupun bagi lahirnya partai baru yang dinilai bisa lebih baik.

 Harapan akan perubahan positif ini akan terjadi bila supply side dari politik juga membaik.

 Elite sebagai produsen politik harus memberikan tawaran atau alteratif politik yang lebih baik juga:

membuat partai dan menawarkan calon yang lebih baik. Sebab, kalaupun rakyat ingin perubahan dan perbaikan, kalau partai dan calon yang ditawarkan buruk maka

rakyat akan memilih di antara yang buruk-buruk itu, dan akibatnya politik kita tetap buruk.

51

(52)

KESIMPULAN…lanjutan

 Bila supply side-nya buruk maka alternatif bagi pemilih yang makin rasional ini adalah Golput sehingga tingkat partisipasi pemilih akan terus merosot.

 Karena itu dalam jangka pendek dan menengah

perbaikan politik harus dimulai dari elite, dari partai, bukan dari rakyat.

 Kalaupun kualitas dan daya beli politik masyarakat

meningkat tapi kalau tidak ada barang bagus yang bisa dibeli rakyat akhirnya akan membeli barang-barang

(53)

Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528

Referensi

Dokumen terkait

Effect of Irrigation Water Quality Under supplementary irrigation on soil chemical and physical properties in the ‘’southern humid pampas’’ of Argentina. Salts effects on

[r]

[r]

Edi Wahyudin, M.Pd Jaya Romdoni, S.Pd Maskuri, S.Ag,

Pada hari ini, Rabu tanggal Lima bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas (05-09-2012), Pokja Pengadaan Buku-buku Perpustakaan STABN Sriwijaya Tangerang Banten,

Definisi 2.1 Graf adalah pasangan himpunan dengan adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari obyek-obyek yang disebut sebagai titik dan adalah

Melaksanakan fungsi-fungsi analisa perkembangan teknologi, penyusunan arah strategi adaptasi perusahaan dengan perkembangan teknologi dan penyusunan dokumen perencanaan

Pertama, seperti yang kita ketahui bahwa klaim adalah dokumen-dokumen pendukung yang wajib disertakan/dilampirkan dalam pengajuan klaim dengan jangka waktu yang telah