• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pekerja Sosial di Lingkungan Lem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Pekerja Sosial di Lingkungan Lem"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Society prepares the crime, the criminals commits it. Begitulah sajak salah satu penulis terkenal Italia, Vittorio Alfieri, mengenai struktur sosial yang mempengaruhi adanya kriminalitas. Dalam pandangan ini beberapa sosiolog pada masa itu merasa bahwa kerugian ekonomi yang dihadapi oleh beberapa segmen masyarakat, serta faktor lain yang diakibatkan oleh tekanan masyarakat dan kekuatan lainnya, pada dasarnya menetapkan panggung untuk gaya hidup kriminal, dan para penjahat adalah orang-orang yang menindaklanjuti dengan itu dan melakukan kejahatan yang sebenarnya. Dalam kata lain adalah bahwa kejahatan merupakan suatu konstruksi sosial dan realitas sosial. Menurut Berger dan Luchmann (1971) dalam Payne (2005) konstruksi sosial merupakan proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Dalam Payne (2005) menjelaskan bahwa anggapan mengenai suatu realitas sosial, terutama penyimpangan atau kejahatan, apabila orang yang berkuasa ataupun pemerintah menganggap itu sebagai suatu realitas (penyimpangan atau kejahatan).

Dewasa ini, perkembangan tindak kejahatan maupun kriminalitas semakin beragam tidak hanya di Indonesia maupun di Dunia seiring dengan tingkat globalisasi yang tinggi. Mulai dari kejahatan klasik seperti pencurian dan pembunuhan maupun kejahatan akibat efek globalisasi seperti cyber crime. Pelaku kejahatan juga sudah merambah ke berbagai golongan dan lapisan masyarakat, laki-laki dan perempuan, remaja dan dewasa, maupun pemerintah dan pemuka agama. Maka dari itu seiring perkembangan kejahatan maka berkembang juga hukum atau aturan yang berlaku untuk menekan tindak kejahatan maupun penyimpangan.

(2)

Indonesia seperti Jakarta. Berdasarkan riset Overseas Security Advisory Council (OSAC) Jakarta merupakan kota dengan ancaman kejahatan yang tinggi dengan berbagai jenis ancaman seperti cybercrime, terrorisme, pencurian dan perampokan, serta pembunuhan. Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan perkembangan tahanan dan narapidana yang ada di Indonesia. Berdasarkan data dalam Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham terdapat 214.762 orang tahanan dan narapidana baik dewasa maupun anak-anak dengan jumlah penghuni terbanyak per kanwil yaitu Sumatera Utara.

Namun, banyaknya jumlah tahanan dan narapidana yang ada di Indonesia berbanding terbalik dengan kapasitas penampungan lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Indonesia. Jumlah UPT Lapas yang ada di Indonesia sebanyak 494 Lapas yang tersebar di 33 Provinsi atau Kanwil. Dari 494 Lapas hanya 100 lapas yang jumlah penghuninya tidak melebihi kapasitas dan merupakan Lapas Khusus seperti LPKA, Lapas Narkotika, maupun Lapas Terbuka. Kondisi tersebut dapat menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak tahanan dan narapidana maupun mengurangi tingkat keefektifan proses rehabilitasi maupun pembinaan kemasyarakatan. Dalam beberapa kasus terdapat fasilitas Lapas yang dirusak dan tahanan kabur akibat kelebihan kapasitas dan kurangnya sumber daya manusia pengelola lapas tersebut.

(3)

maupun pembinaan kemasyarakatan. Pada tahun 2006 lembaga pemasyarakatan di Indonesia mendapatkan kritik karena 10% dari seluruh penghuni lapas di Indonesia meninggal akibat kekurangan gizi dan buruknya sanitasi. Permasalahan lainnya adalah banyaknya bekas warga binaan atau residivis yang langganan menjadi penghuni lapas. Hal tersebut terjadi kurangnya keefektifan dalam proses pembinaan para penghuni lapas.

Pekerja sosial merupakan profesi pertolongan yang membantu kliennya agar dapat memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, dan menjalankan peran sesuai status. Pekerja sosial sendiri memiliki beberapa setting seperti pekerja sosial dengan keluarga dan anak, pekerja sosial medis, maupun pekerja sosial dalam bidang koreksional. Pekerja sosial koreksional merupakan pekerja sosial yang memiliki ruang kerja di bidang pemasyarakatan dengan fokus pembinaan dan pemenuhan kebutuhan para warga binaan.

