• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan BNP2TKI dalam Menangani Human

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan BNP2TKI dalam Menangani Human"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 Kebijakan BNP2TKI dalam Menangani Human Trafficking

dari Indonesia Ke Malaysia Periode 2015 – 2016

Insan Harapan Harahap1 Nurfauziah2

Abstract

The matter about Indonesian labor abroad is like an unending water spring. The most common case, especially Indonesian worker who work in Malaysia are human trafficking, abuse, servitude, unpaid salary, till imprisonment. In this research, the writer trying to analyze the causes of human trafficking, also the policy of BNP2TKI to protect Indonesian labor in Malaysia. Data and information used in this research comprising of study documents or literature review and interview with head of BNP2TKI supervision and head of BNP2TKI protection. The result of this research revealed that the main cause of human trafficiking are the lack of supervision over the recruitment agencies and there are many institutions issuing recruitment license. In order to minimize those human trafficiking case, BNP2TKI have impleneted various policies, such as socialization to the agencies, Indonesian labor jobinfo, Protection before, during and after the years of service, establish cooperation with Indonesian IOM and Malaysian IOM also reporting PPTKIS and suspicious agencies to the police.

Keywords: labor, human trafficiking.

PENDAHULUAN

Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri merupakan salah satu solusi dalam mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Bekerja di luar negeri akan menjadi salah satu alternatif untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri menjadi agenda penting bagi Indonesia, selama masih belum tersedia kesempatan kerja yang cukup di dalam negeri.

Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja sebagai salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan merupakan sumberdaya yang jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa dilihat pada masih tingginya jumlah pengangguran di Indonesia serta minimnya kesempatan kerja yang tersedia.

Kondisi perekonomian yang kurang menarik di negaranya sendiri dan penghasilan yang cukup besar apabila bekerja di luar negeri, menjadi pemicu terjadinya mobilitas tenaga kerja secara internasional, khususnya dengan negara tujuan Malaysia karena dalam segi bahasa hampir sama seperti di Indonesia. Aspek perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja di luar negeri sangat terkait pada sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai pihak yang terlibat pada pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar

1

Penulis adalah dosen Kebijakan Publik Universitas Bakrie 2

(2)

2 negeri khusunya BNP2TKI. Untuk langkah penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah menetapkan mekanisme melalui 3 (tiga) fase tanggung jawab penempatan yakni fase pra penempatan, selama penempatan, dan purna penempatan.

Tabel di bawah ini adalah 15 provinsi asal pengirim TKI paling tinggi di Indonesia pada tahun 2015-2016.

Tabel 1. Asal TKI Berdasarkan Provinsi Periode 2015-2016

No Provinsi 2015 2016

1 Jawa Barat 63.063 51.047

2 Jawa Tengah 57.078 49.512

3 Jawa Timur 48.913 43.135

4 Nusa Tenggara Barat 51.743 40.415

5 Lampung 16.109 16.049

6 Sumatera Utara 12.054 14.137

7 Banten 4.270 2.684

8 Bali 4.869 3.258

9 DKI Jakarta 1.212 811

10 Sulawesi Selatan 2.348 904

11 Nusa Tenggara Timur 3.307 2.357

12 Kalimantan Barat 2.231 1.834

13 DI Yogyakarata 1.856 1.428

14 Sumatera Selatan 1.410 1.580

15 Kepulauan Riau 804 1.068

Sumber : Lakip BNP2TKI, 2015-2016

Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pada konsideran menimbang huruf c, d, dan e, disebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.

Berbagai permasalahan yang menimpa TKI di luar negeri seperti mata air yang terus mengalir yang tak ada habisnya. Permasalahan yang sering dialami mulai dari tidak dibayarkannya gaji, tindak kekerasan, kekerasan seksual, hingga ratusan TKI yang terancam hukuman mati di luar negeri. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan masyarakat tentang kinerja pemerintah dan lembaga negara dalam melindungi warga negaranya di luar negeri. TKI kerap menjadi korban dan sasaran pungli bagi para pejabat dan agen TKI dengan modus penerbitan surat keputusan ganda terkait uang pungutan kepada negara, padahal para TKI merupakan pahlawan devisa negara. Untuk tahun 2012 saja, devisa dari TKI mencapai 7 miliar dollar AS (Faisal Basri: 2007).

(3)

3 perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan nasional.

Untuk memperkecil problema yang dihadapi para tenaga kerja di luar negeri serta melindungi harkat dan martabat tenaga kerja tersebut maka pengaturan tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 merupakan jalan keluar, Pemerintah telah membentuk Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Balai tersebut diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Dalam menjalankan visi dan misinya BNP2TKI bekerjasama dengan International Organization for Migation (IOM) suatu organisasi internasional yang bergerak di bidang migrasi yang memberikan perhatian khusus terhadap human trafficking TKI di Malaysia. Kerjasama BNP2TKI dengan IOM ini ditandai dengan Memorandum of Understanding (MOU) yang ditandatangani pada tanggal 21 Desember 2012 dan mulai diberlakukan 1 Januari 2013 oleh kedua belah pihak. Kerjasama tersebut memiliki 5 agenda, yaitu a) Monitoring of recruitment market yang dilakukan melalui bimbingan teknis petugas pemetaan potensi Calon TKI, b) Labour market research yang dilakukan melalui bimbingan teknis monitoring permintaan pasar kerja, c) Information campaign on safe migration yang dilaksanakan melalui sosialisasi di 30 lokasi daerah pengirim TKI, e) Predeparture service yang dilaksanakan melalui bimbingan teknis, dan f) Migrant resource service yang dilaksanakan melalui penelitian dan/pembentukan pusat pelayanan TKI (BNP2TKI, 2013).

