• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULTI PARTAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MULTI PARTAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ST"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

LATAR BELAKANG

Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak asasi tersebut terwujud dalam institusi partai politik. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki kedudukan dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi. Tidak ada negara demokrasi tanpa partai politik. Karena itu partai politik biasa disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state)dengan warga negaranya (the citizen).

Definisi Partai Politik dalam UU No 2 Tahun 2008 adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD1945.

Seiring dengan pemaknaan partai politik di atas, maka terdapat juga perkembangan wacana dalam sistem kepartaian. Sistem kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik. Maurice Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai tunggal, sistem dwipartai, dan sistem banyak partai. Pada perkembangannya saat ini banyak Negara-negara di Dunia sudah mulai menerapkan sistem banyak partai atau multipartai sebagai sebuah refleksi dari kemerdekaan bertindak dan berekspresi yang banyak diakomodir dalam banyak konstitusi di Negara-negara yang menganut demokrasi.

(2)

multi partai, peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masing-masing, dihadapkan kepada dua pilihan,yaitu berusaha untuk menggabungkan kepentingan-kepentingan dari seluruh partai atau memperjuangkan kepentingan masing-masing dimana konsekuensinya adalah terjadinya banyak konflik antar partai. Ideologi dari masing-masing partai yang sangat mempengaruhi jenis kepentingan yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling menjatuhkan.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Teori Partai Politik

Partai politik menurut Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political Parties, yaitu organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan-pandangan yang berbeda.

Partai politik secara mendasar adalah sebuah organisasi atau institusi yang mewakili beberapa golongan dari masyarakat yang memiliki tujuan yang sama yang kemudian bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuannya tersebut(Lawson). Oleh karena itu dalam sebuah Negara yang berdemokrasi partai politik sebagai sebuah lembaga memiliki peranan yang penting dalam Negara demokrasi khususnya pada masa sekarang ini.

2.2 Teori Sistem Kepartaian

Maurice Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai tunggal, sistem dwipartai, dan sistem banyak partai. Pada perkembangannya saat ini banyak Negara-negara di Dunia sudah mulai menerapkan sistem banyak partai atau multipartai sebagai sebuah refleksi dari kemerdekaan bertindak dan berekspresi yang banyak diakomodir dalam banyak konstitusi di Negara-negara yang menganut demokrasi.

(4)

2.3 Teori Stabilitas Nasional

Stabilitas nasional berkaitan dengan menciptakan kondisi dalam negeri yang stabil secara politik, ekonomi, dan sosial dengan peran aktif pemerintah dalam melakukan mobilisasi atas sumber daya manusia dan alamnya yang dapat mendukung modernisasi dan perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol pemerintah atas setiap individu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban bersama (Palmer, 1989). Selain itu, stabilitas nasional mengharuskan elit atau rezim yang berkuasa untuk memberikan pengaruh kepada massa baik melalui cara koersif, ekonomi, maupun simbolis untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman tanpa konflik dan seimbang sama rata (Palmer, 1989).

(5)

BAB III PEMBAHASAN

SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS PEMERINTAH 3.1 Partai Politik

Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta demokratis dan berdasarkan hukum.

Hak asasi tersebut terwujud dalam institusi partai politik. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki kedudukan dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi. Tidak ada negara demokrasi tanpa partai politik. Karena itu partai politik biasa disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state)dengan warga negaranya (the citizen).

(6)

Dalam demokrasi, partai politik merupakan pilar utama (bukan kedua atau ketiga), karena pucuk kendali roda pemerintahan ada di tangan eksekutif, yaitu presiden dan wakil presiden. Sebagaimana dirumuskan dirumuskan dalam UUD 1945 Pasal 6A ayat (2), bahwa calon presiden dan calon wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Artinya hak itu secara eksklusif─hanya partai politik yang disebut UUD 1945─diberikan kepada partai politik.

Karena itulah, semua demokrasi membutuhkan partai politik yang kuat dan mapan guna menyalurkan berbagai tuntutan warganya, memerintah demi kemaslahatan umum serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sangat rasional argumentasinya jika upaya penguatan partai politik dibangun oleh kesadaran bahwa partai politik merupakan pilar yang perlu dan bahkan sangat penting untuk pembangunan demokrasi suatu bangsa. jadi, derajat pelembagaan partai politik itu sangat menentukan kualitas demokratisasi kehidupan politik suatu negara.

3.2 Sistem Kepartaian

Dalam demokrasi, partai berada dan beroperasi dalam suatu sistem kepartaian tertentu. Setiap partai merupakan bagian dari sistem kepartaian yang diterapkan di suatu negara. dalam suatu sistem tertentu, partai berinteraksi dengan sekurang-kurangnya satu partai lain atau lebih sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang diberlakukan. Sistem kepartaian memberikan gambaran tentang struktur persaingan di antara sesama partai politik dalam upaya meraih kekuasaan dalam pemerintahan. Sistem kepartaian yang melembaga cenderung meningkatkan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan.

Untuk melihat sistem kepartaian suatu negara, ada dua pendekatan yang dikenal secara umum. Pertama, melihat partai sebagai unit-unit dan sebagai satu kesatuan yang terlepas dari kesatuan-kesatuan lain. Pendekatan numerik ini pernah dikembangkan Maurice Duverger (1950-an), ilmuwan politik kebangsaan Prancis. Menurut Duverger, sistem kepartaian dapat dilihat dari pola perilaku dan interaksi antarsejumlah partai dalam suatu sistem politik, yang dapat digolongkan menjadi tiga unit, yakni sistem partai tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multipartai.

(7)

pluralisme moderat, dan pluralisme ekstrem. Kedua pendekatan ini bisa digunakan untuk melihat sistem kepartain Indonesia di masa lalu, kini, dan mendatang. .

Dalam sejarahnya, Indonesia telah mempraktikkan sistem kepartaian berdasarkan pada sistem multipartai. Meski dalam derajat dan kualitas yang berbeda.

3.3 Stabilitas Nasional

Stabilitas nasional berkaitan dengan menciptakan kondisi dalam negeri yang stabil secara politik, ekonomi, dan sosial dengan peran aktif pemerintah dalam melakukan mobilisasi atas sumber daya manusia dan alamnya yang dapat mendukung modernisasi dan perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol pemerintah atas setiap individu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban bersama (Palmer, 1989). Selain itu, stabilitas nasional mengharuskan elit atau rezim yang berkuasa untuk memberikan pengaruh kepada massa baik melalui cara koersif, ekonomi, maupun simbolis untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman tanpa konflik dan seimbang sama rata (Palmer, 1989). Hal ini menjadikan stabilitas nasional memegang peranan penting bagi negara karena merupakan salah satu faktor bagi pembentukan integrasi bangsa. Selain itu, terciptanya stabilitas nasional dapat menjaga kedaulatan negara serta mencegah adanya intervensi bangsa asing ke dalam permasalahan dalam negeri. Kondisi suatu negara yang stabil akan mendukung kemajuan perkembangan politik, sektor ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi serta mendukung peran aktif negara dalam sistem internasional (Palmer, 1989).

Menurut Palmer (1989), pembangunan politik merupakan kunci dalam menciptakan stabilitas nasional dan setidaknya ada tiga teori atau pendekatan yang dapat dijadikan acuan. Teori atau pendekatan deterministik atau evolusionari percaya bahwa pembangunan atau kemajuan politik merupakan sebuah proses dimana kepemimpinan proletariat menjadi kunci utamanya, seperti pemikiran Karl Marx. Pendekatan kedua adalah teori normatif yang menyatakan bahwa pembangunan politik dapat dicapai melalui empat nilai yaitu efisiensi, persamaan, demokrasi, dan keamanan (Palmer, 1989). Stabilitas nasional dapat dicapai kemudian jika setiap individu mendapatkan persamaan standar hidup yang sama dari negara seperti dalam bidang pendidikan, tempat tinggal, layanan kesehatan, dan pekerjaan. Pendekatan terakhir adalah teori deskriptif dan analitis yang fokusnya adalah melakukan perbandingan atas dua teori yang telah dijelaskan sebelumnya.

(8)

dipenuhi sehingga hal tersebut dapat dicapai. Menurut Palmer (1989), nilai dan pengetahuan kelompok elit dominan akan negaranya serta kapabilitas institusional rezim berkuasa dalam mengontrol dan memobilisasi sumber daya alam dan manusia menjadi salah satu hal yang harus dipenuhi. Pengetahuan elit yang tinggi serta kemampuan pemerintah dalam mengontrol individu dan masyrakat dapat menjadi faktor terciptanya stabilitas nasioanal. Selain itu, perlunya suatu nilai-nilai dan atribut kultural yang dapat menyatukan massa dalam suatu kesatuan juga menjadi salah satu syarat (Palmer, 1989). Negara juga perlu mendapat dukungan atau pengakuan secara regional dan internasional agar stabilitas nasional tercapai dan kedaulatan tidak terancam. Semuanya dapat dicapai hanya jika partai politik, birokrat, dan militer mampu memegang peranan aktif dan positif untuk menyatukan masyarakat dan menciptakan tatanan politik, ekonomi, dan sosial yang stabil (Palmer, 1989).

Tercapainya stabilitas nasional tentu akan menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi keberlangsungan kehidupan bermasyarakat seperti pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sistem politik.

3.4 SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS PEMERINTAH

Partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak berperan penting dalam kelancaran proses demokratisasi. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik, sangat berperan penting dalam penyaluran kepentingan ini terhadap pemerintah. Namun pada kenyataannya peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masing-masing, dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu berusaha untuk menggabungkan kepentingan-kepentingan dari seluruh partai atau memperjuangkan kepentingan masing-masing dimana konsekuensinya adalah terjadinya banyak konflik antar partai. Ideologi dari masing-masing partai yang sangat mempengaruhi jenis kepentingan yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling menjatuhkan.

(9)

Setiap partai politik berusaha untuk mempengaruhi setiap individu agar mau bersikap dan mempunyai orientasi pikiran yang sesuai dengan ideologi partai tersebut.

Sistem multi partai memang menjadi ciri khas dari sistem pemerintahan saat ini. Saat ini, peran partai politik dalam mempengaruhi situasi politik nasional sangat menonjol. Baik tidaknya pengaruh yang diberikan oleh partai politik terhadap situasi nasional tergantung bagaimana partai politik tersebut menjalankan fungsinya sebagai sebuah partai politik.

(10)

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan

Ada 3 tiga aspek penting stabilitas di dalam suatu negara, yaitu stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan stabilitas hukum. Namun yang menjadi sentral dari hal tersebut adalah stabilitas politik. Stabilitas politik yang direpresentasikan melalui partai politik dan berada dalam sistem multi partai ini menjadi hal penting dikarenakan jika stabilitas politik dapat terjadi, maka stabilitas ekonomi dan hukum juga akan mengikuti. Hal ini dikarenakan, jika suatu konsensus di dalam pemerintahan yang di dalamnya terdapat berbagai aktor politik yang berasal dari latar belakang berbeda dapat secara tidak banyak konflik, maka suatu kebijakan baik berupa produk hukum maupun yang lainnya dapat menciptakan stabilitas nasional. Namun berbanding terbalik jika terdapat banyak konflik yang ditimbukan akibat sistem multi partai, yang di dalamnya terdapat banyak partai dan aktor-aktor politik, maka yang terjadi adalah stabilitas nasional sulit untuk terjadi, bahkan dapat menganggu efektivitas di dalam pemerintahan.

4.2 Rekomendasi

Berkaca pada pengalaman hampir dua puluh tahun paska reformasi, demokrasi Indonesia dengan sistem mulltipartai belum signifikan memberikan harapan bagi pengelolaan tata pemerintahan yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan jumlah partai di Indonesia yang terlalu banyak sehingga terlihat tidak proposional. Selain itu, adanya banyak partai yang ada pada saat ini juga tidak mencerminkan adanya penampungan aspirasi rakyat. Bahkan dengan sistem multi partai dengan jumlah partai yang melambung ini juga menjadikan penghambat stabilitas nasional yang mengakibatkan stabilitas ekonomi maupun keamanan, maupun dari stabilitas politik itu sendiri.

(11)

MATA KULIAH PARTAI POLITIK

Tema : Multi Partai dan Stabilitas Nasional/Efektivitas Pemerintah

JUDUL

SISTEM MULTI PARTAI DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS NASIONAL DAN EFEKTIVITAS

PEMERINTAH

Nama Kelompok

Ade Nugroho (1416021002)

M. Ikhsan Taufik (1416021074) NurCahyo Andry M (1416021080)

Panji Satrio (1416021084)

M Wahyu Saputra (1416021058)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembentukan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Selensen dimulai dari Kebijakan Program Pemberdayaan Desa (PPD) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Bahwa variabel physical evidence dan gaya hidup memiliki pengaruh secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada Chanel Distro Di Tenggarong.. Bahwa variabel

Pelaksanaan kegiatan bermain congklak memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di TK Bina Asuhan Mayang Pongkai

kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, untuk itu di sarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar

Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa minat usaha angkatan kerja perempuan di beberapa Kabupaten, Kota dan di Propinsi Sumatera Barat pada umurnnya adalah

[r]

Konsep ini juga dapat dilihat sebagai puncak dari eksperimen Belanda terhadap multikulturalisme plural, yang memberikan ruang sebesar-besarnya bagi kebebasan ekspresi

“Telah merasakan nikmatnya iman, orang yang rela menjadikan Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagi agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Wahai ibuku, hendaklah