PERBEDAAN SUHU AIR DALAM AKUARIUM PEMELIHARAAN TERHADAP
LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA
(Oreochiomis Niloticus)
Vita Yanuar
Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma Jl. Iskandar No. 63 Kode Pos 74112 Pangkalan Bun
Abstrak
Ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar. Suhu merupakan salah satu faktor teknis yang harus diperhatikan dalam kualitas air untuk pembudidayaan ataupun pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus). Tujuan penelitian adalah mengetahui laju pertumbuhan (berat dan panjang) benih ikan nila pada suhu air yang berbeda dan mengetahui kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan nila. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri dari satu perlakuan (suhu air yang berbeda) dengan 3 level (suhu air 28, 30, dan 32 oC) pada wadah
pemeliharaan (akuarium) benih ikan nila yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu air wadah pemeliharaan (akuarium) yang berbeda (28, 30, 32 oC) dengan ukuran dan umur
benih ikan nila yang seragam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan (berat dan panjang) benih ikan nila (H0 ditolak dan H1 diterima). Hasil analisis sidik ragam untuk berat badan ikan
menunjukkan Fhitung (105,49) > Ftabel 0,05 (5,14) dan F tabel 0,01 (10,92). Hasil analisis sidik ragam untuk
panjang benih ikan menunjukkan F hitung (86,14) > Ftabel 0,05 (5,14) dan 0,01 (10,92). Kualitas air (suhu) pada
hasil penelitian ini masih berada dalam kisaran kelayakan bagi pertumbuhan dan perkembangan benih ikan nila yaitu 28,13-32,17 oC.
Katakunci : Ikan Nila, Laju Pertumbuhan, Suhu, Kualitas Air
WATER TEMPERATURE DIFFERENCE IN THE AQUARIUM
MAINTENANCE ON
GROWTH RATE OF TILAPIA FISH (
Oreochiomis niloticus
)
Abstract
Tilapia have restrictions pretty high tolerance to various environmental conditions waters. Tilapia are still small in general more resistant to changes in the environment compared with tilapia that are large. Temperature is one of the technical factors that must be considered in the quality of water for cultivation or maintenance of tilapia (Oreochromis niloticus). The research objective was to determine the rate of growth (weight and length) tilapia fish in different water temperatures and determine the optimal temperature range for growing tilapia fish. The experimental design used in this study is completely randomized design (CRD) single factor consisting of one treatment (different water temperature) with 3 levels (water temperature 28, 30, and 32 °C) on the container maintenance (aquarium) tilapia fish were repeated 3 times. The results showed that the treatment temperature of the water container maintenance (aquarium) different (28, 30, 32
OC) to the size and age of tilapia fish uniform give a significant influence on the rate of growth (weight and
length) tilapia fish (H0 rejected and H1 accepted). Results of analysis of variance to the weight of the fish showed F count (105.49) > F table 0,05 (5,14) and F table 0.01 (10.92). Results of analysis of variance for the length of fish seeds indicates F count (86.14) > F table 0.05 (5.14) and 0.01 (10.92). Water quality (temperature) on the results of this study are still in the range of eligibility for the growth and development of tilapia fish is from 28.13 to 32.17 °C.
Keyword : tilapia fish, the rate of growth, temperature, water quality
PENDAHULUAN
Indonesia. Berdasarkan data produksi perikanan budidaya Indonesia menurut KKP (2013), bahwa produksi ikan nila di Indonesia berjumlah 909.016 ton.