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga mengeluarkan kebijakan yang mengatur TKI, yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep- 104A/Men/2002 tentang Penempatan TKI ke Luar Negeri. Menurut kebijakan ini, TKI adalah baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. Prosedur penempatan TKI ini harus benar-benar diperhatikan oleh calon TKI yang ingin bekerja ke luar negeri. Apabila tidak melalui prosedur yang benar dan sah maka TKI tersebut nantinya akan menghadapi masalah di negara tempat ia bekerja dan dapat dikategorikan sebagai TKI ilegal, karena datang ke negara tujuan tidak melalui prosedur penempatan TKI yang benar.

Permasalahan TKI ilegal juga menjadi tantangan besar BNP2TKI dari dulu hingga sekarang. Negara Malaysia telah beberapa kali melakukan razia besar-besaran terhadap TKI ilegal yang tinggal di negaranya. Setiap bulan, lebih dari seribu TKI dideportasi atau dipulangkan dari Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur ke Indonesia melalui Pelabuhan Tawau, Malaysia, dan Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Kalimantan Utara. Informasi yang dikutip dari media Sinar Harapan (2014) bahwa setiap Jumat, Malaysia memulangkan TKI ilegal paling sedikit 150 orang. Sebagian besar TKI yang dipulangkan tersebut tidak memiliki surat dan dokumen perjalanan antarnegara, izin kerja di Malaysia, exit permit, dan melampaui masa berlaku izin yang diperkenankan dalam pasport.

(4)

4 Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi adalah gaji tidak dibayar, rekrut ilegal, pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak kerja, adanya tindakan unsur kekerasan dan pemaksaan hingga pasport atau dokumen lainnya ditahan, serta TKI tidak terdokumentasi. Permasalahan-permasalahan di atas sangat kondusif untuk diakatakan sebagai kejahatan human trafficking karena memenuhi unsur-unsur ancaman, penipuan, kecurangan, penyiksaan, dan dilakukan untuk meraup keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.

Jenis eksploitasi yang paling banyak dialami para TKI adalah eksploitasi untuk dijadikan sebagai pekerja seks atau pekerja paksa. Awalnya, para traffickers memberikan umpan berupa tawaran bekerja di Malaysia dengan janji mendapatkan gaji yang besar, namun setelah sampai di Malaysia mereka dipekerjakan tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam kontrak kerja. Mereka tidak sadar ternyata telah di jual dari pihak satu ke pihak lain untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks. Bahkan mereka dibebani hutang yang sebenarnya tidak pernah mereka tahu. Alasannya hutang tersebut digunakan untuk membayar biaya kebutuhan dan persyaratan keberangkatan mereka kepada perusahaan yang memberangkatkan mereka. Akibatnya, untuk melunasi hutang, mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang disuruh oleh traffickers, seperti melayani ratusan hidung belang. Begitu pula dengan TKI yang dieksploitasi menjadi pekerja paksa, mereka dibebani hutang yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan. Mereka diminta untuk bekerja 24 jam non stop. Gaji yang mereka dapatkan sangat kecil karena sudah dipotong oleh para traffickers dengan dalih untuk membayar hutangnya. Bahkan banyak diantara TKI yang diperkejakan secara paksa tanpa mendapatkan upah (Rosenberg, 2003:21).

Rumitnya permasalahan yang dialami TKI di luar negeri selalu menjadi beban dan tanggung jawab BNP2TKI Indonesia dalam melindungi warga negaranya. BNP2TKI sebagai lembaga yang dibentuk oleh pemerintah harus bertanggung jawab melindungi TKI maupun calon TKI agar hak-haknya tidak dilanggar pada saat proses pra penempatan, penempatan, hingga purna penempatan. Tujuan perlindungan adalah mengurangi berbagai permasalahan-permasalahan yang mengindikasikan adanya tindak kejahatan human trafficking khusus nya di Malaysia (Anna Sabhana Azmi, 2012).

Hal ini bukanlah murni dikarenakan kesalahan Pemerintah maupun lembaga negara seperti BNP2TKI, tetapi juga kurangnya kesadaran para TKI yang tergoda iming-iming para calo atau agen tidak resmi sehingga melakukan pelanggaran terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dan PJTKI. Alasan penulis untuk memilih tema tentang permasalahan TKI, terutama dalam kasus human trafficking yang terjadi di Malaysia karena permasalahan TKI merupakan salah satu permasalahan yang sangat krusial dan terus-menerus dialami bangsa Indonesia, disamping berbagai permasalahan lainnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: a) apa yang menyebabkan terjadinya human trafficking dari Indonesia ke Malaysia? Dan b) bagaimana kebijakan yang dilakukan BNP2TKI dalam menangani human trafficking dari Indonesia ke Malyasia?

PEMBAHASAN

(5)

5 terkait pelayanan TKI, antara lain: Kemenlu, Kemenhub, Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam), Sesneg, dan lain-lain. Tujuan dibentuknya BNP2TKI adalah: a) terwujudnya TKI yang profesional, bermartabat dan sejahtera; dan b) mengarustamaan tata kelola pemerintahan yang baik.

BNP2TKI bukan hanya satu–satunya lembaga yang menangani kasus human trafficking TKI, tetapi juga ada beberapa instasi yang terkait. Dalam kasus human trafficking, pihak kepolisian yang selanjunya akan bertindak untuk memproses kasus human trafficking. BNP2TKI hanya bertindah sebagai perlindungan TKI dan pencegahan terjadinya human trafficking. Kenyataannya BNP2TKI belum dapat bertindak secara maksimal untuk mencegah terjadinya human trafficking. BNP2TKI mengaku belum mampu meminimalisir terjadinya human trafficking karena dibutuhkan proses sosialisasi kepada para TKI jauh sebelum para TKI masuk fase Pra Penempatan. (BNP2TKI, 2016).

A. Penyebab Terjadinya Human Trafficking dari Indonesia ke Malaysia

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengawasan TKI lebih menonjolkan pengaturan penempatan daripada perlindungan TKI di luar negeri. Artinya, yang ada dalam Undang-Undang lebih fokus pada penggunaan layanan penempatan TKI ke luar negeri sebagai bagian dari mesin produksi penghasil devisa melalui penerimaan remitansi dan pendapatan asli daerah.

Izin perekrutan TKI yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 bisa memicu terjadinya pengabaian terhadap keberadaan dan keselamatan calon TKI selama masa pra penempatan dan penempatan. Selain itu, kebiasaan masyarakat yang sangat percaya bahwa orang lain akan menolong dan memperhatikan persoalan mereka telah membuat ketergantungan baru terhadap agen perekrut. Akibatnya, tidak ada pengecekan lebih lanjut tentang surat ijin rekrut resmi yang dimiliki oleh agen yang bersangkutan.

Oleh karena itu, perlu ada kesepakatan bersama antara lembaga yang melayani penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri tentang ijin rekrut ini. Ijin rekrut yang terpusat dan diawasi oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat, bisa mencegah terjadinya trafficking.

(6)

6 Dalam pra penempatan, banyak dijumpai TKI yang tidak bisa baca dan tulis, hanya mengerti dan paham bahasa Melayu, serta pendidikan lulusan SD. Kondisi tersebut salah satu pemicu trafficking, karena tidak memiliki akses terhadap informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bekerja di luar negeri. Para TKI hanya mengetahui bahwa mereka menandatangani banyak surat dalam waktu bersamaan, namun tidak mengerti isi yang ditandatangani. Mereka juga tidak mendapatkan penjelasan yang memadai tentang isi surat yang ditandatangani.

Untuk kelengkapan dokumen identitas diri yang dibutuhkan dalam bermigrasi, seringkali terjadi pemalsuan dokumen, baik data maupun tandatangan. Banyak calon TKI memiliki data yang dipalsukan, terutama jika PPTKIS yang bersangkutan berada jauh di luar kota. Pemalsuan yang sering terjadi adalah status pernikahan, usia, dan surat ijin keluarga. Jenis pemalsuan ini sering terjadi karena relasi gender yang timpang. Seorang TKI menuturkan bahwa ia dan teman-temannya mengubah status pernikahannya dari menikah menjadi janda. Ini terjadi karena banyak majikan di negera jiran tidak mau menerima pekerja yang masih terikat pernikahan. Pola relasi antara pihak PPTKIS yang superior dan calon TKI yang inferior telah menjadikan hubungan relasi yang timpang. Begitu juga relasi antara suami dan istri maupun anak dan orangtua/wali yang berkenaan dengan surat ijin keluarga, sering terjadi pemalsuan.

Beberapa pemalsuan lain adalah tentang akta lahir dan sertifikat kompetensi kerja. Pemalsuan jenis ini biasa dilakukan oleh profesional yang memang memiliki motif kriminal. Pemalsuan usia dimulai dari mengurus surat keterangan dari desa dan/atau ketika datang kepada agen perekrut. Pada usia anak-anak, seseorang masih labil dalam mengambil keputusan sehingga mudah terombang-ambing. Praktek di lapangan juga ditemukan adanya TKI yang tetap diberangkatkan meski tidak memiliki kelengkapan dokumen, seperti sertifikat kompetensi. Ketika ditanyakan oleh majikan di negara tujuan, para TKI jadi bingung dan tidak bisa menjawab.

Kurangnya pengawasan PPTKIS yang seharusnya memberikan fasilitas dan perlakuan baik selama masa penampungan, justru tidak menghormati harkat dan martabat manusia sehingga mengakibatkan munculnya konflik antar calon TKI, kekurangan asupan gizi, tidak ada komunikasi dengan keluarga, pelecehan maupun serangan seksual. Artinya, ada pengabaian dalam pelaksanaan proses bermigrasi untuk bekerja sehingga berdampak terjadinya kasus TKI yang bermasalah.

Oleh karena itu, perlu meningkatkan kesadaran para pegawai BNP2TKI untuk mencegah trafficking. Para TKI itu adalah warga negara Indonesia yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia. Sebenarnya, selama tahap penempatan ini ada kecenderungan terjadinya pelanggaran perjanjian kerja, terutama bagi TKI yang baru pertama kali berangkat. Hal-hal demikian seharusnya bisa diantisipasi dengan adanya keharusan perwakilan PPTKIS pengirim dan KBRI/KJRI di negara tujuan. BNP2TKI juga seharusnya melakukan mediasi apabila terjadi pelanggaran perjanjian kerja dan keberpihakan kepada TKI. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kuatnya stigma negatif dan relasi yang timpang antara pihak yang superior dan yang dianggap inferior. Artinya, TKI masih tetap dianggap sebagai pekerja rumah tangga, yang tegolong kelas rendahan, jika dibandingkan dengan kelas majikan maupun kedua lembaga tersebut.

Berikut ini adalah tabel jumlah pengaduan TKI berdasarkan negara penempatan dari tahun 2011 sampai dengan 2016.

(7)

7

No Negara 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total

1 Saudi Arabia 2.884 2.766 1.836 1.294 1.103 1.145 11.055

2 Malaysia 387 613 723 886 1.994 1.535 6.138

3 Taiwan 161 204 345 277 274 442 1.703

4 United Arab Emirates 170 305 262 280 264 314 1.595

5 Syria 137 345 166 129 99 97 973

6 Jordan 253 282 188 132 70 47 972

7 Singapore 102 149 110 152 154 204 871

8 Oman 66 109 147 155 158 122 757

9 Qatar 59 94 189 126 93 75 636

10 Hong Kong 42 76 86 89 102 195 590

Sumber: LAKIP BNP2TKI 2015-2016

Dari tabel di atas, terlihat bahwa negara Malaysia merupakan negara kedua terbesar yang memiliki masalah TKI, yang dibuktikan dengan adanya pengaduan TKI yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hingga 1.535 pengaduan di tahun 2016.

B. Kebijakan dan Upaya BNP2TKI dalam Menangani Human Trafficking dari Indonesia ke Malaysia Tahun 2015-2016

Tahun 2016 merupakan tahun kedua Kabinet Kerja dan masa perjalanan RPJMN 2015–2019, dan tahun kedua pula pelaksanaan Rencana Strategis BNP2TKI 2015-2019, dimana telah ditetapkan arah dan tujuan pembangunan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia. Terdapat 7 (tujuh) sasaran strategis utama berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai yaitu:

1) Meningkatnya pemanfaatan jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan TKI. 2) Meningkatnya Penempatan TKLN memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis

Sistem P2TKI.

3) Meningkatnya Perlindungan sejak Pra, Selama, sampai dengan Pemulangan. 4) Meningkatnya CTKI/TKI Purna yang berwirausaha.

5) Pelayanan Terpadu, Profesional dan Bertanggungjawab, serta pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

6) Citra terbaik untuk lembaga BNP2TKI.

7) Meningkatnya Kompetensi, Integritas APIP dan Penyelengaraan SPIP.

(8)

8 Terobosan yang telah dilakukan BNP2TKI dalam meningkatkan tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan TKI adalah:

a) Melalui program poros sentra pelatihan dan pemberdayaan di daerah perbatasan dengan layanan terintegrasi, telah diresmikan oleh Ibu Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang PembangunanManusia dan Kebudayaan di Nunukan Kalimantan Utara dan dilanjutkan di Entikong, Batam, dan Tanjung Pinang.

b) Mendorong akses permodalan untuk pemberangkatan TKI ke luar negeri melalui Skema Baru KUR bagi TKI, dengan plafon kredit sebesar Rp 4 trilliun oleh BRI, Mandiri, BNI, Sinarmas dan Maybank Indonesia.

c) Penguatan fungsi monitoring dan pengawasan dalam rangka meningkatkan perlindungan TKI di luar negeri dengan mengembangkan sistem deteksi dini (early warning system) dengan uji coba pada negara tujuan penempatan Hongkong.

Guna mengoptimalkan segenap sumberdaya dan meningkatkan kinerja BNP2TKI, telah dilakukan upaya-upaya serta komitmen yang besar dari segenap jajaran BNP2TKI untuk mewujudkan kinerja yang baik dan memuaskan segenap stakeholder khususnya masyarakat pekerja migran. Langkah- langkah perbaikan yang telah dilakukan sebagai berikut:

a) Pencegahan TKI Non Prosedural, dalam rangka pencegahan TKI non prosedural telah dilakukan kerjasama dengan Bareskrim POLRI, integrasi rekomendasi paspor sebagai tindak lanjut perjanjian kerjasama dengan Ditjen Imigrasi Kemkumham yang memungkinkan tersaringnya setiap TKI yang berangkat dan melewati pemeriksaan imigrasi. Kerjasama perlindungan dengan otoritas perbatasan dan penjagaan yang ketat akan mengurangi penempatan TKI non prosedural.

b) Konsep Exit Strategy menuju Zero Informal. Penerapan moratorium diikuti dengan langkah-langkah perbaikan dan antisipasi baik di dalam dan luar negeri, hal ini untuk menghindari meningkatnya TKI yang berangkat secara non prosedural. Dalam kaitan tersebut, disusun konsep exit strategy penyelesaian permasalahan TKI pasca kebijakan pemerintah tentang moratorium penempatan ke Timur Tengah.

c) Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan CTKI/TKI, berupa peningkatan kemampuan CTKI/TKI dalam pengelolaan keuangan melalui program literasi keuangan di balai latihan kerja.

d) Penghentian Penempatan TKI Pelaut Perikanan, dilakukan dalam rangka pembenahan untuk perlindungan TKI Pelaut Perikanan.

e) Penerapan e-KTKLN, sebagai tindak lanjut dari Permenaker Nomor 7 Tahun 2015 tentang e-KTKLN.

f) Pengembangan KUR TKI, sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap TKI, Pemerintah telah memfasilitasi para CTKI/TKI dengan beberapa perbankan guna mendapatkan kredit lunak. Kebijakan ini sudah dijalankan dengan realisasi 12.151 TKI dengan jumlah kredit sebanyak Rp 177.329.283.641.

g) Pemberdayaan TKI di Perbatasan, guna mengurangi dan mencegah penempatan TKI non prosedural khususnya di daerah perbatasan, telah dikembangkan pemberdayaan TKI di daerah perbatasan dalam bentuk pelatihan dan penyelesaian dokumen penempatan guna bekerja di luar negeri.

h) Pembentukan Early Warning System, sebagai bentuk peningkatan pelayanan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dikembangkan suatu bentuk deteksi dini terhadap permasalahan TKI.

(9)

9 j) Membangun sistim akuntabilitas yang dapat memberikan informasi kinerja di

lingkungan BNP2TKI, dengan menggunakan teknologi informasi.

k) Merumuskan dan menetapkan kinerja utama yang SMART dengan indikator outcome yang jelas dan mudah untuk diukur tingkat keberhasilannya.

l) Mengembangkan sistim informasi kinerja yang dapat memberikan data kinerja dari semua unit layanan yang ada dilingkungan BNP2TKI.

m) Pembenahan insfratruktur pemerintah dalam mendorong layanan dan perlindungan kepada TKI yang lebih baik.

n) Memperbaiki bisnis proses penempatan dan perlindungan TKI.

o) Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI. Untuk mencapai visi BNP2TKI yaitu Terwujudnya TKI yang Profesional, Bermartabat dan Sejahtera, sangat diperlukan koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah serta seluruh stakeholder terkait dalam penyelenggaraan tata kelola pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (BNP2TKI, 2016)

Berikut ini adalah tabel arah kebijakan dan strategi BNP2TKI dalam memberikan perlindungan dan pengawasan terhadap TKI.

Tabel 3. Arah Kebijakan dan Strategi BNP2TKI

Arah Kebijakan Strategi

Meningkatkan tata kelola

rekrutmen dan verifikasi dokumen CTKI berbasis SISKOTKLN

1. Penguatan pelaksanaan registrasi pendaftaran CTKI secara online di Dinas ketenagakerjaan Kab./Kota. 2. Mengintegrasikan rekomendasi paspor oleh Dinas

ketenagakerjaan Kab/Kota dengan sistim penerbitan paspor di Imigrasi secara online dalam SISKOTKLN. 3. Roadmap implementasi sertifikasi ISO dalam bisnis

modelproseslayanan TKI di Pusat dan Daerah. LTSP TKI di seluruh daerah asal TKI

2. Kesepakatan prinsip bersama K/L dan Kepala Daerah terkait menyangkut integrasi layanan TKI dalam LTSP daerah berbasis SISKOTKLN

1. Melakukan sosialisasi dan diseminasi informasi bekerja di luar negeri secara benar dan aman yang menjangkau wilayah dan masyarakat/lembaga secara luas.

2. Melakukan pembinaan dan pemberian sanksi dan rating lembaga penempatan dan lembaga pendukung

1. Tersedianya crisis center yang mampu melayani pengaduan secara online dengan beragam tools 2. Fasilitasi pengaduan yang diproses berbasis sistem

integrasi dengan K/L terkait/Perwakilan RI;

3. Mewujudkan Kinerja Penyelesaian Masalah Pengaduan TKI sesuai dengan Service Level Aggrement (SOP) yang dipublikasikan dalam website.

1. Menghadirkan layanan langsung ke TKI di luar negeri dengan Penyediaan Simcard yang ter-install dengan beragam fitur layanan yaitu a. Fitur Layanan Pengaduan berupa pengaduan kasus, klaimasuransi b. Fitur

(10)

10

Arah Kebijakan Strategi

peraturan nasional terkait TKI. SMS, Panic Button c. Fitur Keberadaan TKI berupa Pencarian lokasi berdasarkan poisisi HP d d. . Fitur Layanan Informasi berupa Pencarian alamat perwakilan, prosedur pengaduan, profil Negara penempatan, dll kesemuanya tanpa biaya

2. Tersedianya Aplikasi EWS yang bisa diakses secara mudah oleh CTKI/TKI di seluruh negara penempatan. 3. Kerjasama dengan negara penempatan menyangkut hak

dan kewajiban penggunaan layanan sim card EWS.

4. Kerjasama dengan negara penempatan menyangkut pelaksanaan seleksi dan monitoring kualitas majikan/pengguna.

5. Terbangunya infrastruktur unit layanan komunitas di negara penempatan yang mudah di akses TKI.

6. Tersedianya dan beroperasinya sistem monitoring TKI di negara penempatan

Dibentuknya tim Satgas khusus antar Departemen

Berkerjasama dengan imigrasi

aas Adanya unit kerja di daerah perbatasan

Pos pelayanan para CTKI

Sumber: BNP2TKI

a) Kebijakan BNP2TKI Membangun Kerjasama dengan IOM

Dalam mewujudkan suatu perlindungan TKI di luar negeri, BNP2TKI bekerjasama dengan IOM, suatu organisasi internasional yang bergerak dibidang migrasi untuk menangani human trafficking TKI di Malaysia. Kerjasama BNP2TKI dengan IOM ini ditandai dengan MOU tanggal 21 Desember 2012 dan mulai diberlakukan 1 Januari 2013 oleh kedua belah pihak. Judul MOU tersebut adalah “peningkatan kemampuan penanganan migrasi tenaga kerja di Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Filipina untuk dicontoh di negara-negara Kolombo lainnya”. Kerjasama tersebut memiliki 5 agenda diantaranya adalah monitoring of recruitment market yang dilakukan melalui bimbingan teknis petugas pemetaan potensi Calon TKI, labour market research yang dilakukan melalui bimbingan teknis monitoring permintaan pasar kerja, information campaign on safe migration yang dilaksanakan melalui sosialisasi di 30 lokasi daerah pengirim TKI, predeparture service yang dilaksanakan melalui bimbingan teknis, migrant resource service yang dilaksanakan melalui penelitian dan/pembentukan pusat pelayanan TKI (BNP2TKI, 2013).

Bentuk pelaksanaan kerjasama BNP2TKI dan IOM dalam menangani human trafficking TKI di Malaysia sama dengan penanganan human trafficking TKI di negara lainnya. Di dalam MOU tersebut terdapat 3 proyek utama yaitu: pertama, meningkatkan kemampuan pemerintah dalam melaksanakan pemantauan terhadap pelaksana penempatan atau rekrutmen dalam proses rekrutmen secara efektif. Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji kemampuan pemerintah untuk memantau proses rekrutmen tenaga kerja, mengembangkan Prosedur Standart Operasional (PSO) dan buku panduan pelatihan tentang proses rekrutmen tenaga kerja, melatih pemangku kepentingan pemerintah terkait tentang pemantauan pengerah tenaga kerja.

(11)

11 penyedia narasumber dan penyedia materi (BNP2TKI, 2015). Hasil kerjasama BNP2TKI dan IOM juga menghasilkan Penerbitan buku komik yang berjudul “Paduan Bekerja ke Luar Negeri secara Resmi dan Aman”, penerbitan buku “Bekerja ke Luar Negeri secara Legal dan Aman”, membuat booklet “Panduan Negara Penempatan untuk Para CTKI/TKI” (IOM, 2014). BNP2TKI dan IOM bekerjasama untuk memantau proses rekruitmen dengan cara memberikan pengawasan untuk perusahaan perekrut tenaga kerja. Adanya revisi modul Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) dan buku paduan penempatan yang dilakukan oleh BNP2TKI bersama dengan IOM (BNP2TKI, 2014).

Kedua, meningkatkan kemampuan negara-negara sasaran untuk menyesuaikan permintaan tenaga kerja dengan persediaan tenaga kerja yang ada oleh badan penyalur jasa tenaga kerja nasional maupun badan penempatan swasta yang terakreditasi dan terpercaya. Dengan cara mengkaji kemampuan Direktorat Pemetaan dan Harmonisasi Kompetensi BNP2TKI dalam bidang riset pasar kerja, mengembangkan modul pelatihan tentang riset pasar kerja, melatih Direktorat Pemetaan dan Harmonisasi Kompetensi BNP2TKI di bidang riset pasar kerja. Bentuk pelaksanaannya adalah riset pasar tenaga kerja dilakukan melalui penelitian, penelitian tersebut dilakukan oleh IOM lalu hasil penelitian tersebut di informasikan kepada direktorat pemetaan dan harmonisasi BNP2TKI. IOM melakukan penelitian terkait peningkatan kualitas TKI yang mengkaji tentang penempatan TKI prosedural dan juga tak berdokumen. Hasil penelitian tersebut IOM mendapatkan peta yang jelas dan sesuai pada supply dan demand tenaga kerja pada saat ini. Hal ini sangat membantu 2 direktorat baru BNP2TKI yaitu Direktorat Pemetaan dan Harmonisasi (Nakernews, 2013).

Ketiga, meningkatkan penyebarluasan dan penyediaan informasi kepada calon migran, migran yang sudah ada, dan masyarakat sumber migran mengenai proses migrasi, lapangan kerja resmi, hak-hak mereka, dan risiko terhadap migrasi yang tidak tertib, Hal ini dilakukan dengan cara melakukan studi kelayakan untuk pembentukan Pusat Sumber Daya Migran di Indonesia, melakukan pembaruan dan peningkatan layanan pra-kedatangan yang dilakukan BNP2TKI, melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat tentang migrasi yang ama. (BNP2TKI, 2015).

Hasil kerjasama BNP2TKI dan IOM dalam menangani human trafficking bisa dilihat pada saat pelaksanaan pemberdayaan korban trafficking di Desa Tracap Wonosobo. Pemberdayaan tersebut berupa peresmian kampung dan koperasi TKI oleh BNP2TKI dan IOM. IOM memberikan kambing dan ayam untuk beternak sedangkan BNP2TKI memberikan dana sebesar 10 juta rupiah sebagai biaya untuk mendirikan koperasi. Bantuan-bantuan tersebut adalah sebagai titik awal atau modal yang diberikan oleh BNP2TKI dan IOM untuk dikembangkan oleh mereka dibawah binaan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) di Wonosobo. Dari pemberian modal kambing dan ayam mereka jadikan ternak, hasil dari ternak tersebut mereka kembangkan untuk membudidayakan hewan lain seperti jamur. Sedangkan hasil dari penjualan sembako di koperasi dikembangkan untuk membuat koperasi lagi.Selain untuk pengembangan, hasil terebut juga masuk ke kantong penguruspengurusnya (TKI), sehingga kegiatan yang ada di kampung TKI tersebut adalah kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang untuk mereka juga. Dengan adanya pemberdayaan tersebut kini hidup mereka menjadi lebih sejahtera (Ajeng Ria Ayu Wulandari, 2016).

(12)

12 memberikan pengertian tentang human trafficking serta bahannya. Kampanye dan sosialisasi yang diadakan di berbagai provinsi di Indonesia tersebut membawa dampak yang baik untuk para korban. Mereka menjadi lebih memahami apa itu human trafficking dan mengerti bagaimana prosedur untuk menjadi TKI legal. Selain itu mereka juga menjadi waspada dan berhati-hati lagi jika ada tawaran untuk menjadi TKI (Ajeng Ria Ayu Wulandari, 2016).

Kerjasama BNP2TKI dan IOM dalam menangani tindak kejahatan human trafficking tenaga kerja Indonesia sudah berjalan, baik dalam bentuk informasi, pelatihan, sosialisasi, kampanye, hingga bantuan pemberdayaan bagi korban human trafficking (reintegrasi). Sehingga, dalam pelaksanaan kerjasama tersebut hampir tidak ditemukan hambatan yang berarti. Namun tidak dipungkiri faktanya masih ditemukan adanya sedikit kendala dari pelaksanaan kerjasama tersebut.Kendala yang muncul menjadi sedikit penghambat bagi kerjasama antara BNP2TKI dan IOM. Pengahambat kerjasama BNP2TKI dan IOM tersebut adalah waktu yang terbatas dalam setiap pelatihan yang diselenggarakan mengakibatkan anggota BNP2TKI tidak sepenuhnya paham tentang materi yang diberikan oleh narasumber. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh-contoh pemberian pelatihan dan sosialisasi yang diberikan IOM kepada anggota BNP2TKI. Dimana pelatihan yang diberikan paling maksimal hanya dua hari. Jika melihat dari aspek kejahatan human trafficking yang memiliki cakupan luas (transnasional), diperlukan pemberian waktu yang cukup bagi BNP2TKI untuk mengerti dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan kasus dan penanganan tindak pidana tersebut.

b) Peranan IOM dalam Membantu TKI

Ditingkat internasional perlindungan terhadap buruh migran tertera di dalam Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International Convention on the Protection of the Right of All Migrant Workers and Members of Their Families), yang disahkan pada tanggal 18 Desember 1990. Konvensi ini menegaskan bahwa hak-hak buruh migran dan keluarganya harus dihormati tanpa membedakan asal, agama dan ras. Hak-hak di sini mencakup hak dasar sebagai tenaga kerja, kebebasan berekspresi dan berkomunikasi.

Jenis bantuan dan perlindungan yang dibutuhkan oleh para penyintas ini beragam dan komprehensif, yang mana membutuhkan identifikasi yang teliti dan jenis bantuan yang fleksibel. Ragam bantuan IOM meliputi:

a) Konseling psikologis b) Medis dan kesehatan c) Pendampingan hukum

d) Pemulangan dan bantuan reintegrasi berkelanjutan, seperti bantuan membangun usaha kecil.

IOM memiliki strategi khusus mengenai keterlibatan dalam upaya membantu TKI di Malaysia, IOM mengkombinasikan tiga pendekatan dalam strategi ini, yang disebut strategi preventif, yaitu:

1) Meningkatkan kesadaran publik tentang prosedur migrasi aman melalui kampanye informasi.

2) Memberikan jasa layanan informasi pra-keberangkatan bagi calon buruh migran yang hendak berangkat.

(13)

13 Kemudian IOM melakukan kampanye informasi adalah strategi preventif utama IOM, yang bertujuan untuk mepromosikan budaya migrasi yang aman di tingkat akar rumput. Kampanye secara strategis menyasar bagian hulu dari pasar tenaga kerja, dengan memberikan informasi yang tepat sasaran dan tepat waktu kepada masyarakat luas tentang buruh migran dan risikonya.

Organisasi IOM bermitra dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI, Kepolisian Republik Indonesia, pemerintahan provinsi dan kabupaten dan sejumlah organisasi masyarakat, untuk mengembangkan dan menyalurkan materi informasi dan pendidikan tentang migrasi yang aman.

c) Strategi IOM Indonesia dalam Membantu TKI di Malaysia

Organisasi IOM memiliki strategi khusus dalam membantu TKI di Malaysia, dengan mengkombinasikan tiga pendekatan yang disebut strategi preventif, yaitu:

1) Kampanye Kesadaran Publik.

Kampanye informasi adalah strategi preventif utama IOM, yang bertujuan untuk mepromosikan dan memberikan informasi yang tepat sasaran dan tepat waktu kepada masyarakat luas tentang buruh migran dan resikonya. Tahun 2014, kampanye tentang Migrasi yang Aman dilakukan di 10 provinsi, dan sekarang IOM sedang melakukan sejumlah inisiatif peningkatan kesadaran di provinsi seperti Lampung dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan mitra otoritas setempat, serta pemimpin keagamaan dan adat.

2) Jasa Layanan Informasi Sebelum Keberangkatan.

Organisasi IOM bekerja sama dengan BNP2TKI dalam rangka pelayanan informasi sebelum keberangkatan bagi para buruh migran. Kerjasama ini mencakup revisi material pelatihan sebelum keberangkatan, pelatihan instruktur BNP2TKI di 19 provinsi dan pengembangan booklet informasi tentang 10 negara tujuan yang akan diberikan kepada para buruh migran sebelum keberangkatan. Booklet tersebut berisikan informasi tentang adat budaya negara tujuan, kerangka hukum, jasa perawatan dan lain sebagainya melengkapi materi informasi dan pendidikan yang bersifat lebih umum yang dibagikan oleh IOM.

3) Pemantauan Rekrutmen Tenaga Kerja.

Buruh migran Indonesia sekitar 98% direkrut oleh perusahaan perekrutan tenaga kerja, dan tingginya perdagangan manusia melalui saluran tenaga kerja migran, IOM bekerja dengan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrsi (Kemenakertrans) dan BNP2TKI untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memantau perekrutan tenaga kerja. Termasuk mengevaluasi sistem yang diterapkan, memberikan rekomendasi perbaikan, mengembangkan prosedur operasi standar dan pelatihan, serta meningkatkan kapasitas pengawas pemerintah. Memantau perusahaan perekrutan dan meningkatkan koordinasi antar mitra, dalam memulangkannya ke daerah asal, dan memeberikan modal agar dapat membuka usaha kecil. Bantuan IOM ini merupakan bantuan yang berkelanjutan. penindak lanjutan laporan penyelewengan perekrutan tenaga kerja. memberikan rujukan kasus untuk penyelidikan polisi sebagai contohnya. Dari hasil MoU dan pendekatan IOM, organisasi IOM akan memberikan bantuan terakhir kepada TKI yang menjadi korban Human Trafficking tersebut dengan memulangkannya ke daerah asal, dan memeberikan modal agar dapat membuka usaha kecil. Bantuan IOM ini merupakan bantuan yang berkelanjutan.

(14)

14 Dalam koordinasi dengan UNHCR, kedutaan negara pemukiman kembali, malaysian Imigrasi Departemen dan kerjasama dengan pemerintah terkait lainnya. Organisasi IOM telah mengatur kembalinya dengan sukarela migran yang terdampar lebih dari 20 negara, kemudian dikembalikannya korban perdagangan manusia ke negara asal termasuk Kamboja, Indonesia, Mongolia, Myanmar dan Thailand. Dipastikan bahwa imigran dibantu menerima dukungan yang mereka butuhkan untuk suksesnya reintegrasi.

1) Memberikan Bantuan Media dan Kesehatan

Permintaan negara asal dan dengan izin dari Departemen Kesehatan Masyarakat Malaysia, IOM melakukan pemeriksaan kesehatan semua pengungsi untuk diterima menjadi pengungsi. Dokter yang bekerjasama dengan IOM melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kesehatan pengungsi dan mengidentifikasi kondisi medis sebelum keberangkatan atau pada saat kembali ke negara asal. Pengungsi akan diberikan rontgen dada dan tes darah untuk mengidentifikasi penyakit menular. Apabila dibutuhkan IOM dapat menyediakan pengawalan medis. Diluar pemukiman pengungsi, IOM mencari informasi dengan Departemen Kesehatan Malaysia terkait isu pengungsi dan kesehatan. Salah satu isu tersebut yang memiliki implikasi kesehatan masyarakat bagi penduduk Malaysia yang lebih luas, melibatkan pengobatan dan pencegahan penyakit menular diantara populasi migran tidak berdokumen.

2) Bantuan Orientasi Budaya

Orientasi budaya IOM /Culture Orientation (CO) tim di Malaysia menyediakan pembahasan untuk pengungsi yang ingin menuju Australia. Lebih dari 10.000 pengungsi telah menghadiri pembahasan mengenai orientasi budaya dari IOM sejak tahun 2005. Pembahasan ini memiliki durasi 3-5 hari, berlangsung dalam suatu lingkungan belajar interaktif, dan mencakup informasi penting bahwa pengungsi perlu untuk integrasi yang sukses di negara tujuan. Topik yang dibahas ialah tentang kesehatan, sistem hukum, transportasi dan bagaimana mendapatkan pekerjaan. Pembelajaran khusus telah dikembangkan untuk anak-anak, keluarga, remaja, dan orang tua. Balita dan bayi disediakan dengan tempat penitipan anak, sementara orang tua mereka menghadiri pembahasan CO.

SIMPULAN

Terjadinya kasus human tarfficking yang dialami oleh TKI di Malaysia disebabkan oleh banyaknya lembaga yang mengeluarkan ijin rekrut dan kurangnya pengawasan terhadap cara kerja agen perekrut. Selain itu, mudahnya akses para CTKI ke negara tersebut karena faktor kesamaan budaya dan bahasa anatara Indonesia dan Malaysia yang serumpun. Sementara itu, peran BNP2TKI dalam kasus human trafficking hanya memberikan pendampingan terhadap korban human trafficking, karena pengawasan TKI di Malaysia merupakan wewenang dari pihak perwakilan Indonesia yang di Malaysia (KBRI). Sedangkan pengawasan dan penindakan kasus human trafficking di Indonesia dilakukan oleh Bareskrim hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

(15)

15 prosedural (resmi). Selain itu, cara kerja masing-masing instasi terkait yang bertanggung jawab terhadap TKI di luar negeri bekerja secara parsial, yaitu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Padahal, semua instansi di atas memiliki tanggung jawab terhadap kasus human trafficking.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Anna Sabhana, (2012), Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaan Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

BNP2TKI, (2016), Laporan Kinerja BNP2TKI Tahun 2016

Geerards, I.T., (2010), Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Vol 21 No. 4. Hal. 361-370. Tindakan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi dalam Menangani Permasalahan TKI di Arab Saudi.

Irawaty, Tuti, (2011), Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa

Noeswantari, Dian, dkk., (2012), Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Volume 24 No. 2, April–Juni 2011, halaman 162–175. Mencegah Trafficking Melalui Prosedur Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Redatin Parwadi, (2012), Jurnal Kebijakan Publik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2012, hlm. 1-57

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Mengenai Tenaga Kerja

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Wulandari, Ajeng Ria Ayu, (2016), Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 1, hal. 189-196. Kerjasama BNP2TKI dengan IOM dalam menangani Human Trafficking tenaga kerja Indonesia di Malaysia periode 2011-2015

Gambar

Tabel di bawah ini adalah 15 provinsi asal pengirim TKI paling tinggi di Indonesia pada tahun 2015-2016
Tabel 3. Arah Kebijakan dan Strategi BNP2TKI

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil empat strategi tersebut dapat dihasilkan bahwa berhasilnya merubah madrasan untuk menjadi lebih baik dari pada sebelumnya ialah diperoleh melalui strategi knowledge

Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala madrasah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para

Perilaku Kesantunan Bicara Anak Usia Dini. Penelitian ini di latar belakangi oleh Pola asuh demokratis orang tua di KB-TK Yapita. tidak semua orang tua kelompok B menggunakan

Fungsi transfer yang didapatkan kemudian digunakan sebagai persamaan dalam program pada sensor serat optik untuk mengukur konsentrasi ion logam berat timbal yang terbaca

Matematika merupakan ilmu yang universal, mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

8.6 Bagi permohonan untuk murid Tahun 1 (Kategori 3), permohonan perlu dibuat menggunakan proses yang sama dan perlu dihantar ke Bahagian Biasiswa pada atau sebelum 1 Mac

Kawasan padat penduduk Kelurahan Naikoten I, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang setiap terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi selalu terjadi banjir/genangan air. Hal

KEGIATAN NOVEMBER DESEMBER. I II III IV I II