LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN ANEMIA
(MIKROSITIK HIPOKROM, DEFISIENSI BESI, DAN
DEFISIENSI ASAM FOLAT)
Oleh :
1. Hartini Tosafin (201301129) 2. Ari Dwi W (201301142) 3. Retty Dewi (201301163)
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO Program S1 Keperawatan
Jl.Raya jabon Km 06 Mojokerto 61364 Telp/Fax:(0321)3902203 Website:stikes-ppni.ac.id Email:stikes [email protected]
Anemia Mikrositik
sumsum tulang ↓ sumsum tulang ↑Cadangan besi
Anemia defsiensi
Anemia mikrositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan keberadaan sel-sel darah merah abnormal kecil. Ini adalah salah satu masalah paling umum, yang bagi kebanyakan orang disebut anemia defisiensi besi. Memang, kebanyakan anemia mikrositik disebabkan oleh kekurangan zat besi, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.
2. Manifestasi
Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas) Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
a. anemia defisiensi besi (gangguan besi) b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi) c. thalasemia (gangguan globin)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer. Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom
3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/ dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.
5. Penatalaksanaan Medis 1. Anemia defisiensi besi a. terapi besi oral
Ferro sulfat, mengandung 67mg besi Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi. b. terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
2. Anemia pada penyakit kronik
Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
3. Anemia sideroblastik
Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi.
4. Thalasemia
Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi
1.2. Anemia Defisiensi Besi
1. Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara tropis
Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, DAN MCHC- volumeeritrosit rata-rata, hemoglobin eritrosit rata-rata dan kadar hemoglobin) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom)
2. Etiologi
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, kehilangan besi akibat pendarahan menahun
1. Kehilanagn besi sebagai akibat perdarahan menahun yang berasal dari :
Saluran cerna → akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genetalia wanita → menoragiatau metroragi
Gangguan absorbsi
Kehilangan besi → perdarahan menahun
Factor nutrisi Masukan besi ↓
Anemia defesiensi besi
Cadangan besi kosong
↓ kadar feritin / simpanan besi ↓ / tahap prelaten
Feritin dan saturasi transferin ↓ , Hb normal / tahap laten
(Feritin, saturasi, Hb) ↓ / tahap defsiensi besi
Eritrosit berkurang
Timbul anemia mikrositik hipokrom (iron deficiency anemia.)
Timbul gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, dll
Saluran nafas → hematoe
2. Faktor nutrisi → akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin c dan rendah daging )
3. Kebutuhan besi meningkat → seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi → gastretomi, politis kronis
3. Patofisiologis
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar hemoglobin menurun di bwah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesuh, cepat lelah, mata berkunang kunang serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi penurunan kadar hemoglobin secara perlahan lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu mencolok di bandingkan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat:
b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala yang khas di jumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut:
Koilorikia → kuku sendok (spoon nail) kukumenjadi rapuh bergaris–garis vertrikal, dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
Atrofi pipa lidah→ permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
Stomatitis angularis → adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan
Disfagia → nyeri menelan karena kerusakan hipofaring. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida
c. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai sebagai berikut: a. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer hipokromik denganpenurunan kadar HB mulai dari ringan sampai berat, RDW meningkat yang menunjukkan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar HB menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer hipokromik, anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal, retrikulosit.
c. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/ dl
d. Protoforfirin eritrosit meningkat ( ≥ 100 Ug/dl).
e. Sumsum tulang. Menunjukkan hiperplasi normoblastik dengan hormoblast kecil-kecil dominan.
6. Penatalaksanaan Medis a. Terapi kausal
Terapi kausal bergantung pada penyebabnya, misalnya pengobatan cacing tambang, memoroid, dan menoragi.
Pemberian preparat besi untuk pengganti kekurangan besi dalam tubuh Pemberian preparat besi biasanya diberikan secara peroral parenteral
b. Besi peroral
Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan paran enteral besi melalui oral harus melalui oral bahwa setiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk vero, dan kurang efek samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral, yaitu sulfat, glukonat, fumarat, dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar HB normal untuk mengisi cadangan besi dalam tubuh.
Fero-sulfat paling baik 200 mg, 67 mg besi per tablet sebelum makan tiga kali sehari c. Besi parenteral
Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien kurang kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre oprasi, hamil trimester terakhir).
Preparat yang tersedia iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex yang dapat diberiakan secara IM dalam atau IV . efek samping pada pemberian IM biasanya sakit pada bekas suntikan sedangkan pemberian IV bisa terjadi renjatan atau trombopletis .
d. Pengobatan lain
2. Diet → sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein terutama protein hewani 3. Vitamin C → diberikan 3x 100 mg/ hari untuk meningkatkan absorpsi besi .
4. Transfusi darah→ indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:
Adanya penyakit jantung anemik
Anemia yang simtomatik
1.3. Anemia Defisiensi Asam Folat
1. Pengertian
Depresiensi asam folat adalah anemia kekurangan asam folat teritama terdapat dalam daging, susu dan daun-daunan yang hijau
2. Manifestasi Klinis (Mansjoer 2001)
Difisiensi asam folat - Neurologi
- Hilangnya daya ingat - Gangguan kepribadian
Berkurangnya asam folat dapat terjadi karena : 1) Makanan/diet kurang asam folat
Hal ini banyak dijumpai di daerah tropik dan sering ditemukan di klinik. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain : pecandu alkohol, penyakit kronik, usia tua, gangguan mental, “food faddism”, kemiskinan.
2) Kebutuhan yang meningkat
Dijumpai misalnya pada : kehamilan, bayi, hipertiroidisma,keganasan dan sirosis hati. 3) Malabsorpsi folat
a. Karena penyakit : coeliac pada anak, steatorrhoe idiopatik, seriawan tropik. Pada seriawan tropik, yang merupakan penyakit endemik di Indonesia, lesi dapat dijumpai di seluruh bagian usus halus.
b. Karena kerja antagonistik obat, misalnya : - Antikonvulsan : fenobarbital, dilantin - Kontrasepsi oral : Pirimidone
- Anti kanker : Methotrexate 4) Reseksi Usus
Reseksi Usus yang luas. Metabolisme asam folat
Makanan/diet kurang asam folat Kebutuhan asam folat ↑
Malabsorbsi folat Reseksi usus
Asam folat berkurang
Pembentukan / sintesis DNA terhalang
Menghalangi pematangan inti sel
Ketidakseimbangan dalam proses pertumbuhan eritrosit Komponen sitoplasma
(terutama Hb) disentesa dalam jumlah banyak
protein plasma dalam ikatan yang lemah dan disimpan di hati. Bila tak ada pemasukan folat maka persediaan folat akan habis dalam 2 – 4 bulan.
3. Patofisiologi
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. VER dan HER lebih dari normal; KHER tetap normal
b. Jumlah leukosit berkurang atau tetap normal. Bila anemia lebih berat, jumlah leukosit berkurang dan bisa terjadi netropenia absolut.
c. Jumlah trombosit kurang dari normal, masa perdarahan memanjang d. Sediaan apus darah tepi :
- Gejala yang penting adalah : makroovalositosis dan hipersegmentasi
- Leukosit : Hipersegmentasi netrofil, inti mempunyai lebih dari 5 lobi, bisa mencapai 6 – 10.
- Trombosit : berukuran besar (“giant platelets”) e. Makroretikulosit cenderung lebih bulat.
f. Kadar asam folat dalam serum menurun.
5. Penatalaksanaan medis
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANEMIA
2.1. Pengkajian Data Dasar
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab
Kehilangan darah kronis
Riwayat urkus grastis kronis
Penggunaan kemoterapi
Gagal ginjal
Penggunaan antibiotik yang lama
Defisiensi nutrisi
Luka bakar yang luas 2. Pemeriksaan fisik
Gejala umum:
Keletihan, fatigue, kelemahan umum (menunjukan hipoksemia jaringan).
Kulit dan membrane mukosa pucat
Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
Ulserasi mulut pada megaloblastik dan defisiensi besi
Kuku cekung, bergerigi, memutih pada defisiensi besi
Sakit kepala ringan , peka rangsang (menunjukan hipoksemia serebral) Status kardiologi
Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan miokard karena hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.
Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer Sistem perncernaan
Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
Pemeriksaan feses : ditemukan darah
Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan System neurologi
3. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin , hematokrit , trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik hipokrom hematokrit kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9 g/dl.
Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi (normal : 70-180 mg/dl)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
Masa perdarahan memanjang
Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah , ukuran dan bentuk
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan
2.2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien sbb 1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
mengirimkan oksigen / nutrisi ke sel
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna 4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
.3 Intervensi
Diagnosis Keperawatan 1 : Perubahan perkusi jaringan b/d komponen seluler yang diperlukan untuk pngiriman oksigen atau nutrisi ke sel.