Pekerja sosial di Indonesia sendiri belum memiliki payung hukum keprofesian yang jelas selain dari Peraturan Menteri Sosial. Pekerja sosial koreksional dianggap memiliki peran penting dalam proses pembinaan dan pemenuhan kebutuhan para warga binaan karena beberapa masalah yang telah disebutkan. Praktek pekerja sosial koreksional sendiri belum diaplikasikan di Indonesia namun sudah dilakukan di berbagai negara seperti Amerika. Maka dari itu penulis akan menjelaskan berbagai praktek yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial koreksional di Indonesia dalam menghadapi beberapa kasus dan permasalahan yang terjadi dalam lembaga pemasyarakatan.

B. Tinjauan tentang Pekerja Sosial

(4)

perilaku manusia sebagai makhluk sosial. Dalam Pincus dan Minahan (1973) pekerjaan sosial berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka.

Pekerja sosial dipandang sebagai sebuah bidang keahlian (profesi), yang berarti memiliki landasan keilmuan dan seni dalam praktik (dicirikan dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi), sehingga muncul juga definisi pekerja sosial sebagai profesi yang memiliki peranan paling penting dalam domain pembangunan kesejahteraan sosial. Sebagai suatu profesi kemanusiaan, pekerjaan sosial memiliki paradigma yang memandang bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan institusi strategis bagi keberhasilan pembangunan.

(5)

keberfungsian sosial klien yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan klien.

Dalam prakteknya pekerja sosial memiliki beberapa metode, antara lain: 1. Social Case Work

Bimbingan sosial individu/perseorangan adalah suatu rangkaian pendekatan teknik pekerjaan sosial yang ditujukan untuk membantu individu yang mengalami masalah berdasarkan relasi antara pekerja sosial dengan seorang penerima pelayanan secara tatap muka.

Prinsip dasar pada bimbingan sosial perseorangan adalah:

a. Penerimaan, seorang pekerja sosial harus mau menerima dan menghormati penerima pelayanan (klien) dalam setiap kondisi yang dialaminya.

b. Komunikasi, antara pekerja sosial dan klien harus saling memberi dan menerima informasi.

c. Individualisasi, pekerja sosial harus memahami, menerima bahwa klien sebagai pribadi yang unik, dalam arti berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.

d. Pertisipasi, pekerja sosial harus ikut serta secara langsung dalam membantu mengatasi permasalahan klien.

e. Kerahasiaan, pekerja sosial harus mampu merahasiakan informasi yang diberikan oleh klien.

f. Kesadaran diri, sebagai manusia pekerja sosial menyadari akan respon klien serta motivasi dan relasi bantuan profesional.

2. Social Group Work

(6)

sosialnya dengan kondisi tertentu atau membantu kelompok mencapai tujuannya. Adapun tugas-tugas pekerja sosial dengan kelompok, antara lain: a. Membentuk kelompok dalam memahami tujuan dari badan sosial yang

menyelenggarakan bimbingan sosial kelompok itu dan sampai sejauh mana dapat memberikan keuntungan bagi pencapaian tujuan kelompok. b. Membantu kelompok dalam merumuskan sasaran kerja, maksud dan

tujuan kelompok.

c. Membantu kelompok dalam mengembangkan jiwa kelompok dan kesadaran para anggota kelompok.

d. Membantu kelompok untuk menyadari kemampuan dan kelemahannya sehingga ia dapat mengambil keputusan sesuai tingkatnya.

e. Membantu kelompok untuk mengetahui atau mengenal persoalan-persoalan yang terjadi di dalam kelompok.

f. Membantu kelompok untuk berusaha menyempurnakan organisasi, kemudian membantu para pemimpinnya memahami tugas.

g. Membantu kelompok dalam usahanya untuk memperoleh sumber-sumber yang diperlukan.

h. Membantu individu-individu untuk saling menerima temannya dan saling bergaul dengan penuh tanggung jawab sebagai sesama anggota kelompok.

3. Community Organization dan Community Development

(7)

a. Penyusunan program didasarkan kebutuhan nyata yang mendesak di masyarakat.

b. Partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat.

c. Bekerja sama dengan berbagai badan dalam rangka keberhasilan bersama dalam pelaksanaan program.

d. Titik berat program adalah upaya untuk pencegahan, rehabilitasi, pemulihan, pengembangan dan dukungan.