Ikan nila dikenal sebagai ikan yang relatif tahan terhadap perubahan lingkungan hidup walaupun hidup diperairan tawar (Rachmiwati, 2008). Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan yang berukuran besar. Dibandingkan dengan ikan lain, ikan nila mempunyai daya tahan tubuh yang lebih kuat terhadap perubahan lingkungan dan ikan nila mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan suhu di dalam perairan. Suhu merupakan salah satu faktor teknis yang harus diperhatikan dalam kualitas air untuk pembudidayaan ataupun pemeliharaan ikan nila. Ikan nila dapat tumbuh secara normal dengan kisaran suhu 14-38 oC dan akan mengalami kematian pada suhu 6-42 oC (Amri dan Khairuman, 2013). Laju pertumbuhan ikan nila tergantung dari pengaruh fisik, kimia perairan dan interaksinya. Dalam usaha budidaya ikan nila, ketersediaan air dan kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (Suryanto, 1993). Laju pertumbuhan ikan nila lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah diperairan yang dangkal pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila menjadikannya sebagai makanan (Amri dan Khairuman, 2013). Menurut Bernard dkk (2010), ikan nila memiliki laju pertumbuhan yang relatif lebih cepat pertumbuhannya.
Ikan nila dapat hidup diperairan yang dalam dan luas maupun dikolam yang sempit dan dangkal. Ikan nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, atau dalam jaring terapung di laut (Monalisa dan Minggawati, 2010). Dalam penelitian ini, akuarium dipilih sebagai media pemeliharaan dengan pertimbangan ikan nila mampu bertahan hidup dalam berbagai macam kondisi perairan. Akuarium dibuat dengan kondisi terkontrol yaitu dengan suhu yang berbeda (28, 30, dan 32 oC). Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh suhu air terhadap pertumbuhan benih ikan nila yang dibudidayakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan media pemeliharaan akuarium di Balai Benih Ikan (BBI) Pinang Merah Pangkalan Bun, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.Bahan uji yang digunakan adalah benih ikan nila yang berukuran 3-5 cm. Benih ikan nila ditempatkan pada 9 buah akuarium dengan padat tebar 20 ekor/m2 dengan ketinggian air 15 cm. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang berjumlah 9 buah dengan ukuran 60x40x40 cm sebagai wadah pemeliharaan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak (random sampling). Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan menghitung pertumbuhan berat dan panjang badan ikan selama masa pemeliharaan berlangsung untuk mengetahui kelangsungan hidup benih ikan nila. Untuk menentukan susunan akuarium, dilakukan dengan mengambil beberapa lembar kertas dan ditulis A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3 di setiap lembaran kertas; kemudian dikocok untuk menentukan susunan akuarium. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri dari satu perlakuan yaitu suhu air yang berbeda pada wadah pemeliharaan (akuarium) benih ikan nila dengan 3 kali ulangan. Analisis data untuk laju pertumbuhan meliputi berat badan dan panjang badan ikan serta kualitas air (suhu). Perlakuan suhu air memiliki level antara lain:
1). Perlakuan A dengan suhu 28 oC 2). Perlakuan B dengan suhu 30 oC 3). Perlakuan C dengan suhu 32 oC.
Menurut Sugiyono (1999), model umum RAL adalah Yij = μ +τi + εij Keterangan :
i =1,2,3,..., t (perlakuan) j =1,2,3,..., n (ulangan) Y
ij =Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Pengamatan dilakukan dengan dua parameter, yaitu laju pertumbuhan benih ikan nila dan kualitas air (suhu) dalam akuarium. Pengamatan terhadap pertumbuhan benih ikan nila dilakukan dengan cara mengetahui tingkat pertumbuhan berat dan panjang badan benih ikan dengan pengukuran terhadap benih ikan nila. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali selama masa pemeliharaan. Sedangkan pengamatan kualitas air dilakukan dengan mengukur suhu air dalam akuarium pemeliharaan.
Pelaksanaan Penelitian
Diagram 1. Diagram alir kegiatan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian selama 30 hari maka didapatkan data dari parameter laju pertumbuhan (berat dan panjang badan) benih ikan nila dan kualitas air (suhu) sebagai berikut:
1. Laju Pertumbuhan Ikan a. Pertumbuhan Berat Ikan
Akuarium
Pencucian
Pengeringan
Pengisian air
Pemasangan aerasi
Penetralisiran air selama 2-3 hari
Akuarium siap pakai
Penebaran benih ikan
Pemberian pakan pellet
Penyiponan dan pergantian air
Pengamatan terdiri dari:
a. Laju pertumbuhan (berat dan panjang badan benih ikan) b. Kualitas air (suhu).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu (Mujdiman, 1998). Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda (Effendi, 2002). Pertumbuhan ikan nila setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Perl
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan berat benih ikan nila per minggu
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa setiap sampel benih ikan nila terdapat perbedaan berat. Laju pertumbuhan berat terdapat pada perlakuan B dan C yaitu pada perlakuan suhu 30 oC dan suhu 32 oC.
Dari hasil penelitian didapatkan laju pertumbuhan benih ikan nila yaitu nilai rata-rata untuk pertumbuhan berat adalah 0,5 gram (berat awal) dan 5,9 gram (berat akhir). Nilai rata-rata pertumbuhan berat benih ikan nila per minggu (Tabel 1) kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Sumber
Tabel 2.Hasil analisa keragaman (ANOVA) pertumbuhan berat benih ikan nila Selama pemeliharaan Ket : ** Berbeda sangat nyata; * Berbeda nyata; - Tidak berbeda nyata
Berdasarkan pada Tabel 2 yang telah diuji statistik kita dapat melihat bahwa di antara perlakuan dengan suhu air yang berbeda pada wadah pemeliharaan (akuarium) benih ikan nila memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan berat benih ikan nila. Hal ini dapat dilihat dari Fhitung (105,49) > Ftabel 0,05 (5,14) dan F tabel 0,01 (10,92). Ini berarti H0 ditolak (H1 diterima). Artinya, terdapat perbedaan laju pertumbuhan (berat) benih ikan nila di antara perlakuan suhu air dalam wadah pemeliharaan (akuarium).
optimum, kinerja enzim pencernaan di dalam saluran pencernaan mencapai tingkat maksimum untuk mencerna pakan yang dikonsumsi sehingga kondisi lambung ikan menjadi kosong dan ikan merasa lapar. Di saat itulah maka ikan akan kembali aktif mengkonsumsi pakan (Prakoso, 2014).
b. Pertumbuhan Panjang Ikan
Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi perikanan hendaknya mengikuti suatu ketentuan yang sudah lazim digunakan. Dalam hal ini panjang ikan dapat diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem lainnya (Effendie, 1979). Berdasarkan hasil penelitian bahwa setiap sampel benih ikan nila memiliki perbedaan pertumbuhan panjang. Nilai rata-rata panjang benih ikan nila per minggu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai rata-rata untuk pertumbuhan panjang adalah 3,83 cm (panjang awal) dan 6,58 cm (panjang akhir).
Perlakuan
Tabel 3. Rata-rata panjang benih ikan nila per minggu pemeliharaan
Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa setiap sampel benih ikan nila terdapat perbedaan panjang. Laju pertumbuhan panjang terdapat pada perlakuan B dan C yaitu pada perlakuan suhu 30 oC dan suhu 32 oC.
Dari hasil penelitian didapatkan laju pertumbuhan benih ikan nila yaitu rata-rata pertumbuhan panjang ikan per minggu (Tabel 3) yang kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Sumber
Tabel 4. Hasil analisa keragaman (ANOVA) pertumbuhan panjang benih ikan selama pemeliharaan Ket : ** Berbeda sangat nyata; * Berbeda nyata; - Tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA (Tabel 4), panjang benih ikan nila selama pemeliharaan 30 hari atau 4 minggu diperoleh F hitung (86,14) > Ftabel 0,05 (5,14) dan 0,01 (10,92). Dengan demikian, H0 ditolak (H1 diterima). Artinya, terdapat perbedaan laju pertumbuhan (panjang) benih ikan nila di antara perlakuan suhu air dalam wadah pemeliharaan (akuarium).
Pernyataan-pernyataan tersebut menguatkan bahwa pemeliharaan benih ikan nila dalam akuarium tidak menjadi kendala dalam pengambilan data penelitian.
Selain itu, temperatur air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menyebabkan ikan menjadi stress dan lebih rentan terhadap serangan penyakit. Temperatur memainkan peranan penting di dalam proses-proses penyakit infeksi (Amri dan Khairuman, 2013).
2. Kualitas Air (Suhu)
Kualitas air merupakan faktor fisikokimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung merupakan gambaran pengaruh perlakuan. Suhu merupakan salah satu faktor penunjang dalam pertumbuhan benih ikan nila, pertumbuhan ikan akan lebih cepat tergantung dari kualitas air dan pakan yang diberikan.
No Perlakuan Suhu (oC)
1. A 28.13
2. B 30.21
3. C 32.17
Tabel 5. Kisaran kualitas air (suhu) selama pemeliharaan 30 hari
Pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan nilai parameter di masing-masing akuarium penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5. Namun, suhu air yang paling optimal dan dengan laju pertumbuhan yang paling cepat yaitu pada perlakuan C dengan suhu air 32 oC. Hal ini karena pada suhu 32 oC tingkat pertumbuhan benih ikan nila lebih cepat daripada suhu 29 oC dan 30 oC. Suhu pada penelitian berkisar antara 28,13-32,17 oC. Kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan nila. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rukmana (2009) bahwa lingkungan tumbuh yang paling ideal untuk usaha budidaya ikan nila adalah perairan tawar yang memiliki suhu antara 14-38 oC atau suhu optimal 25-30 oC. Keadaan suhu rendah (kurang dari 14 oC) ataupun suhu terlalu tinggi (di atas 30 oC) menyebabkan pertumbuhan ikan akan terganggu. Suhu amat rendah 6 oC atau suhu terlalu tinggi 42 oC dapat mematikan ikan nila.
Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat hidup di dataran rendah yang memiliki air payau hingga dataran tinggi yang memiliki air tawar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Diansari dkk (2013), bahwa suhu yang baik dalam penelitian tentang budidaya benih ikan nila berkisar antara 25-32 oC; menurut Kordi dan Tancung (2007) adalah 28-32 oC; dan menurut Anonim (2010) adalah 25-30 oC. Menurut Amri dan Khairuman (2013), pada media pemeliharaan ikan nila suhu berkisar antara 14-38 oC, sedangkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan suhu yang optimum berkisar antara 25-30 oC.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan budidaya perikanan. Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan, begitu pula sebaliknya. Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen (Suriansyah, 2014).
KESIMPULAN
1. Perlakuan suhu air wadah pemeliharaan (akuarium) yang berbeda (28, 30, 32 oC) dengan ukuran dan umur benih ikan nila yang seragam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan (berat dan panjang) benih ikan nila (H0 ditolak dan H1 diterima). Hasil analisis sidik ragam untuk berat badan ikan menunjukkan Fhitung (105,49) > Ftabel 0,05 (5,14) dan F tabel 0,01 (10,92). Hasil analisis sidik ragam untuk panjang benih ikan menunjukkan F hitung (86,14) > Ftabel 0,05 (5,14) dan 0,01 (10,92).
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). http://pdfcari.com. Diakses 16 Februari 2017
Amri K, Khairuman. 2013. Budidaya Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Jakarta
Bernard T, Wiryanta W, Sunaryo, Astuti, Kurniawan MB. 2010. Budidaya dan Bisnis Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan
Diansari Rhossitha Vanya RR, Endang Arini, Tita Elfitasari. 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Zeolit. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang
Effendi H. 2002. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta
Effendie IM. 1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2013. Data Produksi Perikanan Budidaya Indonesia: Kerapu, Rumput Laut, Nila. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Kordi MGH, AB Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta. Jakarta
Monalisa SS, Minggawati I. 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical Fisheries. 5 (2): 526-530. Mudjiman. 1998. Pengukuran Tingkat Kelangsungan Hidup, Laju Pertumbuhan dan Efisiensi
Penggunaan Pakan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Prakoso T. 2014. Pengaruh suhu yang berbeda terhadap laju pertumbuhan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy lac) dalam akuarium [skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun
Rachmiwati LM. 2008. Pemanfaatan limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) oleh ikan nila (Oreochromis niloticus) melalui pengembangan bakteri heterotrof [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Rukmana R. 2009. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta
Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. CV Alfa Beta. Bandung
Suriansyah. 2014. Pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dalam baskom plastik [skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma. Pangkalan Bun