Tujuan: perfusi jaringan klien berada pada keadaan normal
Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan perkusi jaringan yang adekuat sebagai berikut 1) Tanda vital stabil
2) Membran mukosa warna merah muda 3) Pengisian kapiler baik
Intervensi keperawatan keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
1. Tinggikan tempat tidur sesuai toleransi
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
2. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas
Dipsnea gemericik menunjukan gagal jantung kanan regangan jantung lama / peningkatan konpensasi curah jantung 3. Selidiki peluhan nyeri dada, palpitasi Iskemia seluler memengaruhi jaringan
miokardial 4. Kaji adanya respon verbal yang
melambat, mudah terangsang, agitasi, ganguan memori dan bingung
Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karna hipoksia atau defisiensi vit untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi
6. Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. ukur suhu air mandi dengan termometer
Termoreseptor jaringan dermal dangkal karna gangguan oksigen.
Kolaborasi
7. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, ht, jumlah sel darah merah ,dan AGD)
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadao terapi
8. Berikan sel darah merah lengkap/ packed, produk darah sesuai indikasi, dan awasi secara ketat untuk komplikasi transfusi
Meningkatkan jumlah sel pembawah oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
9. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
10. Siapkan intrvensi pembedahan sesuai indikasi
Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang / anemia aplastik
Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
Tujuan : agar klien dapat beraktifitas kembali.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah keterbatasan aktifitas sebagai berikut : 1. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktifitas
2. Klien menunujukkan penurunan fisiologis intoleransi, yaitu nadi, pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentan normal klien.
Inrervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/aktifitas sehari-hari normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kelihan menyelesaikan tugas.
Mempengaruhi pemilihan inervensi
2. Kaji kehilangan/ gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
Menunjukkan perubahan neurologis karena defisiensi vitamin B 12 memengaruhi keamanan klien
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas, serta catat respon terhadap tingkat aktifitas
Manifestasi kardio pulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ke jaringan menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paruh
5. Ubah posisi klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Hipotensi postural/ hipotensi serebral dapat menyebabkan pusing
6. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat
jantung dan pernafasan 7. Berikan bantuan dalam aktifitas bila
perlu
.membantu aktifitas pasien untuk melatih kebiasaannya bila perlu
8. Anjurkan klien untuk menghentikan aktifitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, dan kelemahan/pusing jika terjadi
Stres kardio pulmonal berlebihan dapat menimbulkan kegagalan/deskompensasi
Diagnosis Keperawatan 3 : Peruabahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan
Tujuan : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan tidak terdapat penurunan berat badan pada klien.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
2. Memakan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin. 3. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung
4. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal. 5. Tidak mengalami tanda malnutrisi
6. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Mengidentifikasi defisiensi dan menentukan intervensi.
2. Observasi dan catat masukan makanan klien.
Mengawasi masukan kalori.
3. Timbang berat badan tiap hari. Mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit-sedikit namun frekuensinya sering.
Makan sedikit-sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasuka, juga mencegah distensi gaster.
muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
(hipoksia) pada organ.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan.
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, dan meminimalkan kemungkinan infeksi.
Kolaborasi
7. Konsul dengan ahli gizi. Membantu dalam membuat rencana dari untuk memenuhi kebutuhann individual. 8. Pantau pemeriksaan laboratorium: Hb/
Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12, asam folat.
Meningkatkan efektivitas program pengobatan.
9. Berikan obat sesuai indikasi:
Vitamin dan suplemen mineral;
Tambahan besi oral
Kebutuhan penggantian bergantung pada tipe anemia atau adanya masukan oral yang buruk.
Berguna pada anemia defisiensi besi. 10. Beriken diet halus; rendah serat;
menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam.
Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klien.
11. Berikan suplemen nutrisi Meningkatkan masukan protein dan kalori
Diagnosa keperawatan 4 : Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan sekunder yang tidak adekuat
Tujuan : Pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah infeksi sebagai berikut :
1. Meningkatnya penyembuhan luka
2. Bebas drainase purulen
4. Tidak demam Intervensi keperwatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawat dan klien
Mencegah kontaminasi silang
2. Pertahankan teknik dan aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka
Menurunkan resiko infeksi
3. Pantau tanda vital dengan ketat Deteksi dini adanya tanda-tanda infeksi 4. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat Meningkatkan pertahanan alamiah 5. Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan pemajangan terhadap
patogen infeksi lain
2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
BAB III
PENUTUP
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia
mempunyai macam-macam jenisnya menurut penyebab, salah satunya anemia
mikrositik, defisiensi besi, dan asam folat.
3.2. Saran
a. Dalm merencanakn tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan
b. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan.
Handayani,Wiwik, Andis Sulistiyo Hari Bowo. 2008. Buku Ajar Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Mediaka
A.Victor, Hoffbrend, dkk.2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta : EGC Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction