TIPE DAN MOTIF DALAM SASTRA LISAN DI PROVINSI MALUKU TYPE AND MOTIVE OF ORAL LITERATURE IN MALUKU
Oleh
Helmina Kastanya Evi Olivia Kumbangsila
Nita Handayani Hasan
Kantor Bahasa Provinsi Maluku
Jalan Jenderal Soedirman, Batumerah Atas, Ambon Pos-el: kantorbahasaprovmaluku@gmail.com
ABSTRAK
Pengumpulan ragam sastra lisan yang ada di nusantara termasuk di wilayah Maluku merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut dapat menunjukan kekayaan budaya bangsa, serta dapat menumbuhkan rasa bangga akan keberanekaragaman kekayaan sastra lisan nasional. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu karena bertujuan untuk menginventarisasikan cerita-cerita rakyat yang ada di Provinsi Maluku kemudian cerita-cerita-cerita-cerita tersebut diklasifikasikan dalam tipe dan motif sastra lisan. Lokasi penelitian ini berada di kabupaten Maluku Tengah yaitu meliputi pulau Seram dan pulau Lease (Pulau Saparua dan Pulau Haruku). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Penelitian ini berhasil mengumpulkan sejumlah data cerita rakyat yang dapat diklasifikasikan dalam tipe cerita yang mengacu pada dasar madzab findlandia. Dari tujuh tipe yang dikemukakan oleh Aarne-Thompson yang dijumpai dalam cerita rakyat Maluku hanya lima tipe yaitu animals tales, tales of magic, religious tales, realistic tales dan tales of stupid. Selain itu dari enam motif cerita yang dikemukakan oleh Taum hanya lima motif yang terdapat dalam cerita rakyat maluku. Motif yang tidak termasuk adalah motif yang menggambarkan tipe orang tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua tipe dan motif cerita rakyat dapat dijumpai di dalam cerita rakyat Maluku. Jika penelitian ini dilakukan lebih lanjut di semua wilayah Maluku tentunya akan memperkaya tipe dan motif yang ada bahkan dapat menemukan tipe dan motif lain yang belum dijumpai dalam data penelitian ini.
ABSTRACT
The collection of oral literature in Indonesia especially in Maluku is interesting to do. It can indicate of national culture heritage, and to grow proudly of various national folklore. This research is different of another research before, because it purpose to inventory all folklore in Maluku and then classified it in type and motive. The location of this research are Seram and Lease island (Saparua and Haruku Island). This research is qualitative research with descriptive analysis method. This research succeed to collect a number of folklore data which can classification in story type which refers to Madzab Findlandia. From seven types of story which presented by Aarne-Thompson, folklore in Maluku belonging to five types. The types are animal tales, tales of magic, religious tales and realistic tales. Furthermore, from six motive story which presented by Taum, just five motive which including in Maluku’s folklore. The motive which not including in Maluku’s folklore is the motive which describing type of certain people. Then, the conclusion of this research is we can’t find all type and motive folklore in Maluku’s folklore. If we do this research in all place in Maluku, maybe we can enrich and find type and motive folklore in Maluku.
1. Pendahuluan
Kajian sastra lisan merupakan aspek yang penting dalam melihat kehidupan
masyarakat Indonesia. Wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau memiliki
keberagaman sastra lisan yang tersebar di setiap daerah. Setiap daerah memiliki
kekhasan sastra lisan yang terkadang memiliki persamaan dengan daerah lainnya.
Pengumpulan ragam sastra lisan yang ada dinusantara merupakan hal yang menarik
untuk diteliti. Hal tersebut dapat menunjukan kekayaan budaya bangsa, serta dapat
menumbuhkan rasa bangga akan keberanekaragaman kekayaan sastra lisan nasional.
Sastra lisan (oral literature) adalah bagian dari tradisi lisan (oral tradition) atau yang biasanya dikembangkan dalam kebudayaan lisan (oral culture) berupa
pesan-pesan, cerita-cerita, atau kesaksian-kesaksian ataupun yang diwariskan secara
lisan dari satu generasi ke generasi lainnya (Vasina dalam Taum, 2011: 10). Pesan,
cerita, atau kesaksian-kesaksian tersebut disampaikan melalui tuturan atau nyanyian
dalam bentuk-bentuk seperti dongeng, peribahasa, balada, atau puisi. Dengan
menggunakan cara tersebut, kemudian muncullah sejarah lisan, sastra lisan, hukum
lisan, dan pengetahuan-pengetahuan lisan lainnya tanpa adanya sistem tulisan.
Tradisi lisan dalam sastra lisan terdapat tradisi verbal yang mencakup cerita
rakyat (dongeng, mitos, legenda, sage, cerita jenaka, cerita cabul, dan lain
sebagainya). Cerita rakyat yang diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke
generasi akan menimbulkan kepercayaan atau keyakinan bagi suatu lingkungan
masyarakat. Transformasi di dalamnya pun menjadi wujud nyata bahwa cerita rakyat
menempati fungsinya secara nyata. Namun demikian, adakalanya anggota kolektif
bangsanya. Di sisi lain, masyarakat tertentu terus menelusuri asal-usul cerita yang
dirasakan sudah menjadi miliknya namun kenyataan lain menunjukkan bahwa di
wilayah lain yang dipisahkan oleh lautan luas dan benua, cerita yang nyaris serupa
tumbuh dan berkembang pula dengan pengakuan kepemilikannya.
Maluku merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki
keberanekaragaman sastra lisan yang mungkin juga memiliki persamaan dengan
wilayah lainnya di Indonesia. Jenis-jenis sastra lisan yang ada di Maluku yaitu berupa
cerita rakyat, pantun, kapata, nyanyian rakyat, dan lain sebagainya. Cerita-cerita
rakyat yang ada di Maluku kebanyakan mengangkat motif asal-usul kejadian manusia
dan semesta. Motif tersebut juga mungkin ada di daerah lainnya di Indonesia. Bentuk
dan motif yang sama akan menunjukkan keberanekaragaman dan kekayaan sastra
lisan Nusantara. Oleh karena itu, penelitian mengenai sastra lisan di Maluku
merupakan hal yang penting. Melalui pemetaan sastra lisan di nusantara berdasarkan
motif cerita diharapkan dapat diketahui persamaan motif cerita antara satu daerah
dengan daerah laiinya di Nusantara.
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasikan cerita-cerita rakyat yang
ada di Provinsi Maluku, kemudian cerita-cerita tersebut diklasifikasikan dalam
motif-motif sastra lisan. Lokasi penelitian ini berada di kabupaten Maluku Tengah yaitu
meliputi pulau Seram dan pulau Lease (Pulau Saparua dan Pulau Haruku).
2. Kajian Teori
Sastra Lisan
Sastra lisan (oral literature) adalah bagian dari tradisi lisan (oral tradition)
pesan-pesan, cerita-cerita, atau kesaksian-kesaksian ataupun yang diwariskan secara
lisan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pesan, cerita, atau
kesaksian-kesaksian tersebut disampaikan melalui tuturan atau nyanyian, dalam bentuk-bentuk
seperti dongeng, peribahasa, balada, atau puisi (Taum, 2011:10).
Menurut Zaimar dalam Pudentia (2015: 374), sastra lisan adalah semua cerita
yang sejak awalnya disampaikan secara lisan, tidak ada naskah tertulis yang dapat
dijadikan pegangan. Bentuknya dapat beraneka ragam, misalnya berupa puisi, drama,
maupun prosa. Dalam mengumpulkan sastra lisan proses tidak mudah.
Wellek (2014:56) mengemukakan bahwa dalam bidang sastra lisan
dibutuhkan kecerdikan dan keahlian untuk membujuk penyanyi atau pendongeng
berbakat untuk menunjukan kebolehannya. Sedangkan dalam sastra tertulis yang
dibutuhkan adalah pengenalan lebih mendalam dengan ahli warisnya.
Cerita Rakyat
Dari semua bentuk folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor
adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Boscom dalam Dananjaja (2007:50),
cerita prosa rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu: (1). Mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (folkale). Mite merupakan cerita rakyat yang
dianggap suci oleh yang empunya cerita. Tokoh dalam cerita yang merupakan mite
adalah para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau
bukan di dunia yang kita sekarang. Mite merupakan cerita yang terjadi pada masa
lampau. Sedangkan legenda merupakan cerita rakyat yang mirip dengan mite, yaitu
dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi oleh
Cerita yang terjadi belum terlalu lampau. Sebaliknya dongeng adalah cerita rakyat
yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng tidak terikat pada waktu dan
tempat.
Tipe dan Motif dalam Cerita Rakyat
Motif dalam ilmu folklor adalah unsur-unsur suatu cerita (narative elements).
Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita itu yang menonjol dan tidak
biasa sifatnya. Unsur-unsur itu dapat berupa benda (seperti tongkat wasiat), hewan
luar biasa (kuda yang dapat berbicara), suatu konsep (larangan atau tabu), suatu
perbuatan (ujian ketangkasan), penipuan terhadap suatu tokoh (raksasa atau dewa),
tipe orang tertentu (si pandir, si kabayan), atau sifat struktur tertentu (pengulangan
seperti angka keramat seperti angka tiga dan tujuh) (Dananjaja, 2007:53).
Memahami tentang motif dan tipe dalam cerita rakyat dapat dilakukan juga
melalui teori Madzab Finlandia yang dikemukakan oleh Taum (2011:84-91).
Menurutnya, Madzab Finlandia adalah sebuah aliran kajian sastra lisan yang
berkembang di Finlandia dan berpusat di ibu kota negaranya, Helsinki. Aliran ini
mengembangkan metode dan teori historis-komparatif yang bersifat sistematik. Pada
abad ke-19, minat utama ilmu pengetahuan lebih terarah pada penciptaan, asal-usul
cerita rakyat, sesuai dengan pendekatan sejarah yang umum berlaku dalam ilmu
sastra. Pada zaman itu sastra rakyat di Eropa Barat dibandingkan dengan sastra rakyat
di bagian dunia lain seperti Eropa Selatan dan Eropa Timur. Studi bandinga mereka
bertujuan untuk a) memperlihatkan hubungan antara berbagai sampel sastra rakyat; b)
mengungkapkan pola penyebaran atau migrasi sastra rakyat itu; c) melacak dan
menjelaskan tempat asal sebuah cerita rakyat; dan d) sedapat mungkin mengetahui
Dua kriteria dasar madzab finlandia yaitu tipe dan motif. Type berarti cerita tersebut digolongkan berdasrkan tipe atau jenisnya. Berdasrkan tipe-tipenya,
Aarne-Thompson membuat sistem klasifikasi dongeng yang menggolongkannya ke dalam
tujuh jenis sebagai berikut.
1) Animal Tales (dongeng binatang), meliputi: binatang buas (serigala yang
pintar dan binatang buas lainnya), binatang buas dan binatang peliharaan,
binatang buas dan manusia, binatang peliharaan, dan binatang serta
objek-objek lainnya.
2) Tales of Magic (dongeng tentang hal-hal yang magis), meliputi: tantangan
supranatural, istri atau suami atau kerabat supranatural, barang-barang magis,
kekuatan atau pengetahuan supranatural, dan dongeng-dongeng lainnya
tentang supranatural.
3) Rigious Tales (dongeng keagamaan), meliputi: imbalan hadiah atau hukuman
dewa, kebenaran yang terwujud, surga, hantu, dan dongeng-dongeng
keagamaan lainnya.
4) Realistic Tales atau novelle (dongeng realistik), meliputi: cerita-cerita seperti seorang pemuda biasa menikahi putri raja, seorang wanita biasa menikah
dengan sang pangeran, bukti kesetiaan dan kemurnian, istri yang keras kepala
belajar menjadi setia, prinsip-prinsip hidup yang baik, tindakan dan kata-kata
yang cerdas, dongeng tentang nasib, perampok dan pembunuh, dan
dongeng-dongeng realistic lainnya.
5) Tales of the Stupid Orgre/Giant/Devil (dongeng tentang raksas atau hantu yang
bodoh), meliputi: kontrak kerja, hubungan antara manusia dan raksasa,
persaingan antara manusia dan raksasa, manusia membunuh atau melukai
raksasa, raksasa ditakut-takuti oleh manusia, menusia menaklukan raksasa,
6) Anecdotes and Jokes (anekdot dan lelucon) meliputi: cerita-cerita tentang si pandir, cerita tentang pasangan yang sudah menikah (istrinya yang bodoh dan
suaminya, ngsuaminya yang bodoh dan istrinya), cerita tentang seorang wanita
(mencari istri, lelucon tentang seorang nyonya tua), cerita tentang seorang
laki-laki (pria yang cerdas, keberuntungan, lelaki bodoh), lelucon tentang
tokoh-tokoh agama (tokoh agama ditipu, tokoh agama dan perihal seks),
lelucon tentang kelompok masyarakat lain.
7) Formula Tales (dongeng yang memiliki formula), meliputi: dongeng-dongeng kumulatif (yang didasarkan pada jumlah, objek, binatang, atau nama; yang
selalu dikaitkan dengan kematian; makanan, atau kejadian-kejadian lainnya),
dongeng tentang jebakan, dan dongeng-dongeng formula lainnya.
Motif didefinisikan sebagai anasir terkecil dalam sebuah cerita yang mempunyai
daya tahan dalam tradisi. Berdasarkan kriteria tersebut, mereka menyusun index atau katalogus tipe-tipe dan motif-motif yang dapat diterapkan secara universal
pada cerita-cerita rakyat. Secara lebih lengkap, yang dimaksudkan motif adalah
unsur-unsur suatu cerita (narrative elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari carita tersebut yang menonjol dan tidak biasa sifatnya (Danandjaja
dalam Taum, 2011:87-88).
Taum (2011:88) mengemukakan beberapa motif yang dapat ditemukan dalam
berbagai cerita rakyat sebagai berikut.
1) Motif berupa benda, misalnya: tongkat wasiat, sapu ajaib, lampu ajaib,
bunga mawar, tanah liat, benda-benda angkasa. Cerita-cerita asal-usul
manusia, misalnya ada yang mengatakan manusuia dibuat dari tanah liat,
tertentu, dll. Hal ini berhubungan dengan keyakinan religious ataupun fauna
dan flora totem.
2) Motif berupa hewan yang luar biasa, misalnya kuda yang bisa terbang,
buaya siluman, singa berkepala manusia, raksasa, hewan yang bisa
berbicara, burung phoenix, ular naga, ayam jantan.
3) Motif yang brupa suatu konsep, misalnya larangan atau tabu. Misalnya
konsep yang menjelaskan wanita hamil tidak boleh makan pisang kembar.
Mengapa seorang gadis tidak boleh makan di depan pintu. Mengapa
diperlukan ritual membersih desa. Dll.
4) Motif berupa suatu perbuatan (uji ketangkasan minum alkohol, bertemu di
gunung, turun dari gunung, menyamar sebagai fakir miskin, menghambakan
diri, bertapa, dll)
5) Motif tentang penipuan terhadap suatu tokoh (raksasa atau hewan)
6) Motif yang menggambarkan tipe orang tertentu, mislanya yang sangat
pandai seperti abu nawas, tokoh yang selalu tertimpa nasib sial, tokoh yang
bijaksana, tokoh pelaut ulung.
Menurut Taum (2011:91), dalam kajian Madzab Finlandia, jika ditemukan
dua motif yang sama pada dua kelompok etnis yang berbeda, maka mereka
mengajukan dua pandangan teoritis yang berbeda.
1) Teori Monogenesis, yakni: teori yang mengatakan bahwa motif tertentu pasti
berasal dari satu daerah. Baru kemudian terjadi proses penyebaran atau difusi
(diffusion).
2) Teori poligenesis, yakni: teori yang berpandangan bahwa motif-motif tersebut
merupakan penemuan-penemuan tersendiri yang tidak ada kaitannya atau
sejajar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode anaisis kualitatif yang dilakukan melalui beberapa tahapan kerja. Nyoman
(2010:84) mengemukakan bahwa metode dianggap sebagai cara atau strategi yang
digunakan untuk menyederhanakan masalah melalui beberapa tahapan. Adapun
tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Pada tahap awal, dilakukan menentukan objek penelitian, pembuatan proposal,
menyiapkan instrumen penelitian, menyusun pedoman wawancara, serta
menyiapkan cara pengumpulan data.
2. Melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data di lapangan dilakukan
dengan cara pengamatan, merekam wawancara langsung terhadap informan,
mentranskripsikan data wawancara, mengumpulkan cerita-cerita yang telah
dituliskan, serta data pendukung lainnya yang ada di lapangan. Untuk
melengkapai data-data primer yang didapatkan dilapangan, dilakukan juga
studi pustaka pada buku-buku cerita lainnya yang telah terbit sebagai data
sekunder. Data sekunder tersebut berfungsi sebagai pelengkap data primer.
3. Melakukan klasifikasi dan identifikasi data. Data-data yang telah diperoleh,
dikumpulkan, dan kemudian ditelaah isi dan bentuknya. Setelah itu data-data
tersebut diklasifikasikan dan diidentifikasikan untuk mengetahui motif yang
terkandung dalam cerita-cerita tersebut.
4. Melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh berdasarkan teori dan
metode yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku
Tengah yaitu di Kecamatan Saparua, Kecamatan Pulau Haruku, dan Kota Masohi,
serta penelitian kepustakaan tentang cerita-cerita dari Pulau Seram, telah ditemukan
sejumlah cerita rakyat yang dapat digolongkan dalam beberapa tipe dan motif.
A. Tipe Cerita
Penggolongan cerita-cerita tersebut dalam tipe cerita rakyat menurut
Aarne-Thompson sebagai berikut.
1) Animals Tales
Menurut Aarne-Thompson dalam Mazhab Finlandia, Animals Tales merupakan cerita
tentang binatang yang meliputi binatang buas, (serigala yang pintar dan binatang
buas lainnya), dan binatang peliharaan, binatang buas dan manusia, binatang
peliharaan, dan binatang serta objek-objek lainnya. Tipe seperti ini yang
dijumpai di lapangan sebagai berikut:
1. Laba-Laba Emas
Cerita tentang Laba-Laba Emas merupakan salah satu kisah yang berasal
dari Pulau Seram. Dalam cerita ini, dikisahkan ada sepasang laba-laba
jantan dan betina yang memiliki tubuh seperti dilapisi oleh emas sehingga
oleh penduduk sekitar disebut laba-laba emas. Laba-laba tersebut memiliki
kekuatan sakti dan sangat ditakuti oleh orang. Bahkan tidak sembarang
orang dapat melewati tempat di mana laba-laba tersebut berada.
Berdasarkan kisah dalam cerita tersebut, dapat diidentifikasi bahwa
tambahan adalah manusia (orang-orang Alifuru). Kisah tentang kehidupan
sepasang laba-laba dan manusia ini membuat cerita ini digolongkan
sebagai bagian dari animals tales.
2. Gurita Laut Sarina
Gurita Laut Sarina merupakan kisah tentang jelmaan seorang putri
yang menjadi gurita karena dikutuki oleh orang tuanya yang tinggal di
Nunusaku. Gurita ini sangat dihormati oleh orang-orang Alifuru karena
dianggap sebagai penguasa laut yang memiliki kekuasaan di seluruh
kepulauan Maluku. Nama lain dari gurita ini adalah Wabiinalah. Jika gurita ini sedang marah, ia dapat menyerang kapal dan
menenggelamkannya. Gurita ini merupakan binatang laut yang sangat
ganas dan buas. Dengan demikian maka cerita tentang Gurita Laut Sarina
merupakan bagian dari cerita yang digolongkan dalam animals tales. Tokoh dalam cerita ini dapat diidentifikasi yaitu tokoh utama adalah
gurita. Walaupun awalnya gurita tersebut merupakan seoarang putri.
Namun dalam cerita secara umum yang dikisahkan adalah gurita.
3. Buaya Tembaga
Buaya tembaga merupakan sebuah kisah yang berasal dari Negeri Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku Tengah. Dalam cerita ini dikisahkan
bahwa pada zaman dahulu ada seekor buaya yang sangat besar dan
penduduk sekitar menyebutnya dengan sebutan buaya tembaga. Buaya
Hulaliu. Binatang buas ini dianggap sebagai penguasa negeri Hulaliu
sehingga masyarakat sangat menghormatinya.
Gambar 1. Lubang Buaya Tembaga di Negeri Hulaliu
Berdasarkan kisah cerita tentang Buaya Tembaga yang berasal dari Negeri Hulaliu maka cerita ini dapat digolongkan dalam motif animals tales.
Sebab tokoh utama dalam cerita adalah seekor buaya yang disebut buaya tembaga.
4. Anak Yatim
Dongeng Anak Yatim merupakan dongeng yang berasal dari salah satu suku di Pulau seram yaitu suku nuoulu, Suku yang masih mempercayaai
kekuasaan alam serta masih melindungi alam. Bila dilihat dari judul dongeng
ini, terlihat jelas bahwa tokoh utama dalam dongeng ini adalah anak yatim
yang sangat miskin. Namun salah satu tokoh pendukung dalam dongeng ini
adalah 3 binatang yang diselamatkan olehnya yaitu ular, tikus dan elang.
perubahan hidupnya.sehingga jelas, bila dongeng ini dikategorikan dalam tipe
animals tales.
2) Tales of Magic
Tales of Magic (dongeng tentang hal-hal yang magis), meliputi: tantangan supranatural, istri atau suami atau kerabat supranatural, barang-barang magis,
kekuatan atau pengetahuan supranatural, dan dongeng-dongeng lainnya
tentang supranatural. Tales of Magic yang dijumpai di lapangan sebagai
berikut:
1. Putri Hainuwele
Bagi masyarakat Maluku, cerita tentang Putri Hainuwele atau Putri
Kelapa merupakan kisah yang diyakini sebagai awal mula lahirnya suatu kehidupan manusia di dunia. Dalam cerita ini, dikisahkan bahwa pada zaman
dahulu ketika 9 keluarga dari Nunusaku meninggalkan kampung halamannya
mereka tinggal di beberapa tempat keramat. Salah satunya adalah tempat yang
bernama Ahiolo dan Waraloin. Diantara warga yang tinggal di daerah tersebut,
ada seorang lelaki yang bernama Ameta. Ia tidak menikah dan hidup sendiri
hingga suatu saat ia menemukan seorang putri cantik dari hasil daerahnya
yang tertumpah di atas bunga kelapa yang ditanamnya.
Kisah Putri Hainuwele merupakan salah satu ekspresi mitologi yang
menggambarkan bahwa umumnya terdapat cerita rakyat dari berbagai suku
bangsa yang bersumber dari adanya keajaiban alam yang akhirnya
menciptakan seorang manusia baru. Cerita ini digolongkan dalam Tales of
ceritanya dapat ditemukan usnsur magic dalam cerita tersebut yaitu pada buah kelapa yang dapat menghasilkan seorang manusia. Hainuwele adalah
personifikasi dari adanya kekuatan supranatrual yang sanggup menciptakan
segala sesuatu yang ada di dunia ini. Kekuatan supranatrual sesungguhnya
keyakinan manusia kepada sang pencipta yang belum dikenalnya saat itu.
Kekuatan yang diyakini ini dekenal dalam bentuk kepercayaan animisme dan
dinamisme.
2. Asal Mula Patasiwa dan Patalima
Asal Mula Patasiwa dan Patalima adalah sebuah cerita yang berasal dari Pulau Seram. Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita Putri Hainuwele. Putri
Hainuwele tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Kecantikannya
tersiar sampai ke mana-mana dan menjadi buah bibir di senatero pulau Seram
karena selain kecantikannya yang memikat hati, Putri Hainuwele memiliki
kemampuan suprantural untuk menyihir seonggok lumpur atau batu-batuan
menjadi barang-barang berharga seperti piring-piring dari cina yang disebut
porseling dan gong. Kecantikan dan kemampuan menyihir inilah yang
akhirnya membuat ia terbunuh oleh kelompok orang yang tidak menyukainya.
Cerita ini digolongkan dalam tales of magic karena banyak mengandung unsur supranatural. Hal ini nampak jelas pada tokoh Hainuwele
yang mampu mengubah batu-batu menjadi barang-barang berharga dengan
kemampuan sihirnya. Selain itu, ayahnya Ameta memiliki kemamouan untuk
meramal tempat di mana putrinya di tanam. Dengan kemampuannya ia
3. Kerajaan Orang-Orang Alifuru
Cerita tentang Kerajaan Orang-Orang Alifuru memberikan gambaran
bahwa konon bangsa ini memiliki sebuah daun mujarab di mana daun tersebut
dapat menyembuhkan luka potong dengan segera. Bahkan jika ada bagian
tubuh yang terpotong putus karena tebasan parang daun tersebut dapat
menyambungkan kembali bagian tubuh yang terpotong itu. Sayangnya daun
itu sangat dirahasiakan dan pohonnya selalu dijaga ketat oleh orang-orang
Alifuru. Diceritakan pula bahwa orang Alifuru sangat haus akan darah.
Bilaman mereka berperang dan berhasil megalahkan musuhnya maka darah si
musuh akan dimunum demikian juga lidah dan jantung musuh akan dimakan
oleh mereka. Bagian-bagian vital lainnya pun di makan karena dianggap
memiliki khasiat untuk menambahkan kekuatan dalam diri oarang-orang yang
memakannya.
Cerita tentang Kerajaan Orang-Orang Alifuru merupakan tales of magic karena mengandung usnur magic pada inti cerita yaitu orang Alifuru
memiliki kemampuan untuk menyambungkan bagian tubuh manusia yang
terpotong bahkan yang telah terpotong putus pun dapat disambungkan kembai
dengan daun yang sangat dirahasiakan namanya itu. Selain itu, kebiasaan
mereka untuk meminum dan memakan bagian tubuh vital dari masuh yang
berhasil duibunuh oleh mereka merupakan hal yang sangat luar biasa dan tidak
biasa dilakukan oleh manusi normal.
4. Asal Mula Raja Iha
yaitu seekor ular berubah menjadi pohon kelapa yang di atasnya terdapat
seorang anak bertelanjang badan.
5. Batu Pamali di Negeri Wassu
Batu pamali merupakan batu yang dianggap keramat oleh masyarakat
negeri Wassu. Batu pamali dipercaya merupakan tanda pembentukan negeri
Wassu. Batu tersebut dibawah oleh para leluhur yang pertama membentuk
Negeri Wassu dari Nunusaku, Pulau Seram. Hal ini pertanda bahwa penduduk
yang pertama menduduki negeri Wassu berasal dari Nunusaku, Pulau Seram.
Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan sebutan batu alas negeri.
Batu pamali terletak di dalam negeri Wassu, tepatnya berada di bagian selatan
rumah adat (baileo) Negeri Wassu. Selama negeri Wassu masih tetap ada,
maka batu pamali tersebut akan tetap kokoh di tempatnya.
Batu pamali di negeri Wassu dijaga dan dirawat dengan baik. Siapapun
dapat melihat batu tersebut namun tidak semua orang dapat mengambil
penggalan batu tersebut. Batu pamali dibersihkan setiap empat bulan satu kali
tepatnya di hari Jumat terakhir. Yang bertugas untuk membersihkan adalah
Gambar 3. Batu Pamali Negeri Wassu
Cerita Batu Pamali dari Nageri Wasu ini merupakan bagian dari tipe
tales of magic karena inti ceritanya tentang kekuatan suparanatural yang terdapat dalam batu tersebut. Ketika penggalan batu tersebut digunakan untuk
penangkal diri maka orang yang menggunakannya tidak dapat dibunuh,
ditembak, atau di sakiti oleh orang lain. Penggalan batu tersebut dipercayai
memiliki kemampuan untuk menyelamatkan anak Negeri Wassu.
6. Yongker
Cerita tentang Yongker digolongkan dalam tipe tales of magic karena cerita ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang bernama Yongker dan
isterinya yang memiliki ilmu yang sakti dan hebat. Cerita mengenai
kehebatan Yongker inipun sampai-sampai menjadi keyakinan sebahagian
pemuda-pemuda Ambon yang menjadi TNI. Dikisahkan ketika terjadi
pemberontakan RMS di tahun 1950 banyak diantara pasukan baret merah dan
baret putih percaya kepada pertolongan Yongker dan istrinya. Menurut
mereka bila sedang terjadi kontak senjata dengan pasukan Apris dan tiba-tiba
terlihat dua ekor burung merpati putih terbang menuju mereka. Hal ini
pertanda Yongker dan isterinya datang membantu. Yongker sering dipanggil
dengan nama Tete Yongker atau Kapitan Yongker.
7. Anak yatim
Berdasarkan klasifikasi tipe ini, dongeng anak yatim termasuk dalam tipe
ini. Seperti yang telah penulis jelaskan diatas, dongeng ini merupakan salah
mereka secara magis diberikan kepada mereka sesuai cerita dalam dongeng
ini. Tiba-tiba saja kehidupan sang anak yatim berubah total, yang tadi-tadinya
tingal di rumah berukuran 7 X 7 cm, rumahnya secara magis berubah menjadi
rumah mewah dan megah bahkan melebihi rumah seorang raja. Secara materi,
dia dan neneknya hidup serba berkecukupan, mereka tidak lagi mengais
makanan sisa dari tempat sampah. Semua perubahan ini terjadi ketika dia
menerima saran si ular untuk meminta kumala raja ular ketika mengembalikan
ular ke kampungnya dan ketika dia memakai kumala itu dijarinya. Kumala
inilah yang menjadi indikator dongeng anak yatim tergolong dalam tipe tales of magic.
8. Kapitan Aipassa
cerita ini merupakan sejarah terbentuknya beberapa dusun atau kampung
di negeri tuhaha pulau saparua. Beberapa bagian dalam cerita ini mengidentifikasi penggunaan kekuatan supranatural. Contohnya pada bagian
cerita ketika Kapitan Aipassa dan Kapitan Pattipeiluhu kesulitan menemukan
jalan menuju ke puncak gunung karena terhalang oleh batu-batu besar. Dalam
kondisi itulah Kapitan Pattipeiluhu membuktikan kekuatannya dengan
meletakkan kedua tangannya di atas batu tersebut dan dengan sekejab, batu itu
terbelah menjadi dua dan membentuk jalan. Pada bagian yang lain dari cerita
ini, kekuatan supranatural muncul ketika seorang yang cacat matanya (satu
matanya buta) takut melihat Kapitan Aipassa, menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk membelah pohon dan bersembunyi didalam pohon
tersebut. Bagian dari dari cerita inilah yang menklasifikasikan cerita ini dalam
9. Asal usul cengkeh di Negeri Siri Sori Islam
Cerita ini berasal dari Negeri Siri Sori Islam di pulau Saparua. Cerita ini
mengisahkan tumbuhnya pohon cengkeh yang hanya bermula dari asap
pembakaran kulit kelapa. Dari asap inilah secara magis, tumbuhlah pohon
cengkeh yang merupakan salah satu rempah-rempah yang sangat berharga di
Maluku. Bagian cerita inilah yang menggolongkan cerita ini dalam tipe tales of magis.
10. Air Tampayang
Air Tampayang merupakan cerita munculnya salah satu mata air yang ada
di Negeri Paperu, Pulau saparua. Mata air ini muncul secara magis ketika
seorang yang bermarga Lawalatta bersisikeras membuktikan dirinya sebagai saudara dari salah satu pemimpin di Negeri Paperu yaitu Luhukay dengan
menancapkan tombaknya ke tanah. Oleh karena itu, air tampayang tergolong
dalam tipe Tales of Magic.
11. Batu Tukang
Cerita ini tidak jauh berbeda dengan cerita Jaka Tarub dari Pulau Jawa.
Cerita batu tukang merupakan salah satu cerita menarik lainnya dari Pulau
Saparua tepatnya di Negeri Booi. Bagi orang Booi, cerita ini bukan hanya
sekedar cerita dongeng belaka melainkan suatu bentuk kebanggaan orang Booi
bila dibandingkan dengan masyarkat negeri lain di Saparua dalam hal
pertukangan. cerita ini tergolong dalam tipe tales of magic karena cerita ini mengisahkan seorang pemuda biasa yang menikahi seorang putri kayangan.
Kisah ini merupakan salah satu dongeng pengantar tidur anak-anak di
Negeri Booi, Pulau Saparua. Kisah ini digolongkan dalam tipe tales of magic
karena mengisahkan seorang pemuda, yang sering mabuk-mabukan,
mendapatkan kekuatannya secara magis dengan hanya mampu menyatukan
ujung jari kelingking kiri dan kanan saat memeluk sebuah meriam besar
peninggalan seorang kapitan hebat. Kekuatan itulah yang membuat dia mampu
mengalahkan seorang jepang yang terkenal kuat dan tak terkalahkan pada
zamannya.
3) Religious Tales (dongeng keagamaan)
Telah disebutkan di atas bahwa religious tales merupakan cerita yang meliputi: imbalan hadiah atau hukuman dewa, kebenaran yang terwujud, surga, hantu, dan
dongeng-dongeng keagamaan lainnya. Berdasarkan data cerita rakyat yang di
dapatkan, maka yang digolongkan dalam tipe ini antara lain:
1. Asal Mula Umbi-Umbian, Hewan, dan Hantu
Cerita tantang Asal Mula Umbi-Umbian, Hewan, dan Hantu merupakan salah satu cerita dari Pulau Seram yang dapat digolongkan dalam tipe
religious tales karena inti ceritanya lebih mengarah pada dongeng tentang
hadiah dan hukuman dari dewa, dan hantu. Secara umum kisah ceritanya
dimulai setelah jenazah anak Ameta yaitu Putri Hainuwele yang dibunuh oleh
sekelompok orang penari Tari Maro pada malam terakhir pesta yang diselenggarakan oleh sembilan keluarga, Ameta memotong-motong tubuh
anakanya dan bagian-bagian yang dipotong itu ditanam disekeliling tempat
pesta kecuali kedua lengan anaknya diserahkan kepada seorang wanita sakti
manusia menjadi pohon, binatang buas, atau hantu. Kesaktiannya itu yang
membuat orang sangat takut dan menghormatinya.
Di lain pihak keanehanpun terjadi potongan-potongan tubuh Hainuwele
yang disebarkan oleh ayahnya berubah menjadi berbagai jenis benda maupun
umbi-umbian yang waktu itu belum ada di pulau Seram. Dari
potongan-potongan lambung atau perut Hainuwele keluarlah sebuah belanga (periuk) besar yang sampai saat ini masih disimpan oleh kepala suku desa Honitetu.
Periuk itu dianggap keramat dan diberi nama mutiara Hainuwele. Dari bagian
paru-parunya muncul sejenis ubi yang disebut Tinte Lattu Paiti (semacam ubi yang berwarna merah/ungu). Dari potongan dada gadis itu tumbuh sejenis ubi
yang disebut sinte baban yang bentuknya seperti payudara perempuan. Dari mata Hainuwele muncul ubi sinte mau sedangkan dari alat kelaminnya muncul
ubi sinte mami. Dari bolong lutut muncul ubi yang disebut sinte ka ohuyang berkulit kering. Dari potongan teling muncul ubi yang disebut ainte leliela karena bentuknya seperti daun yang bertumbuh ke atas. Potongan kaki
Hainuwele menjelma menjadi sinte ubi besar yang disebut jasane dan dari bagian paha menjadi sinte wababua. Bagian kepala Hainuwele menjadi keladi
yang terdiri dari berbagai jenis yang disebut joyone. Sejak peristiwa itu umbi-umbian tumbuh subur dan menjadi penghasil umbi-umbi-umbian di Provinsi
Maluku.
Berdasarkan cerita yang ada maka cerita ini digolongkan dalam tales of religious karena megisahkan tentang imbalan yang berupa hadiah dan
hukuman yang diterima oleh kelompok orang yang membunuh Hainuwele. Di
menjadi hantu, binatang buas, dan pohon besar. Namun di sisi lain, dari
penggalan tubuh Hainuwele tumbuh berbagai jenis umbi-umbian yang
digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti beras. Karena di Pulau Seram
sangat banyak umbi-umbian maka tempat ini dijadikan sebagai pengahsil
umbi-umbian terbesar di wilayah Maluku.
2. Kerajaan Sahulau
Kisah tentang Kerajaan Sahulau merupakan cerita yang berasal dari
Pulau Seram. Kerajaan Sahulau terletak di Seram Selatan dan menurut cerita
para datuk kerajaan ini muncul ketika terjadi perang saudara di Nunusaku.
Raja yang memerintah di Sahulau mempuanyi gelar Hena Mese Ina Nusa
Nusa Rata Sahulau Samasuru Amalatu Kabasaran. Menurut cerita raja Sahulau bukanlah penduduk asli Pulau Seram tetapi ia adalah seorang
pendatang dari Sulawesi. Konon Raja Sahulau adalah anak Raja Sultan Buton
yang dibuang dari kerajaannya. Ia dibuang oleh keluarganya karena tubuhnya
cacat. Ia memiliki ekor yang panjang bagaikan seekor ular. Hal ini membuat
keluarganya menjadi malu sehingga merekapun mengusirnya padahal justru
dari ekor itulah terpancar kekuatan dan kesaktiannya.
Cerita ini termasuk dalam tipe religious tales karena secara umum menceritakan tentang imbalan yang diterima oleh Raja Sahulau karena telah
berhasil melerai pertikaian antara dua orang bersaudara seperti yang telah
diceritakan di atas.
Cerita ini termasuk dalam tipe religious tales karena mengandung pesan-pesan yang baik bagi pembaca. Selain itu dari cerita ini terdapat
kepercayaan terhadap peristiwa yang terjadi pada Batu Moli yaitu tentang larangan untuk mengotori tempat tersebut.
4. Batu Tukang
Seperti penjelasan penulis sebelumnya, Cerita batu tukang adalah kisah seorang pria biasa yang menikahi seorang putri kayangan. selain tergolong
dalam tipe tales of magic, cerita ini juga tergolong dalam tipe religious tales karena di akhir dari kisah ini, walaupun sang putri mengetahui perbuatan
suaminya yang sengaja menahan dia sehingga tidak bisa kembali ke kayangan
dan karena anak-anak yang telah mereka miliki itulah yang membuat sang
putri tidak memberikan kutuk atau hukuman, sebaliknya dia memberikan
hadiah kepada mereka setiap bulan purnama saat mereka membakar api
unggun.
4) Realistic Tales atau novelle (dongeng realistik)
Realistic Tales atau novelle (dongeng realistik), meliputi: cerita-cerita seperti seorang pemuda biasa menikahi putri raja, seorang wanita biasa
menikah dengan sang pangeran, bukti kesetiaan dan kemurnian, istri yang
keras kepala belajar menjadi setia, prinsip-prinsip hidup yang baik, tindakan
dan kata-kata yang cerdas, dongeng tentang nasib, perampok dan pembunuh,
dan dongeng-dongeng realistik lainnya. Berdasarkan data cerita rakyat yang
dijumpai di lapangan maupun melalui studi kepustakaan, dijumpai cerita yang
Cerita ini termasuk dalam tipe realistic tales karena mengisahkan tentang prinsip-prinsip hidup yang baik yang harus diteladani oleh kita. Saling
menolong harus dilakukan dengan ikhlas. Kejujuran harus diutamakan. Cerita
ini mengajarkan pembaca untuk memiliki sifat manusiawi yang terpuji yaitu
ketika kita menginginkan sesuatu barang dari orang lain, maka kita harus
meminta izin kepada yang punya. Melakukan tindakan menipu dan
membohongi orang lain merupakan tindakan tidak terpuji yang akan membuat
kita ada dalam hal-hal yang buruk.
2. Cerita Tentang Padi
Cerita tentang padi merupakan sebuah cerita yang dapat digolongkan
ke dalam tipe realistis tales karena mengisahkan tentang peristiwa realistis yang terjadi pada tokoh Liuke ketika dibawa ke negeri Malaikat dan melihat
semua keindahan dan kamasyhuran di negeri malaikat. Kemudian Liuke
berupaya untuk mengambil sebiji padi untuk ditanam di bumi. Kisah cerita ini
sangat realistis dengan sifat umum manusia yang tentunya ketika pergi ke
suatu daerah yang bafu dikunjunginya tentu akan membawa benda atau
barang-barang tertentu yang banyak terdapat di daerah tersebut. Namun hal
mengambil padi dengan diam-diam yang dilakukan oleh Liuke tidak dapat
dibenarkan. Hal itu sangat tidak terpuji dan tidak baik untuk diteladani oleh
siapapun.
3. Asal-Mula Negeri Mornaten
Pada waktu dulu nama negeri Murnaten belum ada, tetapi nama negeri
sesuai nama tempat. Jadi pada waktu dulu orang tua tinggal di pegunungan di
disetujui oleh mereka semua sehingga mereka terbagi atas sembilan
kelompok. Dengan ketentuan masing-masing kelompok mencari nama
kelompoknya sendiri. Salah satu nama dari 9 kelompok tersebut adalah
Murnaten. Jadi perjalanan orang Murnaten dari Ulate Babelu sampai ke pantai melewati beberapa daerah dengan jalur mulai dari Ulate Babelu – Batu
Luyana – Batu Ramali – Belukaya – Hataul Tutini. Di Hataul Tutini mereka
tinggal cukup lama sampai beberapa generasi dan di tempat ini juga awal
terbentuk badan pemerintahan dengan seorang raja sebagai pemimpin. Raja
yang pertama bernama Soya. Setelah lama tinggal di situ mereka memohon
kepada raja dan sataf pemerintah agar mereka turun dan pindah dari Hataul
Tutini untuk membentuk perkampungan di pesisir pantai. Raja dan staf pun
setuju dan mengutus beberapa orang untuk mencari tempat yang tepat untuk
membuat perkampungan. Dan tempat yang dipilih adalah negeri Murnaten
saat ini.
4. Asal-Usul Sagu
Kisah tentang Asal-Usul sagi diawali dengan seorang nenek yang
bernama Indosela yang memelihara kedua cucunya. Setiap hari mereka
makan papeda yang dibuat oleh nenek. Suatu saat adik dan kakak berbica satu
sama lain tentang papeda yang selalu mereka makan dari mana. Ketika mau
memasak papeda, nenek menyuruh kedua cucunya itu turun untuk bermain.
Tetapi karena mereka ingin mengetahui asal papeda tersebut dari mana, maka
kedua cucunya tidak menuruti perintah nenek. Mereka tidak pergi bermain
tetapi mengintip nenek yang sementara mencuci kaki dan tangannya yang
hingga mengental kemudian menyiram air panas yang sudah mendidih ke
dalam garuru (pelepah pohon sagu kering) hingga menjadi papeda. Setelah
papeda selesai dibuat, nenek memanggil kedua cucunya untuk makan.
Mereka tidak mau memakan papeda tersebut. Karena kecewa dengan sikap
kedua cucunya nenek memilih untuk pergi meninggalkan kedua cucunya.
Namun nenek menyediakan semua keperluan pembuatan papeda untuk kedua
cucunya itu.
Cerita ini digolongkan dalam tipe realistic tales karena mengandung prinsip-prinsip hidup yang harus diteladani oleh pembaca. Tokoh nenek yang
tidak ingin mengecewakan cucu-cucunya dalam cerita ini menjadi bagian
realistic tales di mana sebagai manusia diajarkan tentang sikap hidup yang harus saling peduli terhadap orang lain. Selain itu, sikap dan perilaku kedua
cucu nenek tersebut merupakan hal yang wajar dan sering terjadi dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Setiap anak maupun orang dewasa tentunya
sangat menghindari hal-hal yang kotor dan menjijikan.
5. Sultah Hua dari Tanah Sebrang
Ketika bangsa Belanda berhasil menguasai Maluku mereka selalu
mengadakan penjajahan bagi bangsa Alifuru di Pulau Seram. Banyak anak
cucu lari tercerai berai. Salah satu keturunan orang Alifuru adalah Sultan Hua.
Sultan Hua adalah rombongan ke dua yang tiba di Pulau Seram pada abad
ke-13. Sebelumnya rombongan pertama yang tiba di pulau seram pada tahun 237
SM.
yaitu putri dari Raja Dama. Ketika tiba di Nunusaku Sultan Hua membangun
sebuah pemerintahan di sana dan kemudian menikah lagi dengan tiga orang
perempuan dari Nunusaku masing-masing Siti Kiem Makahalat, Siti Hagar
dan Alang Kuling Besi. Setelah Menikah Sultan Hua membangun istananya
di Buano dan meninggal di sana. Kuburannya berada di atas Gunung
Hatumahu.
Cerita ini merupakan tipe realtic tales karena mengisahkan tentang
kehidupan nyata yang terjadi pada zaman itu.
6. Asal Mula Nama Seram
Cerita mengenai nama pulau Seram menurut orang-orang Seram
sendiri adalah bersumber dari kisah seorang lelaki tua yang tinggal di sebelah
timur ujung Pulau Seram yang sekarang dikenal dengan nama Negeri Gesser
bersama orang-orang yang tinggal disekitarnya sering melakukan barter
dengan para pendatang yang datang dari Pulau Jawa dengan menggunakan
kapal. Karena keterbatasan bahasa maka para pendatang selalu menyapa lelaki
tua itu dengan sebutan Selan atau Siran. Bukan hanya lelaki tua itu saja hampir seluruh orang di pulau itu disebut dengan kata Selan atau Siran.
Akahirnya dengan dialek masyarakat setempat kata selan atau siran berkembang menjadi Seram.
Dengan demikian maka cerita tentang Asal Mula Pulau Seram dapat
digolongkan dalam tipe realistic tales karena menceritakan situasi atau kondisi yang terjadi pada zaman itu yang menjadi penyebab munculnya penamaan
7. Putri Bulan Rapiele
Di suatu tempat di puncak bukit kecil tinggallah seorang perawan
cantik yang beranama Rapiele. Oleh karena kecantikannya mataharipun
tergoda untuk mempersuntingnya sebagai isteri. Pada suatu malam Rapiele
berjalan-jalan seorang diri menikmati cahaya sinar bulan purnama. Setelah
lelah berjalan dan hari semakin larut Rapiele berniat untuk kembali pulang ke
rumahnya. Tiba-tiba di tengah jalan kakinya terperosok ke dalam sebuah
lubang yang dalam dan sempit. Kakinya tidak dapat lagi ditarik ke luar lubang
itu. Sambil ketakutan rapiele berteriak memohon pertolongan dengan harapan
mudah-mudahan ada yang dapat mendnegar rintihannya dan segera datang
menolongnya. Namun dalam cerita dikisahkan bahwa tidak ada seorangpun
yang dapat menolongnya. Mungkin ini pertanda bahwa Matahari sudah
mengambilnya dari bumi untuk dinikahinya.
Cerita ini termasuk tipe realistic tales karena mengishakan tentang kehidupan seorang manusia yang ingin dinikahi oleh benda yaitu Matahari.
Hal yang sangat mustahil untuk terjadi dalam kehidupan saat ini.
8. Kapitan Aipassa
Cerita kapitan Aipassa adalah penggalan sejarah terbentuknya
beberapa kampung di pulau Saparua. Kisah ini merupakan kisah realistis
perjalanan seorang kapitan yang memiliki pribadi yang suka membunuh, berubah menjadi pribadi yang penyabar, pemersatu dan pencinta kebersamaan.
Perubahan karakter itulah yang menjadikan dia pemimpin yang kuat.
temui. Karakter ini juga yang membuat dia disegani dan dihormati oleh semua
orang. Hingga pesannya pun di turuti oleh mereka. Dikisahkan bahwa ketika
penjajah meminta semua orang turun dari gunung, dia berpesan bahwa mereka
harus tetap bersatu, jika di gunung mereka ada Sembilan kampung ketika
turun gunung mereka harus membentuk satu kampung. Dan akhirnya
kampung itulah yang dinamai tuhaha. Prinsip-prinsip hidupnya yang baik inilah yang membuat dia tidak mengalah sedikit pun untuk penjajah. Bahkan
dia tidak ingin mengkhianati saudaranya Iha yang saat itu memeluk agama islam.
9. Cerita Tujuh Negeri
Cerita ini tergolong dalam realistic tales karena kisah ini merupakan
salah satu dari cerita di Maluku yang mengisahkan asal mula salah satu
kearifan lokal masyarakat Maluku yang terkenal yaitu gandong. Gandong
dalam bahasa Indonesia adalah saudara kandung dan kisah ini adalah kisah
realistis yang mengisahkan berpisahnya 7 saudara kandung yang akhirnya
menempati beberapa daerah di Pulau Seram dan Lease yaitu negeri Tial,
Tulehu, Asilulu, Laimu, Nusa laut, Paperu dan Hulaliu dan sampai sekarang ke tujuh Negeri ini sangat tahu bahwa mereka memiliki satu moyang yang
berasal dari Seti, Seram Barat, dan ketujuh negeri ini terikat dalam satu ikatan yang sangar kuat yaitu kandung.
10.Asal Mula Negeri Haria
Kisah ini pun tergolong dalam tipe realistic tales karena kisah ini adalah
tolak ukur pemerintah adat di Negeri Haria. Karena semua pembagian tugas
dalam pemeritahan adat, didasari oleh kisah ini. Siapa yang menjadi
adat, ditentukan berdasarkan cerita ini. Masyarakat Haria dan Maluku
umumnya, tidak sembarangan dalam menetukan struktur perangkat adat dalam
negerinya karena mereka percaya bahwa apa yang telah diwariskan oleh nenek
moyang tidak boleh di salah gunakan. 11.Air Perkara
Kisah ini juga merupakan kisah nyata yang dipercaya oleh masyarakat
Saparua. Kisah ini adalah kisah pembunuhan yang terjadi secara brutal hanya
karena sang pria tidak terima dicaci, dihina dan dimaki oleh seorang wanita
bermarga simatauw yang pada zaman itu adalah salah satu wanita yang
tercantik di saparua. Pria ini bermarga Annakota. Tapi pria ini tidaklah tampan
bahkan tubuhnya di penuhi dengan luka-luka. Berawal dari kekagumannya
terhadap sang wanita yang hanya terhalang oleh karena kepercayaan dirinya,
dia hanya mampu mengaggumi sang wanita dari balik pohon-pohon besar
ketika dia mendapati sang wanita bersama dengan teman-temanya sedang
mencuci dan mandi di sebuah sungai. Karena tindakan sembunyi-sembunyi
inilah, sang pria dituduh mengintip para wanita saat mandi. Dari tindakan
serta respon amarah yang ditunjukan oleh sang wanita yang akhirnya
membuat sang pria bertindak nekat. Kisah ini akhirnya menjadi peajaran
berharga bagi masyarakat Saparua untuk menjaga batasan—batasan
kesopanan antara wanita dan pria selain itu, membuat batasan bagi kedua
keluarga untuk saling menjaga sikap agar kejadian di masa lalu tidak
terungkit dan tidak terjadi lagi.
12.Dongeng Anak Yatim
yatim yang menolong binatang seperti ular, tikus dan elang agar tidak disakiti
oleh teman-temannya, bahkan dia merelakan uangnya yang sedikit itu sebagai
pengganti nyawa ketiga binatang tersebut. Alhasil, kehidupannya berubah 180
derajat hingga akhirnya di menikahi putrid raja.
13. Batu Pendeta
Kisah ini merupakan bagian dari sejarah Negeri Booi ketika mereka
menerima ajaran Kristen dan memeluk agama Kristen hingga sekarang.
Kehidupan mereka berubah dari masyarakat yang suka berperang untuk tetap
mempertahankan daerah kekuasaan menjadi masyarakat yang hanya ingin
hidup damai dan tenang. Kehidupan damai pun mereka tampilkan dalam
musyawarah untuk mengangkat pemimpin adat yang akan mengatur hubungan
dalam persekutuan adat. Kehidupan ini dipertahankan dan bertambah erat
ketika mereka ditabiskan oleh seorang pendeta. Sejarah ini juga yang menjadi
pedomana kehidupan bermasyarakat Negeri Booi.
5) Tales of the Stupid Orgre/Giant/Devil
Tales of the Stupid Orgre/Giant/Devil (dongeng tentang raksasa atau hantu yang bodoh), meliputi: kontrak kerja, hubungan antara manusia dan raksasa,
persaingan antara manusia dan raksasa, manusia membunuh atau melukai
raksasa, raksasa ditakut-takuti oleh manusia, menusia menaklukan raksasa,
jiwa diselamatkan dari gangguan setan. Tipe seperti ini di jumpai dalam
beberapa cerita sebagai berikut.
1. Johan pamabo melawan japang lida babulu
seperti penjelasan penulis sebelumnya, kisah ini bukan hanya
dikategorikan dalam tipe tales of magic, namun kisah ini juga dapat digolongkan dalam tipe Tales of the Stupid Orgre/Giant/Devil karena
mabuk-mabukan, tanpa sadar dalam keadaan mabuk menjawab tantangan
sayembara yang di umumkan oleh pihak Jepang untuk melawan
satu-satunya jagoan Japan yang tak terkalahkan untuk bertarung. Keadaan
psikologinya yang kacau karena minuman keras membuatnya tidak sadar
dengan tindakannya. Ketika keesokan harinya dia sadar dari mabuk
beratnya, barulah dia tahu bahwa dia telah terlajur membuat kontrak maut
dengan Japang Lida Babulu.
B. Motif Cerita
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa Motif merupakan anasir
terkecil dalam sebuah cerita yang mempunyai daya tahan dalam tradisi. Berdasarkan
kriteria tersebut, mereka menyusun index atau katalogus tipe-tipe dan motif-motif
yang dapat diterapkan secara universal pada cerita-cerita rakyat. Secara lebih
lengkap, yang dimaksudkan dengan “motif” adalah unsur-unsur suatu cerita
(narratives elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita tersebut
yang menonjol dan tidak biasa sifatnya (Danandjaja, 1984: 53).
Berdasarkan data yang ada dalam penelitian ini, cerita rakyat Maluku dapat
dikelompokan dalam beberapa motif sebagai berikut:
1. Motif Benda
Berdasarkan data cerita yang ada dapat diklasifikasikan motif benda sebagai
berikut.
2) Batu Pamali
3) Batu Moli
4) Putri Bulan Rapiele
5) Asal Usul Cengkeh di Negeri Siri sori Islam
6) Cerita Tujuh Negeri
7) Air Tampayang
8) Asal mula Negeri Haria
9) Air Perkara
10) Dongeng Anak Yatim
2. Motif Hewan Luar Biasa
1) Gurita Laut Sarina
2) Laba-laba Emas
3) Buaya Tembaga
4) Dongeng Anak Yatim
3. Motif Suatu Konsep
1) Asal Mula Patasiwa dan Patalima
2) Perang Patasiwa dan Patalima
4) Sultan Hua dari Tanah Seberang
5) Asal Mula Nama Seram
6) Asal Mula Raja Iha
7) Cerita Tantang Padi
8) Asal Mula Negeri Mornaten
9) Asal Usul Sagu
4. Motif Suatu Perbuatan
1) Kerajaan Sahulau
2) Yongker
3) Kapitan Aipassa
4) Batu tukang
5) Johan Pamabo melawan Japang Lida Babulu
6) Dongeng Anak yatim
7) Batu pendeta
5. Motif Penipuan Terhadap Suatu Tokoh
1) Dua Anak Kecil dan Nenek Tua
1) Kapitan Aipassa
2) Johan Pamabo melawan japang Lida Babulu 3) Dongeng Anak Yatim
Tipe dan motif yang ditemukan dalam cerita rakyat Maluku merupakan bagian dari
sastra lisan yang banyak mengandung nilai-nilai kehidupan bagi masyarakat setempat
maupun bagi pembaca lain. Cerita-cerita tersebut dapat digolongkan dalam legenda,
dongeng, dan mitos. Masyarakat Maluku bahkan seluruh Nusantara harusnya bangga dengan
warisan leluhur yang ada. Beragam motif dan tipe yang ada menunjukan betapa banyaknya
nilai-nilai kehidupan baik nilai moral, keagamaan, kemanusiaan, dan sebagainya yang harus
tetap dijaga dan dilestarikan.
Cerita rakyat yang telah dikategorikan ke dalam tipe dan motif yang ada merupakan
bagian dari dongeng, mitos, dan legenda yang terdapat di Wilayah Maluku. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Propp (1975) dalam Sayuti (2011:55) bahwa suatu cerita pada
dasarnya memiliki konstruksi. Konstruksi itu terdiri atas motif-motif yang terbagi tiga unsur
yaitu pelaku, perbuatan, dan penderita. Berdasarkan tiga unsur itulah peneliti mampu
mengkategorikan cerita ke dalam tipe dan motif yang ada.
5. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa wilayah di
Provinsi Maluku maka dapat disimpulkan bahwa setiap daerah di Maluku memiliki
beragam sastra lisan salah satunya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat di Maluku
belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk dijaga dan
dilestarikan dengan baik. Setelah melakukan proses pengumpulan data di lapangan
dijumpai banyak penutur yang sudah tidak mampu lagi menceritakan secara utuh
cerita-cerita rakyat yang ada di daerah mereka. Banyak topik cerita yang mereka
ketahui karena pernah didengar dari orang tua tetapi karena tidak memiliki cerita
dalam bentuk tulisan atau naskah sehingga perlahan cerita tersebut hilang. Dari
cerita rakyat mereka dan berhasil direkam oleh peneliti. Data yang ada yang diteliti
dan dikategorikan dalam beberapa tipe dan motif menurut Aarene-Tompson dan Yapi
Taum.
Dari data yang ada hanya lima tipe menurut Aarene Tompson yang dijumpai
dalam cerita-cerita tersebut yaitu animals tales, tales of magic, religious tales, dan
realistic tales, dan tales of the stupid orgre/giant/devil. Selain itu dari enam motif cerita yang dikemukakan oleh Taum hanya lima motif yang terdapat dalam cerita
rakyat maluku. Motif yang tidak termasuk adalah motif yang menggambarkan tipe
orang tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua tipe dan
motif cerita rakyat dapat dijumpai di dalam cerita rakyat Maluku. Jika penelitian ini
dilakukan lebih lanjut di semua wilayah Maluku tentunya akan memperkaya tipe dan
motif yang ada bahkan dapat menemukan tipe dan motif lain yang belum dijumpai
dalam data penelitian ini.
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
MPSS, Pudentia. 2015. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ratna, Nyoman Kuta. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sahusilawane, Florence. 2005. Cerita-Cerita Tua Berlatar Belakang Sejarah dari Pulau Seram. Maluku: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Sayuti, Suminto. 2011. Studi Sastra: Konsep Dasar Teori dan Penerapannya dalam Karya sastra. Yogyakarta: Gama Media.
Suaka, Nyoman. 2014. Analisis Sastra: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ombak Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan: Sejarah, Metode, dan Pendekatan
Diserertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera
Wellek dan Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1. Laba-Laba Emas
Cerita tentang Laba-Laba Emas merupakan salah satu kisah yang berasal dari Pulau Seram. Dalam cerita ini, dikisahkan ada sepasang laba-laba jantan dan betina yang memiliki tubuh seperti dilapisi oleh emas sehingga oleh penduduk sekitar disebut laba-laba emas. Laba-laba tersebut memiliki kekuatan sakti dan sangat ditakuti oleh orang. Bahkan tidak sembarang orang dapat melewati tempat di mana laba-laba tersebut berada. Hidupnya terbang ke sana-ke mari. Wilayah kekuasaan mereka sangat luas dari wilayah timur sampai ke wilayah barat. Laba-laba tersebut terbang untuk mengawasi keamanan kalau-kalau ada musuh yang datang mengganggu daerahnya. Suatu saat sepasang laba-laba tersebut terbang ke arah Asia Barat dan tiba di sebuah lembah yang bernama Line tepat di pegunungan Ararat di tanah Armenia. Dari situ keduanya mulai bekerja membangun sebuah jalan dengan cara menyakutkan tali-tali sarangnya dari sebuah gunung ke gunung yang lain. Hingga suatu saat kedua laba-laba tersebut merasa lelah dan beristirahat di sebuah gunung yang sangat tinggi yaitu gunung Nunusaku. Di gunung inilah tempat tinggal orang-orang Alifuru. Ketika orang-orang Alifuru mengetahui bahwa ada laba-laba emas yang berkunjung di daerah tempat tinggal mereka, maka mereka pun menemui laba-laba tersebut. Setelah bertemu, orang-orang Alifuru dan sepasang laba tersebut membuat kesepakatan untuk sepasang laba-laba tersebut menetap di Nunusaku dan mereka hidup rukun dan damai.
Orang-orang Alifuru meminta agar laba-laba tersebut dapat membuat jalan sehingga mereka dapat bepergian ke daerah seberang dan hal ini disetujui oleh laba-laba emas. Jalan yang dibangun oleh laba-laba melintasi gunung Binaya dan Manusela sampai ke arah Pasifik Utara dan selatan. Dari tempat inilah orang Alifuru dapat memantau orang yang akan datang dari arah Asia Timur dan Asia Tenggara. Bila musuh ingin menyerang, mereka sulit untuk mencapai daerah kediaman orang-orang Alifuru karena sangat tinggi. Setiap hari laba-laba membuat jalan sampai di Asia Timur, Asia Tenggara, Lautan Pasifik terus sampai ke Hawai-Honolulu.
2. Gurita Laut Sarina
Gurita Laut Sarina merupakan kisah tentang jelmaan seorang putri yang menjadi gurita karena dikutuki oleh orang tuanya yang tinggal di Nunusaku. Gurita ini sangat dihormati oleh orang-orang Alifuru karena dianggap sebagai penguasa laut yang memiliki kekuasaan di seluruh kepulauan Maluku. Nama lain dari gurita ini adalah Wabiinalah. Jika gurita ini sedang marah, ia dapat menyerang kapal dan menenggelamkannya. Gurita ini merupakan binatang laut yang sangat ganas dan buas.
untuk menangkap mangsanya. Selain itu gurita ini dapat mengeluarkan cairan berwarna hitam dari tubuhnya untuk menyerang musuh.
Gurita laut Sarina ini memiliki niat mulia yaitu untuk menjadikan laut Maluku sebagai tempat berkunjung binatang-bintang laut yang lain yang ada di seluruh penjuru dunia. Sehingga setiap hari ia menjaga daerah sekitarnya dan menjadikan laut Banda sebagai tempat beritirahat dan tempat berkembang biak seluruh binatang laut. Apabila ada musuh yang datang gurita akan membuat angin kencang, arus kuat, gelombang dan ombak yang sangat kuat.
3. Buaya Tembaga
Buaya tembaga merupakan sebuah kisah yang berasal dari Negeri Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku Tengah. Dalam cerita ini dikisahkan bahwa pada zaman dahulu ada seekor buaya yang sangat besar dan penduduk sekitar menyebutnya dengan sebutan buaya tembaga. Buaya tembaga tinggal di salah satu tempat di dalam perkampungan Negeri Hulaliu. Binatang buas ini dianggap sebagai penguasa negeri Hulaliu sehingga masyarakat sangat menghormatinya. Buaya tembaga hidup untuk menjaga negeri Hulaliu dari ancaman musuh yang akan datang menyerang. Jika ada orang lain yang datang ke Negeri Hulaliu dengan tujuan jahat, maka ia akan bertemu dengan buaya tersebut. Sayangnya tidak ada yang mengetahui dari mana asal buaya tersebut. Tempat di mana buaya tersebut tinggal sampai saat ini dapat dijumpai di dalam Negeri Hulaliu. Saat ini buaya tembaga sudah jarang muncul di permukaan. Namun, masyarakat setempat meyakini bahwa buaya tembaga masih tetap ada. Karena pada waktu-waktu tertentu orang-orang tertentu dapat melihat buaya tersebut berjalan di dalam Negeri Hulaliu.
Gambar 1. Lubang Buaya Tembaga di Negeri Hulaliu
4. Putri Hainuwele
kehidupan manusia di dunia. Dalam cerita ini, dikisahkan bahwa pada zaman dahulu ketika 9 keluarga dari Nunusaku meninggalkan kampung halamannya mereka tinggal di beberapa tempat keramat. Salah satunya adalah tempat yang bernama Ahiolo dan Waraloin. Diantara warga yang tinggal di daerah tersebut, ada seorang lelaki yang bernama Ameta. Ia tidak menikah dan hidup sendiri. Pada suatu hari Ameta berburu dengan membawa anjing peliharaannya. Di tengah hutan ia menemukan seekor Babi dan ia melepaskan anjingnya untuk mengejar Babi tersebut. Dalam pengejaran tersebut, Ameta menemukan anjingnya berdiri di tepi telaga sedangkan babi yang dikejar telah jatuh ke dalam telaga. Ketika dilihatnya babi tersebut telah mati, Ameta pun cebur ke dalam telaga untuk mengambil babi. Ketika babi diiangkat, ditemukan satu buah kelapa yang tertancap di taring babi tersebut padahal pada zaman itu belum ada tumbuhan pohon kelapa di dunia.
Ameta mengambil buah kelapa tersebut dan membiarkan babi tergelatk begitu saja. Dalam perjalanan pulang ke rumah ia melihat seekor binatang kus-kus di atas pohon. Di letakanlah buah kelapa tersebut di atas tanah begitu saja dan ia memanjat pohon untuk menangkap binatang kus-kus. Tiba-tiba ada suara siulan yang didengarnya. Ketika kus-kus hampir ditangkapnya terdengar pula suar siulan yang entah dari mana asalnya karena tidak ada seorang pun di sekitar tempat itu. Untuk ke tiga kalinya ketika hendak menangkap bintang kus-kus, Ameta mendengar siulan dan biantang kus-kus pun lari menghilang.
Dengan kecewa Ameta pulang membawa buah kelapa tersebut dan meletakannya di atas para-para (rak kayu) dan menutupnya dengan sehelai kain bermotif bunga-bunga. Malam pun tiba dan Ameta tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi ada seorang laki-laki memintanya untuk menanam buah kelapa tersebut karena sudah mulai tumbuh pucuknya. Keesokan harinya Ameta menanm buah kelapa tersebut. Tiga hari kemudian buah kelapa itu tumbuh menjadi sebuah pohon kelapa yang tinggi. Tiga hari lagi keluarlah bunga kelapa. Ameta pun memanjat pohon kelapa tersebut hendak memotong bunga kepala yang berwarna keemasan itu. Tiba-tiba jari Ameta terpotong dan mengeluarkan darah dan menetes di atas bunga-bunga dan daun kelapa tersebut. Tiga hari kemudian dia kembali dan melihat darah yang menetes di atas bunga kelapa tersebut telah berubah menjadi seorang manusia. Tiga hari kemudian dia melihat lagi manuisa tersebut telah dilengkapi bagian-bagian tubuh. Dan tiga hari kemudan ketika Ameta kembali lagi, manusia tersebut telah sempurna menjadi seorang putri yang sangat cantik. Ameta pun pulang dan tidak membawa putri tersebut. Ketika malam tiba, dalam tidurnya ia mendapat mimpi dari seorang laki-laki yang pernah didatangi dalam mimpi sebelumnya. Lelaki tersebut memintanya untuk membungkus putri tersebut dengan kain patola (kain bermotif bunga-bunga atau motif ular patola) dan membawanya pulang ke rumah. Keesokan harinya Ameta pergi ke pohon kelapa tersebut dan melakukan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Putri tersebut kemudian diberi nama Hainuwele artinya Putri Kelapa.
5. Asal Mula Patasiwa dan Patalima
Hainuwele. Putri Hainuwele tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Kecantikannya tersiar sampai ke mana-mana dan menjadi buah bibir di senatero pulau Seram karena selain kecantikannya yang memikat hati, Putri Hainuwele memiliki kemampuan suprantural untuk menyihir seonggok lumpur atau batu-batuan menjadi barang-barang berharga seperti piring-piring dari cina yang disebut porseling dan gong. Kemampuan menyihir inilah yang membuat ayahnya Ameta menjadi orang yang sangat kaya raya di negeri itu.
Pada suatu hari diadakan pesta Tari Maro di Tamane Siwa. Pesta diselenggarakan oleh sembilan keluarga selama sembilan hari. Tarian ini merupakan tarian besar karena melibatkan banyak orang dalam bentuk lingkaran. Dalam prosesi tarian ini yang menari adalah laki-laki yang membentuk sembilan lingkaran besar. sedangkan perempuan duduk di bagian tengah-tengah mereka yang sedang menari sambil menyuguhkan sirih dan pinang bagi setiap penari sampai pagi. Pada hari pertama sampai hari ke delapan pesta berlangsung, perempuan-perempuan yang lain menyuguhkan sirih dan pinang bagi laki-laki, Hainuwele menyuguhkan batu-batu yang disihir olehnya menjadi barang-barang berharga berupa emas, gong, dan sebagainya.
Melihat hal itu banyak orang yang merasa senang dan gembira tetapi ada sebagian orang yang merasa iri hati dan cemburu. Mereka yang iri hati dan cemburu ini berencana untuk membuat jebakan dan membunuh Hainuwele pada pesta malam terakhir. Mereka menggali lubang di tengah tempat menari. Ketika pesta berlangsung dan Hainuwele kembali berjalan di tengah penari untuk menyuguhkan barang-barang berharga tersebut, Hainuwele di dorong masuk ke dalam lubang tersebut. Hainuwele berteriak untuk meminta pertolongan tetapi para penari berusaha untuk menutupi suara rintihannya dengan cara mereka bernyanyi lebih kencang lagi. Hainuwele pun terjebak dan mereka menutupi kembai lubang tersebut dengan pasir dan menginjaknya sampai padat.
Setelah pesta berakhir Hainuwele tak kunjung pulang ke rumah ayahnya. Dengan cemas ayahnya mencari namun tidak berhasil ditemukan Haninuwele. Akhirnya Ameta melakukan mawe (meramal). Dari hasil ramalannya ia menancapkan sembilan batang lidi di bekas lingkaran tari maro. Setelah lidi dicabut maka keluarlah darah dan beberapa helai rambut Hainuwele. Ameta menggali lubang dan menemukan jenazah putrinya itu. Ameta menjadi murka dan berusaha untuk membinasakan sembilan kelompok penari tersebut. Gemparlah Tamane Siwa. Sejak saat itu situasi keamanan di sekitar Tamane Siwa menjadi tidak aman dan sering terjadi pembunuhan di antara kelompok-kelompok yang membunuh hainuwele dan kelompok yang menyayangi hainuwele. Sejak saat itu pula terbentuk dua kelompok patasiwa dan kelompok patalima.