Selain 3 metode utama praktek pekerjaan sosial tersebut, terdapat pula metode bantuan seperti Aksi Sosial yang menekankan pada upaya menggerakkan masyarakat untuk mendapatkan atau menciptakan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhannya. Pekerja sosial berupaya memberikan bimbingan kepada masyarakat untuk menyadari kekurangan, memahami akan potensi dan sumber yang dimiliki dan berupaya mengatasi masalah secara bersama-sama. Selanjutnya adalah Administrasi Sosial yang berfokus pada proses penyelenggarakan dan pelaksanaan usaha kerja sama sekelompok orang yang terorganisir dengan baik, dengan menggunakan sumber fasilitas yang ada untuk memberikan pertolongan sosial kepada masyarakat agar dapat meningkatkan fungsi sosial dan taraf hidupnya. Selain itu terdapat juga Penelitian Pekerjaan Sosial, kegiatan penelitian yang dilaksanakan berdasarkan metode ilmiah untuk memperoleh informasi tentang berbagai permasalahan sosial, baik aktual maupun potensial dalam upaya meningkatkan mutu pengetahuan pekerjaan sosial maupun kualitas pelayanan sesuai tujuan pekerjaan sosial.

Dalam Heru Sukoco (1995) adapun peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial, antara lain:

(8)

mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.

2. Peran sebagai perantara (broker). Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.

3. Pendidik (educator). Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan.

4. Tenaga ahli (expert). Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).

5. Perencana sosial (social planner). Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

(9)

Perkembangan pekerja sosial di Indonesia terbilang cukup signifikan, berhubung dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial dalam melakukan usaha kesejahteraan sosial yang membutuhkan peranan dan pendampingan pekerja sosial. Praktek pekerja sosial di Indonesia sendiri dalam realitasnya sangat dibutuhkan di berbagai panti sosial untuk memberikan pertolongan dan melakukan pendampingan bagi para penghuni panti sosial seperti panti sosial anak maupun panti rehabilitasi bagi para penderita HIV/AIDS. Selain itu, program-program Kementerian Sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), penanganan korban bencana, dan pemberdayaan adat terpencil juga membutuhkan pendampingan pekerja sosial. Peranan pekerja sosial juga telah dikembangkan sampai kepada sub pemerintahan yaitu Kecamatan seperti adanya Tenaga Kerja Sosial Kecamatan (TKSK).

Dalam setting koreksional sendiri, pekerja sosial belum memiliki ruang khusus dalam menerapkan keterampilannya di bidang koreksi atau pemasyarakatan. Dalam lembaga pemasyarakatan, proses pembinaan warga binaan biasanya dilakukan oleh sipir maupun konselor yang berasal dari lulusan jurusan hukum. Profesi lainnya yang turut andil dalam pengelolaan lembaga pemasyarakatan adalah dokter yang berfokus pada pelayanan kesehatan maupun guru sebagai tenaga pendidik pada lembaga pembinaan khusus anak (LPKA).

C. Aplikasi Peran Pekerja Sosial Koreksional di Indonesia

(10)

terpidana atau seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menjalani pidan hilang kemerdekaan di lapas.

Permasalahan utama dalam sistem pemasyarakatan dalam lembaga pemasyarakatan di Indonesia adalah overcapacity atau kelebihan kapasitas penghuni lapas. Permasalahan dalam penanganan masalah overcapacity ini biasanya disebabkan oleh 3 hal yaitu tingginya tingkat kriminalitas di suatu daerah, kurangnya fasilitas di lapas, dan minimnya sumber daya manusia dalam mengelola lapas. Akar permasalahan tersebut yang akhirnya membuat masalah-maslah lainnya dalam lapas salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan warga binaan untuk mendapatkan pelayanan secara efektif dalam proses pemasyarakatan. Kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan sandang, pangan, maupun papan tetapi juga menyangkut kebutuhan psikologis, sosiologis, maupun spiritual.

Dari berbagai dampak dari permasalahan yang terjadi pada lembaga pemasyarakatan muncul lah permasalahan baru dengan sasaran para penghuni lapas tersebut. Dalam beberapa kasus terdapat masalah yang dialami oleh para warga binaan seperti depresi, tidak mampu memecahkan masalah, maupun tidak mampu menjalani tugas-tugasnya di dalam lembaga pemasyarakatan. Maka tidak jarang ditemukan kasus bunuh diri para warga binaan di dalam lapas maupun warga binaan yang mencoba kabur. Maka pemenuhan kebutuhan psikologis, sosiologis, dan spiritual juga harus mendapatkan perhatian penuh dalam proses pemasyaarakatan.

(11)

dengan perlakuan seseorang terhadap dirinya. Contoh kasus lainnya adalah warga binaan yang gantung diri di Lapas Rajabasa, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 17 Januari 2016. Berdasarkan kolom berita online Republika, warga binaan tersebut melakukan tindakan gantung diri dikarenakan istrinya meminta izin untuk menikah lagi sehingga ia mengalami depresi dan gangguan kejiwaan sehingga mengakhiri hidupnya.

Dari contoh kasus tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa gangguan-gangguan kejiwaan kemungkinan akan dialami oleh sebagian besar para warga binaan. Hal tersebut dikarenakan adanya tekanan dari dalam diri warga binaan maupun lingkungan sekitarnya. Maka dari itu pemenuhan kebutuhan dan penaganan permasalahan psikologis para warga binaan sangatlah penting.

Pekerjaan sosial sebagai salah satu profesi pertolongan memiliki peluang cukup besar untuk turut andil dalam mengatasi permaslahan-permasalahan yang terjadi di lembaga pemasyarakatan maupun warga binaannya. Melalui social casework atau praktek pekerja sosial dengan individu, pekerja sosial diharapkan mampu mengurangi tekanan-tekanan yang dihadapi oleh para warga binaan serta bekerja sama dalam meningkatkan keberfungsian sosial warga binaan agar mampu kembali ke masyarakat. Pembinaan berbasis rehabilitasi juga menjadi tugas pokok pekerja sosial dalam memberikan pelayanan terhadap warga binaan. Pertolongan lainnya berupa bimbingan konseling bagi individu maupun keluarga warga binaan serta advice giving juga dapat membantu meningkatkan relasi warga binaan dengan lingkungan sekitarnya. Pekerja sosial juga mampu menjadi behaviour specialist yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku para warga binaan agar sesuai dengan peran yang diemban dan harapan masyarakat.

(12)

tidak ada lagi stigma-stigma negatif terhadap bekas warga binaan yang memungkinkan akan menimbulkan depresi. Persiapan tersebut bukan hanya ditujukan bagi individu namun juga keluarga maupun lingkungan sekitar warga binaan di tempat tinggalnya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial koreksional sesungguhnya memiliki peran penting dalam proses pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan. Selain peran-peran yang telah disebutkan pekerja sosial juga mampu turut andil dalam pembuatan kebijakan menganai proses pemasyarakatan dan pemenuhan kebutuhan narapidana. Namun, realitanya pekerja sosial belum memiliki payung hukum yang kuat dalam menunjang praktek keprofesiannya yaitu undang-undang tentang pekerjaan sosial itu sendiri. Sehingga kemawasan akan pentingnya peran pekerja sosial dalam lembaga pemasyarakatan sangat lah kurang. Pekerja sosial dalam perspektif masyarakat luas masih dianggap sebagai pelaksana teknis program kementerian sosial dalam mengentaskan kemiskinan maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana. Maka dari itu, studi mengenai peran pekerja sosial dalam seting koreksional serta pentingnya fungsi dari pekerja sosial itu sendiri di dalam lembaga pemasyarakatan perlu ditingkatkan. Hal tersebut berbanding lurus dengan meningkatnya berbagai masalah yang terjadi dalam lembaga pemasyarakatan maupun warga binaannya itu sendiri.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

(13)

pembinaan, pendampingan, dan rehabilitasi juga menjadi lahan bagi pekerja sosial untuk meningkatkan keberfungsian sosial warga binaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo & Meilany Budiarti. 2010. Dasar-Dasar Pekerja Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran

Edi Suharto. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: LSP STKS

Payne, Malcolm. 2005. Modern Social Work Theory. New York: Palgrave Macmillan Heru Dwi Sukoco. 1995. Introduction to Social Work Practice. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Sumber Lain

http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly diakses pada 27/05/2017 19.22

http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/05/28/warga-binaan-gantung-diri-di-lp-anak-martapura-ini-bunyi-surat-andre-kepada-ibunda diakses pada 31/05/2017 23.27

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/10/30/ofuk97365-tahanan-polsek-ditemukan-tewas-gantung-diri diakses pada 31/05/2017 23.55

https://www.numbeo.com/crime/country_result.jsp?country=Indonesia diakses pada 27/05/2017 15.43

Referensi

Dokumen terkait

Bagian tanaman yang biasa digunakan untuk membuat preparat dengan metode squash adalah ujung akar yang bersifat meristematik.. Menurut Parjanto et

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatianmasyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenilecourt) pada 1899 di

RMS error of the manipulator obtained by comparing software simulation data and the results of neuro-fuzzy method shows quite small values on the X, Y and Z axis, which are less than

Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya level of significance terletak pada α = 0.05 Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan regresi

DALAM USAHA MENGATISIPASI TERJADINYAKREDIT BERMASALAH (Studi Pada PT.. Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk. Kantor

Se2ara umum pasien gastritis er"si+ mengeluh dyspepsia$Dyspepsia adalah suatu sindr"m9kumpulan gejala berupa mual muntah kembung nyeri ulu hati senda#a rasa

Hasil penelitian menunjukkan identifikasi bakat olahraga cabang bola basket dengan metode Sport Search pada siswa KU 11-15 tahun Asrama Marsudirini Kecamatan Muntilan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN SISWA MATERI PENGOLAHAN DATA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia