• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KE (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN ANEMIA

(MIKROSITIK HIPOKROM, DEFISIENSI BESI, DAN

DEFISIENSI ASAM FOLAT)

Oleh :

1. Hartini Tosafin (201301129) 2. Ari Dwi W (201301142) 3. Retty Dewi (201301163)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO Program S1 Keperawatan

Jl.Raya jabon Km 06 Mojokerto 61364 Telp/Fax:(0321)3902203 Website:stikes-ppni.ac.id Email:stikes [email protected]

(2)

Anemia Mikrositik

sumsum tulang ↓ sumsum tulang ↑Cadangan besi

Anemia defsiensi

Anemia mikrositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan keberadaan sel-sel darah merah abnormal kecil. Ini adalah salah satu masalah paling umum, yang bagi kebanyakan orang disebut anemia defisiensi besi. Memang, kebanyakan anemia mikrositik disebabkan oleh kekurangan zat besi, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.

2. Manifestasi

Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)

b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang

c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas) Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah

a. anemia defisiensi besi (gangguan besi) b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi) c. thalasemia (gangguan globin)

(3)

4. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER

1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer. Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.

2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom

3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/ dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.

Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum dan elektroforesis Hb.

Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.

5. Penatalaksanaan Medis 1. Anemia defisiensi besi a. terapi besi oral

Ferro sulfat, mengandung 67mg besi Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi. b. terapi besi parenteral

biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular

Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus c. Pengobatan Lain

Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi

(4)

2. Anemia pada penyakit kronik

Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.

3. Anemia sideroblastik

Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi.

4. Thalasemia

Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi

1.2. Anemia Defisiensi Besi

1. Pengertian

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara tropis

Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, DAN MCHC- volumeeritrosit rata-rata, hemoglobin eritrosit rata-rata dan kadar hemoglobin) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom)

2. Etiologi

Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, kehilangan besi akibat pendarahan menahun

1. Kehilanagn besi sebagai akibat perdarahan menahun yang berasal dari :

 Saluran cerna → akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

 Saluran genetalia wanita → menoragiatau metroragi

(5)

Gangguan absorbsi

Kehilangan besi → perdarahan menahun

Factor nutrisi Masukan besi ↓

Anemia defesiensi besi

Cadangan besi kosong

↓ kadar feritin / simpanan besi ↓ / tahap prelaten

Feritin dan saturasi transferin ↓ , Hb normal / tahap laten

(Feritin, saturasi, Hb) ↓ / tahap defsiensi besi

Eritrosit berkurang

Timbul anemia mikrositik hipokrom (iron deficiency anemia.)

Timbul gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, dll

 Saluran nafas → hematoe

2. Faktor nutrisi → akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin c dan rendah daging )

3. Kebutuhan besi meningkat → seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan

4. Gangguan absorpsi besi → gastretomi, politis kronis

3. Patofisiologis

4. Manifestasi Klinis

(6)

Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar hemoglobin menurun di bwah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesuh, cepat lelah, mata berkunang kunang serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi penurunan kadar hemoglobin secara perlahan lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu mencolok di bandingkan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat:

b. Gejala khas akibat defisiensi besi

Gejala yang khas di jumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut:

 Koilorikia → kuku sendok (spoon nail) kukumenjadi rapuh bergaris–garis vertrikal, dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.

 Atrofi pipa lidah→ permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.

 Stomatitis angularis → adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan

 Disfagia → nyeri menelan karena kerusakan hipofaring.  Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida

c. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai sebagai berikut: a. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer hipokromik denganpenurunan kadar HB mulai dari ringan sampai berat, RDW meningkat yang menunjukkan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar HB menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer hipokromik, anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal, retrikulosit.

(7)

c. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/ dl

d. Protoforfirin eritrosit meningkat ( ≥ 100 Ug/dl).

e. Sumsum tulang. Menunjukkan hiperplasi normoblastik dengan hormoblast kecil-kecil dominan.

6. Penatalaksanaan Medis a. Terapi kausal

Terapi kausal bergantung pada penyebabnya, misalnya pengobatan cacing tambang, memoroid, dan menoragi.

Pemberian preparat besi untuk pengganti kekurangan besi dalam tubuh Pemberian preparat besi biasanya diberikan secara peroral parenteral

b. Besi peroral

Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan paran enteral besi melalui oral harus melalui oral bahwa setiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk vero, dan kurang efek samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral, yaitu sulfat, glukonat, fumarat, dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar HB normal untuk mengisi cadangan besi dalam tubuh.

Fero-sulfat paling baik 200 mg, 67 mg besi per tablet sebelum makan tiga kali sehari c. Besi parenteral

Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien kurang kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre oprasi, hamil trimester terakhir).

Preparat yang tersedia iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex yang dapat diberiakan secara IM dalam atau IV . efek samping pada pemberian IM biasanya sakit pada bekas suntikan sedangkan pemberian IV bisa terjadi renjatan atau trombopletis .

d. Pengobatan lain

2. Diet → sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein terutama protein hewani 3. Vitamin C → diberikan 3x 100 mg/ hari untuk meningkatkan absorpsi besi .

4. Transfusi darah→ indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:

 Adanya penyakit jantung anemik

 Anemia yang simtomatik

(8)

1.3. Anemia Defisiensi Asam Folat

1. Pengertian

Depresiensi asam folat adalah anemia kekurangan asam folat teritama terdapat dalam daging, susu dan daun-daunan yang hijau

2. Manifestasi Klinis (Mansjoer 2001)

Difisiensi asam folat - Neurologi

- Hilangnya daya ingat - Gangguan kepribadian

Berkurangnya asam folat dapat terjadi karena : 1) Makanan/diet kurang asam folat

Hal ini banyak dijumpai di daerah tropik dan sering ditemukan di klinik. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain : pecandu alkohol, penyakit kronik, usia tua, gangguan mental, “food faddism”, kemiskinan.

2) Kebutuhan yang meningkat

Dijumpai misalnya pada : kehamilan, bayi, hipertiroidisma,keganasan dan sirosis hati. 3) Malabsorpsi folat

a. Karena penyakit : coeliac pada anak, steatorrhoe idiopatik, seriawan tropik. Pada seriawan tropik, yang merupakan penyakit endemik di Indonesia, lesi dapat dijumpai di seluruh bagian usus halus.

b. Karena kerja antagonistik obat, misalnya : - Antikonvulsan : fenobarbital, dilantin - Kontrasepsi oral : Pirimidone

- Anti kanker : Methotrexate 4) Reseksi Usus

Reseksi Usus yang luas. Metabolisme asam folat

(9)

Makanan/diet kurang asam folat Kebutuhan asam folat ↑

Malabsorbsi folat Reseksi usus

Asam folat berkurang

Pembentukan / sintesis DNA terhalang

Menghalangi pematangan inti sel

Ketidakseimbangan dalam proses pertumbuhan eritrosit Komponen sitoplasma

(terutama Hb) disentesa dalam jumlah banyak

protein plasma dalam ikatan yang lemah dan disimpan di hati. Bila tak ada pemasukan folat maka persediaan folat akan habis dalam 2 – 4 bulan.

3. Patofisiologi

4. Pemeriksaan Laboratorium

a. VER dan HER lebih dari normal; KHER tetap normal

b. Jumlah leukosit berkurang atau tetap normal. Bila anemia lebih berat, jumlah leukosit berkurang dan bisa terjadi netropenia absolut.

c. Jumlah trombosit kurang dari normal, masa perdarahan memanjang d. Sediaan apus darah tepi :

- Gejala yang penting adalah : makroovalositosis dan hipersegmentasi

(10)

- Leukosit : Hipersegmentasi netrofil, inti mempunyai lebih dari 5 lobi, bisa mencapai 6 – 10.

- Trombosit : berukuran besar (“giant platelets”) e. Makroretikulosit cenderung lebih bulat.

f. Kadar asam folat dalam serum menurun.

5. Penatalaksanaan medis

(11)

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANEMIA

2.1. Pengkajian Data Dasar

1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab

 Kehilangan darah kronis

 Riwayat urkus grastis kronis

 Penggunaan kemoterapi

 Gagal ginjal

 Penggunaan antibiotik yang lama

 Defisiensi nutrisi

 Luka bakar yang luas 2. Pemeriksaan fisik

Gejala umum:

 Keletihan, fatigue, kelemahan umum (menunjukan hipoksemia jaringan).

 Kulit dan membrane mukosa pucat

 Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi

 Ulserasi mulut pada megaloblastik dan defisiensi besi

 Kuku cekung, bergerigi, memutih pada defisiensi besi

 Sakit kepala ringan , peka rangsang (menunjukan hipoksemia serebral) Status kardiologi

 Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan miokard karena hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.

 Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer Sistem perncernaan

 Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis

 Pemeriksaan feses : ditemukan darah

 Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita

 Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan System neurologi

(12)

3. Pemeriksaan diagnostik

 Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin , hematokrit , trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik hipokrom hematokrit kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9 g/dl.

 Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi (normal : 70-180 mg/dl)

 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin

 Masa perdarahan memanjang

 Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah , ukuran dan bentuk

4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan

2.2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien sbb 1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk

mengirimkan oksigen / nutrisi ke sel

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna 4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder

.3 Intervensi

Diagnosis Keperawatan 1 : Perubahan perkusi jaringan b/d komponen seluler yang diperlukan untuk pngiriman oksigen atau nutrisi ke sel.

Tujuan: perfusi jaringan klien berada pada keadaan normal

Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan perkusi jaringan yang adekuat sebagai berikut 1) Tanda vital stabil

2) Membran mukosa warna merah muda 3) Pengisian kapiler baik

(13)

Intervensi keperawatan keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi

1. Tinggikan tempat tidur sesuai toleransi

Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler

2. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas

Dipsnea gemericik menunjukan gagal jantung kanan regangan jantung lama / peningkatan konpensasi curah jantung 3. Selidiki peluhan nyeri dada, palpitasi Iskemia seluler memengaruhi jaringan

miokardial 4. Kaji adanya respon verbal yang

melambat, mudah terangsang, agitasi, ganguan memori dan bingung

Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karna hipoksia atau defisiensi vit untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi

6. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. ukur suhu air mandi dengan termometer

Termoreseptor jaringan dermal dangkal karna gangguan oksigen.

Kolaborasi

7. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, ht, jumlah sel darah merah ,dan AGD)

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadao terapi

8. Berikan sel darah merah lengkap/ packed, produk darah sesuai indikasi, dan awasi secara ketat untuk komplikasi transfusi

Meningkatkan jumlah sel pembawah oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan

9. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

(14)

10. Siapkan intrvensi pembedahan sesuai indikasi

Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang / anemia aplastik

Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan

Tujuan : agar klien dapat beraktifitas kembali.

Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah keterbatasan aktifitas sebagai berikut : 1. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktifitas

2. Klien menunujukkan penurunan fisiologis intoleransi, yaitu nadi, pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentan normal klien.

Inrervensi keperawatan

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/aktifitas sehari-hari normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kelihan menyelesaikan tugas.

Mempengaruhi pemilihan inervensi

2. Kaji kehilangan/ gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.

Menunjukkan perubahan neurologis karena defisiensi vitamin B 12 memengaruhi keamanan klien

3. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas, serta catat respon terhadap tingkat aktifitas

Manifestasi kardio pulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ke jaringan menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paruh

5. Ubah posisi klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing

Hipotensi postural/ hipotensi serebral dapat menyebabkan pusing

6. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat

(15)

jantung dan pernafasan 7. Berikan bantuan dalam aktifitas bila

perlu

.membantu aktifitas pasien untuk melatih kebiasaannya bila perlu

8. Anjurkan klien untuk menghentikan aktifitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, dan kelemahan/pusing jika terjadi

Stres kardio pulmonal berlebihan dapat menimbulkan kegagalan/deskompensasi

Diagnosis Keperawatan 3 : Peruabahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan

Tujuan : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan tidak terdapat penurunan berat badan pada klien.

Kriteria Hasil :

1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.

2. Memakan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin. 3. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung

4. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal. 5. Tidak mengalami tanda malnutrisi

6. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

Mengidentifikasi defisiensi dan menentukan intervensi.

2. Observasi dan catat masukan makanan klien.

Mengawasi masukan kalori.

3. Timbang berat badan tiap hari. Mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi.

4. Berikan makan sedikit-sedikit namun frekuensinya sering.

Makan sedikit-sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasuka, juga mencegah distensi gaster.

(16)

muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.

(hipoksia) pada organ.

6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan.

Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, dan meminimalkan kemungkinan infeksi.

Kolaborasi

7. Konsul dengan ahli gizi. Membantu dalam membuat rencana dari untuk memenuhi kebutuhann individual. 8. Pantau pemeriksaan laboratorium: Hb/

Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12, asam folat.

Meningkatkan efektivitas program pengobatan.

9. Berikan obat sesuai indikasi:

 Vitamin dan suplemen mineral;

 Tambahan besi oral

Kebutuhan penggantian bergantung pada tipe anemia atau adanya masukan oral yang buruk.

 Berguna pada anemia defisiensi besi. 10. Beriken diet halus; rendah serat;

menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam.

Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klien.

11. Berikan suplemen nutrisi Meningkatkan masukan protein dan kalori

Diagnosa keperawatan 4 : Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan sekunder yang tidak adekuat

Tujuan : Pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi.

Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah infeksi sebagai berikut :

1. Meningkatnya penyembuhan luka

2. Bebas drainase purulen

(17)

4. Tidak demam Intervensi keperwatan

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawat dan klien

Mencegah kontaminasi silang

2. Pertahankan teknik dan aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka

Menurunkan resiko infeksi

3. Pantau tanda vital dengan ketat Deteksi dini adanya tanda-tanda infeksi 4. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat Meningkatkan pertahanan alamiah 5. Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan pemajangan terhadap

patogen infeksi lain

2.4 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Dapat mempertahankan integritas kulit.

6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

BAB III

PENUTUP

(18)

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia

mempunyai macam-macam jenisnya menurut penyebab, salah satunya anemia

mikrositik, defisiensi besi, dan asam folat.

3.2. Saran

a. Dalm merencanakn tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur

keperawatan dan kode etik keperawatan

b. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga

pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses

penyembuhan.

(19)

Handayani,Wiwik, Andis Sulistiyo Hari Bowo. 2008. Buku Ajar Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Mediaka

A.Victor, Hoffbrend, dkk.2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta : EGC Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan realitas tersebut, maka untuk membantu memudahkan pelaku UKM dalam mencatat setiap kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun laporan keuangan, penulis memberi judul

Dari hasil analisa GC-MS dapat diketahui bahwa senyawa yang terbentuk dari proses perengakahan katalitik PFAD dengan mengggunakan katalis abu TKS ini sebagian besar

Hasil uji lanjut pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan B 1 (media tanam tanah ultisol dan arang sekam) menghasilkan kadar air rata-rata sebesar 43.90% berbeda nyata

Empirialuvun alaluvut muodostuvat hyvin pitkälle haastattelurungon mukaan: nuorten tilan yleisestä kuvauksesta ja työelämään pääsyn tuesta, sosiaaliturvan roolista ja

Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak, bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan

senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat dan menggunakan pompa

waktu pemanasan dilakukan untuk mencari waktu pemanasan dies pada temperatur kerja yang diinginkan, sehingga dapat diketahui waktu tunggu untuk melakukan proses squeeze

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pengeluaran perkapita dan status gizi buruk terhadap kemiskinan sehingga dapat terlihat kantong kemiskinan dan masalah